A. Keluarga Berencana (KB) 1. Definisi KB BAB II TINJAUAN PUSTAKA Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013). 2. Tujuan Program KB Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).
3. Ruang Lingkup Program KB Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut : a. Keluarga berencana b. Kesehatan reproduksi remaja c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas e. Keserasian kebijakan kependudukan f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan. B. Kontrasepsi 1. Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014). 2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni: a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak 10 diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya. 3. Memilih Metode Kontrasepsi Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Aman atau tidak berbahaya b. Dapat diandalkan c. Sederhana d. Murah e. Dapat diterima oleh orang banyak f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi). Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu: a. Faktor pasangan 1) Umur 2) Gaya hidup 11 3) Frekuensi senggama 4) Jumlah keluarga yang diinginkan 5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu 6) Sikap kewanitaan 7) Sikap kepriaan. b. Faktor kesehatan 1) Status kesehatan 2) Riwayat haid 3) Riwayat keluarga 4) Pemeriksaan fisik 5) Pemeriksaan panggul. 4. Macam-macam Kontrasepsi a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010). 12 b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010). c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002). d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens 13 sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010). C. Kontrasepsi Hormonal 1. Definisi Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010). 2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010). 14 Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang15 kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010). 3. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal a. Kontrasepsi Pil 1) Pengertian Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium 16
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002). 2) Efektivitas Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,599,9% dan 97% (Handayani, 2010). 3) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu: a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari. b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi. c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari. 17 4) Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Menekan ovulasi b) Mencegah implantasi c) Mengentalkan lendir serviks d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu. 5) Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu: a) Tidak mengganggu hubungan seksual b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia) c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse e) Mudah dihentikan setiap saat f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea. 6) Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu: a) Amenorhea b) Perdarahan haid yang berat c) Perdarahan diantara siklus haid d) Depresi e) Kenaikan berat badan f) Mual dan muntah
18
g) Perubahan libido h) Hipertensi i) Jerawat j) Nyeri tekan payudara k) Pusing l) Sakit kepala m) Kesemutan dan baal bilateral ringan n) Mencetuskan moniliasis o) Cloasma p) Hirsutisme q) leukorhea r) Pelumasan yang tidak mencukupi s) Perubahan lemak t) Disminorea u) Kerusakan toleransi glukosa v) Hipertrofi atau ekropi serviks w) Perubahan visual x) Infeksi pernafasan y) Peningkatan episode sistitis z) Perubahan fibroid uterus. 19 b. Kontrasepsi Suntik 1) Efektivitas kontrasepsi Suntik. Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002). 2) Jenis kontrasepsi Suntik Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu : a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat). b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong). 3) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu: a) Mencegah ovulasi
20 b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii. 4) Keuntungan kontrasepsi Suntik Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013). 5) Keterbatasan Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu: a) Gangguan haid b) Leukorhea atau Keputihan c) Galaktorea d) Jerawat 21 e) Rambut Rontok f) Perubahan Berat Badan g) Perubahan libido. c. Kontrasepsi Implant 1) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau Implanon b) Nyaman c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan e) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea g) Aman dipakai pada masa laktasi. 2) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-
Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. 22 c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. 3) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Lendir serviks menjadi kental b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi c) Mengurangi transportasi sperma d) Menekan ovulasi. 4) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Daya guna tinggi b) Perlindungan jangka panjang c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam e) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama f) Tidak mengganggu ASI g) Klien hanya kembali jika ada keluhan h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan i) Mengurangi nyeri haid j) Mengurangi jumlah darah haid k) Mengurangi dan memperbaiki anemia l) Melindungi terjadinya kanker endometrium m) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara 23 n) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul o) Menurunkan kejadian endometriosis. 5) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea. D. Keputihan 1. Etiologi Keputihan Fluor albus atau keputihan semakin sering timbul dengan kadar estrogen yang lebih tinggi, hal ini disebabkan Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan yang asam dimana candida albicans tumbuh dengan subur. Alat genitalia terdapat mekanisme pertahanan tubuh yang berupa bakteri yang menjadi pH vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,84,2, sebagian besar 95% adalah jenis bakteri Lactobacillus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (Hartanto, 2002). Keputihan terjadi karena peradangan atau infeksi yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti posisi kantong rahim yang berubah-ubah atau bakteri yang dapat menimbulkan pengendapan cairan darah putih pada
vagina, sehingga menimbulkan aroma yang tidak sedap, karena adanya pembusukkan oleh bakteri dan mengandung penyakit. Keputihan juga disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi mikroorganisme yaitu bakteri, 24 jamur, virus atau parasit, juga dapat disebabkan karena gangguan keseimbangan hormon, stress, kelelahan kronis, peradangan alat kelamin, benda asing dalam vagina, dan adanya penyakit dalam organ reproduksi seperti kanker rahim, yang sering menimbulkan keputihan antara lain, bakteri, jamur, virus, atau juga parasit . Jumlah warna dan bau dari cairan keputihan akibat infeksi mikroorganisme tergantung dari jenis mikroorganisme yang menginfeksinya. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulakn peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil (Shadine, 2012). Adapun jenis keputihan dibagi menjadi dua macam menurut Shadine (2012) yaitu: a. Keputihan fisiologik Keputihan karena fisiologik dapat ditemukan pada bayi yang baru lahir hingga berumur kira-kira sepuluh hari. Waktu menarche, wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu coitus, waktu ovulasi, pada wanita berpenyakit menahun dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektopian persionis uteri, serta penggunaan obat-obatan atau alat kontrasepsi. b. Keputihan patologik Keputihan karena patologik utamanya disebabkan infeksi (jamur, kuman, parasit, virus), namun dapat pula akibat adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, 25 kelainan bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin terutama di leher rahim. 2. Epidemiologi Keputihan Keputihan satu diantara tiga masalah wanita yang semula dianggap remeh dan lama kelamaan menjadi serius bahkan menjadi parah, 75% wanita pernah mengalami keputihan. Keputihan adalah keluarnya getah bening atau cairan vagina yang berlebihan sehingga sering sekali menyebabkan celana dalam basah (Pudiastuti, 2010). Keputihan sering diderita wanita dalam masa aktif reproduksi (umur 20-45 tahun) dan jarang dialami pada wanita masa puber. Keputihan dapat disebabkan karena penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormonal dalam pemakaian kontrasepsi hormonal, keputihan meningkat 50% dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai kontrasepsi hormonal. Fluor Albus, Leukorhea atau keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, dapat juga disertai bau yang tidak sedap (bau busuk), dan
menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama (Shadine, 2012). Didalam alat genitalia wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman vagina antara 3,8-4,5. Sebagian besar (95%) 26 adalah bakteri laktobasilus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (bakteri yang menimbulkan penyakit) (Shadine, 2012). 3. Patologi Keputihan Cairan yang keluar dari vagina dalam kondisi normal mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena dipengaruhi oleh umur, siklus menstruasi, kehamilan, dan penggunaan kontrasepsi (Fakhidah, 2014). a. Infeksi akibat kuman (bakteri) menurut Shadine (2012) antara lain: 1) Gonococcus atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria Gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. 2) Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan diemsa. 3) Gardenerella, menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin bau amis, berwarna keabu-abuan. 27 4) Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan. b. Infeksi akibat jamur atau kandidiasis menurut Winkjosastro (2007) Infeksi akibat jamur atau kandidiasis biasanya disebabkan spesies candida. Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dengan kandida albikans, suatu jenis jamur gram positif yang mempunyai benangbenang pseudomiselia yang terbagi-bagi dalam kelompok blastospores. Jamur ini tumbuh dengan baik dalam suasana asam (pH 5,0-6,5) yang mengandung glikogen, ia dapat ditemukan dalam dalam mulut, daerah perianal dan vagina tanpa menimbulkan gejala. Ia dapat tumbuh dengan cepat dan menyebabkan vaginitis pada wanita hamil, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal, wanita yang diberikan antibiotika berspektrum luas, wanita dengan diabetes dan wanita dengan kesehatan yang tidak baik. Vulvoginitis karena infeksi dengan kandida albikans menyebabkan leukorea atau keputihan yang berwarna keputih-putihan yang sangat gatal. Pada pemeriksaan ditemukan radang vulva dan
vagina, pada dinding sering juga terdapat mebran-membran kecil berwarna, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. 28 Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti trikomonas vaginalis, pada sediaan tampak jamur ditengah-tengah leukosit. Dapat pula usapan diatas gelas objek dicat dengan cara Gram; jika perlu, dapat pula dilakukan pembiakkan. c. Parasit penyebab keputihan Parasit penyebab keputihan terbanyak adalah Trichomonas vaginalis. Cairannya banyak, berbuih seperti air sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil Shadine (2012). Vulvoginitis penyebabnya adalah trikomonas vaginalis. Trikomonas dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam vagina tanpa gejala apapun, akan tetapi dalam beberapa hal yang ada hubungannya dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlah dapat bertambah banyak dan menimbulkan radang. Peterson melaporkan bahwa 24,6% dari asupan vagina yang diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukkan adanya trikomonas vaginalis (Winkjosastro, 2007). Trikomonas vaginalis adalah suatu parasit dengan flagella yang bergerak sangat aktif. Walaupun infeksi dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Vaginitis karena trikomonas menyebabkan leukorea yang encer sampai kental, berwarna kekuning-kuningan dan agak berbau. Penderita mengeluh tentang adanya fluor yang menyebabkan rasa 29 gatal dan membakar. Disamping itu kadang-kadang gejala urethritis ringan seperti disuria dan sering kencing. Parasit biasanya dengan mudah dijumpai ditengah-tengah leukosit pada sediaan yang dibuat dengan mengambil sekret dari dinding vagina dicampur dengan satu tetes larutan garam fisiologik diatas gelas objek. Sediaan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran sedang dan dengan cahaya yang dikurangi sedikit (Winkjosastro, 2007). Parasit dapat dikenal dengan melihat gerakanp-gerakannya, bentuknya lonjong dengan flagella yang panjang dan membran yang bergerak bergelombang dan dengan ukuran sebesar 2 kali leukosit. Akan tetapi, trikomonas tidak selalu dapat ditemukan dengan cara pemeriksaan tersebut; bila dianggap perlu, dapat pula dilakukan pembiakan (Winkjosastro, 2007). d. Keputihan akibat virus Keputihan akibat virus disebabkan Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simpleks (Shadine, 2012). 4. Diagnosis Keputihan
Diagnosis Keputihan dapat berupa iritasi pada area genital, rasa panas, gatal dan nyeri yang dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum, dapat pula disertai nyeri saat berkemih dan senggama. Keluar cairan keputihan yang berwarna kuning kotor kehijauan serta berbau busuk yang menusuk. Keluarnya cairan keputihan yang berwarna putih 30 kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang berbusa (Shadine, 2012). 5. Upaya Pencegahan Keputihan Adapun upaya pencegahan terhadap kejadian keputihan menurut Pudiastuti (2010) yaitu: a. Jangan menggunakan celana dalam dari bahan nylon karena panas dan lembab di daerah vagina dan vulva. b. Meningkatkan kebersihan diri (setelah BAK/BAB ceboklah atau bilaslah dengan air yang bersih). c. Jangan menggunakan bedak yang sifatnya merangsang. d. Jangan menggunakan Pantyliners terus-menerus. e. Jangan memakai pembersih vagina secara terus-menerus karena dapat mengurangi pH vagina ataupun meningkatkan pH vagina. f. Pengobatan terhadap partner seks, terutama pada kasus trichomoniasis dan candidosis. g. Program pengobatan intensif dengan obat yang sesuai dan dosis yang tepat. Pengetahuan akan keputihan secara tepat, dapat membantu dalam membedakan antara keputihan yang normal dan keputihan yang patologis. Sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara dini dan menghindarkan dari kemandulan dan kanker leher rahim lebih lanjut. Dengan demikian kita wajib menjaga kebersihan dan kesehatan di daerah 31 genitalia. Keputihan dapat dicegah dengan menjaga kebersihan genitalia, memilih pakaian dalam yang tepat, menghindarkan faktor risiko infeksi seperti berganti ganti pasangan seksual, serta pemeriksaan ginekologi secara teratur (Shadine, 2012) E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan Beberapa wanita tidak jarang mengeluh keputihan dan gatal-gatal selama penggunaan kontrasepsi hormonal. Ketidakstabilan ekosistem pada vagina akan menyebabkan keputihan, kestabilan ekosistem vagina dapat dipengaruhi sekresi (keluarnya lendir dari uterus), status hormonal (masa pubertas, kehamilan, menopouse), benda asing (IUD, tampon, dan obat yang dimasukkan melalui vagina), penyakit akibat hubungan seksual, obat-obatan (kontrasepsi), diet (kebanyakan karbohidrat, kurang vitamin) (Pudiastuti, 2010). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputihan menurut berbagai penelitian sebelumnya yaitu penelitian Fakhidah (2014), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
dengan kejadian keputihan. Pemberian hormon progesteron pada kontrasepsi suntik 3 bulan maka flora vagina berubah sehingga jamur mudah tumbuh di vagina dan menimbulkan keluhan keputihan. Menurut Rimza (2003), kontrasepsi vagina ring atau cincin vagina yang mengandung ethinyl estradol dan etonogestrel telah disetujui digunakan di Amerika Serikat. Wanita memasukkan cincin vagina setiap 3 minggu sekali, kemudian selama 1 minggu cincin vagina dilepaskan. Cincin yang baru 32 digunakan untuk pemakaian 1 bulan. Cincin vagina memiliki efek samping yang sama dengan kontrasepsi hormonal (kontrasepsi pil), efek samping penggunaan cincin vagina yaitu keputihan atau leukorhea dan iritasi vagina. Menurut penelitian Syahlani dkk (2013), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan pengetahuan ibu tentang perawatan organ reproduksi dengan kejadian keputihan. Didapatkan sebagian besar responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami keputihan sebanyak 87 orang (88,77%). Selain itu penelitian Triyani dan Sulistiani (2013), menyimpulkan bahwa ada hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Hal ini dikarenakan pembersih vagina yang banyak dijual dipasaran adalah antiseptik. Penggunaan antiseptik yang banyak dijual dipasaran justru akan mengganggu ekosistem didalam vagina, terutama pH dan kehidupan bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya keputihan. Menurut penelitian Wijanti dkk. (2011), didapatkan para remaja putri paling sering mengalami keputihan saat mereka stress dan kelelahan sebanyak 54 orang (27,28%). Pada penelitian ini didapatkan bahwa para remaja paling sering mengalami keputihan saat mereka stress atau lelah. Pada usia remaja merupakan masa yang rentan akan stress atau bisa juga dikatakan sebagai suatu masa yang labil. Stress bisa saja muncul karena berbagai macam faktor 33
baik dari individu itu sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Apalagi remaja usia sekolah pasti mempunyai tanggung jawab pada dirinya, seperti tanggung jawab untuk belajar, mengumpulkan tugas-tugas, lulus ujian, dan sebagainya. Hal ini bisa jadi merupakan faktor penyebab terjadinya stress pada remaja, sehingga berakibat juga terhadap waktu terjadinya keputihan. Adapun menurut penelitian Hidayati dkk (2010), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene perineal pada wanita usia subur
dengan kejadian keputihan. Keputihan disebabkan karena pola kebersihan seseorang yang tidak memperhatikan perawatan kebersihan pada alat genitalia. Jika personal hygiene perineal yang kurang akan mempengaruhi terjadi suatu penyakit keputihan, untuk itu perlu dilakukan perawatan organ genitalia secara teratur seperti cara perawatan daerah genitalia. 34
F. Kerangka Teori
KONTRASEPSI Hormonal - Pil Non Hormonal Alat kontrasepsi dalam rahim: IUD
Kontrasepsi Mantap: Vasektomi dan Tubektomi Kontrasepsi sederhana Cincin Vagina - Suntik - Implant Tanpa alat: MAL (Metode Amenorhoe Laktasi), Couitus Interuptus,Metode Kalender, Lendir Serviks, Suhu Basal, Simptotermal Stress Pembersih Vagina Kelelahan Dengan alat Progesteron
Gambar 1. Kerangka Teori Personal hygiene
Estrogen Wiknjosastro (2007), Manuaba (2010),Sulistyawati (2013), Handayani (2010), Fakhidah (2013), Rimza (2003), Hidayati dkk (2010), Wijanti dkk. (2011), Triyani dan Sulistiani (2013), Sinclair (2010), Nurlaila (2010), Pudiastuti (2010) Fluor Albus atau Keputihan Penyakit akibat hubungan seksual Kondom Cup Serviks Spermisida Diafragma 35
G. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Penggunaan Jenis Kontrasepsi Hormonal Kejadian Keputihan
Lama Penggunaan Jenis Kontrasepsi Hormonal Gambar 2. Kerangka Konsep Ket: : Diteliti : Tidak Diteliti Variabel Pengganggu: - Kelelahan - Stress - Personal hygiene - Pembersih Vagina - Cincin Vagina - Alat kontrasepsi dalam rahim: IUD - Penyakit akibat hubungan seksual -
36
H. Hipotesis 1. Ada Hubungan Penggunaan Jenis Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. 2. Ada Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. 3. Ada Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Pil Dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. 4. Ada Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Implant Dengan Kejadian Keputihan Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo.
37
Metode kb kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. KB kalender adalah usaha untuk mengatur kehamilan dengan menghindari hubungan badan selama masa subur seorang wanita. Sebab pembuahan memang hanya terjadi pada saat masa subur, atau lebih tepatnya 12-24 jam setelah puncak masa subur (sel telur dilepas). 12-24 jam ini dari masa hidup sel telur rata-rata. Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya. Berbeda dengan sistem kontrasepsi lainnya, sistem kalender menjanjikan aneka kelebihan dan karena itu banyak yang lebih menyukainya. Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama 48-72 jam, jadi suatu konsepsi mungkin akan terjadi kalau koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi. Hendaknya sebelum memakai cara para pemakai harus diberikan penerangan medik yang jelas tentang cara ini. Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan: 1. 2. 3.
Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi). Fertility phase (masa subur). Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat. Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada masa subur. Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur : 1.
2.
Bila siklus haid teratur (28 hari) : a. Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 b. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid Contoh : Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus (senggama dimana tidak mengeluarkan sperma didalam). Bila siklus haid tidak teratur : a. Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya. b. Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. c. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Contoh : Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya)
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Jila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus. Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga yang kesulitan untuk mendapatkan alat kontrasepsi sangat cocok untuk menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak memerlukan biaya juga tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi. Menggunakan sistem kalender perlu kerjasama
yang baik antara suami istri karena metode ini perlu kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. Masa berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak bisa menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih berpantang. Tapi bukan masalah bila saja pasangan membiasakan menggunakan kondom pada saat subur. Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari). Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
Cara Menghitung Masa Subur: Berbagai cara dilakukan untuk mencegah kehamilan akibat hubungan rutin suami istri. Mulai dari memasang alat kontrasepsi, minum pil KB, sterilisasi pria (vasektomi), sterilisasi wanita (tubektomi), hingga cara tradisional sistem kalender. Cara kalender bisa meleset karena tingkat ketepatannya hanya 60% sampai 70%. Rumus Menghitung Masa Subur Wanita / Perempuan Sistem Kelender : Masa Subur = Hari Terakhir Haid Menstruasi + 13 Masa Prasubur = Masa Subur -3 & Masa Subur + 3 Contoh : Jika hari terakhir mens adalah tangal 10 maka tanggal masa subur adalah tanggal 23, masa prasubur awal tanggal 20 dan masa prasubur akhir tanggal 26. Agar lebih tepat sebaiknya melakukan pencatatan 6 siklus haid terakhir untuk menentukan masa prasubur. Kurangi dan tambahkan 3 hari pada siklus terpendek dan terpanjang dari catatan yang telah dibuat. Jadi berhati-hatilah dalam berhubungan suami isteri ketika masa subur istri tanpa alat kontrasepsi atau teknik KB lainnnya yang dapat mencegah kehamilan. Pelajari dengan baik sebelum menentukan metode pencegah kehamilan yang tepat dengan ahli kadungan seperti dokter dan bidan. Sistem kalender dalam menentukan masa subur hanya dapat digunakan pada wanita yang teratur mens 28 sampai 35 hari. Rokok dan gizi buruk juga mempengaruhi rutinitas keluarnya sel telur. Keuntungan KB kalender a) Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi. b) Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa dihindari adanya efek sampingan yang merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa obat). c) Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur. Kerugian KB kalender Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila tidak dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan pasti masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan perhitungan sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak bisa menikmati hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem ini. Masa berpantang yang cukup lama dapat membuat pasangan tidak bisa menanti dan melakukan hubungan pada waktu berpantang.
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan, ovulasi umumnya terjadi 14 ±2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian pada wanita dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi, sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa pada wanita dengan haid teratur oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada saat semestinya. Indikasi Metode ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya sukar menentukan pada saat ovulasi dengan tetap. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, lagi pula dapat terjadi variasi. Efektivitas Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yang siklus haidnya tidak teratur. Angka kegagalan berkisar antara 6 – 42. Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
Secara umum ada dua jenis kontrasepsi utama, yaitu hormonal dan no-hormonal. Kontrasepsi hormonal artinya menunda kehamilan dengan cara memanipulasi hormon normal pada tubuh wanita. Sedangkan non hormonal berarti mencegah kehamilan dengan tidak merekayasa hormon dalam tubuh.
Umumnya banyak ibu rumah tangga yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Contohnya seperti KB suntik, implan, KB pil, dan lainnya. Salah satu alasannya adalah tingkat keefetifannya yang tinggi, meskipun ada beberapa efek samping. Jika tidak suka atau takut dengan efek sampingnya, maka lebih baik gunakan jenis KB non hormonal, salah satunya adalah dengan menggunakan KB Kalender atau nama lainnya KB Alami, pantang berkala. KB kalender atau KB pantang berkala adalah jenis KB yang dapat digunakan dengan melihat kalender sebagai acuannya. Pada semua wanita pasti memiliki masa subur dan masa tidak subur, bukan?. Nah, masa inilah yang dapat digunakan untuk menentukan kapan sebaiknya untuk berhubungan dan kapan seharusnya dihindari. Untuk memudahkannya tentu kita membutuhkan bantuan kalender.
Bagaimana memulai KB Kalender? Sebelum menggunakan KB kalender Bunda harus menghitung siklus menstruasi. Tujuannya agar Bunda mengetahui apakah siklus menstruasi normal atau tidak, karena ini nanti akan menentukan langkah selanjutnya.
Jadi, berikut langkah-langkah memulai KB kalender:
Pastikan Bunda mencatat siklus menstruasi Bunda selama enam bulan berturut-turut.
Perhitungan di mulai dari awal keluarnya menstruasi atau keluarnya darah haid.
Catat dari hari pertama keluarnya menstruasi hingga di bulan berikutnya saat menstruasi datang kembali.
Lakukan perhitungan sampai enam bulan berturut –turut.
Setelah Bunda mencatat jadwal menstruasi Bunda selama enam bulan terakhir. Jumlahkan hari pertama haid hingga bertemu ke haid pertama berikutnya.
Siklus menstruasi yang normal berlangsung antara 21 sampai 35 hari.
Setelah menghitung siklus menstruasi dan telah mengetahui siklus menstruasi Bunda termasuk dalam katagori normal atau tidak, maka barulah Bunda dapat mencari tahu waktu yang sebaiknya tidak melakukan hubungan suami istri. Perhitungan ini hanya efektif pada wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur atau normal.
Metode KB kalender pada Menstruasi Teratur Untuk menggunakan KB kalender, maka pasangan suami istri harus berhubungan saat Bunda tidak mengalami masa subur. Pada siklus menstruasi normal, masa kesuburan terjadi pada hari ke 10 hingga hari ke 17 setelah hari pertama haid sebelumnya. Maka pada masa ini sebaiknya Bunda tidak berhubungan suami istri. Jika ingin melakukannya tentu harus menggunakan kontrasepsi tambahan, misalnya kondom atau dengan senggama terputus. Pilihan lainnya menunggu sampai masa subur selesai. Contoh:
Jika haid tanggal 10 januari 2017, maka hari ke 10 setelah haid adalah tanggal 20 januari 2017.
Sedangkan, hari ke 17 setelah haid adalah tanggal 27 januari 2017.
Jadi, waktu ber-KB bunda adalah di luar dari masa ini.
Baca juga penjelasan mengenai: Cara Mudah Menghitung Masa Subur dengan Akurat
Metode Kalender pada Menstruasi Tidak Teratur
Cara tepat menjalani KB metode kalender pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur yaitu dengan mengurangi siklus menstruasi. Pada siklus menstruasi yang terpendek dikurangi 18. Sedangkan, pada siklus menstruasi terpanjang dikurangi 11. Siklus menstruasi yang terpendek dan terpanjang dengan cara menghitung siklus menstruasi. Setelah itu barulah Bunda memilih siklus menstruasi yang paling lama di antara yang lainnya. Serta siklus menstruasi yang terpendek di antara yang lainnya. Contoh : Seorang wanita memiliki siklus terpanjang adalah 40 hari, sedangkan siklus terpendeknya adalah 30 hari. Maka siklus terpendeknya dikurangi 18 (30 hari – 18 = 12). Lalu siklus terpanjang dikuragi 11 (40 hari -11= 29 ). Jadi kesimpulannya, Bunda dapat melakukan hubungan suami di luar hari ke 8 sampai ke 21 dari pertama haid. Baik sebelum masa subur atau setelah masa subur. Dikarenakan pada ke 8 sampai ke 21 dari petama haid adalah masa subur. Apabila ingin melakukan senggama, maka harus menggunakan kontrasepsi tambahan, misalnya kondom atau dengan cara senggama terputus. Kelebihan Metode Kalender Setiap medtode memang memiliki keunggulannya tersendiri. Adapun keunggulan metode KB kalender adalah:
Suami istri ikut terlibat dalam proses keluarga berencana.
Hubungan suami istri semakin erat karena adanya relasi satu sama lain.
Menambah pengetahuan pada suami istri tentang metode keluarga berencana.
Dapat sekaligus mengetahui siklus menstruasi diri sendiri.
Sulit menentukan waktu ovulasi yang tepat.
Dapat mengetahui masa subur.
Kekurangan Metode KB Kalender Sebaik apapun metodenya, pasti juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan KB kalender anta lain:
Tingkat kegagalan cukup tinggi yaitu di atas 20 %. Angka kegagalan penggunaan metode kalender 14 per 100 wanita per tahun.
Dibutuhkan informasi yang cukup lengkap, supaya penggunaan KB kalender berhasil.
Harus teliti dalam perhitungan dan menghitung siklus menstruasi.
Harus sabar, karena sebelum dapat menggunakan KB kalender. Bunda harus mengetahui siklus menstruasi.
Sulit menahan keinginan, apabila saat masa subur berlangsung.
Lebih efektif pada wanita dengan siklus menstruasi teratur.
Memerlukan kerjasama antara suami istri.
Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan metode KB kalender menjadi gagal tak sesuai harapan, sebagai berikut:
Banyak yang beranggapan bahwa hari pertama menstruasi dimulai ketika haid berakhir atau setelah darah menstruasi berhenti. Sehingga menyebabkan perhitungan menjadi salah.
Kurang memperhatikan tanda-tanda lain yang mungkin bukan tanda subur pada wanita.
Kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi dapat bertahan selama tiga hari. Sehingga waktu berhubungan menjelang masa subur bisa saja berpengaruh terhadap efektifitas metode kalender.
Ibu tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Sehingga menyangka bahwa darah yang keluar saat hamil (flek) adalah menstruasi.
Siapa yang Dapat Menggunakan KB Kalender? Tidak semua wanita bisa menggunakan metode ini, kelompok yang sesuai akan memperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Mereka adala:
Wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur atau pun tidak teratur, wanita yang tidak haid karena menyusui (ASI), serta pramenoupouse (sebelum berhentinya haid)
Pada wanita yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi lain
Pada wanita yang tidak memiliki infeksi menular seksual ( kecuali memakai kondom)
Wanita yang merokok
Wanita yang memiliki tubuh kurus atau gemuk, karena tidak akan berpengaruh pada tubuh.
Wanita yang memiliki masalah kesehatan, seperti, jantung, anemia, kanker payudara, migrain, penyakit hati, darah tinggi (hipertensi), diabetes melitus, dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan pada metode ini tidak menggunakan hormon.
Catatan :
Pada wanita yang memiliki infeksi menular seksual sebaiknya menggunakan kondom. Dikarenakan IMS dapat menyebar atau menularkan ke orang lain melalui hubungan seksual.
Agar lebih efektif, sebaiknya perhatikan juga tanda-tanda masa subur. Contohnya dengan melihat lendir serviks dan metode suhu basal tubuh.
Sel telur (pada wanita) dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel sperma dapat selama 48-72 jam. Maka sebaiknya hindari berhubungan mendekati masa subur.
Anda ingin melakukan KB, namun anda tidak ingin menggunakan KB suntik atau pil KB? Banyak wanita enggan menggunakan KB dengan cara suntik atau pil, karena KB dengan cara tersebut berpengaruh terhadap masa subur dan berat badan. Oleh karena itu, akibatnya banyak pasangan suami istri yang tidak menggunakan sistem KB, sehingga kepadatan penduduk semakin banyak.
Bagi anda, pasangan suami istri yang tidak ingin melakukan KB dengan cara suntik atau minum pil KB. Sekarang, ada cara yang lebih efektif dan efisien untuk melakukan KB, yaitu KB dengan sistem kalender.
KB sistem kalender adalah cara kontrasepsi sederhana yang dapat dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan hubungan seks selama masa subur (ovulasi) sang istri berlangsung. Jadi, dengan menggunakan sistem kalender tersebut pasangan suami istri dapat merencanakan kehamilannya. Untuk melakukan KB dengan sistem kalender, anda terlebih dahulu harus mengetahui siklus masa subur istri anda. Jadi, istri anda akan mengalami masa subur dalam waktu satu bulan sekali.
Biasanya masa subur terjadi pada hari ke-16 setelah hari pertama menstruasi atau 14 hari sebelum siklus menstruasi.
Wanita sehat akan memiliki tiga tahapan dalam siklus menstruasi, yaitu : 1. Masa tidak subur sebelum ovulasi. 2. Masa subur (ovulasi). 3. Masa tidak subur setelah ovulasi. Namun, yang harus anda ketahui bahwa masa subur pada setiap wanita berbeda-beda. Jika anda ingin menggunakan KB dengan sistem kalender, sebaiknya anda melakukan pengamatan terhadap siklus menstruasi istri anda. Berikut ini, akan saya jelaskan cara menghitung dan mengetahui masa subur (ovulasi) istri anda.
Cara menghitung masa subur 1. Jika siklus menstruasi istri anda “teratur” (28 hari) Apabila siklus menstruasi istri anda teratur dan terjadi setiap 28 hari sekali, maka : a. Hari pertama dalam siklus menstruasi, anda hitung sebagai hari ke-1 b. Jadi, masa subur istri anda akan terjadi pada hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus menstruasi tersebut.
Contoh : Jika istri anda mendapatkan haid pada tanggal 10 April, maka tanggal 10 April dihitung sebagai hari ke-1. Oleh karena itu hari ke-12 akan jatuh pada tanggal 21 April dan hari ke-16 akan jatuh pada tanggal 25 April. Jadi pada tanggal 21 April hingga tanggal 25 April, anda disarankan untuk tidak melakukan hubungan seks karena hal tersebut akan menyebabkan kehamilan pada istri anda. Sebaiknya lakukan hubungan seks setelah tanggal 25 April, yaitu masa tidak subur setelah ovulasi.
2. Jika siklus menstruasi istri anda “tidak teratur” Apabila siklus menstruasi istri anda tidak teratur, maka sebaiknya anda melakukan hal berikut ini: a. Anda catat jumlah hari dalam siklus menstruasi istri anda selama 6 bulan (6 siklus menstruasi). Satu siklus menstruasi dihitung dari hari pertama haid bulan ini hingga hari pertama haid bulan berikutnya. Jangan lupa catat panjang pendeknya siklus tersebut. b. Untuk menghitung hari ke-1 masa subur, gunakan rumus seperti ini :
“Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus menstruasi dikurangi 18” c. Untuk menghitung hari terakhir masa subur, gunakan rumus seperti ini : “Jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus menstruasi dikurangi 11” Contoh : Jika istri anda mendapatkan haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari. Maka, perhitungannya seperti berikut. Hari pertama masa subur : 25 – 18 = 7 (hari ke-7 masa haid) Hari Terakhir masa subur : 30 – 11 = 19 (hari ke-19 masa haid) Jadi, masa subur istri anda dimulai pada hari ke-7 masa menstruasi dan berakhir pada hari ke-19 masa menstruasi. Pada hari ke-7 sampai hari ke-19 anda disarankan untuk tidak melakukan hubungan seks karena hal tersebut akan menyebabkan kehamilan pada istri anda. Sebaiknya lakukan hubungan seks setelah hari ke-19, yaitu masa tidak subur setelah ovulasi. Metode penanggalan Yaitu mengetahui masa subur istri. Masa subur istri adalah 14 hari setelah hari pertama menstruasi. Masa subur adalah dimana ovum/sel telur wanita telah matang dan siap untuk dibuahi. Para ahli mengambil kemungkinan empat hari sesudah ataupun sebelumnya bisa terjadi masa subur. Metode KB dengan penanggalan yaitu jangan menumpahkan sperma kedalam rahim saat masa subur. Misalnya: Hari pertama menstruasi adalah tanggal 1 oktober. Maka perkiraan tanggal suburnya adalah tanggal 14, berpatokan dengan maka empat hari sebelum dan sesudahnya. Jangan menumpahkan sperma ke dalam rahim pada dari tanggal 10-18 oktober. Jika menstruasi berhenti pada tanggal 7 Oktober, Berarti waktu yang boleh: -tanggal 8-9 Oktober kita boleh menumpahkan sperma ke rahim -tanggal 19 Oktober sampai dengan menstruasi selanjutnya. Untuk jaga-jaga bisa juga dipakai lima hari sebelum dan sesudahnya. Dan biasanya 1 atau 2 hari setelah mentruasi adalah waktu yang aman. Bisa juga dibantu menggunakan kalender dengan menandai/membulatkan tanggal hari mulai menstruasi misalnya tanggal 5 Oktober, maka perkiraan hari subur adalah tanggal 19. Empat hari sebelum dan sesudah berarti tanggal 15-23 Oktober. Maka arsir merah atau tandai deretan tanggal tersebut di kalender dan menjadi patokan bahwa rentang tanggal tersebut tidak boleh menumpahkan sperma ke rahim. Setelah anda mengetahui sitem perhitungan masa subur tersebut. Maka, diharapkan anda dapat melakukan KB sistem kalender dengan baik dan dapat mencegah terjadinya kehamilan pada istri anda.