1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan global secara umumnya dan bangsa secara khususnya, tidaklah heran apabila tidak setiap orang mengetahui dan mengenal tentang perkembangan sastra Indonesia. Bahkan, tidak sedikit orang pula yang sampai dengan saat ini masih mencintai dan menghargai sastra sebagai sesuatu yang patut dijaga dan dijunjung tinggi, sebab disanalah kekayaan bangsa tertimbun. Pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal dari hari ke hari
semakin
sarat
dengan
berbagai
persoalan.
Tampaknya,
pembelajaran sastra memang pembelajaran yang bermasalah sejak dahulu. Keluhan-keluhan para guru, siswa, dan sastrawan tentang rendahnya tingkat apresiasi sastra selama ini menjadi bukti konkret adanya sesuatu yang tak beres dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal (Nestapa, 2005). Orang-orang pada setiap jaman mengalami perubahan, baik kemajuan ataupun kemunduran dalam bidang tertentu. Seperti halnya sastra Indonesia pun terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Sastra yang semakin baik dan mendidik memberikan dampak positif bagi pembacanya.
Jika kita membicarakan mengenai sastra, maka tentunya pasti menyinggung para pujangga bangsa yang tak habis-habisnya berkarya. Para sastrawan pun melimpahkan bakat dan kemampuannya dalam bidang sastra. Penulis juga sebagai seorang pelajar yang masih rentan terhadap perkembangan jaman, masih ingin mengenal lebih dalam mengenai sastra Indonesia, khususnya puisi, dengan tidak meninggalkan budaya dan tetap memperlihatkan kekhasan sastra pada setiap jamannya. Oleh karena itu untuk membuktikannya, penulis akan memaparkan hasil pencarian dari beberapa sumber.
B.
Perumusan Masalah Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut. a. Bagaimana perkembangan sastra Indonesia dari jaman ke jaman? b. Seperti apa saja bentuk puisi dan pantun? C.
Tujuan Penelitian Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia semester genap. Secara terperinci, tujuan dari penelitian dan penulisan karya ilmiah ini adalah : a. Mengenal lebih dalam sejarah dan perkembangan sastra Indonesia.
b. Membagikan
pengetahuan
kepada
orang-orang
yang
membaca karya ilmah ini.
D.
Metode Penelitian Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis melakukan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a.
Teknik Pengamatan Langsung Dalam teknik ini, penulis terjun langsung sebagai seorang pelajar yang tidak mengetahui perkembangan sastra Indonesia. Penulis pun terjun ke dalam komunitas pelajar yang mempelajari Bahasa
Indonesia
sejak
SD
namun
tidak
mengetahui
perkembangannya sama sekali. b. Studi Pustaka Pada metode ini, penulis membaca buku dan mencari melalui website yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah ini. E.
Waktu dan Lokasi Penelitian Jangka waktu penelitian adalah 7 hari (1 minggu), tepatnya selesai 17 Maret 2008. Penelitian ini dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pengamatan hingga penulisan hasil penelitian. Lokasi dalam melakukan penelitian ini dibatasi hanya sekitar SMAN 78.
F. Sistematika Penulisan Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil observasi dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, waktu dan lokasi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab berikutnya, penulis akan memaparkan mengenai perkembangan sastra Indonesia. Bab ketiga Penulis akan memaparkan mengenai contoh-contoh puisi dan pantun yang berkembang sesuai dengan jamannya. Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, Penulis memaparkan kesimpulan dari bab sebelumnya dan saran dari Penulis sendiri.
BAB II PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA
Secara metode penyampaian sastra Indonesia terbagi atas 2 bagian besar, yaitu lisan dan tulisan. Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan: Pujangga Lama
A.
•
Sastra "Melayu Lama"
•
Angkatan Balai Pustaka
•
Pujangga Baru
•
Angkatan '45
•
Angkatan 50-an
•
Angkatan 66-70-an
•
Dasawarsa 80-an
•
Angkatan Reformasi Pujangga Lama Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat.
A.1 Karya Sastra Pujangga Lama •
Sejarah Melayu : Hikayat Abdullah - Hikayat Andaken Penurat - Hikayat Bayan Budiman - Hikayat Djahidin - Hikayat Hang Tuah - Hikayat Kadirun - Hikayat Kalila dan Damina - Hikayat Masydulhak - Hikayat Pandja Tanderan - Hikayat Putri Djohar Manikam - Hikayat Tjendera Hasan - - Tsahibul Hikayat
•
Syair Bidasari - Syair Ken Tambuhan - Syair Raja Mambang Jauhari Syair Raja Siak
dan berbagai Sejarah, Hikayat, dan Syair lainnya B.
Sastra “Melayu Lama” Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. B.1 Karya Sastra “Melayu Lama”
Robinson Crusoe (terjemahan) Lawan-lawan Merah Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
Graaf de Monte Cristo (terjemahan) Kapten Flamberger (terjemahan) Rocambole (terjemahan) Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo) Bunga Rampai oleh A.F van Dewall Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo) Cerita Nyi Paina Cerita Nyai Sarikem Cerita Nyonya Kong Hong Nio Nona Leonie Warna Sari Melayu oleh Kat S.J Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan Cerita Rossina Nyai Isah oleh F. Wiggers Drama Raden Bei Surioretno Syair Java Bank Dirampok Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen Tambahsia Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
Nyai Permana C.
Angkatan Balai Pustaka Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. C.1 Pengarang dan Karya Sastra Balai Pustaka •
Merari Siregar o
Azab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang gadis (1921)
o
Binasa kerna gadis Priangan! (1931)
o
Tjinta dan Hawa Nafsu
o
•
Marah Roesli
•
•
•
•
•
o
Siti Nurbaya
o
La Hami
o
Anak dan Kemenakan
Nur Sutan Iskandar o
Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
o
Hulubalang Raja (1961)
o
Karena Mentua (1978)
o
Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
Abdul Muis o
Pertemuan Djodoh (1964)
o
Salah Asuhan
Tulis Sutan Sati o
Sengsara Membawa Nikmat (1928)
o
Tak Membalas Guna
o
Memutuskan Pertalian (1978)
Aman Datuk Madjoindo o
Menebus Dosa (1964)
o
Si Tjebol Rindoekan Boelan (1934)
Suman Hs. o
Kasih Ta' Terlarai (1961)
•
•
•
•
•
o
Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o
Pertjobaan Setia (1940)
Adinegoro o
Darah Muda
o
Asmara Jaya
Sutan Takdir Alisjahbana o
Tak Putus Dirundung Malang
o
Dian jang Tak Kundjung Padam (1948)
o
Anak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)
Hamka o
Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o
Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
o
Tuan Direktur (1950)
o
Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
Anak Agung Pandji Tisna o
Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
o
Sukreni Gadis Bali (1965)
Said Daeng Muntu o
Pembalasan
o
Karena Kerendahan Boedi (1941)
•
Marius Ramis Dayoh o
Pahlawan Minahasa (1957)
o
Putra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951)
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Pengarang Bali Pustaka oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada masa tersebut. D.
Pujangga Baru Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Pada masa itu, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu 1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
D.1 Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru •
•
•
•
Sutan Takdir Alisjahbana o
Layar Terkembang (1948)
o
Tebaran Mega (1963)
Armijn Pane o
Belenggu (1954)
o
Jiwa Berjiwa
o
Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
o
Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
o
Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
Tengku Amir Hamzah o
Nyanyi Sunyi (1954)
o
Buah Rindu (1950)
o
Setanggi Timur (1939)
Sanusi Pane o
Pancaran Cinta (1926)
o
Puspa Mega (1971)
o
Madah Kelana (1931/1978)
o
Sandhyakala ning Majapahit (1971)
o
Kertadjaja (1971)
o
•
E.
Muhammad Yamin o
Indonesia, Toempah Darahkoe! (1928)
o
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
o
Ken Arok dan Ken Dedes (1951)
Angkatan '45 Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik idealistik. E.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan '45 •
Chairil Anwar o
Kerikil Tadjam (1949)
o
Deru Tjampur Debu (1949)
o
Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
o
Tiga Menguak Takdir (1950)
o
Idrus
o
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o
Aki (1949)
o
Perempuan dan Kebangsaan
o
Pramoedya Ananta Toer
o
Bukan Pasar Malam (1951)
o
Ditepi Kali Bekasi (1951)
o
Keluarga Gerilja (1951)
o
Mereka jang Dilumpuhkan (1951)
o
Mochtar Lubis
o
Tidak Ada Esok (1982)
o
Djalan Tak Ada Udjung (1958)
o
Achdiat K. Mihardja
o
Atheis – 1958
o
Trisno Sumardjo
o
Katahati dan Perbuatan (1952) Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah
o
Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia, Saudagar Venezia, dll. F.
Angkatan 50-an Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra. Pada
angkatan
ini
muncul
gerakan
komunis
dikalangan
sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia
pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. F.1 Penulis dan Karya Sastra Angkatan 50-60-an Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekade 80-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur. •
Ajip Rosidi o
Cari Muatan
o
Ditengah Keluarga (1956)
o
Pertemuan Kembali (1960
o
Sebuah Rumah Buat Hari Tua
o
Tahun-tahun Kematian (1955)
o
Nh. Dini
o
Dua Dunia (1950)
o
Hati jang Damai (1960)
•
G.
o
Sitor Situmorang
o
Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o
Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o
Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
W.S. Rendra o
Balada Orang² Tertjinta (1957)
o
Empat Kumpulan Sajak (1961)
o
Ia Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)
Angkatan 66-70-an Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalah-pahaman; ia lahir mendahului jamannya. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya. G.1 Karya Sastra Angkatan '66 •
Abdul Hadi WM o
Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi)
o
Meditasi – (kumpulan puisi) Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi)
Sapardi Djoko Damono Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi) Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi) •
Goenawan Mohamad
o
Interlude
o
Parikesit Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang –
o
(kumpulan esai) o
Umar Kayam
o
Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o
Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
o
Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek) •
•
H.
Putu Wijaya o
Telegram
o
Gres – Putu Wijaya
o
Aduh – (drama)
o
Edan – (drama)
o
Dag Dig Dug – (drama)
Iwan Simatupang o
Koong
o
RT Nol / RW Nol – (drama)
o
Tegak Lurus Dengan Langit
Dasawarsa 80-an Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita
yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie alm, Micky HIdayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani alm, dan Tajuddin Noor Ganie. H.1 Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-an Antara lain adalah: •
Badai Pasti Berlalu - Cintaku di Kampus Biru - Sajak Sikat Gigi - Arjuna Mencari Cinta - Manusia Kamar - Karmila Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang
menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang
dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih "berat". Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000. I.
Sastrawan Angkatan Reformasi Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karyakarya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri,
Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
I.1 Sastrawan Angkatan 2000-an Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki 'juru bicara', Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.
BAB III BERBAGAI BENTUK PUISI DAN PANTUN
A.
Gurindam Sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat. Misalnya : Baik-baik memilih kawan Salah-salah bisa menjadi lawan
B.
Karmina Pantun dua seuntai (pantun kilat). Baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi dengan rumus rima a-a. Misalnya : Kayu lurus dalam ladang Kerbau kurus banyak tulang
C.
Talibun Bentuk puisi lama dalam kesusastraan Indonesia (Melayu) yang jumlah barisnya lebih dari empat, biasanya sampai 16-20, serta punya persamaan bunyi pada akhir baris (ada juga yang seperti pantun dengan jumlah baris genap seperti 6, 8, 12).
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya.
Ciri-ciri Talibun adalah sebagai berikut : 1. Merupakan sejenis puisi bebas. 2. Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian. 3. Isinya berdasarkan sesuatu perkara diceritakan secara terperinci. 4. Tidak ada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita. 5. Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya. 6. Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan). 7. Berfungsi untuk menjelaskan suatu perkara. 8. Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita pelipur lara. Tema Talibun : Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contoh : 1. Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat 2. Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa 3. Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang 4. Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia Contoh Talibun Tengah malam sudah terlampau
Dinihari belum lagi nampak Budak-budak dua kali jaga Orang muda pulang bertandang Orang tua berkalih tidur Embun jantan rintik-rintik Berbunyi kuang jauh ke tengah Sering lanting riang di rimba Melenguh lembu di padang Sambut menguak kerbau di kandang Berkokok mendung, Merak mengigal Fajar sidik menyinsing naik Kicak-kicau bunyi Murai Taktibau melambung tinggi Berkuku balam dihujung bendul Terdengar puyuh panjang bunyi Puntung sejengkal tinggal sejari Itulah alamat hari nak siang (Hikayat Malim Deman) D.
Syair Syair adalah puisi atau karangan terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama a-a-a-a, keempat
baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Daftar syair : 1. Syair Bidasari 2. Syair Ken Tambuhan 3. Syair Kerajaan Bima 4. Syair Raja Mambang Jauhari 5. Syair Rajasiak Syair disebut juga puisi lama yang tiap-tiap baris terdiri dari empat larik (baris) yang berakhiran dengan bunyi sama.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Dari pembahasan dalam karya ilmiah ini, dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat 9 angkatan sastrawan dalam sejarah yang telah mewarnai kehidupan sastra di Indonesia. 2. Setiap angkatan para sastrawan memiliki karya dengan ciri khasnya masing-masing pada setiap jamannya dengan berbagai banyak judul yang memukau. 3. Perkembangan sastra memiliki kemajuan yang pesat, namun pengetahuan
para
siswa
akan
sastra
itu
sendiri
belum
memuaskan dan masih butuh banyak belajar lagi, sebab bagaimanapun juga, sastra merupakan karya anak bangsa yang patut dibanggakan. 4. Puisi dan pantun memiliki ciri khasnya masing-masing dalam pembuatannya.
Saran Berdasarkan
pembahasan
yang
telah
disajikan,
penulis
dapat
memberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya pembahasan mengenai sastra di dalam kelas dengan metode yang dapat menarik minat siswa sehingga tidak membosankan. 2. Mengubah pola pikir masyarakat selama ini yang menganggap bahwa sastra sangatlah kuno. 3. Membudidayakan buku-buku sastra Indonesia sehingga semua orang dapat membacanya.
DAFTAR PUSTAKA Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Wikipedia. 2008. Syair. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Talibun) Wikipedia. 2008. Talibun. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Talibun)