Jurnal Ilmiah Kesehatan,8(2);September 2016
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT RUANG RAWAT INAP DALAM PELAKSANAAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT ANNA MEDIKA KOTA BEKASI TAHUN 2016 Dahlia Ratnasari1, Dulakhir2 1 Prodi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat Korespondensi: Jl. Raya Pondok Gede No 23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur Telp: 021 8096411 ext 1208
ABSTRAK Hand Hygiene mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi nosocomial rumah sakit dan perawat mempunyai andil besar karena berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Kepatuhan hand hygiene perawat saat ini adalah bahwa ada beberapa perawat yang masih kuang patuh untuk memenuhi standar prosedur operasional hand hygiene. Berdasarkan dara dari PPI Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi masih terdapat kejadian infeksi nosokomial dan tingkat kepatuhan hand hygiene perawat sebesar 38% pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan (usia, pengetahuan, pendidikan, sikap, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan fasilitas dan role model) dengan kepatuhan perawat ruang rawat inap dalam pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Jenis Penelitian ini adalah penelitian croos-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga keperawatan ruang rawat inap Flamboyan, Melati, Anggrek, Mawar, Dahlia yang bekerja di Rumah Sakit Anna Medika sebanyak 70 orang, dengan teknik kuesioner dan wawancara serta analisa data secara univariat dan bivariate menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kepatuhan hand hygiene (P=0,003), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan hand hygiene (P=0,005), ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan tenaga kerja dengan kepatuhan hand hygiene (0,039) di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi memiliki tingkat kepatuhan perawat ruang rawat inap dalam melakukan hand hygiene sebesar (37,1%). Saran yang diberikan adalah kepada semua perawat diminta untuk selalu patuh melakukan hand hygiene, dan untuk Rumah Sakit Anna Medika diadakan pelatihan dan sosialisasi secara perodik, mengupayakan tenaga kerja yang seimbang antara rasio pasien dengan perawat. Kata Kunci : Karakteristik, Kepatuhan, Hand Hygiene PENDAHULUAN Pada tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencetuskan global patient safety challenge dengan clean is safer care, yaitu pada pemberian pelayanan atau perawatan secara bersih untuk mewujudkan keselamatan pasien (patient safety). Salah satunya yaitu dengan cara merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan my five moments for hand hygiene, yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien1. Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi terkait pelayanan kesehatan dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas kesehatan dan telah diakui sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya wabah 2. Akibat ketidakpatuhan hand hygiene dirumah sakit menimbulkan penderita infeksi nosokomial diseluruh dunia sebesar 9% dengan variasi antara (320%) terdapat dirawat inap. Salah satu cara terpenting dalam rangka pengontrolan infeksi agar dapat mencegah
infeksi nosokomial yaitu dengan cara melaksanakan hand hygiene, baik melakukan cuci tangan ataupun handrubbing, perpindahan kuman patogen secara umum terjadi pada tangan petugas kesehatan yang terkontaminasi5, negara berkembang termasuk Indonesia memiliki rata-rata prevalensi infeksi nosokomial sekitar 9,15 dengan kejadian 6,1-16%. Kejadian infeksi nosokomial di Indonesia pada tipe rumah sakit sangat beragam 3. Diketahui rentang kejadian infeksi nosokomial mulai 4,6% hingga 50,7%, bahkan sampai 74,3% di Spanyol dari penelitian pada saat 2010 4. Dalam jurnal yang ditulis Mani dkk. (2010) disebutkan bahwa faktor rendahnya pelaksanaan cuci tangan petugas kesehatan yaitu karena ketidaktahuan petugas kesehatan tentang bagaimana tangan dapat terkontaminasi dan ketidaktahuan terhadap pentingnya hand hygiene dalam mengurangi penyebaran infeksi 5. Tim Rumah Sakit (PPIRS) Anna Medika telah melakukan sosialisasi Pencegahan Pengendalian Infeksi pada perawat dan pekerja lain yang bekerja di Rumah Sakit Anna Medika. Namun, hingga saat ini belum diketahui apakah penerapan hand hygiene sudah dilakukan dengan prosedur yang sudah ditentukan, Setelah melihat data Tim Pencegahan Pengendalian 30
Jurnal Ilmiah Kesehatan,8(2);September 2016 Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) Anna Medika tentang kepatuhan hand hygiene per-unit bulan Juli-Desember tahun 2015, dari seluruh ruangan yang ada petugas kesehatan di Rumah Sakit Anna Medika terdapat jumlah kepatuhan hand hygiene yang masih cukup rendah yaitu 38% sebelum perawat melakukan tindakan. Rata-rata semua petugas kesehatan terutama perawat di Rumah Sakit Anna Medika melakukan kepatuhan hand hygiene setelah melakukan tindakan kepada pasien 6. METODE Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non eksperimen dengan desain studi cross-sectional artinya suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara variabel dependen dan independen dengan cara pengumpulan data pada waktu yang bersamaan. Populasi Sampel dalam penelitian ini diambil seluruh jumlah perawat ruang rawat inap anggrek, mawar, dahlia, flamboyan, melati sejumlah 70 orang. Kepatuhan melaksanakan hand hygiene didefinisikan subjek penelitian melakukan cuci tangan pada 5 moment secara keseluruhan dengan benar, dan dnilai dengan lembar observasi yang diadopsi ari WHO. Alat Pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, kuesioner, dan kemudian wawancara dengan perawat, kepala ruangan KMKK dan tim PPIRS. HASIL Analisa Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Variabel Variabel Kepatuhan Hand Hygiene Patuh Tidak Patuh Usia Dewasa Awal (<40 tahun) Dewasa Madya (≥40 tahun) Pendidikan Rendah (
n
(%)
26 44
37,1 62,9
44 26
62,9 37,1
27 43
38,6 61,4
49 21
70,0 30,0
25 45
35,7 64,3
55 15
78,6 21,4
28 42
40,0 60,0
19 51
27,1 72,9
Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi sebanyak (37,1%), sementara
perawat yang tidak patuh dalam pelaksanaan hand hygiene sebanyak 44 perawat (62,9%). Berdasarkan usia yang diteliti, perawat yang memiliki usia dewasa awal (<40 tahun) sebanyak 44 orang perawat (62,9%). Diketahui bahwa sebanyak 43 orang perawat (61,4%) mempunyai pendidikan tinggi. Perawat yang memiliki sikap kurang sebanyak49 orang perawat (70,0%). Sebanyak 45 orang perawat (54,3%) memiliki pengetahuan baik, perawat dengan ketersediaan tenaga kerja yang tidak mencukupi memiliki sebanyak 55 orang perawat (78,6%), sebanyak 42 orang perawat (60,0%) dengan ketersediaan fasilitas yang memadai. Perawat dengan role model yang baik memiliki sebanyak 51 orang perawat (72,9%). Analisis Bivariat Tabel 2 Hubungan Variabel Independen dengan Hipertensi Variabel Independen Usia Dewasa Awal (<40 tahun) Dewasa Madya (≥40tahun) Pendidikan Rendah (
Patuh n
%
Tidak Patuh n %
Total n
%
pvalue
26 55,2 18 44,8 44 0 0 26 100 26
100 0,003 100
10 63,0 17 37,0 27 16 37,2 27 62,8 43
100 0,988 100
13 38,1 18 61,9 21 13 26,5 26 73,5 49
100 0,005 100
11 44,0 14 61,9 25 15 33,3 30 73,5 45
100 0,376 100
17 30,9 38 56,0 55 9 60,0 6 66,7 15
100 0,039 100
13 46,4 15 53,6 28 13 31,0 29 69,0 42
100 0,189 100
8 42,1 11 59,9 19 18 35,3 33 64,7 51
100 0,600 100
PEMBAHASAN Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh pvalue = 0,003 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hasil ini didukung oleh penelitian Natalia Rumpea (2011) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran dengan nilai P-value = 0,002 yang artinya ada 31
Jurnal Ilmiah Kesehatan,8(2);September 2016 hubungan yang signifikan antara usia dengan kepatuhan hand hygiene. Usia dewasa awal <40 tahun sebesar (58,33%) yang patuh dalam pelaksanaan hand hygiene. Akan tetapi, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2015) tentang “Pelaksanaan Hand Hygiene di RSUD Deli Serdang” menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok rentang usia dewasa awal dan dwasa madya pada indikasi dalam melakukan hand hygiene dengan nilai P-value = 0,153. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh pvalue = 0,988 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hal ini didukung oleh penelitian Setiawati (2009) yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene Pada Perawat ICU Rumah Sakit Yogyakarta” yang menyatakan pada uji statistiknya menunjukan nilai P-value = 1,000 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan terhadap kepatuhan hand hygiene. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siska Kusumaningtias (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat menjalankan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan dengan nilai P-value sebesar 0,000. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh pvalue = 0,005 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hasil ini didukung oleh penelitian Kartika Rhomi Anawati (2012) tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa” yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan hand hygiene dengan nilai Pvalue = 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan hand hygiene. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fedi Sudrajat (2015) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Sebelum Tindakan Keperawatan di RSUD Dr.Soediman Kebumen” yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan dengan nilai P-value = 0,197. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p- value = 0,376 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hal ini didukung oleh penelitian Dwi (2009) tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Hand Hygiene Sesuai Prosedur di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Umum DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten” menyatakan pada uji statistiknya menunjukan nilai P-value= 0,513 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap kepatuhan hand hygiene. Dari analisis diperoleh nilai Odd Ratio (OR) 0,6 yang artinya responden dengan pengetahuan kurang (<76%) memiliki peluang resiko 0,6 kali untuk patuh dalam melakukan hand hygiene dibandingkan dengan responden pengetahuan baik (≥76%). Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Naim Setyo (2013) tentang “Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja dengan Kepatuhan Perawat Melakukan Hand Hygiene di Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta” yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan dengan nilai P-value sebesar 0,035 Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p- value = 0,039 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan tenaga kerja dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sri Susilaningsih (2010) tentang “Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Hassan Sadiqin Bandung” hasil analisis data menyatakan bahwa 31 orang responden (53,4%) masih kurang, bahwa ada hubungan antara ketersediaan tenaga kerja dengan kepatuhan hand hygiene dengan nilai P-value = 0,018 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan hand hygiene. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor yang paling dominan. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Setyowati (2010) tentang “Kepatuhan Perawat NICU-PICU dalam Melakukan Hand Hygiene di Rumah Sakit Awal Bross Kota Bekasi Tahun 2010” yang menyatakan tidak ada hubungan ketersediaan tenaga kerja dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan hand hygiene dengan nilai P-value sebesar 0,258. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p- value = 0,189 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan fasilitas dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hal ini didukung oleh penelitian Afif Amir Amrullah (2011) tentang “Kepatuhan Hand Hygiene Perawat IGD di RSUP Dr.Kariadi Semarang” menyatakan pada uji statistiknya menunjukan nilai Pvalue = 0,280 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan fasilitas terhadap kepatuhan hand hygiene. 32
Jurnal Ilmiah Kesehatan,8(2);September 2016 Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Pitted (2001) yang menyatakan bahwa salah satu kendala dalam ketidakpatuhan terhadap hand hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakukan hand hygiene. Kemudahan dalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan hand hygiene, bak cuci tangan, sabun, deterjen, atau alcohol jell adalah sangat penting untuk membuat kepatuhan menjadi optimal sesuai dengan standar. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p- value = 0,600 (> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji statistik, terdapat hubungan yang bermakna antara role model dengan dengan Kepatuhan Perawat Ruang Rawat Inap dalam Pelaksanaan Hand Hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi. Hal ini didukung oleh penelitian Andi Narum (2015) yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapkan Hand Hygiene di Rumah Sakit Ibnu Sina” yang menyatakan pada uji statistiknya menunjukan P-value= 0,242 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara role model terhadap kepatuhan hand hygiene. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Arifien (2006) menunjukan bahwa responden dengan keberadaan role model dari pimpinannya maupun petugas perawat yang dijadikan role model bagi rekan yang lainnya berpeluang lebih patuh sebesar 21 kali dibandingkan dengan responden yang kurang dengan keberadaan role model. Selain itu uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara role model dengan kepatuhan.
peluang perawat dalam melakukan hand hygien. Dan kebijakan untuk memberikan konsekuensi kepada petugas yang tidak melakukan hand hygiene, dan memberikan penghargaan kepada petugas yang melakukan hand hygiene.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat ruang rawat inap dalam pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi Tahun 2016. Pada hasil penelitian ini Terdapat sebanyak 44 perawat (62,9%) yang tidak patuh, sedangkan 26 (37,1%) responden yang patuh dalam pelaksanaan hand hygiene. Variabel-variabel yang berhubungan dengan kepatuhan perawat ruang rawat inap dalam pelaksanaan hand hygiene di Rumah Sakit Anna Medika Kota Bekasi Tahun 2016 periode Mei 2016 samapi July 2016 antara lain yaitu : Usia, Sikap dan Ketersediaan Tenaga Kerja. Sedangkan variabel-variabel yang tidak berhubungan antara lain yaitu : Pendidikan, Pegetahuan, Ketersediaan Fasilitas, Role Model.
Akyol,Aisye D,2005. Hand Hygiene Among Health Nurses in Turkey : Opinions and practices.[Online] http://web.ebscohost.com diunduh pada tanggal 11 Juni 2016
Saran Rumah sakit perlu mengupayakan pelatihan atau sosialisasi secara periodik terhadap pelaksanaan hand hygiene, karena pelatihan dan sosialisasi dapat memberikan dampak yang positif terhadap sikap perawat melakukan hand hygiene serta pelatihan dapat memberikan informasi kepada perawat dalam meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Mengupayakan tenaga kerja yang seimbang antara jumlah pasien denga perawatnya, karena hal ini akan berdampak terhadap
DAFTAR PUSTAKA WHO,2009.A Guide to The Implementation of The WHO Hand Hygiene Improvement Strategy [Online] http://www.who.int/gpsc/national_campaigns/PS_ha nd_hygiene_tools_2009_6_en.pdf di unduh pada tanggal 20 May 2016 Pittet,D,et al,2007.Hand Hygiene.In Jarvis,W (Ed).Bennet and Brachman’s Hospital Infections (pp:31-44).Philadephia:Lippincdt Williams and Wilkins Depkes RI,2004.Surveilans Infeksi di Rumah Sakit.[Online] http://DepkesRI.Com/ diunduh pada tanggal 18 May 2016 Depkes,2006.Panduan Nasional Kesehatan Pasien Rumah Sakit (patient safety). [Online] http://www.inapatsafetypersi.or.id/data/panduan.pdf diunduh pada tanggal 18 May 2016 Darmadi,2008.Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta: Salemba Medika
Mani dkk,2010.Hand Hygiene Among Health Care Workers.[Online] http://webcohost.com diunduh pada tabggal 11 Juni 2016 Unit
PPI Rumah Sakit Anna Medika, 2015. Laporan Bulanan Surveilans PPI. Tidak dipublikasi. Rumah Sakit Anna Medika: Kota Bekasi
Notoadmodjo, Soekidjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam,2002.Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika Naim Setyo,2013.Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja dengan Kepatuhan Perawat Melakukan Hand Hygiene di Rumah Sakit Orthopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta Jawa 33
Jurnal Ilmiah Kesehatan,8(2);September 2016 Tengah. [Skripsi] Universitas Indonesia Arikunto,2006.Realibilitas dan Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Perpustakaan
Validitas.
34