Islam Dan Hemat Energi

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Islam Dan Hemat Energi as PDF for free.

More details

  • Words: 932
  • Pages: 4
Islam dan Hemat Energi Oleh: Agus Saputera

Seiring dengan terus meroketnya harga minyak dunia yang dampaknya cukup memporak-porandakan perekonomian rakyat Indonesia, pemerintah telah berulang kali menganjurkan untuk berhemat energi, terutama listrik dan bahan bakar minyak/gas. Sayangnya himbauan tersebut masih belum mendapat respon positif dari masyarakat. Bukan baru-baru ini saja, bahkan jauh sebelumnya - di masa ketika harga BBM masih “normal” salah seorang mantan Presiden kita pernah mengatakan bahwa kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan-kegiatan yang kurang produktif. Kita masih memakai energi terlalu boros dibanding dengan manfaat yang kita peroleh. Ternyata pernyataan tersebut masih berlaku sampai saat ini. Banyak diantara kita yang belum menyadari atau tidak mau peduli dengan perilaku kita selama ini dalam menggunakan energi. Seperti masih banyak dijumpai di perkantoran yang melakukan pemborosan listrik dalam pemakaian lampu, AC, TV, dan sebagainya. Mobil-mobil dinas plus BBM-nya terus saja ditambah dan dianggarkan meskipun mobil dinas lama masih bisa difungsikan. Orangorang kaya terus saja menambah koleksi mobil baru - meskipun mampu membelinya dan dengan uang milik mereka sendiri - tetapi lebih untuk pamer, kebanggaan, dibanding manfaat. Pemborosan dilarang agama. Bukan saja karena merugikan si pemboros, tetapi juga pihak lain. Pemborosan kita dalam memakai BBM dan listrik misalnya, secara tidak langsung adalah mengurangi jatah orang lain terhadap sumber energi tersebut. Masih banyak lagi perilaku pemborosan yang kita lakukan untuk disebutkan contohnya baik yang disadari ataupun tidak disadari.

1

Bagaimanapun pemborosan adalah hal yang dicela oleh agama. Baik tidak disadari/disengaja, apalagi kalau dilakukan dengan sengaja. Pemborosan adalalah perbuatan (yang disukai) setan. “Sesungguhnya para pemboros itu adalah teman-teman setan.”. (Q. S. Al-Isra’ [17)]: 27). Nabi saw melarang berbuat boros, meskipun dalam berbuat kebajikan. Beliau pernah menegur seseorang yang berwudhuk dengan menggunakan air berlebih-lebihan kendatipun seandainya dia berwudhuk di sungai yang mengalir. Juga termasuk perbuatan dicela agama segala tindakan yang mengakibatkan kerusakan, seperti merusak lingkungan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan sebagainya. Ia termasuk ke dalam perbuatan fasad atau ifsad. Segala macam bentuk perusakan di atas, ternyata merupakan penyebab utama kerusakan alam dan pencemaran lingkungan. Akibat kerusakan atau pencemaran tersebut adalah dirasakan oleh manusia sendiri seperti yang tengah berlaku saat ini: pengurasan (exploitation) kekayaan alam secara besar-besaran, penggundulan hutan masal, kerusakan lahan, erosi, banjir bandang, menipisnya lapisan ozon, pemanasan atmosfir dan naiknya suhu bumi, naiknya permukaan laut karena mencairnya es di daerah kutub, musnahnya beberapa jenis flora dan fauna tertentu, kelangkaan air bersih, pencemaran lingkungan oleh limbah industri, rumah sakit, racun, pembasmi hama, dan lainlain. Lihat teguran Allah swt dalam Q. S. Ar-Rum (30): 41, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, sehingga Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar (sadar).” Sebab utama segala macam perusakan, pencemaran lingkungan dapat dikembalikan kepada pemborosan dan berfoya-foya. Meskipun sumber daya alam itu melimpah, tidak terhitung banyaknya, tidak terbatas, namun pada gilirannya manusia akan merasakan keterbatasannya karena kesalahan mereka sendiri, karena boros dan berfoya-foya. Perilaku berfoya-foya dan pemborosan tersebut bersumber dari sikap kufur (tidak mensyukuri nikmat) dan zalim (menganiaya diri sendiri dan orang lain). Kufur adalah tidak menggunakan dan 2

mengambil manfaat alam dengan baik, wajar, dan sesuai dengan tujuan ia diciptakan, sedangkan aniaya artinya adalah mengambil porsi orang lain atau makhluk lain sehingga tak ada pemerataan dan hilangnya keseimbangan alam. Lihat Q. S. Ibrahim (14): 4, “Dia telah menganugerahkan segala apa yang kamu butuhkan. Jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak akan sanggup menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat aniaya lagi sangat kufur.” Para pakar lingkungan menyatakan bahwa tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup. Sedangkan dalam ajaran Islam keselarasan mencakup empat aspek, yaitu: (1). Keselarasan dengan Tuhan, (2). Keselarasan dengan orang lain, (3). Keselarasan dengan diri sendiri, (4). Dan keselarasan dengan lingkungan hidup. (Shihab, 2002). Alam raya sendiri diciptakan oleh Allah swt dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras. Lihat Q. S. Al-Mulk (67): 3-4, “Allah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Engkau sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah engkau lihat sesuatu yang tidak berimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu tanpa menemui sesuatu cacatpun, dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” Keserasian alam tersebut menciptakan sebuah eko sistem sehingga alam dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Keserasian ini dalam ilmu biologi dikenal dengan istilah rantai atau jaring makanan. Apabila ada satu komponen dari rantai makanan tersebut terganggu keseimbangannya maka akan mempengaruhi komponen yang lain. Seperti misalnya sekawanan gajah yang seharusnya mencari makan di hutan, sekarang sudah mulai memasuki pemukiman manusia karena sumber makanannya sudah habis, hutan tempat mencari makan dirusak manusia. 3

Akibatnya manusia sendiri yang terganggu keamanannya, rumahnya diserang gajah. Begitu juga misalnya pembuangan limbah pabrik, industri dan pertambangan ke sungai-sungai sehingga banyak ikan menjadi mati keracunan. Akibatnya para nelayan mengalami kesulitan memperoleh ikan. Yang lebih parah lagi adalah perbuatan merusak keseimbangan alam yaitu penggundulan hutan besar-besaran, illegal logging, perkebunan sawit massal, sehingga tidak tersisa lagi lahan untuk pertanian, sawah, penanaman padi. Akibatnya produksi pangan menjadi defisit, terpaksa mengimpor beras dari negara lain. Hutan yang gundul menyebabkan erosi, banjir yang mudah terjadi pada musim hujan, dan kesulitan air pada musim kemarau. Pelanggaran,

perusakan

yang

dilakukan

manusia

terhadap

alam

tersebut

mengakibatkan gangguan keseimbangan di darat, laut, dan udara. Terganggunya keseimbangan alam mengakibatkan bencana bagi makhluk hidup termasuk manusia sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Al-Quran bahwa kesengsaraan, kesulitan, dan bencana yang dialami manusia adalah akibat perbuatan jahat, zalim, dan kufur manusia terhadap alam baik oleh mereka yang sengaja melakukannya maupun oleh mereka yang merestui, memfasilitasi, dan mempermudah terjadinya kerusakan tersebut. Published July 4, 2008

Agus Saputera Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Bagan Sinembah Rokan Hilir

4

Related Documents