Isi.docx

  • Uploaded by: jham bexs
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,079
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT melalui wahyu yang kini terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya melalui sunnah beliau yang kini tersimpan baik dalam kitab-kitab hadist. Hukum Islam juga memiliki beberapa tujuan, antara lain: 1. Untuk ditaati dan dijalankan oleh umat Islam 2. Sebagai pedoman hidup Sumber Hukum Umat Islam menurut Mahmud Syaltuth dibagi menjadi 3 macam yaitu 1. Al-Qur’an ( Sumber Hukum Pertama) 2. Al-Hadits ( Sumber Hukum ke Dua setelah Al-Qur’an ) 3. Ijtihad B. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa Pengertian Al-Quran.? 2. Bagaimana Kehujjahan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam yang Utama..? 3. Bagaimana Penjelasan Al-Qur’an terhadap Hukum dan Alqur’an Sebagai Sumber Hukum..? 4. Apa Pengertian Sunnah…? 5. Apa Pengertian Ijtihad…? C. Tujuan Penulisan Berdasarakan rumusan masalah di atas dapat di ambil tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui Pengertian Al-Qur’an. 2. Mengetahui Kehujjahan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam yang Utama. 3. Mengetahui Penjelasan Al-Qur’an terhadap Hukum dan Alqur’an sebagai Sumber Hukum. 4. Mengetahui Pengertian Sunnah. 5. Mengetahui Pengertian Ijtihad.

1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Al-Qur’an Makna dari kata Al-Qura’an dapat dijelaskan berdasarkan hal-hal berikut 1. Secara Bahasa (Etimologi) Merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (‫ )قرأ‬yang bermakna membaca atau baca’an, seperti terdapat dalam surat Al-Qiamah (75) : 1718 : ) 18-17 : ‫ان عليناجمعه وقرانه فاداقراناه فتبع قراناه ( القيمة‬ Artinya: “sesungguhnya tangguangan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai ) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiamah : 17-18). 2. Secara Istilah (Terminologi) Adapun difinisi Al-Qur’an secara istilah menurut sebagian ulamak ushul fiqih adalah: ‫كالم هللا تعالى المنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم باللفظ العربي المنقول الينا بالتواترالمكتوب‬ ‫بالمصاحف المتعبدبتالوته المبدوء بالفاتحة والمختوم بسورة الناس‬ Artinya: “Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat alFatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dari devinisi tersebut, para ulama menafsirkan Al Qur’an dengan beberapa variasi pendapat yang dapat kami simpulkan menurut beberapa ulama Ushul Fiqh :1 1.

Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muahmmad SAW. dengan demikian, apabila tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan dengan Al-Qur’an. Seperti diantaranya wahyu yang allah turunkan kepada Nabi Ibrahim (zabur) Ismail (taurat) Isa (injil). Memang hal

1

Rachmat Syafe, Ilmu ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 50

2

tersebut diatas memang kalamullah, tetapi dikarebakan diturunkan bukan kepada nabi Muhammad saw, maka tidak dapat disebut alqur’an. 2.

Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab Qurasiy. Seperti ditunjukan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, antara lain : QS. As-Syuara : 192-195, Yusuf : 2 AZzumar : 28 An- NAhl 103 dan ibrahim : 4 maka para ulama sepakat bahwa penafsiran dan terjemahan Alqur’an tidak dinamakan Alquran serta tidak bernilai ibadah membacanya. Dan tidak Sah Shalat dengan hanya membaca tafsir atau terjemahan alquran, sekalipun ulma’ hanafi membolehkan Shalat dengan bahasa farsi (Selain Arab), tetapi kebolehan ini hanya bersifat rukhsoh (keringanan hukum).

3.

Al-Quran dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara mutawattir tanpa perubahan dan penggantian satu kata pun (Al-Bukhori : 24)

4.

Membaca setiap kata dalam alquran mendapatkan pahala dari Allah baik berasal dari bacaan sendiri (Hafalan) maupun dibaca langsung dari mushaf alquran.

5.

Al-Qur’an dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, tata urutan surat yag terdapat dalam Al-Qur’an, disusun sesuai dengan petunjuk Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. tidak boleh diubah dan digamti letaknya. Dengan demikian doa doa, yang biasanya ditambahkan di akhirnya dengan Al-Qur’an dan itu tidak termasuk katagori Al-Qur’an. Di dalam buku Ushul Fiqih, Bahwa Al-Qur’an itu, kalamullah yang diturunkannya

perantaraan Malaikat Jibril kedalam hati Rosulullah Muhammad Ibnu Abdulah dengan bahasa Arab dan makna-maknanya benar supaya menjadi bukti bagi Rosul tentang kebenaranya sebagai Rosul, menjadi aturan bagi manusia yang menjadikannya sebagai petunjuk, dipandang beribadah membacanya, dan ia di bukukan di antara dua kulit mushaf, di awali dengan surah al-fatihah dan di akhiri dengan surat an-nas, di sampaikan kepada kita secara mutawatir baik secara tertulis maupun hafalan dari generasi kegenerasi dan terpelihara dari segala perubahan dan pergantian sejalan dengan kebenaran jaminan allah saw. Dalam surat al-hijr, ayat 9: “sesungguhnya

3

kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar benar memeliharanya.2 Dari difinisi di atas ada beberapa hal yang dapat di pahami di antaranya: 1. Lafal dan maknanya langsung berasal dari allah sehingga segala sesuatu yang di ilhamkan allah kepada nabi bukan di sebut al-qur’an, melainkan di namakan hadits. 2. Tafsiran surat atau ayat Al-Qur’an yang ber bahasa Arab, meskipun mirip dengan Al-Qur’an itu, tidak dinamakan Al-Qur’an. Dan juga terjemahan surat dan ayat alqur’an dengan bahasa lain (bahasa selain arab), tidak di pandang sebagai bagian dari Al-Qur’an, meskipun terjemahan itu menggunakan bahasa yang baik dan mengandung makna yang dalam.

B. Kehujjahan Al-Qur’an Dalil Al-Quran adalah hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukumnya merupakan undang-undang yang wajib meraka ikuti, adalah : bahwa Al-Qur’an dari sisi Allah dan di sampaikan kepada mereka dari Allah melalui yang pasti (qath’i), tidak ada keraguan mengenai kebenaran nya, Sedangkan bukti bahawa Al-Qur’an itu dari sisi Allah adalah kemukjizatannya. Dalam melemahkan umat manusia untuk mendatangkan semisal AlQur’an.3 Al-Qur’an adalah syariat Islam yang bersifat menyeluruh. Ia merupakan sumber dan rujukan yang pertama bagi syari’at. Setiap peristiwa pasti terdapat hukumnya dalam Al-Qur’an. Seperti dikatakan oleh Ibnu Hazm bahwa setiap bab dalam fiqh pasti mempunyai landasan dalam Al-Qur’an yang dijelaskan oleh as-sunnah. Sebagaimana firman Allah: ْ ‫َطا ِِئر ََي ِِطير ِب ََجنَا َح ْي ِه ِِإال أ َمم أ َ ْمَث َالك ْم َما فَر‬ َ ‫ِض َوال‬ ‫ش ْيء ثم ِِإلَى َر ِِّب ِه ْم‬ َ ‫ب ِم ْن‬ ْ ‫َو َما ِم ْن دَابة فِي‬ ِ ‫األر‬ ِ ‫َطنَا فِي ْال ِكتَا‬ َ‫َيحْ شَرون‬

2

3

Amir Syarifudin, Ushul Fiqih, (Zikrul Hakim), h: 18 Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqih, , (Semarang: Dina Utama Semarang, 2014), h. 26

4

Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Q.S. Al-An’am: 38) Tidak ada perselisihan pendapat diantara kaum muslimin tentang Al-Qur’an sebagai hujjah yang kuat dan sebagai sumber hukum pertama, karena Al-Qur’an bersumber yang datang dari sisi Allah SWT. Sebagai bukti bahwa tidak ada makhluk yang mampu membuat sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an. َ ‫آن ال َيَأْتونَ بِ ِمَثْ ِل ِه َولَ ْو َكانَ بَ ْعُضه ْم ِل َب ْعٍض‬ ‫يرا‬ ِ َ‫ق ْل لَئِ ِن اجْ ت َ َمع‬ ً ‫َظ ِه‬ ِ ‫ت اإل ْنس َو ْال َِج ُّن َعلَى أ َ ْن َيَأْتوا بِ ِمَثْ ِل َهذَا ْالق ْر‬ Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain””.QS. Al-Israa’: 88) Hal ini terbukti dari keindahan segala isisnya, lafadz-lafadznya tersusun dengan bagus dan isi kandungan nya mamapu menyentuh hati para pendengar. Keindahan dan keangungan Al-Qur’an dapat di buktikan melalui Bahasa (Balaghatul Qur’an), dan kandungan nya mampu di buktikan oleh ilmu pengetahuan modern, tidak sedikit ulama-ulama kita yang paham ilmu kedokteran, fisika, matematika dan teknologi karena pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an.4 Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pertama berarti bila seseorang ingin menemukan hukum suatu kejadian maka tindakan pertama ia harus mencari jawab penyelesaiannya dari Al-Qur’an dan selama hukumnya dapat di selesaikan dengan AlQur’an, maka ia tidak boleh mencari jawaban lain di luar Al-Qur’an kedudukan sebagai sumber utama atau pokok berarti bahwa ia menjadi sumber dari segala sumber hukum hal ini berarti bahwa penggunaan sumber lain harus sesuai petunjuk Al-Qur’an dan tidak berbuat hal-hal lain yang bertentangan dengan Al-Qur’an dengan arti sumbersumber lain tidak boleh menyalahi apa-apa yang ditetapkan oleh Allah. Kedudukan

4

Hasbiyallah,, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 19.

5

sebagai sumber utama atau pokok berarti bahwa ia menjadi sumber dari segala sumber hukum. Hal ini berarti bahwa penggunaan sumber lain harus sesuai petunjuk Al-Qur’an dan tidak berbuat hal-hal lain yang bertentangan dengan Al-Qur’an, dengan arti sumbersumber lain tidak boleh menyalahi apa-apa yang di tetapkan oleh Al-Qur’an.5 C. Penjelasan Al-Qur’an Terhadap Hukum Dan Alqur’an Sebagai Sumber Hukum. Al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam, mengandung beberapa ayat dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat yang menjelaskan Hukum diantaranya: a. Uraian al-Qur’an tentang puasa Ramadhan, ditemukan dalam surat al-Baqarah: 183, 184, 185, dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru di wajibkan setelah Nabi SAW tiba di Madinah, karena ulama Al-Qur’an sepakat bahwa Surat Al-Baqarah turun di Madinah. Para sejarawan menyatakan bahwa kewajiban melaksanakan puasa ramadhan di tetapkan Allah SWT pada 10 Sya'ban thaun kedua Hijriyah. Allah SWT berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Ayat ini yang menjadi dasar hukum diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. b. Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan persoalan Shalat: Firman Allah SWT yang artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An Nisa’:103). Artinya: sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thahaa: 14). Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Alkitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari 5

Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999), h. 36

6

(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Ankabut: 45).6 .

Berdasarkan penjelasan ayat di atas bahwa Al- Qur’an adalah kalam Allah yang di turunkan-Nya melalui perantara malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah dengan lafal berbahasa Arab dan makna-maknanya sebagai hujjah atas kerasulannya. Dalil al-qur’an adalah hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukumnya merupakan undang-undang yang wajib mereka ikuti , adalah : bahwa Al-Qur’an dari sisi Allah dan disampaikan kepada mereka dari Allah melalui cara yang pasti (qath’i), tidak ada keraguan mengenai kebenarannya. Kedudukan sebagai sumber utama atau pokok berarti bahwa ia menjadi sumber dari segala sumber hukum. Hal ini berarti bahwa penggunaan sumber lain harus sesuai petunjuk Al-Qur’an dan tidak berbuat hal-hal lain yang bertentangan dengan AlQur’an,dengan arti sumber-sumber lain tidak boeh menyalahi apa-apa yang di tetapkan oleh Al-Qur’an

D. SUNNAH 1. Pengertian Sunnah Sunnah ( ‫ (سنه‬secara terminology (bahasa) berarti “ jalan yang biasa dilalui “ atau “ cara yang senantiasa dilakukan,” . Pengertian sunnah secara etimologis ini ditemukan dalam sabda Rasulullah Saw yang berbunyi : ْ ‫سنَةً فَلَه اَجْ ر هَا َو اَجْ ر َم ْن َع َم َل ِب َها‬ ‫سن َب ْع ِد ِه‬ َ ‫س ْن سن ِفى ا ِالس َْال َم سنةً َح‬ َ Artinya : barang siapa yang membiasakan sesuatu yang baik didalam islam maka menerima pahalanya dan pahala orang-orang sudahnya yang mengambilnya (H.R. Muslim)

6

Mannaa’ Khaliil Al-Qattaan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007)

7

Secara terminologi , sunnah bisa dilihat dari tiga bidang ilmu yaitu , ilmu hadits, ilmu fiqh, dan ushul fiqh. Sunnah menurut ahli ushul fiqih adalah segala yang diriwayatkan leh nabi saw berupa perbuatan, perkataan, dan ketetapan atau sifatnya sebagai manusia biasa, akhlaknya, apakah ia sebelum maupun setelah diangkat menjadi Rasul. Sedangkan sunnah menurut para ahli, disamping pengertian yang dikemukakan para ulama ushul fiqih diatas, juga dimaksudkan sebagai salah satu hukum taklifi, yang mengandung pengertian “ perbuatan yang apakah dikerjakan mendapt pahala dan apa bila ditinggalkan tidak berdosa.7 Sunnah artinya cara yang dibiaskan atau cara yang dipuji. Sedangkan menurut istilah agama yaitu perkataan Nabi, perbuatan dan taqriri (ucapaan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkannya). dengan demikian sunnah Nabi dapat berubah: sunnah qauliyah (perkataan), sunnah fi’liyah (perbuatan), sunnah taqririyah (ketetapan).8 2. Pembagian Sunnah Dilihat dari segi periwayatannya, jumhur ulama ushul fiqh membagi sunnah kepada mutawattir dan ahad. Apabila sunnah diriwayatkan secara bersambung oleh banyak orang, menurut logika tidak mungkin mereka akan seakat berdusta, maka sunnah seperti ini disebut mutawattir. Apabila sunnah itu diriwayatkan oleh beberapa orang saja yang tidak sampai ketingkat mutawatir, maka sunnah itu disebut dengan ahad. 9 a. Sunnah qauliyah Sunnah qauliyah sering juga dinamakan kabar aau berita yang diucapkan oleh Nabi berupa sabda-sabdanya dihadapan para sahabat (yakni orang muslim yang hidup dimasa nabi dan pernah mendengar ucapannya). Sunnah qauliyah dapat dibedakan atas 3 bagian, yaitu :

7

Muhammad Jaj Al-Khatib, ushul al-hadits-Ulumuhu wa mushtalahuhu, (Beirut: dar Fikr, 1981), h. 17 Nazar bakry, ushul fiqih,(jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 1996) h.38 9 Nasrun harun,ushul fiqih (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 38 8

8

1) Diyakini besarnya seperti kabar yang daatang dari Allah dan dari Rasul-Nya yang diriwayatkan oleh orang-orang yang dapat dipercayai dan kabar-kabar mutawatir. 2) Diyakini dustanya seperti kabar yang berhimpun antara yang berlawanan dan kabar yang menyalahi dari ketentuan –ketentuan syara; seerti bi’dah dan sayyi’ah. 3) Yang tidak diyakini benarnya dan dustanya yang terdiri dari : a) Tidak kuat benarnya dan tidak pula dustanya, seperti berita yang disapaikan pleh orang yang bodoh b) Kabar yang kuat dustanya dari benarnya seperti berita yang disampaikan oleh orang fasik (oang yang mengakui peraturan – peraturan islam tapi kurang mengindahkannya ) c) Kabar yang kuat benarnya dari dustanya, seperti kabar yang disampaikan oleh orang yang adil (dipercaya) b. Sunnah fi’liyah Al-sunnah fi’liyah adalah : perbuatan –perbuatan nabi muhammad saw seperti pekerjaan melakukan shalat lima kali. Sunnah fi’liyah ialah tiap-tiap perbuatan yang pernah dilakukan oleh Nabi , sunnah fi’liyah terbagi kepada 5 bentuk : 1) Nafsu yang terkendali oleh keinginan dan gerakan kemanusiaan, seperti gerakan anggota badan dan gerak badan; sunnah fi’liyah yang seperti ini menunjukkan kepada mubah (boleh) 2) Sesuatu yang tidak berhubungan dengan ibadat seperti berdiri, duduk dan lain-lain 3) Perangai yang membawa kepada syara’ menurut kebiasaaan yang baik dan tertentu, seperti makan, minum, pakaian dan tidur . sabda Nabi SAW : ‫ى ص م َيأ ْ كل خبْزَ الش ِعي ِْر َغي َْر َم ْنخ ْول‬ ُّ ‫َكانَ االن ِب‬ Artinya : ‘Nabi memakan akan tepung gandum yang belum dilayak”(HR. Bukhari )

9

4) Sesuatu yang tertentu kepada nabi saja, seperti beristri lebih dari empa orang. 5) Untuk menjelaskan hukum-hukum yang mujmal (samar-samar) seperti menjelaskan perbuatan haji dan umrah ; perbuatan-perbuatan sembahyang yang lima wakt (fardhu) dan sembahyang khusuf (gerhana). c.

Sunnah taqririyah Sunnah taqririyah ialah tentang nabi mencegah apa yang dikatakan seseorang atau apa yang diperbuat oleh seseorang dihadapannya atau dimasanya. Dengan arti perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang dilakukan dihadapan beliau tidak dicegahnya dan tidak dilarangnya. Jadi ketetapan Nabi atas perkataan sama dengan perkataannya dan atas perbuatan sama dengan perbuatannya, begitu juga perkataan dan perbuatan yang tidak dihadapan beliau, sedangkan dia mengetahui hal-hal tersebut, tetapi tidak dibantahnya, maka hukumnya sama dengan hokum perkataan atau perbuatan yang dihadapannya. Contoh sunnah taqririyah : 1) Taqriri Nabi atas harta-harta yang ada ditangan orang musyrik yang diperoleh sebelm islam dengan cara laindan tidak disuruh nabi terhadap mereka dengan bertobat apa – apa yang telh dahulu 2) Taqririnya nabi terhadap perempuan keluar dari rumahnya dan berjalan dijalanan serta dating kemesjid dan mendengar pidato-pidato 3) Taqririnya nabi terhadap mereka yang mengerjakan sembahyang sunat antara azan maghrib dengan sembahyang maghrib, sedang Nabi elihat dan tidak melarangnya.

Berdasarkan hal di atas, sunnah artinya cara yang dibiaskan atau cara yang dipuji. Sedangkan menurut istilah agama yaitu perkataan Nabi, perbuatan dan taqriri (ucapaan dan perbuatan sahabat yang beliau diamkan dengan arti membenarkannya) . dengan demikian sunnah Nabi dapat berubah: sunnah qauliyah (perkataan), sunnah

10

fi’liyah (perbuatan), sunnah taqririyah (ketetapan). Sunnah juga merupakan sumber hukum ke dua setelah al-qur’an.

E. IJTIHAD Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga dalam tatanan hukum Islam: 1. Pengertian Ijtihad Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Menurut bahasa, ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran. Sedangkan, menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Secara terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari syariat melalui metode tertentu. Ijtihad dipandang sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Quran dan hadis, serta turut memegang fungsi penting dalam penetapan hukum Islam. Telah banyak contoh hukum yang dirumuskan dari hasil ijtihad ini. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid. ijtihad tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi hanya orang yang memenuhi syarat yang boleh berijtihad.10 2. Fungsi Ijtihad a. Terciptanya suatu keputusan bersama antara para ulama dan ahli agama (yang

berwenang) untuk mencegah kemudharatan dalam penyelesaian suatu perkara yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh Al Qur’andanHadist. b. Tersepakatinya suatu keputusan dari hasil ijtihad yang tidak bertentangan

dengan All Qur’an dan Hadist.. c. Dapat ditetapkannya hukum terhadap sesuatu persoalan Ijtihadiyah atas

pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syari’at berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam. 11 10

Atang Abd. Hakim, dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Pesdakarya

2000) Abdulloah, Amin, Falsafat Kalam di Era Post Modernisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997)

11

11

3. Dasar Dasar Ijtihad Adapun yang menjadi dasar ijtihad ialah Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Diantara ayat Al-qur’an yang menjadi dasar ijtihad adalah sebagai berikut: Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang berkhianat.(Q.S. an-Nisa [4]:105). Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad diantaranya hadits ‘Amr bin al-‘Ash yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad bersabda : ‫اذاحكمالحاكمفاجتهدفاصابفلهاجرانواذاحكمفاجتهدثماخِطأفلهاجرواحد‬.

Artinya: apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian benar maka ia mendapatkan dua pahala. Akan tetapi, jika ia menetapkan hukum dalam ijtihad itu salah maka ia mendapatkan satu pahala.(Muslim,II, t.th:62).12 Problema hukum yang dihadapi umat Islam semakin beragam, seiring dengan berkembang dan meluasnya agama Islam, dan berbagai macam bangsa yang masuk Islam

dengan membawa berbagai macam adat istiadat, tradisi dan sistem

kemasyarakatan. Sementara itu, nash Al-Qur’an dan Sunnah telah berhenti, padahal waktu terus berjalan dengan sejumlah peristiwa dan persoalan yang datang silih berganti (al-wahy qad intaha wal al-waqa’i la yantahi). Oleh karena itu, diperlukan usaha penyelesaian secara sungguh-sungguh atas persoalan-persoalan yang tidak ditunjukkan secara tegas oleh nash itu. Dengan demikian ijtihad menjadi sangat penting sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an dan al-Sunnah dalam memecahkan berbagai problematika masa kini.

12

Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, (Bandung;Pustaka Bandung, 1978), h.54

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa AL-Quran dan Hadis Adalah Sebagai Sumber Hukum Islam Dan Ijtihad Sebagai Bukti Kesungguhan Kepada ALLAH SWT dan kita beramalan mencari redha Allah semata. B. Saran Dalam pembuatan makalah penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis menyarankan bagi pembaca untuk mentelaah kembali tentang kalimat dalam pembelajaran tentang Pengantar Iimu Fiqih. Dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah penulis.

13

More Documents from "jham bexs"