l-Ishlah sering diartikan dengan “perbaikan” atau “memperbaiki”. Jika kita menengok pada tujuan utama dari dakwah para nabi, maka sejarah membuktikan bahwa tujuan mereka adalah Al-Ishlah, atau memperbaiki kondisi umat. Seperti perkataan Nabi Sholeh as yang diabadikan dalam Al-Qur’an berikut ini, ُست َ َط ْعت ْ اإل ْ صالَ َح َما ا ِ َّإِ ْن أ ُ ِري ُد إِال “Aku hanya bermaksud (melakukan) perbaikan semampuku.” (QS.Huud:88)
Al-Ishlah dalam Al-Qur’an Kata Al-Ishlah sering digunakan dalam Al-Qur’an. Kata ini bisa memiliki dua makna, 1. Jika diambil dari dari kalimat As-Sulhu maka artinya adalah mendamaikan 2 orang atau kelompok yang berselisih. Makna Al-Islah dengan arti pertama (mendamaikan perselisihan) digunakan untuk beberapa hal seperti, >> Mendamaikan suami istri ق ّللاُ بَ ْينَ ُه َما ْ ِق بَ ْينِ ِه َما فَا ْب َعثُواْ َحكَما ً ِم ْن أ َ ْه ِل ِه َو َحكَما ً ِم ْن أ َ ْه ِلهَا إِن يُ ِريدَا إ َ ش َقا ِ َوإِ ْن ِخ ْفت ُ ْم ِ ِصالَحا ً يُ َوف “Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah Memberi taufik kepada suami-istri itu.” (QS.An-Nisa’:35)
>> Mendamaikan 2 kelompok ص ِل ُحوا بَ ْينَ ُه َما ْ َ ان ِمنَ ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ ا ْقت َتَلُوا فَأ ِ ََو ِإن َطائِ َفت “Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.” (QS.Al-Hujurat:9)
>> Mendamaikan secara umum ص ِل ُحواْ ذَاتَ بِ ْينِ ُك ْم ْ َفَات َّ ُقواْ ّللاَ َوأ “Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.AlAnfal:1)
2. Jika diambil dari kata As-Solaah maka artinya adalah melakukan kebaikan dan menyingkirkan keburukan. Makna ini juga menjadi lawan kata dari Al-Fasad yang artinya melakukan keburukan ataupun kerusakan.
Makna Pertama : Mendamaikan yang Berselisih.
ص ِل ُحواْ ذَاتَ ِب ْينِ ُك ْم ْ ََفاتَّقُواْ ّللاَ َوأ “Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS.AlAnfal:1) Ayat ini menarik untuk kita perhatikan lebih dalam. Bertakwalah ! Lalu perbaiki hubungan diantara sesamamu ! Ayat ini seakan ingin berbicara bahwa tak ada artinya takwa tanpa kepedulian kepada kondisi sekitar kita. Tak ada artinya takwa tanpa rasa peduli untuk mendamaikan saudara yang berselisih. َّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم ت ُْر َح ُمون ْ َ ِإنَّ َما ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فَأ َّ ص ِل ُحوا َب ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا “Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)
Namun inilah manusia. Semakin hari rasa kepedulian ini semakin pudar. Orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing dan acuh dengan kondisi sekitarnya. Walaupun ada yang memang tidak mampu untuk mendamaikan, ada pula yang tidak mau. Bahkan akhir-akhir ini semakin banyak orang yang tidak mendamaikan perselisihan tapi malah membakar api provokasi dan memecah belah saudaranya sendiri. Padahal menurut Al-Qur’an tidak ada kebaikan dalam perkataan rahasia (bisik-bisik) yang dilakukan manusia kecuali dalam 3 pembicaraan saja seperti Firman Allah swt, اس ْ ِص َدقَ ٍة أ َ ْو َم ْع ُروفٍ أَ ْو إ َ ِير ِمن نَّجْ َوا ُه ْم إِالَّ َم ْن أ َ َم َر ب ِ صالَحٍ بَ ْينَ ال َّن ٍ ِالَّ َخي َْر فِي َكث “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS.An-Nisa’:114)
Mendamaikan perselisihan termasuk sesuatu yang sangat ditekankan dalam Islam. Tentu kebalikan dari mendamaikan ini (seperti adu domba dan memecah persatuan) punya bahaya dan ancaman yang begitu besar pula. Jangan pernah pesimis ketika ingin mendamaikan orang yang berselisih, karena Allah tidak pernah menanyakan “berhasil atau tidak?”, tapi yang akan ditanyakan adalah “kenapa tidak menyampaikan? Mendamaikan orang yang berselisih bukanlah perkara kecil. Perbuatan ini amat agung di Sisi Allah swt. Rasul pun sering bersabda tentang pahala mendamaikan perselisihan Dan kali ini, kita akan menengok kepada hadist dari Rasulullah saw tentang besarnya pahala mendamaikan orang yang berselisih. Rasul bersabda, “Mendamaikan perselisihan itu lebih utama dari solat dan puasa” Mungkin kita akan merasa aneh mendengar hadist ini, bagaimana usaha mendamaikan itu dapat lebih utama (afdhol) dari solat ? Bukankah solat itu tiang agama?
Salah satu tujuan dari ibadah adalah menjadikan manusia berakhlak dan menumbuhkan kepedulian antar sesama. Apa artinya ibadah jika acuh dengan kondisi sekitarnya? Apa artinya solat dan puasa jika hobinya mengadu domba? Al-Ishlah (mendamaikan perselisihan) ini juga sering disebut sebagai perbuatan yang paling mulia setelah hal-hal yang wajib. Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada perbuatan yang dilakukan seseorang (setelah amalan wajib) yang lebih baik dari mendamaikan diantara manusia. Dia berkata yang baik dan mengharapkan kebaikan.”
Jadi seorang yang acuh melihat perselisihan disekitarnya adalah tipe orang yang tidak pernah mengharapkan kebaikan bagi orang lain. Rasa kepeduliannya telah mati dan jiwa kemanusiaannya telah pudar. Di waktu yang lain, Imam Ja’far As-Shodiq (Guru dari Imam Madzhab Maliki dan Hanafi) pernah berkata kepada murid-muridnya, “Maukah kalian aku tunjukkan sedekah yang dicintai Allah dan Rasul-Nya?” Mereka menjawab, “Iya..” Imam pun berkata, “Mendamaikan sesama jika mereka berselisih dan mendekatkan mereka jika saling menjauh.” Sejarah pun menceritakan bahwa beliau sering menitipkan sejumlah uang kepada murid-muridnya. Mereka pun bertanya, “untuk apa ini ya imam?” Beliau pun menjawab, “Untuk persiapan jika ada yang berselisih, damaikan dengan uang ini.” Dan pada puncaknya, Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku kabarkan tentang derajat yang lebih mulia dari puasa, solat dan sedekah?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Rasul pun bersabda, “Yaitu mendamaikan antar sesama (yang berselisih).” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya dengan mengatakan bahwa siapa yang merusak hubungan antar sesama maka perbuatan itu akan memutus segala kebaikan dan akan mengantarkannya kepada kesengsaraan. Disaat Allah dan Rasul-Nya sangat menganjurkan untuk mendamaikan perselisihan, mengapa banyak yang berteriak membela islam dengan mengobarkan perpecahan? Sungguh mereka beralasan membela Al-Qur’an namun perbuatan mereka amat jauh dari ajaran suci-Nya. Jika ingin benar-benar membela Islam, ikuti Al-Qur’an ! Damaikan perselisihan ! Jauhi provokasi dan perpecahan. Semoga kita termasuk orang-orang yang peduli dan benarbenar mengikuti ajaran Al-Qur’an.