BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.
Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian Indonesia yang dapat menunjang kemajuan dan memeratakan pendapatan nasional. Berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menjelaskan bahwa pasar modal sebagai suatu tempat berlangsungnya kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan pergerakan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Keberadaan pasar modal sangat berguna baik bagi investor maupun perusahaan. Bagi investor dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modal (khususnya investasi jangka panjang) seperti saham dan obligasi akan memperbanyak pilihan investasi. Investor juga dapat membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang bersedia ditanggung (risk) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (return). Sedangkan bagi perusahaan, pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk memperoleh dana dalam bentuk modal sendiri (equity) dengan mengeluarkan obligasi, menjual atau emisi saham. Setiap perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) secara umum bertujuan untuk meningkatkan harga atau nilai sahamnya guna memaksimalkan kekayaan dan kemakmuran para pemegang sahamnya. Setiap perusahaan dapat menjual surat berharganya di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik dalam bentuk saham maupun obligasi, melalui penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) di pasar primer. Kemudian saham diperdagangkan di pasar sekunder setelah terdaftar di bursa. Penawaran Umum Perdana atau go publik merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan cara menawarkan saham kepada masyarakat. Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (disingkat UU Pasar Modal) mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undangundang dan peraturan pelaksanaannya. Penetapan harga Penawaran Umum Perdana sangat sulit, oleh karena itu diperlukan penjamin emisi (underwriter) yang berperan dalam penetapan harga saham di pasar perdana. 1.2.
Rumusan Masalah. 1
Dari uraian di atas, terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana penerapan IPO dalam rangka ekspansi di suatu perusahaaan?
2.
Bagaimana tahapan-tahapan dari IPO yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yang hendak go public?
BAB II EMITEN DAN PENAWARAN UMUM 2
2.1. Pengertian IPO Initial Public Offering (IPO) yang berarti “Penawaran Saham Perdana” dan istilah IPO menunjuk pada proses awal penjualan saham sebuah perusahaan yang hendak go publik kepada masyarakat. IPO merupakan titik balik perusahaan dari status privat menjadi perusahaan terbuka. Pada saat inilah, untuk pertama kalinya masyarakat berkesempatan ikut memiliki saham sebuah perusahaan publik. Jadi dapat dikatakan IPO merupakan kegiatan penawaran saham atau Efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten (perusahaan yang akan go publik) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Penawaran Umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut: 1. Periode Pasar Perdana yaitu ketika Efek ditawarkan kepada pemodal oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang dihmjuk; 2. Penjatahan Saham yaitu pengalokasian Efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah Efek yang tersedia; 3. Pencatatan Efek di bursa, yaitu saat Efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. UU Pasar Modal juga mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud sebagai efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Sementara itu, perusahaan publik didefinisikan sebagai perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp.3.000.000.000 (tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan oleh pemerintah. Persyaratan utama untuk melakukan go publik adalah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau sebelumnya disebut Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Pada saat IPO perusahaan harus menggunakan jasa perusahaan pialang yang disebut underwritter atau penjamin emisi. Jadi, masyarakat yang ingin membeli saham perushaan tersebut harus berurusan dengan penjamin emisi ini. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), 3
sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Sebaliknya apabila penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi overpricing. Underpricing dan overpricing merupakan dua hal atau perilaku saham yang selalu terjadi pada penawaran perdana. Namun sejalan dari penelitian terdahulu dan banyak dari literatur yang menyatakan bahwa rata-rata harga saham pada saat masuk pasar sekunder dihari pertama selalu cenderung terjadi underpricing, maka dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada fenomena underpricing saja. Biasanya alasan perusahaan go publik adalah karena perusahaan tersebut membutuhkan tambahan modal segar, sementara pemilik perusahaan tak mampu atau tidak mau menambah modal. Oleh karena itu perusahaan harus menawarkan sebagian sahamnya kepada masyarakat, dana yang diperoleh dari IPO ini seharusnya masuk ke kantong perusahaan dan dengan dana ini akan memiliki modal untuk melakukan ekspansi atau membayar utang yang telah jatuh tempo. 2.2. Tujuan IPO Tujuan diadakannya IPO bisa kita lihat dalam 2 aspek, yaitu: 1. Aspek Finansial : a. Untuk refinancing atau restrukturasi permodalan, yaitu meningkatkan permodalan memperbaiki struktur keuangan perusahaan (Debt Equity Ratio) b. Mengurangi Cost Of Fund c. Merupakan sumber pendanaan Jangka Panjang.
2. Aspek Non Finansial : a.
Lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat
b.
Meningkatkan profesionalisme
c.
Pemasaran perusahaan melalui ekspansi bisnis atau perluasan usaha
d.
Investasi baru dan 4
e.
Mengambil alih usaha lain
2.3. Keuntungan dan Kelemahan IPO Terdapat beberapa keuntungan menjadi perusahaan public ataupun mengajukan IPO , yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kemudahan dalam meningkatkan modal di masa yang akan datang, Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham Nilai pasar perusahaan diketahui. Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder. Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan. Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan menawarkan opsi. Selain terdapat keuntungan, dalam menjadi perusahaan publik juga terdapat beberapa
kerugian yang timbul, yaitu: 1. Biaya laporan yang meningkat karena perusahaan memiliki kewajiban untuk menyerahkan 2. 3. 4. 5.
laporan kuartalan dan tahunan kepada regulator (OJK) Ketakutan untuk diambil alih. Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran umum. Hilangnya kontrol terhadap persoalan manajemen, karena terjadi dilusi kepemilikan saham. Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan dan pembagian dividen.
2.4. Pihak-Pihak dalam IPO Menurut UU Pasar Modal untuk melakukan penawaran ke publik, maka perusahaan tersebut harus bekerjasama dengan pihak –pihak yang diatur menurut Undang- Undang tersebut. Di Indonesia belum ada peraturan yang mengatur seperti di Amerika Serikat mengenai perusahaan yang dapat melakukan penawaran sendiri. Adapun pihak yang berpartisipasi dalam rangka proses IPO dapat di kelompokkan menjadi lembaga penunjang pasar modal dan profesi penunjang pasar modal. Partisipan atau pihak-pihak yang ikut mendukung IPO harus tersebut harus terdaftar di OJK. Partisipan tersebut harus melakukan pendaftaran untuk bisa menjadi terdaftar di Bapepam, dimana partisipan tersebut mendapat rekomendasi dan assosiasi partisipan tersebut. Lembaga Penunjang dan Profesi Penunjang IPO terbagi lagi menjadi beberapa pihak, antara lain: 1. Lembaga Penunjang IPO: a. Perusahaan Sekuritas b. Biro Administrasi Efek 2. Profesi Penunjang IPO: a. Akuntan Publik 5
b. Penasihat Hukum c. Penilai d. Notaris a. Perusahaan Sekuritas (Underwritter) Perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan. Izin awal diperoleh dari Kantor Kementrian Perdagangan yang dikenal SIUP dan Bapepam sebelum perusahaan tersebut beroperasi. Menurut OJK/Bapepam sejak tahun 2013, Perusahaan Sekuritas untuk mendapatkan izin sebagai manajer investasi harus memiliki perusahaan terpisah dari perusahaan yang mempunyai izin sebagai penjamin emisi dan broker transaksi efek. Sebagai penjamin emisi sangat diperlukan dalam rangka membantu perusahaan lain untuk melakukan IPO serta mendapatkan untuk mengembangkan perusahaan. Adapun tugas Perusahaan Sekuritas dalam membantu perusahaan lain untuk IPO : a) Menurut UU Pasar Modal menyatakan bahwa penjamin
emisi efek dalah pihak yang
membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan b) c) d) e)
emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Melakukan proses pendaftaran ke OJK. Sebagai adviser emiten untuk IPO Membeli atau menjamin efek yang dijual Bersama emiten melakukan road show untuk memperkenalkan emiten ke publik. Perusahaan sekuritas mempunyai tanggung jawab dalam rangka membantu perusahaan
lain dalam melakukan IPO,dengan 2 cara antara lain : a) Full Commitment Full Commitment atau menggaransikan saham sepenuhnya yang akan dijual, bila perushaan membutuhkan dana sebanyak Rp. 500 milyar, maka perusahaan sekuritas menjamin sepenuhnya dana tersebut bisa diberikan perusahaan sekuritas atau saham yang diterbitkan pasti dapat dijual. Jika terjadi saham tidak dapat dijual maka resiko ketidakberhasilan menjual saham tersebut bukan pada perusahaan melainkan pada perusahaan sekuritas. b) Best Effort Tindakan penjaminan penjualan saham sesuai dengan jumlah saham yang laku di jual. Misal jika dari Rp.500 milyar, yang laku terjual hanya Rp. 300 milyar maka tanggung jawab perusahaan sekuritas hanya sebesar Rp. 300 milyar, sisanya di tanggung perusahaan atau perusahaan sekuritas tersebut dapat mengembalikan saham yang tidak laku tersebut. Pada saat ini perusahaan sekuritas mempunyai kewajiban harus melakukan dengan full commitment. 6
Di Indonesia dikenal dengan satu pendekatan lagi dan tidak banyak yang tahu yang dikenal dengan IPO STRATEGIC, yaitu perusahaan sekuritas hanya sebagai pembawa perusahaan untuk melakukan registrasi ke bapepam dan semuanya tanggung jawab perusahaan. Tindakan ini persis sama dengan pendekatan full commitment tetapi ada perjanjian khusus antara perusahaan sekuritas dengan perusahaan yang ingin melakukan penawaran saham ke publik. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang ingin menawarkan saham ke publik, sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l)
Nilai penawaran yang pernah di kerjakan Industri keahlian Riset yang di analisis Reputasi perusahaan Kualitas kelompok penjamin Kekuatasn distribusinya Hubungan personal Pelanggan yang dimiliki antara eceran dan lembaga Dukungan setelah IPO Kualitas para analisisnya Persoalan staff Referensi dari beberapa penjamin
b. Akuntan Publik (Pemeriksa Laporan Keuangan) Tugas Akuntan publik: a) b) c) d)
Melakukan audit atas pembukuan perusahaan Memberikan advise perhitungan pajak Memberikan advise akutansi perhitungan persediaan perusahaan Memberikan opini atas pembukuan perusahaan. Bagi perusahaan yang ingin mendaftarkan atau memperdagangkan sahamnya di bursa,
maka pendapat akuntan publik atas laporan keuangan perusahaan harus wajar tanpa pengecualian. Perusahaan yang ingin go publik harus mencari akuntan publik yang bisa dipercaya. Adapun karakteristik akuntan publik, yaitu sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g)
Reputasi akuntan publik Jaringan akuntan publik Kerjasama akuntan publik dengan pihak luar Pengalaman akuntan publik untuk emiten Kecepatan AP memenuhi dead-line Size yang pernah diaudit akuntan publik Kualitas kualitatif akuntan publik.
7
c. Penilai Merupakan sebuah lembaga yang diatur melalui peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 57/KMK.017/1996 tentang jasa penilai publik dimana keputusan tersebut di rubah dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.16/KMK.01/2006 dan disempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.125.KMK.01/2008 tentang jasa penilai publik. Tugas dari Penilai : a) Melakukan penilaian terhadap asset emiten b) Memberikan rekomendasi yang berkenaan dengan asset c) Memberikan advice mengenai property Pemilihan Penilai berdasarkan karakteristik, sebagai berikut : a) b) c) d) e)
Pengalaman penilai dalam bidang industry emiten Size yang pernah di nilai Reputasi penilai (perusahaan dan orangnya) Kualitas kualitatif manajemen penilai Jaringan penilai.
d. Konsultan Hukum Tugas Konsultan Hukum : a) Melakukan pemeriksaan atas (legal audit)kondisi perusahaan secara hukum b) Memberikan opini atas IPO Perusahaan. Oleh karenanya konsultan hukum harus mengeluarkan dua surat dalam penawaran saham ke publik yaitu opininya atas IPO yang dilakukan perusahaan apakah sudah memenuhi persyaratan dikenal dengan Legal Opinion dan surat mengenai legalitas hukum perusahaan dimana konsultan hukum melakukan pemeriksaan hukum dikenal dengan Legal Audit. Pemilihan konsultan hukum berdasarkan karakteristik sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g)
Reputasi konsultan hukum Jaringan konsultan hukum Kerjasama konsultan hukum dengan lawyer pihak luar Pengalaman konsultan hukum untuk emiten Kecepatan konsultan hukum memenuhi dead-line Size yang pernah diaudit konsultan hukum Kualitas kualitatif konsultan hukum. 8
e. Konsultan Keuangan Tugas Konsultan Keuangan, sebagai berikut: a) b) c) d)
Melakukan proyeksi ke depan tentang perusahaan Memberikan advise kepada emiten mengenai keuangan perusahaan terutama untuk IPO Membuat perhitungan keuangan perusahaan sesuai pasar Membantu emiten dalam rangka menghitung nilai saham yang akan dijual.
Konsultan Keuangan merupakan lembaga yang menjadi partner perusahaan secara detail untuk terjadinya IPO. Pemilihan Konsultan Keuangan berdasarkan karakteristik, sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g)
Reputasi konsultan keuangan Jaringan konsultan keuangan Kerjasama konsultan keuangan dengan pihak luar Pengalaman konsultan keuangan untuk emiten Kecepatan konsultan keuangan untuk memenuhi dead-line Size yang pernah diaudit konsultan keuangan Kualitas kualitatif konsultan keuangan
f. Notaris Akta yang dibuat oleh Notaris merupakan catatan yang dapat dibuat sebagai bukti baik untuk perselisihan hukum maupun untuk kepentingan musyawarah. Tugas dari Notaris : a) Membuat Akta IPO b) Memberikan advise secara hukum berkenaan dengan kenotariatan. Biasanya Notaris hanya bertugas ketika mengaktekan proses IPO dan juga mengundang semua yang ikut serta membuat IPO perusahaan dalam hal ini penjamin emisi untuk menyatakan komitmennya.
Pemilihan Notaris berdasarkan karakteristik sebagai berikut : a) b) c) d)
Reputasi Notaris Pengalaman Notaris untuk emiten Kecepatan Notaris untuk memenuhi dead-line Size yang pernah diaudit konsultan keuangan 9
e) Kualitas kualitatif Notaris. g. Biro Adiministrasi Efek (BAE) BAE merupakan perusahaan yang bergerak dalam pencatatan saham dan izin usahanya diperoleh dari OJK bila ada perubahan kepemilikan saham. Tugas BAE : a) Melakukan pencatatan administrasi pemilik emiten b) Membuat laporan mutasi pemegang saham ke OJK dan emiten c) Memberikan informasi pemilik saham kepada manajemen emiten Pemilihan BAE berdasarkan karakteristik, sebagai berikut : a) b) c) d) e)
Reputasi BAE Pengalaman BAE Kecepatan BAE memenuhi dead-line Size yang pernah ditangani ualitas kualitatif BAE
h. Event Communication (EC) EC merupakan lembaga untuk menyampaikan informasi yang tepat kepada publik agar harga dan saham perusahaan dapat diterima investor. Perusahaan komunikasi mempunyai tugas dalam bidang IPO, sebagai berikut : a) b) c) d) e)
Menyusun komunikasi untuk IPO Memberikan advise untuk menghadapi Publik Memberikan advise untuk menghadapi wartawan Membuat atau merancang iklan Mengkomunikasikan informasi perusahaan kepada publik agar diiterima dengan baik.
Pemilihan EC berdasarkan karakteristik, sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g) h)
Reputasi EC Perusahaan yang pernah ditangani Jaringan EC Staff komunikasi Background EC-pemilik Pemahaman EC atas Pasar Modal Size IPO yang pernah ditangani Kualitas komunikasi yang ditangani Tugas EC sangat mempunyai peranan dalam memberikan informasi perusahan yang
melakukan IPO. 10
2.5. Proses Initial Public Offering Dalam rangka suatu perusahaan menuju IPO, terdapat tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk merealisasikannya. Proses tersebut dapat kita kelempokan ke dalam 3 tahapan yaitu: 1. Masa Persiapan Pada tahapan masa persiapan ini, beberapa langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: a. Kesepakatan rapat direksi mengenai rencana IPO yang kemudian dari rapat tersebut menghasilkan notulen rapat untuk selanjutnya Direksi melaporkan hasil rapat tersebut pada rapat direksi dengan komisaris ; b. Mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang merupakan organ tertinggi perusahaaan. Agenda RUPS ini adalah persetujuan rencana IPO dan perubahan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan ; c. Perusahaan membentuk tim untuk mempersiapkan IPO paling sedikit 5 orang yang terdiri dari bidang akuntansi, hukum, corporate finance, dan bidang lain yang dianggap perlu seperti pemasaran, produksi, dan logistik. Pembentukan tim ini dimaksudkan untuk mempersiapkan proyeksi dari masing-masing bidang untuk lima tahun ke depan. Untuk bidang keuangan, proyeksi lima tahun ke depan dibuat dengan telah mempertimbangkan aliran dana yang masuk pada saat penawaran saham ke publik telah berjalan. Selain pembentukan tim untuk mempersiapkan proyeksi, perusahaan juga sebaiknya melakukan sosialisasi rencana IPO kepada seluruh staf agar semua staf memahami proses IPO dan dapat mendukung proses IPO secara transparan dan sesuai dnegan aturan yang ada ; d. Mengubah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan ; e. Mempersiapkan kelengkapan dokumen-dokumen sebagai berikut : - Surat pengantar pernyataan pendaftaran - Prospektur lengkap, iklan, brosur, edaran, dan dokumen lain yang diwajibkan yang berhubungan dengan proses IPO - Rencana jadwal emisi - Laporan keuangan - Rencana penggunaan dana 11
- Proyeksi, jika dicantumkan dalam prospektus - Legal audit - Legal opinion - Riwayat hidup komisaris dan direksi - Perjanjian penjamin emisi - Perjanjian agen penjualan - Perjanjian perwaliamanatan - Perjanjian dengan bursa efek - Kontrak pengelolaan saham - Kesanggupan calon emiten untuk menyerahkan semua laporan yang diwajibkan oleh UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal - Bappepam-LK dapat meminta keterangan lain yang bukan merupakan bagian dari pernyataan pendaftaran, seperti NPWP dan KTP komisaris dan direksi - Penandatangan perjanjian-perjanjian emisi - Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat utang, harus mendapat peringkat dari lembaga pemeringkat terlebih dahulu (pemeringkatan ini bisa dimintakan ke PT Pefindo – Pemeringkat Efek Indonesia) - Mengajukan pernyataan go public kepada OJK - Kontrak pendahuluan dengan bursa efek Adapun langkah-langkah pengajuan pernyataan pendaftaran ke OJK adalah sebagai berikut : - Mengajukan pernyataan pendaftaran yang disampaikan oleh calon emiten bersama penjamin emisi - Emiten melakukan ekspos terbatas di OJK - OJK melakukan inventarisasi atas kelengkapan dokumen emisi - Setelah semua dokumen lengkap, selanjutnya OJK akan melakukan evaluasi mengenai kelengkapan dokumen, kecukupan serta kejelasan informasi, keterbukaan, dan aspek hukum, akuntansi, keuangan, manajemen - Tiga puluh hari sejak pengajuan pernyataan pendaftaran, OJK akan memberikan tanggapan
12
- Apabila semua dokumen lengkap, jelas, dan benar maka pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif Setelah dinyatakan efektif, perusahaan dapat membuat prospektus yaitu dokumen resmi yang dikeluarkan emiten dalam rangka menjual efek kepada masyarakat. 2. Masa Penawaran Melanjutkan pernyataan efektif yang dikeluarkan oleh OJK, maka perusahaan dapat melakukan penawaran dengan empat tahap penawaran yang dapat ditempuh : - Mempublikasikan prospektus Setelah perusahaan membuat prospektus maka perusahaan harus mempublikasikannya dengan cara mengiklankan di surat kabar nasional dan dan public expose - Melakukan penawaran perdana Setelah membuat prospektus dan publikasi, emiten dapat melakukan penawaran perdana dan investor bisa membeli saham - Penjatahan efek Apabila permintaan investor melebihi persediaan maka akan dilakukan penjatahan untuk menghindari efek jatuh kepada sedikit investor - Refund Dalam hal investor yang sudah terlanjur menyetor uang untuk membeli saham ternyata tidak mendapatkan jatah, maka terjadilah pengembalian uang investor ini 3. Masa Pencatatan Beberapa minggu setelah terjadinya penawaran perdana, bursa efek akan melakukan pencatatan guna evaluasi. Pencatatan ini juga terdapat tahap-tahap yang harus dipenuhi, yaitu : - Emiten mengajukan permohonan pencatatan ke bursa - Bursa melakukan evaluasi -
Permohonan yang memenuhi persyaratan pencatatan akan diberikan surat persetujuan pencatatan - Emiten membayar biaya pencatatan - Bursa mengumumkan pencatatan efek di papan perdagangan elektronik bursa 13
- Efek mulai tercatat dan dapat diperdagangkan di BEI, dimulailah perdagangan di pasar sekunder 2.6.
Kendala IPO Dalam melakukan IPO terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh suatu perusahaan,
Kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO, yaitu pada saat penetapan harga saham perdana pada IPO atau saat go publik karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran. Selain itu kebanyakan dari perusahaan yang akan go publik mempunyai sedikit atau sama sekali tidak mempunyai pengalaman terhadap penetapan harga ini. Sebenarnya sebuah perusahaan yang ingin go publik harus berhubungan dengan underwriter atau penjamin emisi. Di sini terjadi penentuan harga saham yang ditetapkan bersama antara perusahaan (emiten) bersama pihak penjamin (underwriter). Oleh karena itu berdasarkan Surat Keputusan (SK) Ketua Bapepam No. Kep 01/PM/1988 pasal 11 bahwa penjamin emisi (underwriter) berperan dalam penetapan harga saham di pasar perdana.
Kendala lain yang terjadi dalam IPO adalah harga saham perdana cenderung underpricing. Telah diuraikan diatas bahwa Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, apabila terjadi underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal. Sebaliknya bila terjadi overpricing perusahaan akan berhasil menghimpun dana lebih murah, sehingga akan mendapatkan dana yang maksimal. Kondisi Underpricing ini menyebabkan terjadinya positive Initial Return (IR), dimana keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana saat IPO dengan harga jual yang bersangkutan di hari pertama dipasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing, karena terjadinya underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor.
14
BAB III KESIMPULAN Istilah Initial Public Offering (IPO) menunjuk pada proses awal penjualan saham sebuah perusahaan yang hendak go publik kepada masyarakat. IPO merupakan titik balik perusahaan dari status privat menjadi perusahaan terbuka yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Salah satu tujuan dari IPO adalah untuk menarik minat investor agar mau menanamkan modal mereka pada suatu perusahan yang membutuhkan tambahan modal untuk go publik. Adapun tahapan-tahapan dari IPO yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yang hendak go publik terdapat 3 tahapan , yaitu sebagai berikut : 1. Masa Persiapan a. Kesepakatan rapat direksi mengenai rencana IPO, b. Mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), c. Perusahaan membentuk tim untuk mempersiapkan IPO, d. Mengubah Anggaran Dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan, e. Mempersiapkan kelengkapan-kelengkapan dokumen-dokumen, 15
f. Mengajukan pernyataan go publik kepada Otoritas Jasa Keuangan. Setelah dinyatakan efektif, perusahaan dapat membuat prospectus. 2. Masa Penawaran a. Mempublikasikan prospectus b. Melakukan penawaran perdana c. Penjahatan efek d. Refund 3. Masa Pencatatan, beberapa minggu setelah penawaran perdana. Jadi peran IPO muncul pada saat saham perdana tersebut ditawarkan kepada publik, dimana terjadi penentuan harga saham IPO yang kenal dengan underpricing dan overpricing. Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika diperdagangkan di pasar sekunder dan perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana maksimal, sedangkan jika terjadi overpricing, maka perusahaan akan berhasil menghimpun dana lebih murah, sehingga akan mendapatkan dana yang maksimal. Kondisi Underpricing menyebabkan terjadinya positive Initial Return (IR), dimana keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana saat IPO dengan harga jual yang bersangkutan di hari pertama dipasar sekunder. Oleh karena itu dalam pelaksanaan IPO, perusahaan meminimalisir underpricing, karena dengan terjadinya underpricing akan menyebabkan kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor.
16
DAFTAR PUSTAKA 1.
Darmadji,Tjiptono & Hendy M.Fakhrudin.2001. PASAR MODAL DI INDONESIA
2.
PENDEKATAN TANYA JAWAB.Jakarta : penerbit Salemba Empat. Manurung, Prof.Dr.Adler Hayman.2013..INITIAL PUBLIC OFFERING(IPO) KONSEP,
3.
TEORI, DAN PROSES . Jakarta:Penerbit PT Adler Manurung Press. Nasarudin, M.Irsan ,S.H & Dkk. 2004. ASPEK HUKUM PASAR MODAL
4.
INDONESIA. Jakarta : Kencana Prenada media Group. Widoatmodjo, Sawidji . 2009. PASAR MODAL INDONESIA: PENGANTAR DAN STUDI KASUS. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
17