Infaq, kemuliaan yang sering terlupakan Ada sebuah cerita sarat hikmah yang beredar di dunia internet. Cerita tentang seorang anak kecil yang menjadi raja sehari berikut ini : Pernah hidup seorang Raja tua yang sangat bijaksana, memerintah sebuah negeri yang aman tenteram dan makmur sentosa. Suatu malam, Raja tua dan pembantunya berkeliling kota dan menemukan sebuah gubug yang kumuh. Raja tua mengendap mendekati gubug itu dan mencuri dengar. Rupanya gubug itu dihuni oleh seorang janda miskin beranak satu. Sang anak menangis kelaparan,sementara sang Ibu sibuk menghibur si anak. "Sabarlah nak. Ibu akan menghadap Raja besok. Ibu dengar dia Raja yang murah hati. Dia pasti akan memberikan makanan bagi kita". Raja tua terenyuh hatinya dan memanggil sang pembantu, "Jika mereka sudah tidur, ambil anaknya dan letakkan di tempat tidurku. Besok, aku ingin dia menjadi Raja selama satu hari. Sehingga saat Ibunya datang menghadap, dia bisa memberikan sebanyak apapun harta kekayaan istanaku kepada ibunya." Si anak bangun tidur di kamar Raja yang mewah. Para pelayan istana memberikan penghormatan kepada si anak, selayaknya seorang Raja. Mereka melayani dia dari keperluan mandi hingga sarapan. Dari pagi hingga siang, si anak bermain-main dengan para Pangeran dan Putri istana. Semuanya menghormati dia selayaknya seorang Raja. Si anak mulai berpikir bahwa dia akan seterusnya tinggal di istana sebagai seorang Raja. Dia mulai menikmati segala kemewahan disekelilingnya. Tiba saatnya Raja duduk di ruang sidang, memutuskan masalah rakyat. Disamping singgasana Raja, duduk Penasihat Agung Kerajaan, yang tiada lain adalah Raja tua yang asli. Satu demi satu Raja memutuskan urusan rakyat dengan bijaksana, atas saran bijak Penasihat Agung. Hingga tiba giliran sang Ibu yang miskin untuk menghadap. Malu, sang Ibu hanya tertunduk, tidak berani memandang Raja. Tapi Raja dapat mengenali Ibunya. Usai mendengarkan penuturan ibunya, Raja memerintahkan
untuk memberikan dua karung gandum dan sepuluh keping uang emas kepada ibunya. Penasihat Agung dan pembesar lainnya terkejut. �"Yang Mulia," tegur Penasihat Agung. "Kekayaan istana ini sungguh tidak terbatas. Kita bisa memberikan lebih banyak lagi." "Yang Mulia," Menteri Pangan bangkit dari kursinya. "Menurut perhitungan hamba, jika Tuanku menyerahkan 1000 lumbung padi sekalipun, negara masih memiliki kelimpahan yang tidak terbatas. Saran hamba, berikanlah lebih dari itu." "Tuanku," Bendahara Negeri ikut menimpali. "Menurut hitungan hamba, jika Tuanku mengeluarkan seluruh persediaan emas negara untuk Ibu ini, negara masih tetap kaya karena bulan depan kita akan memperoleh pendapatan emas dua kali lipat dari hari ini. Saran hamba, berikanlah lebih dari itu." Demikianlah, Penasihat Agung dan satu demi satu pembesar kerajaan mencoba membujuk Raja untuk memberikan lebih kepada Ibunya. Tetapi Raja tidak perduli. Dia bahkan marah dengan usulan-usulan yang dianggap mempertanyakan otoritasnya itu. Sang Ibu yang miskin akhirnya pulang dengan dua karung gandum dan sepuluh keping uang emas. Ketika matahari tenggelam, si anak tertidur kelelahan. Raja tua berkata kepada pembantunya, "Aku telah menggenapi janjiku untuknya. Kembalikan lagi dia ke rumah Ibunya." Sang anak terbangun kembali di gubugnya. Dia pikir dia baru bermimpi. Namun dia terkejut mendengar cerita Ibunya. Si anak segera menyadari kesalahannya, dan berlari ke istana menemui Raja tua. "Yang Mulia, ampuni hamba. Hamba kini menyadari maksud Baginda. Hamba mohon, kembalikan hamba menjadi Raja, agar hamba bisa memberikan lebih kepada Ibu hamba." "Tidak bisa," kata Raja.
"Satu menit saja, Yang Mulia. Sekedar memerintahkan untuk memberikan lebih kepada ibunda hamba." "Anakku," kata Raja. "Waktumu telah berlalu. Apa yang telah engkau berikan untuk ibumu, itulah yang akan engkau nikmati." *** Beginilah gambaran umum kehidupan manusia. Di saat lapang bergelimang harta, lupa untuk beramal. Bukan berarti si raja sehari tadi tidak mau berinfaq dan shodaqoh. Namun nilai nominal infaq yang dia keluarkan terlalu jauh dibanding harta yang ia miliki. Infaq 100 ribu tiap bulan adalah besar bagi mereka yang penghasilannya hanya senilai UMR. Tapi kecil bagi yang berpenghasilan 5 juta. Apalagi 10 juta, hanya 1% nya. Untuk Allah, untuk ibadah, untuk bekal akhirat hanya 1% dibelanjakan sementara untuk yang lain jauh lebih besar. Uang selembar Rp 100.000,- terasa begitu besar untuk dimasukkan ke dalam kotak infaq, sementara begitu kecil saat dibawa belanja ke supermarket. Padahal justru yang telah kita infaqkan tadilah yang menjadi bekal kita di akhirat, meski secara kalkulasi bisnis harta kita berkurang. Bukankah kita ini tadinya tidak punya apa-apa. sekarang jadi punya apa-apa. itupun hakikatnya kita hanya dititipi saja oleh Allah swt. pertanyaannya, mengapa terkadang kita menjadi pelit dalam berbagi sesuatu. enggan memberikan sesuatu disaat peminta-minta di jalanan menyodorkan tangannya. Enggan menyantuni fakir miskin, walau mereka hanya di sekitar rumah kita, di depan mata kita. Banyak di antara kita termakan rayuan syetan. seperti ditegaskan Allah SWT di dalam quran surat Al Baqoroh ayat 268 : "Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan ; sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia . Dan Allah Maha Luas(Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." Beberapa kemuliaan berinfaq: 1. Dilipatgandakan balasan Saat kita bershodaqoh dan berinfaq, ini memberikan jaminan bahwa kita akan menjadi kaya. kaya dalam artian bisa kaya hati atau kaya secara materi. mengapa demikian, karena setiap shodaqoh yang ikhlas karena Allah ta’ala akan mendapatkan balasan serta pahala yang berlipat lipat. 700 kali lipat. Bahkan lebih. Seperti firman Allah SWT : "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas(KaruniaNya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqoroh ayat 261) "..Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
2. shodaqoh dapat mencegah bala’ atau musibah, menghapuskan kesalahan serta dapat mencegah dari kematian yang buruk. “Sesungguhnya shodaqoh itu benar-benar akan memadamkan kemurkaan Robb dan mencegah kematian dalam keadaan su’ul khotimah”.(HR Tirmidzi) 3. Meski secara nominal mengurangi harta, namun pada hakekatnya zakat, infaq dan shodaqah justru MEMPERBANYAK harta kita, di samping juga akan membuat berkah harta yang kita cari. Seperti dicantumkan di Al-Qur’an Surat Ar Rum (surat ke 30) ayat 39, yang membandingkan riba dengan zakat. riba adalah perbuatan yang hartanya tidak akan berkembang di mata ALLAH (sudah terbukti, riba TIDAK AKAN pernah mensejahterakan rakyat). Kebalikannya, zakat adalah perbuatan yang secara manusiawi akan terlihat mengurangi harta, namun akan mensejahterakan masyarakat. Selain itu, zakat tidak saja melipatgandakan harta, namun juga pahala. 2. Zakat, Infaq dan Shadaqoh merupakan perwujudan syukur nikmat yang telah diberikan ALLAH SWT kepada kita. 3.
Menghilangkan sifat materialisme (kikir, bakhil).
Zakat, infaq, shodaqoh secara simbolis memperlihatkan sifat pemurah. Efek yang didapat dari sifat pemurah ini adalah dekatnya si pelaku dengan ALLAH SWT (selaku pemberi rahmat), manusia (selaku yang menerima), dan surga (karena salah satu ‘tiket’ surga adalah harta yang dibelanjakan di jalan ALLAH). Kebalikannya untuk sifat bakhil dan kikir. pernahkah kita mendengar orang yang rajin berinfaq dan bershodaqoh ikhlas karena Allah menjadi bangkrut dan miskin?