INDIKATOR PEMBANGUNAN SEKTOR TENAGA LISTRIK YANG BERKELANJUTAN Agus Sugiyono Abstract Sustainable development has received attention since Earth Summit in 1992. In the summit UN Commission on Sustainable Development was established and every nation has responsibility implementing the Agenda 21. Chapter 40 of Agenda 21 calls for the development of indicators for sustainable development. The indicators in the core set are presented in a Driving Force, States and Responses framework. Each of the core sets should be suit with the specific criteria. To support implementation of Agenda 21, BPPT in cooperation with IAEA has initiative to make sustainable electricity development indicator. The indicator consists of 4 categories, i.e. social, economy, atmosphere, and waste.
I.
PENDAHULUAN
Konsep pembangunan yang berkelanjutan sudah lama diperkenalkan tetapi baru mendapat perhatian masyarakat secara luas setelah Rachel Carson menerbitkan buku pada tahun 1962 tentang hal tersebut. Buku ini merupakan titik balik dari pemahaman masyarakat terhadap peranan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup bagi pembanguan masyarakat. Lebih dari 30 tahun banyak pemikiran dan inovasi yang lebih memperjelas kaitan antara lingkungan hidup dan pembangunan. Banyak institusi, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memberi perhatian terhadap adanya perubahan global dan berusaha mempertahankan kesinambungan pembangunan. Puncak dari perhatian ini adalah diadakannya pertemuan tingkat tinggi antar negara yang disebut Earth Summit di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1995. Pertemuan ini disponsori oleh PBB dan membahas lingkungan hidup dan pembangunan. Salah satu hasil pertemuan ini adalah pembentukan komisi PBB dalam bidang pembangunan yang berkelanjutan. Komisi ini telah menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu mengimplementasi konsep pembangunan yang berkelanjutan dan tertuang dalam Agenda 21. Pembangunan yang berkelanjutan merupakan proses yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, keuangan, perdagangan, energi, pertanian, industri dan kebijakan lainnya. Pembanguan dapat disebut berkelanjutan bila memenuhi kriteria ekonomis, bermanfaat secara sosial dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran tentang pembangunan yang
berkelanjutan, International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengadakan kerja sama penelitian sejak tahun 1996. Penelitian ini diberi judul : Case Study on Comparing Sustainable Energy Mixes for Electricity Generation in Indonesia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membuat strategi yang optimal dalam penyediaan energi listrik nasional jangka panjang. Dalam penelitian ini aspek teknis, aspek ekonomi dan dampak lingkungan dari strategi penyediaan energi listrik juga dipertimbangkan. Salah satu tugas pada penelitian ini adalah membuat indikator pembangunan sektor tenaga listrik yang berkelanjutan. II.
METODOLOGI
IAEA sejak tahun 1994 mengembangkan perangkat lunak yang diberi nama DECADES (Databases and methodologies for comparative assessment of different energy sources for electricity generation). Perangkat lunak DECADES dibuat menggunakan format Paradox dan dapat digunakan untuk membuat strategi penyediaan energi listrik yang optimal. Metodologi yang digunakan menerapkan teknik terbaru dalam pembuatan program sehingga diharapkan dapat lebih baik dalam menganalisis kebijaksanaan, mengkaji dampak lingkungan dan dampak bagi kesehatan dari penggunaan energi listrik serta dapat digunakan untuk memampilkan indikator pembangunan sektor tenaga listrik yang berkelanjutan. Kerangka dari metodologi penelitian dapat digambarkan pada Gambar 1.
1
GAMBAR 1. METODOLOGI PENELITIAN Pada Gambar 1 terlihat bahwa komponen utama penelitian meliputi : pengumpulan basis data dan menjalankan model untuk optimasi serta pembuatan laporan. Basis data terdiri atas : • Basis Data Teknologi : berisi data teknik dan ekonomi untuk pembangkit listrik serta parameter emisi yang ditimbulkan dan dibagi lagi menjadi basis data dasar teknologi (RTDB - Reference Technology Data Base), basis data spesifik untuk tiap negara (CSDB - Country Specific Data Base) dan basis data spesifik untuk vendor (VSDB - Vendor Specific Data Base). - RTDB RTDB berisi data teknis, ekonomi dan parameter emisi untuk setiap rantai energi (energy chain) yang menggunakan bahan bakar fosil, nuklir, dan sumber energi baru untuk pembangkit listrik. - CSDB CSDB memuat data teknologi pembangkit listrik untuk setiap negara yang berpartisipasi dalam pengembangan perangkat lunak ini. Format datanya sama dengan RTDB. - VSDB VSDB merupakan pengembangan struktur data sebelumnya sehingga mampu sebagai basis data peralatan dan fasiltas yang saat ini sudah beroperasi secara komersial. Basis data ini memuat juga data harga, faktor kesehatan dan karakteristik lingkungan hidup.
• Basis Data Toxicologi (TOXDB – Toxicology Data Base) : berisi informasi tentang efek serta koefisien yang berhubungan dengan emisi yang ditimbulkan dari penggunaan energi. Partikel racun yang mempunyai dampak terhadap kesehatan dan lingkungan juga termasuk dalam basis data ini. Basis data yang dibuat oleh UNEP (United Nation Environment Program) dan WHO (World Health Organization) digunakan sebagai dasar untuk penyusunan basis data ini. • Basis Data Dampak Lingkungan (HEIES – Health and Environmental Impact of Energy System) : berisi informasi tentang kesehatan dan dampak lingkungan dari bermacam-macam pembangkit listrik serta siklus bahan bakar yang digunakannya. Data dikelompokkan berdasarkan resiko yang ditimbulkan dan beberapa data tentang kecelakaan dalam pengoperasian pembangkit listrik dimasukkan dalam basis data ini. III. 3.1.
KUMPULAN INDIKATOR Kekuatan Penggerak, Keadaan dan Tanggapan Dalam Agenda 21, Bab 40 mengisyaratkan perlu dibuat suatu kumpulan indikator sebagai tolok ukur untuk menilai pembangunan yang berkelanjutan. Kumpulan indikator tersebut digunakan untuk skala nasional sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Agenda 21. Kumpulan indikator dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Kekuatan Pengerak (Driving Force), Keadaan (States) dan Tanggapan (Responses) seperti terlihat
2
pada Gambar 2. Indikator kekuatan penggerak menunjukkan aktivitas, proses dan pola dalam masyarakat sebagai akibat dari pembangunan. Indikator keadaan menunjukkan kondisi pembangunan saat ini, sedangkan indikator tanggapan menunjukkan pilihan kebijakan dari pemerintah ataupun tanggapan dari masyarakat untuk mengubah kondisi pembangunan yang dirasakan saat ini.
•
Mudah Membuat Validasi Indikator harus berdasarkan fakta dalam masyarakat dan dapat diperoleh dengan teknik pengukuran atau metodologi yang sudah pasti. Sehingga indikator mudah untuk divalidasi baik oleh orang yang sudah ahli maupun bagi masyarakat umum.
Sumber : http://iisd.ca dengan modifikasi GAMBAR 2. HUBUNGAN ANTARA INDIKATOR KEKUATAN PENGGERAK, KEADAAN DAN TANGGAPAN 3.2. Kriteria untuk Indikator Pembuatan indikator pembangunan sektor tenaga listrik yang berkelanjutan mempunyai beberapa kriteria supaya dapat diterima secara umum. Buku panduan dan beberapa pengalaman dari negara maju sudah banyak diterbitkan. Meskpin demikian kriteria yang sudah disusun belum dapat dikatakan lengkap karena menyangkut kebijakan dan perilaku masyarakat yang sangat kompleks. Berikut ini akan dibahas beberapa kriteria umum untuk pembuatan indikator tersebut. •
Selaras dengan Kebijakan Nasional Indikator yang dibuat harus merefleksikan kebijakan nasional yang sedang dijalankan. Indikator harus mampu sebagai tolok ukur dari kebijakan yang dibuat dan dapat memberi masukan bagi pengambil keputusan seberapa jauh kebijakan tersebut telah terlaksana.
•
Sederhana Indikator sedapat mungkin dibuat secara sederhana sehingga dapat mudah dipahami bagi semua lapisan masyarakat.
•
Mudah Memperoleh Data Historis Data merupakan faktor yang utama untuk memberi nilai dari indikator yang dibuat. Data historis untuk mengisi indikator diharapkan mudah didapat dan lengkap sehingga kecenderungan dari indikator akan mudah diperkirakan.
•
Kualitas Data Memadai Data diharapkan mempunyai kualitas yang tinggi dan dapat diperoleh dengan biaya yang murah.
•
Kemampuan untuk Penggabungan Informasi Indikator dapat mencakup suatu permasalahan yang spesifik ataupun yang lebih luas. Untuk indikator yang mencakup permasalahan spesifik harus dapat digabungkan sehingga merupakan kesatuan yang mempunyai arti lebih luas.
•
Sensitif terhadap Perubahan Indikator yang dibuat harus peka terhadap perubahan aktivitas masyarakat meskipun perubahan tersebut hanya kecil.
3
Andal Indikator yang dibuat harus mempunyai hasil yang sama jika dilakukan dua atau lebih pengukuran.
IV. 4.1.
INDIKATOR PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN Indikator untuk Indonesia
Setelah Earth Summit tahun 1992, Pemerintah Indonesia berkewajiban untuk membuat program dan memonitor pelaksanaan Agenda 21. Koordinator pelaksaan Agenda 21 untuk Indonesia adalah Menteri Negara Lingkungan Hidup bekerja sama dengan United Nation Dvelopment Program (UNDP). Pemerintah Indonesia dibantu lebih dari 22 konsultan telah selesai menyusun Agenda 21 untuk Indonesia. Ada 4 hal pokok dalam Agenda 21 tersebut yaitu : • Pelayanan umum, yang membahas halhal pokok seperti : penanggulangan kemiskinan, pengendalian pertumbuhan penduduk, pengembangan kesehatan masyarakat, pengembangan perumahan dan perbaikan kualitas hidup secara umum. • Pengolahan limbah, yang meliputi : perlindungan terhadap atmosfir, pengolahan limbah beracun dan berbahaya. • Manajemen lahan, yang meliputi rencana pengembangan lahan, meningkatkan manajemen hutan, pengembangan desa dan pertanian, dan manajemin sumber air. • Manajeman sumber pertanian, yang meliputi : konservasi keanekaragaman hayati, bioteknologi, dan manajemen sumber kelautan. Formulasi Agenda 21 untuk Indonesia disusun berdasarkan Agenda 21 yang disusun oleh PBB dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. BPPT dalam kerjasama penelitian dengan IAEA seperti sudah disebutkan pada Pendahulan, mempunyai inisiatif untuk menyusun indikator pembangunan sektor tenaga listrik yang berkelanjutan. Indikator tersebut ditampilkan pada Tabel 1. Indikator dikelompokkan menjadi empat yaitu: sosial, ekonomi, atmosfer, dan limbah. Masingmasing kelompok mempunyai driving force, state dan respons. Indikator ini perlu diuji dengan menggunakan data historis dan keluaran model untuk melihat apakah indikator ini dapat diimplementasikan atau tidak. Dalam makalah ini hanya dibahas indikator yang berkaitan dengan data historis.
Data historis sebagian besar berhubungan dengan pembangkitan tenaga listrik. Data penunjang yang berkaitan dengan ekonomi makro yang dibutuhkan di antaranya adalah yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan populasi, seperti ditampilkan pada Tabel 2. PDB Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh sekitar 6,5 % per tahun, sedangkan populasi tumbuh sekitar 1,5 % per tahun. TABEL 2. PDB DAN POPULASI
1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
PDB Konstan 95 Trilyun Rp. 279.4 301.8 322.0 344.5 365.5 401.8 425.9 454.5 497.0 514.6
Populasi Juta 173.0 176.2 179.2 182.2 186.0 189.1 192.2 195.2 198.3 201.4
Dengan menggunakan statistik PLN, dan data di atas, beberapa indikator sektor tenaga listrik yang berkelanjutan dibahas di bawah ini : •
Harga Listrik Harga listrik merupakan salah satu driving force bagi perubahan indikator state dan response. Kenaikan harga listrik dapat menyebabkan pengurangan konsumsi energi listrik baik untuk sektor rumah tangga maupun sektor industri dan dapat membuat masyarakat lebih efisien dalam menggunakan energi listrik. Indikator untuk harga listrik ditampilkan pada Gambar 3. Harga Listrik (Rp./kWh)
•
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 Tahun
GAMBAR 3. INDIKATOR UNTUK HARGA LISTRIK
4
TABEL 1. INDIKATOR PEMBANGUNAN SEKTOR TENAGA LISTRIK YANG BERKELANJUTAN Kategori
Bab dari Agenda 21
Sosial
Bab 3: Memberantas Kemiskinan
Ekonomi
Bab 2: Kerjasama Internasional
Bab 4: Perubahan Pola Konsumsi
Atmosfir
Limbah
Bab 9: Perlindungan terhadap Atmosfir
Bab 20: Limbah Padat dan Limbah Cair
Kekuatan Penggerak • Harga Listrik (Rp./kWh)
•
Kandungan Lokal dari Pembangunan Pembangkit Listrik (%) • Konsumsi Listrik Tahunan per Kapita (kWh/kap.) • Konsumsi Listrik Tahunan per PDB (kWh/Rp.) • Pengurasan Sumber Daya Energi (J)
Indikator Keadaan •
Harga Listrik per PDB (Rp./kWh.Rp.) • Pangsa Penduduk yang Mendapat Aliran Listrik (%) • PDB dari Sektor Manufaktur (Rp.) •
•
• •
Emisi CO2 dari Pembangkit Listrik (t) • Emisi SOx dari Pembangkit Listrik (t) • Emisi NOx dari Pembangkit Listrik (t)
•
•
•
•
Limbah Cair dari Pembangkit Listrik (t) • Limbah Padat dari Pembangkit Listrik (t)
•
Pangsa Bahan Bakar Fosil untuk Pembangkit Listrik (%) Cadangan per Produksi (R/P) dari Minyak (year) Cadangan per Produksi (R/P) dari Gas (year) Cadangan per Produksi (R/P) dari Batubara (year) Emisi SOx per Total Pembangkitan Listrik (t/kWh) Emis NOx per Total Pembangkitan Listrik (t/kWh)
Limbah Cair per Total Pembangkitan Listrik (t/kWh) • Limbah Padat per Total Pembangkitan Listrik (t/kWh)
Tanggapan •
Rasio Desa yang Terlistriki (%)
•
Pangsa PDB Sektor Industri terhadap PDB Total (%) • Pangsa Konsumsi Energi Terbarukan terhadap Total Konsumsi Energi (%)
•
Pembelian Peralatan untuk Mengurangi Polusi (USD) • Konsentrasi SOx Ambien (ppm) • Konsentrasi NOx Ambien (ppm) • Tingkat Limbah yang di Daur Ulang (%)
Sumber : BPPT (1999) Catatan : PDB = Produk Domestik Bruto
5
•
Kebutuhan Listrik per Kapita Kebutuhan listrik per kapita untuk Indonesia masih sangat kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan listrik per kapita dari negara maju. Kebutuhan listrik per kapita di Indonesia selama tahun 1988 sampai tahun 1997 ditunjukkan pada Gambar 4.
pihak. Indikator yang telah dibuat perlu diuji dengan menggunakan data yang tersedia, dimonitor dan dievaluasi untuk periode waktu tertentu. Bila indikator tersebut masih banyak kekurangan maka harus disempurnakan sehingga dapat lebih mudah diterapkan. Tahapan penyempurnaan sehingga indikator menjadi mudah diterapkan memerlukan kreativitas, usaha dan waktu yang panjang,
Konsumsi Listrik per Kapita (kWh/kapita)
400
V.
350
250 200 150 100 50 0 1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
Tahun
GAMBAR 4. KEBUTUHAN LISTRIK PER KAPITA •
Kebutuhan Listrik per PDB Kebutuhan listrik akan cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan pendapatan nasional. Indikator kebutuhan listrik per PDB seperti pada Gambar 5 menunjukkan indikasi tersebut. Kebutuhan Listrik per PDB (Wh/Rp)
KESIMPULAN DAN SARAN
300
0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04
Pemerintah Indonesia berkewajiban untuk melaksanakan Agenda 21. Dalam Agenda 21, Bab 40 mengisyaratkan perlu dibuat suatu kumpulan indikator sebagai tolok ukur untuk menilai pembangunan yang berkelanjutan. Untuk menunjang pelaksanan Agenda 21 tersebut, BPPT dalam kerjasama penelitian dengan IAEA mempunyai inisitif menyusun indikator pembangunan yang berkelanjutan untuk sektor tenaga listrik. Indikator tersebut dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu sosial, ekonomi, atmosfir dan limbah. Masing-masing kelompok merupakan pelaksanaan Bab-bab dalam Agenda 21 dan masing masing dibagai menjadi indikator Driving Force, States) dan Responses. Indikator yang dibuat di sini masih dalam tahap awal yang perlu untuk diuji dengan data-data yang tersedia. Pada waktu mendatang diharapkan indikator tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang lebih iteraktif, baik untuk data historis maupun untuk data perencanaan di sektor tenaga listrik.
0.02 0 1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
DAFTAR PUSTAKA
Tahun
GAMBAR 5. KEBUTUHAN LISTRIK PER PDB •
Emisi SOx dari Pembangkit Listrik Indikator ini dapat diterapkan secara tidak langsung dengan menggunakan koefisien emisi SOx untuk masing-masing jenis pembangkit. Data yang tersedia dari PLN adalah pembangkitan energi listrik untuk setiap jenis pembangkit setiap tahun. Data ini dikalikan dengan koefisien emisi SOx akan didapat jumlah emisi SOx yang dihasilkan dalam 1 tahun. Untuk emisi yang lain dapat diterapkan dengan cara yang serupa. 4.2.
Perbaikan Indikator
dan
1. Bossel, H. (1999) Indicators for Sustainable Development: Theory, Method, Applications, IISD. 2. IAEA (1997) DECADES Tools: User's Manual for Version 1.0, Vienna. 3. PT PLN (1995-1998). PLN Statistic. 4. BPPT (1999) Electricity Planning under Economic Crisis in Indonesia, Final Report on Case Studies on Comparing Sustainable Energy Mixes for Electricity Generation in Indonesia, Jakarta.
Pengembangan
Pada tahap awal pembuatan indikator ini tidak mungkin dapat memuaskan semua
6
Paper/Publication Available at www.geocities.com/Athens/Academy/1943/paper.htm Published Paper 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12. 13.
14. 15. 16. 17. 18.
19.
20.
Agus Sugiyono, Renewable Energy Development Strategy in Indonesia: CDM Funding Alternative, Proceeding of the 5th Inaga Annual Scientific Conference and Exibition, p. 64-69, ISBN 979-8918-28-2, Yogyakarta, 7-10 March 2001. Agus Sugiyono, Indikator Pembangunan Sektor Tenaga Listrik yang Berkelanjutan, dalam Aryono, N.A. dkk., Editor, Pengelolaan dan Pemanfaatan Energi dalam Mendukung Pembangunan Nasional Berkelanjutan, hal. 150-155, ISBN 979-95499-11, BPPT, Jakarta, 2000. M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono, Optimasi Suplai Energi dalam Memenuhi Kebutuhan Tenaga Listrik Jangka Panjang di Indonesia, dalam Wahid, L.O.M.A. dan E. Siregar, Editor, Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Strategi Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang, hal. 19-23, ISBN 979-95999-0-3, BPPT, Jakarta, 2000. Agus Sugiyono, Prospek Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No.1, hal. 90-95, ISSN 141-318X, BPPT, Jakarta, Januari 2000 Agus Sugiyono, Pengembangan Industri Padat Energi di DAS Mamberamo sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, Prosiding Teknologi, Ekonomi dan Otonomi Daerah, hal. 2-89 - 2-96, ISBN 979-9344-01-8, BPPT, Jakarta, 1999. Agus Sugiyono, Energy Supply Optimization with Considering the Economic Crisis in Indonesia, Proceeding of the 8th Scientific Meeting, p. 65-68, ISSN 09187685, Indonesia Student Association in Japan, Osaka, September 1999. Agus Sugiyono, Permintaan dan Penyediaan Energi Berdasarkan Kondisi Perekonomian di Indonesia dengan Menggunakan Model Nonlinear Programming, Majalah Ilmiah Analisis Sistem, No. 12, Tahun VI, ISSN 0854-9117, BPPT, Jakarta, 1999. Agus Sugiyono, Kendali Sistem Energi untuk Pertanian Rumah Kaca, Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Kendali dan Instrumentasi pada Pertanian, hal. S5-5.1 - S5-5.4, ISBN 979-8263-19-7, MASDALI - BPPT, Oktober 1998. Agus Sugiyono, Social, Economic, and Culture Aspects for Mamberamo RCA Development, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.3, ISSN 1410-5578, October 1998, MIC. Agus Sugiyono, Assessment of Environmental Impact in Upstream Mamberamo, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.2, ISSN 1410-5578, July 1998, MIC. Agus Sugiyono, Strategi Penggunaan Energi di Sektor Transportasi, Majalah BPP Teknologi, No. LXXXV, hal 34-40, ISSN 0216-6569, Mei 1998, Penerbit BPPT. Agus Sugiyono, Overview of Nickel Industry in Indonesia, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.1, ISSN 1410-5578, April 1998, MIC. Agus Sugiyono, Teknologi Turbin Gas/Gasifier Biomasa Terintegrasi untuk Industri Gula, Prosiding Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi, DJLPE dan BPPT, hal. 28 - 41, ISBN 979-95441-0-6, Januari 1998. Agus Sugiyono, Hydroelectric Potentials in Mamberamo 1, Mamberamo 2, and Edi Valen, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.1, No.3, October 1997, MIC. Agus Sugiyono, Mamberamo Related Information on the WEB, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.1, No.2, July 1997, MIC. Agus Sugiyono, Teknologi Daur Kombinasi Gasifikasi Batubara Terpadu, Prosiding Hasil-hasil Lokakarya Energi 1996, KNI WEC, Oktober 1996. Agus Sugiyono, Proses Hydrocarb untuk Biomas dan Bahan Bakar Fosil, INNERTAPIndonesia, DJLPE, September 1995. Agus Sugiyono and Shunsuke Mori, Energy-Economy Model to Evaluate the Future Energy Demand-Supply in Indonesia, The Institute of Energy and Resource, Japan, Januari 1995. (+GAMS Source Program) Agus Sugiyono and Shunsuke Mori, Integrated Energy System to Improve Environmental Quality in Indonesia, The Institute of Instrumentation and Control System, Japan, Oktober 1994. Agus Sugiyono, Prospek Pembangkit Listrik Daur Kombinasi Gas untuk Mendukung Diversifikasi Energi, Komite Nasional Indonesia, World Energy Council, Juli 1991.
21. Setiadi Indra D.N. dan Agus Sugiyono, Pola Pemakaian dan Distribusi Gas Bumi di Indonesia pada Perioda Pembangunan Tahap Kedua, Komite Nasional Indonesia, World Energy Council, Juni 1990. 22. Agus Sugiyono, Proyeksi Pemanfaatan Gas Alam untuk Pembangkit Tenaga Listrik, BPP Teknologi, Januari 1990. 23. Agus Sugiyono, Model Komputer Pertumbuhan Ekonomi Makro dengan Menggunakan Bahasa Pascal, Biro Hukum dan Humas, Deputi Bidang Administrasi, BPP Teknologi, Januari 1990. Technical Note 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8.
9.
10. 11.
12.
13. 14.
15. 16. 17.
Agus Sugiyono, Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas untuk Pande Besi, Laporan Teknis, Maret 2000. Agus Sugiyono, Studi Pendahuluan untuk Analisis Energi-Exergi Kota Jakarta, Laporan Teknis, Maret 2000. Agus Sugiyono, Sistem Informasi Pengembangan PLTA Mamberamo di Internet, Laporan Teknis, Desember 1999. M Sidik Boedoyo, Endang Suarna, and Agus Sugiyono, Case Studies on Comparing Sustainable Energy Mixes for Electricity Generation in Indonesia, Presented at Co-ordination Research Project Meeting on Case Study to Assess and Compare Different Sources in Sustainable Energy and Electricity Supply Strategies, Zurich, Switzerland, 14-16 December 1999. Agus Sugiyono dan M. Sidik Boedoyo, Perubahan Pola Penggunaan Energi dan Perencanaan Penyediaan Energi, submitted, KNI-WEC, 1999. Agus Sugiyono, Aspek-Aspek dalam Desain PLTA Mamberamo, Laporan Teknik, Pebruari 1999. Agus Sugiyono, Prospek Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Skala Besar Mamberamo I, Mamberamo II, dan Edi Vallen di Irian Jaya, Laporan Teknik, Pebruari 1999. Agus Sugiyono, La Ode M.A. Wahid, Irawan Rahardjo, and Farid S. Kresna, Electricity Planning in Indonesia using DECADES Tools, Presented at IAEA Regional Training Course on Comparative Assessment of Nuclear Power & Other Energy Sources in Support of Sustainable Energy Developments, 8 June - 3 July 1998, Taejon, Korea. Agus Sugiyono and Dadang Hilman, Mitigation of GHGs from Energy and Forestry Sector in Indonesia, Presented at Climate Change Mitigation in Asia and Financing Mechanism Conference, UNEP-GEF-World Bank, Goa, India, 4-6 May 1998. Agus Sugiyono, Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL, Laporan Teknis, Desember 1997. Abubakar Lubis and Agus Sugiyono, DECADES Tool to Make Comparative Assessment of Electricity Generation in Indonesia, Presented at Review of Experience in Using the Agency's Databases and Software Packages for Assessment of Nuclear and Other Energy Systems, Argonne National Laboratory, USA, 2-13 December 1996. Abubakar Lubis and Agus Sugiyono, Overview of Energy Planning in Indonesia, Presented at Technical Committe Meeting to Assess and Compare the Potential Rule of Nuclear Power and Other Options in Allevating Health and Environmental Impacts from Electricity Generation, IAEA, Vienna 14 - 16 October 1996. Agus Sugiyono, Buku Panduan Jaringan Komputer di Direktorat Teknologi Energi, BPP Teknologi, Laporan Teknis, DTE BPPT, April 1996. Agus Sugiyono and Agus Cahyono Adi, Comparative Assessment of Electricity Supply Strategies in Indonesia, Presented at Coordination Meeting on Case Studies to Assess and Compare the Potential Role of Nuclear Power and other Options in Reducing the Emissions and Residuals from Electricity Generation, 27 to 29 March 1996, Bucharest, Rumania. Agus Sugiyono, Model Energi Global, Laporan Teknis, Direktorat Teknologi Energi, BPPT, Desember 1995. Agus Sugiyono, Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan, Laporan Teknis, Direktorat Teknologi Energi, BPPT, Desember 1995. Agus Sugiyono, Metodologi Studi Markal, Disampaikan pada Workshop on Environmental Analysis Using Energy and Power Evaluation Programme (ENPEP), BATAN, September 1995.