id
o.
.g
.b ps
ba r
ht tp s: //k al
r.b
ba
al
//k
ht tp s: ps . go . id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2016
al ba
ht tp
s:
//k
Naskah/ Manuscrip : Tri Setiani, SE, MM Munawaroh, S.ST
r.b
ps .g
o. id
ISSN : No. Publikasi/ Publikasi Number : Katalog BPS/ BPS Catalogue : 4102004/61 Ukuran Buku/ Book Size : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman/ Total Pages : 121 halaman/ 121 pages
Gambar Kulit/ Cover Design : Seksi Analisis Lintas Sektor BPS Provinsi Kalimantan Barat
Diterbitkan Oleh/ Published by : Badan Pusat Satistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat BPS-Statistics of Kalimantan Barat
Dicetak Oleh/ Printed by :
Boleh dikutip degan menyebut sumbernya May be dited with reference to the source
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
ps .g
o. id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN BARAT 2016
KATA PENGANTAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat 2016 merupakan publikasi tahunan Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat, yang menyajikan tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat Kalimantan Barat antar waktu dan perbandingan antar kabupaten/kota maupun daerah tempat tinggal (perkotaan dan pedesaan). Data yang digunakan bersumber dari hasil Survei Sosial
o. id
Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
ps .g
2035 dan dari berbagai instansi/ dinas/lembaga pemerintah terkait.
r.b
Publikasi ini menyajikan berbagai aspek kesejahteraan yang terukur
al ba
berdasarkan data yang tersedia. Untuk memudahkan interpretasi, perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut delapan bidang yang mencakup Kependudukan,
//k
Kesehatan dan Gizi, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Taraf dan Pola Konsumsi,
s:
Kemiskinan, Perumahan dan Lingkungan serta Sosial Lainnya yang menjadi acuan
ht tp
dalam upaya peningkatan kualitas hidup. Kami memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan pubikasi ini. Akhirnya saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan publikasi dimasa mendatang sangat kami harapkan. Pontianak,
November 2017
Kepala Badan Pusat Statistk Provinsi Kalimantan Barat,
PITONO
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
iii
DAFTAR ISI Halaman iii
Daftar isi………….………………………………………………….....
v
Daftar Tabel………………………………………………………….....
vi
Daftar Gambar ………………………………………………………..
x
Singkatan dan Akronim..…………………………………………….....
xii
Istilah Teknis……………………………………………………………
xiii
r.b
ps .g
o. id
Kata Pengantar………………………………………………………….
Kependudukan……………………………………………………… 13-18
2.
Kesehatan dan Gizi………………………………………………...
3.
Pendidikan…………………………………………………………
4.
Ketenagakerjaan…………………………………………………...
57-72
5.
Taraf dan Pola Konsumsi………………………………………...
73-79
6.
Perumahan dan Lingkungan…………………………………….....
83-90
7.
Kemiskinan………………………………………………………..
93-98
8.
Sosial Lainnya……………………………………………………
101-104
21-37
ht tp
s:
//k
al ba
1.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
41-54
v
DAFTAR TABEL Halaman KEPENDUDUKAN Tabel 1.1. Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin, 2010-2016
5
1.2. Kepadatan Penduduk di Kalimantan Barat Berdasarkan Kategori Daerah Kota Pontianak, Pesisir dan Non Pesisir
7
1.3. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan, 2012-2016
9
1.4. Perkembangan TFR, GRR, NRR, CBR dan Jumlah Kelahiran 2010-2016
11
1.5. Persentase Wanita Umur 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan Pertama, 2016
14
al ba
r.b
ps .g
o. id
1.1
//k
1.6. Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kabupaten/Kota Kalimantan Barat. 2011-2016
17
ht tp
s:
1.7. Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Baru Menurut Kabupaten/Kota dan Metode Kontrasepsi, 2011-2016
16
KESEHATAN DAN GIZI 2.1. Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita di Kalimantan Barat (Per 1000 Kelahiran) Tahun 1990, 1994, 1997, 2007 dan 2012.
23
2.2. Perkembangan Eo, IMR dan CDR, Tahun 2010 & 2016.
24
2.3. Angka Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit di Kalimantan Barat, 2014-2016.
25
2.4. Persentase Anak Usia 24 – 59 Bulan yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui, 2014 – 2016.
28
vi
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
2.5. Persentase Anak Umur 17-59 Bulan yang Pernah Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi, 2014 -2016.
30
2.6
32
Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, 2014-2016.
2.7. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan di Kalimanta Barat, 2014-2016.
35
2.8
36
o. id
Tabel 2.8. Jumlah Puskesmas Per 500.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Kalimantan Barat, 2016.
37
r.b
ps .g
2.9. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat, 20132016
al ba
PENDIDIKAN
//k
3.1. Angka Melek Huruf Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/ Kota Kalimantan Barat, 2014-2016 Tabel 3.2. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2014-2016
3.3
Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2014-2016
ht tp
s:
3.2
45
47
50
3.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Sekolah dan Kabupaten/ Kota Kalimantan Barat , 2014-2016
52
3.5
54
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, 2014-2016
KETENAGAKERJAAN 4.1. Perkembangan Persentase Penduduk Usia Kerja di Kalimantan Barat, 2012-2016 (Keadaan Agustus)
59
4.2. TPAK dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kalimantan Barat 2014-2016
60
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
vii
62
4.4
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan di Kalimantan Barat, 2014-2016
64
4.5
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kalimantan Barat, 2011-2016 (Keadaan Bulan Agustus)
65
o. id
4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, 2016 (Keadaan Agustus 2016)
67
4.7. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan, 2014-2016
68
4.8. Persentase Penduduk 15 tahun ke atas Yang Bekerja Menurut Menurut Jumlah Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Kalimantan Barat, 2014-2016
71
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
ps .g
4.6. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Kelompok Lapangan Usaha, 2014-2016
4.9. Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja da Status Daerah di Kalimantan Barat, 2014-2016
71
TARAF DAN POLA KONSUMSI 5.1. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kalimantan Barat Tahun 2014-2016
76
5.2. Pengeluran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan Kalimantan Barat, 2014 – 2016
78
5.3. Pengeluran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Bukan Makanan Kalimantan Barat, 2014 – 2016
79
viii
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Utama di Kalimantan Barat, 2013-2016
85
6.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Fasilitas Perumahan di Kalimantan Barat, 2013-2016
87
6.3
89
o. id
Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Perumahan di Kalimantan Barat, 2013-2016
90
ps .g
6.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal di Kalimantan Barat, 2013-2016
r.b
KEMISKINAN
//k
al ba
7.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Barat, 2014-2016
ht tp
s:
7.2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah Kota dan Desa di Kalimantan Barat, Tahun 2014-2016 7.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kalimantan Barat Menurut Daerah Kota dan Desa, Tahun 2014-2016
94
96
97
SOSIAL LAINNYA 8.1. Persentase Penduduk Pernah Beergian Dalam 6 Bulan Terakhir Kalimantan Barat, 2016
103
8.2
104
Persentase Penduduk Yang Pernah menjadi korban Kejahatan di Kalimantan Barat, 2016
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman KEPENDUDUKAN 1.1
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kalimantan Barat, 2013-2016
8
o. id
1.2. Angka Beban Ketergantungan, 2013-2016
ps .g
1.3. CBR Kalimantan Barat, 2010-2016
r.b
1.4. Persentase Wanita Usia 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan Pertama, 2014-2016 Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita, 2007 & 2016
al ba
2.1
4
//k
2.2. Angka Harapan Hidup Tahun) Kalimantan Barat, 2013-2016
12
22 23 26
ht tp
s:
2.3. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan di Kalimantan Barat, 2016
10
2.4. Angka Kesakitan (M0rbiditas) Menurut Kabupaten/ Kota di Kalimantan Barat, 2016
27
2.5. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Oleh Tenaga Medis di Kalimantan Barat, 2016
34
3.1. AMH 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin (persen) 2014 2016
43
3.2
Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin (Tahun) 2014 2016
46
3.3
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur, 2014-2016
51
5.1. Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2014-2016
75
6.1. Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum di Kalimantan Barat, 2016
86
x
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
88
7.1. Persentase Penduduk Miskin Kalimantan Barat, 2011-2016
93
7.2. Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Kota dan Desa di Kalimantan Barat, 2011-2016
95
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
ps .g
o. id
6.2. Persentase Rumahtangga Menurut Dinding Terluas di KalimantanBarat, 2016
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
xi
SINGKATAN DAN AKRONIM
Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate
APM/NER
Angka Partisipasi Murni/ Net Enrollment Ratio
APS/SER
Angka Partisipasi Sekolah/ School Enrollment Ratio
ASI
Air Susu Ibu
BLT
Bantuan Langsung Tunai/ Direct Cast Grant
BPS
Badan Pusat Statistik/ Statistik - Indonesia
KB
Keluarga Berencana
Raskin
Beras Miskin/ Race for the poor
Sakernas
Survei Angkatan Kerja Nasional
SDKI
Survei Demografi Indonesia
ps .g
r.b
al ba
//k
s:
ht tp
SD
o. id
AKB/IMR
Sekolah Dasar/ Primary School
SMP
Sekolah Menengah Pertama/ Senior High School
SP
Sensus Penduduk/ Population Census
SUPAS
Survei Penduduk Antar Sensus
Susenas
Survei Sosial Ekonomi Nasional
TFR
Total Fertility Rate (Angka Fertilitas Total)
TPAK
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPT
Tingkat Pengangguran Terbuka/ Open Unemployment Rate
xii
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
ISTILAH TEKNIS
Air Minum Bersih Air yang bersumber dari ledeng, air kemasan, serta pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (septic tank) > 10 meter.
ps .g
o. id
Angka Beban Tanggungan Angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (antara 15 sampai 65 tahun) dikalikan 100.
r.b
Angka Harapan Hidup pada waktu Lahir Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
//k
al ba
Angka Kematian Bayi Probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup)
ht tp
s:
Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) Banyaknya kelahiran per seribu wanita dari golongan umur 15-49 tahun yang terjadi pada waktu tertentu. Angka Kelahiran Total Banyaknya anak yang diperkirakan dilahirkan oleh wanita selama masa reproduksi dengan anggapan bahwa perilaku kelahirannya mengikuti pola kelahiran tertentu tanpa memperhitungkan angka kelangsungan hidup wanita. Angka Kelahiran Kasar Angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran untuk setiap seribu penduduk yang terjadi di suatu daerah pada waktu tertentu. Angka Kesakitan Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka Melek Huruf Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
xiii
KEPENDUDUKAN Penduduk Kalimantan Barat Tahun 2016:
ht tp
s:
//k
ps .g
al ba
r.b
Terpadat: Kota Pontianak (5.728 orang per km2)
o. id
4,86 juta jiwa
Terbanyak: Kota Pontianak (617.459 jiwa)
Sex Ratio : 103,75
1. KEPENDUDUKAN Isu kependudukan yang kian mengemuka belakangan ini berkaitan dengan pertumbuhan penduduk. Penduduk memang dapat menjadi modal dasar dala pembengunan, namun di sisi lain penduduk juga dapat menjadi hambatan dalam mencapai tujuan
o. id
penbangunan. Hal ini memungkinkan terjadi apabila pertumbuhan
ps .g
jumlah penduduk tidak terkendali dan tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan penduduk seoerti sandang, pangan, papan,
kebutuhan
hidup
yang
tidak
terpenuhi
al ba
Pemenuhan
r.b
dan kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan yang layak.
dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah yang dapat
//k
mengganggu kesejahteraan penduduk. Penyediaan pangan yang
s:
tidak mencukupi dapat menimbulkan terjadinya kelaparan dan dapat meningkatkan jumlah kematian penduduk. Selain itu,
ht tp
Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali serta distribusi penduduk yang tidak merata menjadi masalah serius yang harus dihadapi
ketersediaan
pemukiman
yang
tidak
mencukupi
dapat
mengakibatkan munculnya pemukiman-pemukiman liar, kumuh dan tidak layak akibat sempitnya lahan untuk pemukiman seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Masalah lain yang dapat muncul diantaranya terjadinya gangguan keamanan akibat maraknya aksi tindakan kriminalitas, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat sarana kesehatan yang kurang memadai, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia terkait dengan sarana pendidikan yang terbatas. Selain tingkat pertumbuhan penduduk, masalah komposisi penduduk dan ketimpangan distribusi penduduk juga menjadi masalah serius yang harus segera ditangani oleh pemerintah.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
3
Bila melihat komposisi penduduk menurut jenis kelamin Kebijakan pemerintah terkait masalah kependudukan baik 2016 penduduk laki-laki dan perempuan di Kalimantan Barat tahun dalam hal kuantitas maupun kualitas penduduk sebesar 103,75. Ini berarti bahwa dari setiap harus 100 terus penduduk dilaksanakan dalam upaya memperbaiki kualitas hidup perempuan ada sebanyak 104 penduduk laki-laki. Dengan kata lain masyarakat sehingga kesejahteraan hidup masyarakatBarat dapat lebih Jumlah penduduk laki-laki di Provinsi Kalimantan ditingkatkan. banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin
ps .g
o. id
berdasarkan kabupaten/kota dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Jumlah, Laju Pertumbuhan Jenis di Barat, hanya 2(dua) kabupaten yangPenduduk memiliki dan rasioRasio jenis kelamin Kelamin bawah 100. Rasio jenis kelamin terendah terdapat di Kabupaten Salah satu klasik kependudukan yang terjadi Sambas (97,25), dan masalah diikuti oleh Kota Pontianak (99,27). Sementara,
r.b
dan terus perhatian pemerintah dari di12 Indonesia kabupaten/kota yangmenjadi rasio jenis kelamin di atas 100. jumlah penduduk Indonesia yang besar. Saat ini Indonesia Kabupaten/ kota yang memiliki rasio jenis kelamin paling tertinggi
1.63 1.62
al ba
peringkat keempat dunia dengan Bengkayang jumlah tahunmenduduki 2016 adalah Kabupaten Landak (108,72), penduduk yang paling banyak setelah Cina, India, dan (107,91), dan Ketapang (107,05).
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kalimantan Barat 2014-2016
//k
Amerika Serikat. Demikian pula jumlah penduduk
ht tp
s:
Kalimantan Barat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pesebaran dan Kepadatan Penduduk hasilterkait Proyeksi Penduduk Tahun yang 2015,masih Salah satuBerdasarkan persoalan yang dengan kependudukan
1.55
Kalimantan Barat Baratadalah berjumlah 4.789 ribu jiwa, yang haruspenduduk dihadapi Kalimantan . persebaran penduduk penduduk tersebutwilayah mengalamikabupaten/kota,kecamatan, kenaikan sekitar 73 tidakjumlah merata antar ribu jiwa bila dibandingkan dengankawasan jumlah penduduk tahunpantai desa/kelurahan, maupun antar wilayah pantai bukan yang berjumlah 4.716 ribu jiwa. Bila dibandingkan atau 2014 perkotaan dan pedesaan. Misalnya daerah pesisir yang
2014
dengan Kab. lima tahun sebelumnya yaitu tahun 2010, mencakup Sambas, Kab. Bengkayang, Kab. jumlah Pontianak, penduduk Kalimantan Barat saat ini mengalami Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu sekitar 1,77yang persen dari jumlah penduduk pada dari Rayapeningkatan dan Kota Singkawang dihuni oleh hampir 50 persen pelaksanaan Sensus Penduduk 2010 mencapai sebesar 41 total waktu penduduk Kalimantan Barat dengan tahun kepadatan ribu jiwa. kata lain lain, (bukan selamapantai) kurun selain waktu Kota jiwa.4.396 Sebaliknya tujuhDengan kabupaten lima tahun Kalimantan Baratrelatif Pontianak secaraterakhir rata-ratajumlah tingkatpenduduk kepadatan penduduknya mengalami pertambahan penduduk sebesar 393 ribu lebihtelah jarang. jiwa. .
4
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
2015
2016
Tabel 1.1. Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin, 2010-2016 Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (Ribu) Per tahun (%) 1 2010 4.396 2011 4.477 1,79 2012 4.55 1,63 2013 4.641 2,00 2014 4.716 1,62 2015 4.789 1,55 2016 4.862 1,63 Catatan : 1 Angka diperbaiki Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
Rasio Jenis Kelamin 105,00 105,00 104,57 104,00 103,90 103,84 103,75
o. id
Tahun
Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk tiap tahunnya, laju
ps .g
pertumbuhan penduduk Kalimantan Barat pada tahun 2016 tercatat sebesar 1,63 persen atau mengalami peningkatan bila dibandingkan
r.b
dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada perode 2010-2016 pertumbuhan
al ba
penduduk Kalimantan Barat
tertinggi terjadi pada tahun 2013
mencapai 2,00 persen.
//k
Dengan adanya penurunan pertumbuhan yang terjadi, hal ini
ht tp
s:
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam hal pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia dan khususnya di Kalimantan Barat menunjukkan adanya keberhasilan. Dilihat
berdasarkan
kab/kota,
perode
2010-2016
laju
pertumbuhan penduduk di 9(sembilan) kabupaten/kota berada di atas laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Barat. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi dicapai oleh Kab. Ketapang (2,07 persen), diikuti Kota Singkawang (2,06 persen), dan Kab. Bengkayang (1,96 persen). Sementara 5(lima) kabupaten/kota lainnya mengalami laju pertumbuhan penduduk di bawah angka Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten/kota yang mengalami laju pertumbuhan penduduk paling rendah dicapai oleh Kabupaten Sambas (0,94 persen), diikuti Kabupaten Sekadau (1,19 persen), dan Kabupaten Pontianak (1,39 persen), Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas wilayah 29.842 km2 atau Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
5
sekitar 20,33 persen dari luas wilayah Kalimantan Barat hanya dihuni rata-rata 8 (delapan) jiwa per kilometer persegi. Sementara Kota Pontianak dengan luas wilayah paling kecil diantara kabupaten/kota di Kalimantan yaitu sekitar 107,80 Km2 memiliki jumlah penduduk paling besar mencapai 617.459 jiwa atau sekitar 12,70 persen dari total penduduk Kalimantan
Barat.
Dengan
demikian
Kota
Pontianak
merupakan kota yang terpadat penduduknya yaitu rata-rata
o. id
5.728 orang per km 2 .
ps .g
Distribusi penduduk yang tidak merata menimbulkan masalah pada kepadatan penduduk dan tekanan penduduk di
r.b
suatu daerah. Ada beberapa daerah yang mempunyai penduduk
al ba
yang begitu besar, di daerah lain masih ada yang hanya dihuni oleh jumlah penduduk yang relative sedikit. Hal ini sangat
Berdasarkan rasio jenis kelamin, sebagian besar kabupaten/kota mempunyai penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, kecuali Kota Pontianak dan Kabupaten Sambas dengan sex rasio masing-masing sebesar 99,27 dan 97,25 yang berarti 100 penduduk perempuan hanya terdapat 99 dan 97 penduduk laki-laki.
//k
berpengaruh pada kondisi masyarakat setempat.
dihadapkan
pada
persoalan
ht tp
akan
s:
Di satu sisi, daerah dengan jumlah penduduk yang besar meningkatnya
jumlah
penggangguran karena tidak memadainya penyediaan lapangan pekerjaan, permasalahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, serta tidak
memadainya akses fasilitas pendidikan dan
kesehatan serta masalah-masalah social lainnya. Di sisi lainnya, wilayah dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit akan memunculkan persoalan optimalisasi sumber daya alam terkait dengan kekurangan tenaga kerja padahal daerah tersebut memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
6
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
Tabel 1.2. Kepadatan Penduduk di Kalimantan Barat Berdasarkan Kategori Daerah Kota Pontianak, Pesisir dan Non Pesisir Tingkat Kepadatan (Km2/ Jiwa) Tahun
(2)
Pesisir/ Pantai (3)
Non Pesisir/ Bukan Pantai (4)
2011
5.146
38,95
17,72
2012
5.342
39,58
18,02
2013
5.447
40,37
18,38
2014
5.548
41,00
18,68
ps .g
(1)
o. id
Kota Pontaianak
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
2015 5.637 41,66 19,00 Sumber : Kalimantan Barat Dalam Angka (data diolah) Catatan : Daerah Pesisir/pantai : Kab. Sambas, Kab. Bengkayang, Kab. Pontianak, Keb. Ketapang, Kab. Kayong Utara, Kab. Kubu Raya dan Kota Singkawang. Daerah Non Pesisir : Kab. Landak, Kab. Sanggau, Kab. Sintang, Kab. Kapuas Hulu, Kab. Sekadau dan Kab. Melawi.
Angka Beban Ketergantungan Angka
beban
ketergantungan
(Dependency
ratio)
merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin
tinggi
persentase
angka
beban
ketergantungan
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan yang tidak produktif lagi. Sedangkan persentase angka beban ketergantungan yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
7
Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan juga dapat dilihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur sperti tercermin pada semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Hal ini disebabkan dengan semakin kecilnya angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan yang semakin
besar
bagi
penduduk
usia
produktif
untuk
meningkatkan kualitas dirinya. Selama periode 2011-2016 angka
o. id
beban ketergantungan setiap tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 angka beban tanggungan
ps .g
Kalimantan Barat sebesar 54,59 persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 55
r.b
penduduk usia tidak produktif. Pada tahun 2013 angka beban
al ba
ketergantngan penduduk turun menjadi 51,41 persen. Saat ini (2016), angka beban ketergantungan penduduk Kalimantan
//k
Barat berada pada posisi 50,91 persen. Artinya setiap 100
51.12
tidak produktif (di bawah umur 15 tahun dan 65 tahun ke atas).
ht tp
Gambar 1.2 Angka Beban Ketergantungan 2014-2016
s:
penduduk produktif masih menanggung beban 51 penduduk
Rasio ketergantung yang terus cenderung menurun
belakangan ini diperkirakan akan mencapi titik terendah pada periode 2020-2030. Pada periode itu akan terdapat peluang lebih 50.91 50.87
besar untuk melakukan investasi manusia guna mendorong produksi. Namun perlu diketahui bahwa di satu sisi mereka dapat mendorong ekonomi untuk tumbuh jika sebagian besar dari mereka bekerja tetapi di sisi lain mereka dapat menciptakan
2014
2015
2016
instabilitas sosial dan politik jika diantara mereka banyak yang tidak bekerja. Mereka dikatakan usia produktif tapi tidak dapat termanfaatkan tenaganya karena tidak terserap di pasar kerja.
8
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
Tabel 1.3. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan, 2012-2015
0-14 Tahun
15-64 Tahun
(1)
(2)
(3)
Angka beban Ketergantungan
(4)
(5)
3.54 3.88 4.34 4.13 4.27
54,62 51,41 51,12 50,87 50,91
ps .g
2012 31.78 64.68 2013 30.06 66.06 2014 24.01 71.65 2015 29.58 66.28 2016 29.33 66.00 Sumber : Proyeksi Penduduk 2010-2035
65 Tahun +
o. id
Tahun
r.b
Menurunnya angka beban ketergantungan diikuti pula dengan
al ba
menurunnya proporsi penduduk usia muda (0-14 tahun) sebagai dampak dari menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Tabel 1.3
//k
menunjukkan bahwa pada tahun 2012 ada sebanyak 31,78 persen
s:
penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) dan turun menjadi 30,06
ht tp
persen pada tahun 2013. Hingga tahun 2016 proporsi penduduk usia 0-14 tahun turun menjadi 29,33 persen. Pada Tabel 1.3 juga dapat dilihat bahwa struktur umur penduduk Kalimantan Barat masih didominasi oleh penduduk usia produktif, yang pada tahun 2012 mencapai 64,68 persen dan kembali meningkat menjadi 66,00 persen pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia produktif di Kalimantan Barat menjadi sangat potensial sebagai modal dasar yang besar untuk pembangunan. Sementara itu, proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) semakin bertambah dari 3,54 persen pada tahun 2012 menjadi 4,27 persen pada tahun 2016.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
9
Fertilitas Kelahiran (fertilitas) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi besarnya penduduk di suatu wilayah selain kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (mobolitas). Angka fertilitas yang tinggi apabila disertai angka mortalitas yang rendah akan menyebabkan pertambahan penduduk. Apabila angka fertilitas tidak dapat dikendalikan maka akan menyebabkan
o. id
terjadinya ledakan penduduk sehingga menyebabkan jumlah
ps .g
penduduk semakin membengkak dan memicu berbagai macam permasalahan penduduk di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
daerah
semakin
besar
dan
beresiko
menghambat
al ba
beban
r.b
Di samping itu, ledakan penduduk yang terjadi akan menjadi
pembangunan daerah.
//k
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
23,9
Angka Kelahiran Kasar (Crude Brith Rate/CBR), Angka
ht tp
Gambar 1.3. CBR Kalimantan Barat 2010-2015
s:
fertilitas adalah Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR),
Reproduksi Kasar (Gross Reproduktive Rate/GRR), dan Angka Reproduksi Neto (Net Reproductive Rate/NRR). TFR adalah rata-
24
rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia
23,5
suburnya.
23 22,5
Indikator
TFR
mempunyai
kegunaan
untuk
membandingkan keberhasilan antar wilayah dalam melaksanakan 21,5
22
penbangunan sosial ekonomi, menunjukkan tingkat keberhasilan
21,5 21
program KB, membantu para perencana program pembangunan
20,5
untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program
20
2010 2015
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak, serta mengembangkan program penurunan tingkat kelahiran.
Gambar 1.3. CBR Kalimantan Barat 2010-2015
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
10 24 23,5 23
23, 9
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
Tabel 1.4. Perkembangan TFR, GRR, NRR, CBR dan Jumlah Kelahiran 2010-2015 Indikator Fertilitas
2010
(1)
(2)
2015 (3)
2,73 TFR 1,3 GRR 1,3 NRR 23,9 CBR 105,2 Jumlah Kelahiran (000) Sumber : Proyeksi Penduduk 2010-2015
2,56 1,2 1,2 21,5 103,0
o. id
Pada Tabel 1.4 terlihat bahwa TFR (berdasarkan Proyeksi Penduduk 2010-2015) sejak tahun 2010-2015 tidak mengalami
ps .g
penurunan yang sangat signifikan, yaitu dari 2,73 menjadi hanya 2,56. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata banyaknya anak
r.b
yang dilahirkan oleh seorang wanita hingga selesai masa
al ba
reproduksinya (usia 15-49 tahun) Kalimantan Barat tahun 2010
//k
mendekati 3 orang, sedangkan tahun 2015 menurun mendekati 2
s:
orang.
ht tp
GRR adalah banyaknya bayi perempuan yang dilahirkan oleh perempuan selama masa reproduksi. Ukuran ini tidak memperhitungkan kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai masa reproduksinya. Sejalan dengan TFR, GRR Kalimantan Barat selama kurun waktu 2010-2015 juga menunjukkan penurunan yaitu dari 1,3 tahun 2010 menjadi 1,2
Selama tahun 2010-2015 Indikator TFR, GRR, NRR dan CBR Kalimantan Barat menunjukkan adanya trend yang menurun walaupun besaran penurunannya tidak signifikan
di tahun 2015. NRR adalah jumlah bayi perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya, dan dapat menggantikan ibunya untuk memproduksi dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas ibunya. NRR memperhitungkan kemungkinan si bayi perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa reproduksinya. NRR merupakan ukuran kemampuan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
11
suatu populasi untuk menggantikan dirinya (replacement level). NRR bernilai satu berarti suatu populasi
dapat menggantikan
dirinya dengan jumlah yang sama. NRR bernilai lebih dari satu berarti bahwa suatu populasi dapat menggantikan dirinya dengan jumlah yang lebih besar, sementara NRR kurang dari satu berarti populasi tidak mampu menggantikan dirinya dengan jumlah yang sama. NRR Kalimantanbarat selama kurun waktu 2010-2015 tidak mengalami punurunan yang cukup signifikan, yaitu dari 1,3
o. id
menjadi hanya 1,2.
ps .g
CBR adalah banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Indikator
r.b
CBR digunakan untuk mengetahui tingkat kelahiran di suatu
al ba
daerah tertentu pada waktu tertentu. CBR selama kurun waktu 2010-2015 mengalami penurunan dari 23,9 pada tahun 2010
//k
menjadi 21,5 pada tahun 2015. Angka ini dikatakan sebagai
s:
Angka Kelahiran Kasar karena pembaginya adalah seluruh
ht tp
penduduk baik laki-laki maupun perempuan.
Wanita Menurut Usia Perkawinan Pertama Salah satu persoalan penduduk yang dapat memicu tingginya pertambahan jumlah penduduk yaitu tingginya angka kelahiran di suatu daerah. Banyaknya kelahiran yang terjadi pada seorang wanita dapat dipengaruhi olah masa reroduksinya. Semakin panjang masa reproduksi seorang wanita, kemungkinan semakin banyak anak yang dilahirkan. Semakin muda seseorang saat melaksanakan perkawinan pertama maka akan semakin panjang masa reproduksinya.
12
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
Terdapat beberapa sumber mengenai batasan usia minimal seorang wanita untuk melakukan perkawinan pertama. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pada pasal 7 ayat (1), syarat menikah untuk perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun, sedangkan menurut Undang-Undang Perlindungan Anak usia minimal untuk menikah yaitu sudah berumur 18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) usia pernikahan pertama bagi seseorang adalah 21-25
o. id
tahun.
Berdasatkan hasil Susenas taun 2016 kabupaten/kota se
ps .g
Kalimantan Barat, persentase wanita yang melakukan perkawinan
r.b
pertama didomisili usia 21+ yaitu mencapai 74,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat mengenai usia ideal untuk
Di Kalimantan Barat terjadi pergeseran sebagian besar wanita melakukan perkawinan pertama tahun 2014 pada usia 19-24 sebesar 48,38 persen, dan pada tahun 2015 sebagian besar wanita melakukan perkawinan pertama di usia >=25 tahun mancapai 88,75 persen
al ba
melakukan pekawinan pertama cukup baik.
//k
Sedangkan masih berdasarkan hasil Susenas tahun 2016,
10-16 tahun yang melakukan perkawinan pertama
ht tp
Barat berusia
s:
Kabupaten /kota se Kalimantan Barat persentase wanita Kalimantan
sebesar 16,91 persen, ini cukup besar dibanding wanita yang melakukan perkawinan pertama pada usia 17-18 tahun (4,21 persen). Padahal pada usia 10-16 tahun, seseorang masih dapat dikatakan sebagai anak-anak yang belum siap untuk membina sebuah keluarga. Kemudia dari hasil Susenas tahun 2016 sebagian besar wanita Kalimantan Barat melakukan perkawinan pertama pada usia 19-20 tahun mencapai 4,01. Paling tinggi terjadi di Kabupaten Kubu Raya (4,93 persen), kemudian Kabupaten Landak (4,91 persen), sedangkan yang terkcil persentase wanita melakukan perkawinan pertama pada usia ini, terjadi di Kabupaten Bengkayang (3,22 persen).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
13
Tabel 1.5. Persentase Wanita Umur 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan Pertama, 2016 Kabupaten/Kota
Usia
Jumlah/ Total
17-18
19-20
21 +
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak
16.99% 17.98% 18.70% 17.27% 16.28% 16.02% 17.52% 16.90% 17.24% 19.31% 20.15% 16.30% 15.16%
3.37% 4.78% 4.82% 3.89% 4.05% 4.60% 3.56% 3.18% 3.88% 4.35% 4.43% 5.23% 3.88%
3.31% 3.22% 4.91% 4.54% 3.63% 3.27% 3.28% 3.44% 4.32% 4.01% 3.64% 4.93% 4.86%
76.33% 74.03% 71.57% 74.30% 76.04% 76.11% 75.65% 76.48% 74.56% 72.34% 71.78% 73.54% 76.11%
100.00% 100.01% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.01% 100.00% 100.00% 100.01% 100.00% 100.00% 100.01%
Singkawang
16.90%
Jumlah/ Total
16.91%
ps .g
r.b
al ba //k
s:
ht tp
(1)
o. id
<=16
5.28%
3.98%
73.84%
100.00%
4.21%
4.01%
74.86%
100.00%
Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota di Kalimantan Barat tahun 2016, persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada usia <= 16 tahun paling tinggi terjadi di Kabupaten Kayong Utara mencapai 20,15 persen, kemudian Kabupaten Melawi mencapai 19,31 dan yang paling kecil wanita yang melakukan perkawinan pertama pada usia ini terdapat di Kota Pontianak, nilainya 15,16 persen. Untuk
kelompok umur 17-18 tahun paling tinggi di Kota
Singkawang mencapai 5,28 persen, kemudian Kabupaten Kobu Raya (5,33 persen) dan Kabupaten Landak (4,82 persen). Sedangkan paling kecil wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada usia ini terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu, nilainya 3,18 persen.
14
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
Penggunaan Alat/Cara KB Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program
pemerintah
yang
bertujuan
untuk
menekan
laju
pertumbuhan penduduk, mengurangi angka kelahiran anak dan kematian ibu. Program KB dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi/KB
yang
berbagai
jenis/macamnta.
Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selaku pemerintah
yang
menangani
program
KB
o. id
instansi
ini
ps .g
mengharapkan cakupan akseptor KB terus meningkat. Terutama untuk kepesertaan KB dengan metode kontrasepsi jangka panjang
diharapkan
laju
pertumbuhan
penduduk
bisa
al ba
meningkat,
r.b
(MKJP) seperti IUD dan implant. Dengan cakupan KB yang
dikendalikan lebih baik lagi.
//k
Di Kalimantan Barat saat ini perkembangan cakupan ber-KB
s:
dapat dikatakan sangat lamban, hal ini terlihat dari laju
ht tp
pertumbuhan penduduk (LPP) cukup tinggi. Lambatnya kenaikan angka cakupan ber-KB dipicu oleh beberapa faktor. Utamanya
Masih tingginya kelmpok yang tidak terlayani program KB menyebabkan perkembangan cakupan ber-KB dianggap masih lamban sehingga berpengaruh pada laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
adalah masih tingginya kelompok yang tidak terlayani program KB (unmet nened) dengan berbagai alasan dan kendala. Selain itu adalah makin kecilnya akseptor KB yang memiliki KB dengan metode jangka panjang, sehingga angka drop out KB menjadi tinggi. Upaya
pemerintah
sangat
diperlukan
dalam
rangka
melaksanakan program Keluarga Berencana. Sehingga perlu dilakukan gerakan, menyatukan persepsi dalam mengendalikan penduduk, agar pertumbuhan penduduk sesuai dengan pertumbuhan pangan yang tersedia, termasuk pendidikan dan kesehatan,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
15
Tabel 1.6. Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Aktif Kabupaten/Kota Kalimantan Barat 2012-2016 Ba ru / New Ka bupa te n/Kota Regency/City (1)
Akti f / Active
Ta rge t Scheme
Re a l i s a s i Realization
%
Ta rge t Scheme
Re a l i s a s i Realization
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
29 121
19 234
66.05
69 225
80 315
116.02
Ka b. Be ngka ya ng
10 136
4 315
42.57
26 684
30 431
114.04
Ka b. La nda k
18 341
8 295
45.23
49 643
52 966
106.69
Ka b. Ponti a na k
13 286
5 354
40.30
34 760
36 872
106.08
Ka b. Sa ngga u
28 438
8 817
31.00
67 055
79 143
118.03
Ka b. Ke ta pa ng
25 060
15 639
62.41
65 644
67 020
102.10
Ka b. Si nta ng
16 478
7 110
43.15
56 798
55 868
98.36
Ka b. Ka pua s Hul u
11 120
2 763
24.85
40 580
39 823
98.13
Ka b. Se ka da u
8 428
3 739
44.36
24 857
47.86
Ka b. Me l a wi
5 056
4 085
80.80
37 045
37 002
99.88
Ka b. Ka yong Uta ra
4 158
1 229
29.56
16 842
16 905
100.37
11 896
Ka b. Kubu Ra ya
19 176
17 891
93.30
58 360
61 761
105.83
Kota Ponti a na k
22 153
11 621
52.46
62 166
67 171
108.05
3 801
72.55
26 661
33 001
123.78
5 239
113 893
52.68
636 320
670 174
105.32
2015 156 540
107 447
68.64
612 569
613 411
100.14
2014 133 559
122 446
91.68
598 889
629 614
105.13
2013 132 429
153 743
116.09
527 750
582 894
110.45
2012 157 510
178 896
113.58
512 480
522 319
101.92
s:
//k
Ka l i ma nta n Ba ra t 2016
al ba
216 190
r.b
Kota Si ngka wa ng
ps .g
o. id
Ka b. Sa mba s
ht tp
Sumber : BKKBN Provinsi Kalimantan Barat
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu usaha langsung yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kelahiran terutama melalui program penggunaan alat kontrasepsi secara konsisten dan berkesinambungan. Desamping itu, program KB ini bertujuan membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tabel 1.7 dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 2012-2013 realisasi akseptor baru peserta di Kalimantan Barat melebihi target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat kesadaran masyarakat mengikuti program keluarga berencana. Akan tetapi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir yaitu 2015-2016, realisasi akseptor baru peserta KB di Kalimantan Barat berkurang dari
target yang sudah ditetapkan dan
realisasinya semakin menurun untuk tahun 2016 (tahun 2015 realisasinya 68,64 persen menjadi 52,68 persen di tahun 2015). 16
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
Tabel 1.7. Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Baru Menurut Kabupaten/Kota dan Kontrasepsi 2012-2016
Metode Kontrasepsi/ Contraceptive Methods Ka bupa ten/Kota Regency/City
Pi l
Kondom Suntika n
MOW/
Sus uk
IUD
Pil
Condom
Injection
MOP
Implant
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Ka b. Sa mba s
905
5 961
1 228
10 344
284
512
19 234
Ka b. Bengka ya ng
356
1 045
121
1 908
328
557
4 315
Ka b. La nda k
69
3 744
215
4 110
15
142
8 295
Ka b. Pontia na k
236
1 244
96
3 338
121
319
5 354
Ka b. Sa ngga u
447
2 380
468
4 310
154
1 058
8 817
Ka b. Ketapa ng
143
5 579
782
7 838
168
1 129
15 639
Ka b. Si ntang
369
2 087
62
3 903
264
426
7 111
Ka b. Ka pua s Hul u
23
461
……..
2 013
87
179
2 763
Ka b. Seka da u
400
555
2
1 477
265
1 040
3 739
Ka b. Mel a wi
116
1 498
530
1 673
11
257
4 085
Ka b. Ka yong Utara
48
202
19
827
6
127
1 229
4 528
ps .g
r.b
al ba
Total
//k
(1)
o. id
IUD
433
9 208
531
1 929
17 891
2 092
183
5 761
1 319
165
11 620
420
818
115
1 737
396
315
3 801
6 894
32 194
4 254
58 447
2015 5 789
32 988
4 820
54 031
3 949 3 315
8 155 6 504
113 893 107 447
2014 6 594
36 721
6 005
62 362
3 044
7 720
108 392
2013 11 030
48 779
7 159
73 734
3 514
9 527
292 942
69 500
2 593
10 694
346 249
1 262
Kota Pontia na k
2 100
ht tp
Kota Si ngka wa ng
s:
Ka b. Kubu Ra ya
Kalimantan Barat 2016
2012 8 950
59 133
28 026
Sumber : BKKBN Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan masa kerjanya, kontrasepsi dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu
sementara (reversible) dan
permanen.
Pilihan
kontrasepsi untuk menunda kehamilan pertama dan mengatur jarak kehamilan adalah kontrasepsi yang memiliki masa kerja bersifat sementara, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
17
Seseorang mempunyai pilihan untuk menggunakan jenis alat/cara KB tertentu dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain factor keamanan, frekwensi pemakaian dan efek samping, terjangkau harganya, cara penggunaan yang dianggap paling praktis, effesien, minim resiko kegagalan dan resiko efek samping terhadap kesehatan pemakai dan memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
o. id
Tabel 1.8. memperlihatkan bahwa setiap tahunnya peserta KB di Kalimantan Barat berfluktuasi dimana tahun 2012 jumlah peserta KB menjadi sekitar 113.893 peserta pada tahun
ps .g
mencapai 346.249 peserta
2016. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan peserta KB sekitar
r.b
67,11 persen.
al ba
Dari berbagai macam alat/cara KB yang digunakan di kabupaten/kota
//k
se-Kalimantan Barat, suntikan dan pil yang paling banyak diminati. Pada
s:
tahun 2016 yang menggunakan suntikan mencapai 58.447 peserta (51,32
ht tp
persen) dan yang menggunakan pil sebanyak 32.194 peserta (28,27 persen). Sementara jenis alat/cara KB yang sedikit penggunaannya adalah MOW/MOP, tahun 2016 sebanyak 3.949 peserta (3,47 persen). Berdasarkan kabupaten/kota tahun 2016 peserta KB paling besar terdapat di Kabupaten Sambas mencapai 19.234 peserta, diikuti oleh kabupaten Kubu Raya 17.891 peserta. Sedangkan Kabupaten Kayong Utara merupakan kabupaten yang jumlah peserta KB paling sedikit hanya sekitar 1.229 peserta.
18
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016 Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2015
al ba
r.b
ps .g
o. id
KESEHATAN DAN GIZI
13,46 persen
Penduduk mengalami keluhan kesehatan
Angka kesakitan
ht tp
s:
//k
25,62 persen
Tempat Berobat Jalan Praktek dokter 41,13 persen Puskesmas 37,62 persen
81,63 persen Persalinan Balita ditolong oleh tenaga kesehatan
2. KESEHATAN DAN GIZI Kualitas sumber daya manusia yang baik sangat dibutuhkan untuk kelancaran pembangunan nasional. Salah satu aspek yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah aspek kesehatan. Kesehatan fisik dan mental harus terpenuhi
o. id
agar sumber daya manusia dapat berkarya, berkreasi, dan melakukan kegiatan produktif sehingga dapat mendukung proses dan dinamika
dengan
aspek
kesehatan,
pemerintah
sudah
r.b
Berkaitan
ps .g
pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah.
melakukan berbagai program kesehatan untuk meningkatkan derajat
al ba
kesehatan masyarakat khususnya memberikan kemudahan akses
//k
pelayanan publik bidang kesehatan seperti puskesmas yang sasaran menurunkan
tingkat
angka
kesakitan
masyarakat,
s:
utamanya
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, menurunkan prevalensi
ht tp
Pembangunan di bidang kesehatan harus difokuskan pada kegiatan yang berorientasi pada aktivitas promotif dan preventif bagi SDM yang sehat, dengan tidak melupakan kegiatan kuratif dan rehabilitatif bagi SDM yang sakit.
gizi buruk dan gizi kurang dan meningkatkan angka harapan hidup. Upaya pemerintah melalui program-program pembangunan
yang telah dilakukan diantaranya meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata serta terjangkau yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin; menyediakan
sumber
daya
kesehatan
yang
kompeten
mendistribusikan tenaga kesehatan secara merata ke seluruh wilayah, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan melalui pembangunan puskesmas,
rumah
sakit,
polindes dan
posyandu
serta
menyediakan obat-obatan yang terjangkau oleh masyarakat.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
21
Keberhasilan atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam bidang kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator Gambar 2.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita, 2007 dan 2012
kesehatan antara lain Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kesakitan, Prevalensi Balita Kurang Gizi, dan 70
Indikator lain yang berkaitan dengan akses terhadap fasilitas 60
pelayanan kesehatan seperti persentase balita yang persalinannya ditolong oleh tenaga medis, persentase penduduk yang berobat
o. id
jalan ke rumah sakit, dokter/klinik, puskesmas, dan lainnya, serta
r.b
2.1 Derajat dan Status Kesehatan Penduduk
ps .g
rasio tenaga kesehatan per penduduk.
al ba
Tingkat kesehatan penduduk di suatu provinsi salah satunya dapat dilihat dari besarnya Angka Kematian Bayi (AKB)
50 40 30 20 10
0 Bayi
SDKI 2007 SDKI 2012
//k
dan usia harapan hidup penduduknya. AKB di Kalimantan Barat
s:
pada tahun 2012 (31 kematian per 1000 kelahiran hidup) lebih
ht tp
rendah daripada AKB Indonesia yang mencapai 34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan, Kalimantan Barat berada di bawah Kalimantan Timur yang AKB nya hanya 21 kematian per 1000 kelahiran hidup sedangkan AKB Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu masing-masing 49 dan 44 kematian
per
1000
kelahiran
hidup.
Secara
perlahan
perkembangan AKB di Kalimantan Barat cukup menggembirakan dalam jangka waktu 10 tahun. Selama dekade belakang terakhir, angka AKB Kalimantan Barat mengalami penurunan secara berangsur-angsur.
22
Balita
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 2.1. Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita di Kalimantan Barat (Per 1000 Kelahiran) Tahun 1990, 1994, 1997, 2007 dan 2012 Indikator Kesehatan
SDKI 1990
SDKI 1994
SDKI 1997
SDKI 2007
SDKI 2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Angka Kematian Bayi
81
97
70
46
31
Angka Kematian Balita
114
135
66
59
37
o. id
Sumber: SDKI
ps .g
Masing-masing merujuk dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1971 sebanyak 144
r.b
kematian per 1.000 kelahiran hidup, kemudian SDKI 1990 sebanyak
al ba
81 kematian per 1.000 kelahiran hidup, SDKI 1994 dan 1997 masing-masing sebanyak 97 dan 70 kematian per 1000 kelahiran
//k
hidup. Angka ini terus mengalami penurunan. SDKI 2002 sebesar 47
ht tp
s:
kematian per 1.000 kelahiran hidup; serta terakhir tahun 2012 dari hasil SDKI 2012 menjadi 31 kematian per 1000 kelahiran hidup. Kondisi serupa juga terjadi pada angka kematian balita
(AKABA) di Kalimantan Barat yang terus mengalami penurunan. Hasil SDKI pada tahun 1971 menunjukkan bahwa angka kematian balita di Kalimantan Barat mencapai 216 kematian per 1000 kelahiran hidup, pada SDKI 1999 menjadi 39 kematian per 1.000 kelahiran hidup; serta terakhir tahun 2012 dari hasil SDKI 2012 menjadi 37 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sumber data analisis untuk harapan hidup, tingkat kematian bayi dan jumlah kelahiran pada tabel 2.2 dibawah ini merujuk pada publikasi proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035, sedangkan tingkat kematian bayi tahun 2012 pada tabel 2.1 menggunakan hasil SDKI. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
23
Tabel 2.2. Perkembangan E0, IMR dan CDR, Tahun 2010 & 2015 2010
2015
(1)
(2)
(3)
E0 Laki-laki
67,2
68,2
E0 Perempuan
71,1
72,1
Eo L + P
69,1
70,1
IMR Laki-laki
34,6
30,3
IMR Perempuan
24,6
22,00
IMR LK + PR
29,7
CDR
5,5
Jumlah Kematan (000)
24,2
5,6
26,6
r.b
ps .g
26,3
al ba
Sumber : Proyeksi Penduduk 2010-2035
o. id
Indikator Fertilitas
Semakin membaiknya kondisi kesehatan masyarakat di
//k
Kalimantan Barat telah diiringi dengan peningkatan angka harapan
ht tp
s:
hidup, tercatat dari berumur 69,1 tahun (tahun 2010) menjadi lebih panjang usia mencapai 69,90 tahun (tahun 2016). Dilihat
menurut
jenis
kelamin,
angka
harapan
hidup
perempuan lebih tinggi dari laki-laki, pada tahun 2016 masing-
Gambar 2.2. Angka Harapan Hidup Kalimantan Barat 2014-2016
masing sebesar 72,17 tahun untuk perempuan dan 68,29 tahun untuk
69,9 69,87
laki-laki. Berdasarkan data SUPAS 2005, menurut kabupaten di
69,76
Kalimantan Barat, terdapat 3 (tiga) kabupaten yang memiliki AKB lebih besar dari angka provinsi yaitu kabupaten Sambas, Bengkayang dan Landak masing-masing 40,73; 42,72; 39,07 kematian per 1000
2014 2015 2016
kelahiran hidup.Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator kesehatan yang terkait erat dengan AKB yang telah disebut sebelumnya. 24
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 2.3. Persentase Angka Kesakitan Kabupaten/ Kalimantan Barat, 2016 Angka Kesakitan
Tempat Tinggal
Laki-laki (2) 46,53 49,62 48,67
(1) Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
Perempuan (3) 53,47 46,79 51,33
Sumber: BPS (diolah dari Hasil Susenas)
o. id
Maksudnya, jika suatu wilayah dengan AKB tinggi biasanya diikuti oleh AHH yang rendah. Sebaliknya yang terjadi bila AHH
ps .g
tinggi, maka diiringi oleh rendahnya AKB. Seiring dengan berjalannya waktu, angka kematian bayi di Kalimantan Barat terus menurun.
r.b
Selain AKB dan AHH, tingkat kesehatan penduduk juga diukur
al ba
dengan angka kesakitan yang menunjukkan adanya gangguan/keluhan kesehatan yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari baik
//k
dalam melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus rumah tangga
ht tp
s:
maupun melakukan aktivitas lainnya. Pada umunya keluhan kesehatan yang mengindikasikan adanya suatu penyakit yang biasa dialami oleh penduduk adalah panas, batuk, pilek, asma/napas sesak, diare, sakit kepala berulang, sakit gigi, campak, dll. Semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan berat semakin rendah derajat kesehatan di wilayah tersebut. Hasil Susenas tahun 2016 menunjukkan secara total angka kesakitan penduduk Kalimantan Barat perempuan lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki, yaitu perempuan mencapai 51,33 persen, sedangkan laki-laki 48,67 persen. Ini sejalan dengan kalau melihat berdasarkan daerah tempat tinggal, diperkotaan penduduk perempuan lebih tinggi angka kesakitan dibanding dengan penduduk laki-laki. Hal ini mengindentifikasikan bahwa penduduk perempuan lebih rentan terhadap penyakit dibanding penduduk laki-laki. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
25
Tabel 2.4. Rata-rata Lama Hari Sakit Penduduk Kalimantan Barat, 2016 Kabupaten/Kota
Menurunnya angka morbiditas pada tahun 2013 tidak dapat dikatakan sebagai kondisi kesehatan penduduk yang lebih baik,
Rata-rata (Hari) (2)
Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kab. Kayong Utara Kubu Raya Pontianak Kota Singkawang Kalimantan Barat
Kabupaten dengan penduduk yang paling sedikit mengalami keluhan kesehatan
o. id
Sanggau Ketapang
pada kisaran 4-7 hari.
adalah kabupaten Bengkayang dan kabupaten Sekadau yaitu masing-masing 4.37 hari dan
ps .g
Mempawah
2016 rata-rata lama sakit penduduk berada
4.95 hari.
r.b
Landak
lama sakit penduduk. Hasil Susenas tahun
Sedangkan
pada
angka
kesakitan
(morbiditas), Kabupaten Kayong Utara yang
al ba
Kab. Bengkayang
6,42 4,37 5,02 5,57 6,63 5,27 5,75 5,05 4,95 5,32 7,01 5,2 6,15 5,47
paling tinggi angka kesakitannya (7,01 hari).
//k
Sambas
jika tidak diikuti dengan menurunnya rata-rata
Selanjutnya, diikuti oleh kabupaten Sanggau
s:
(1)
ht tp
dan kabupaten Sintang masing-masing 6,63 5,60 Sumber: BPS (diolah dari Hasil Susenas)
2.2 Tingkat Imunitas dan Gizi Balita Ibu yang sedang mengandung harus mulai memperhatikan asupan yang dimakannya, karena hal tersebut merupakan gizi dan imunisasi awal seorang anak dimulai. Kemudian dilanjutkan setelah sang anak lahir dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua bahan yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI sangat dianjurkan untuk bayi mulai dari 0 sampai 6 bulan kemudian dilanjutkan bersama dengan makanan tambahan dan ASI tetap di berikan hingga usia 2 tahun.
26
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
ASI memliki manfaat sangat besar untuk jangka panjang, karena ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap mengandung zat antibodi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi, dan melindungi tubuh bayi dari alergi dan diare serta penyakit infeksi lainnya. Tujuan menyajikan persentanse anak usia 24-59 bulan yang pernah di susui adalah dapat diketahui berapa persen dari anak-anak yang berusia di atas 2 tahun (24-59 bulan) yang pada saat usia mereka 0-24 bulan pernah
o. id
disusui.
ASI mengandung zat kekebalan tubuh (penolak/ pencegah penyakit) serta dengan memberikan ASI akan memberikan kedekatan batin dan menumbuhkan kasih sayang antara ibu dan anak
2016 (3) 88.08 95.59 93.21
al ba
Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
//k
(1)
2015 (2) 88.68 95.59 93.21
s:
Tempat Tinggal
r.b
Yang pernah disusui
ps .g
Tabel 2.3. Persentase Anak Usia 24 – 59 Bulan yang Pernah Disusui Dan Lamanya Disusui, 2015 – 2016 Rata-Rata lama disusui (Bulan) 2015 2016 (4) (5) 10 10 11 11 10 10
ht tp
Sumber: BPS (diolah dari hasil Susenas)
Hasil Susenas 2016 Kalimantan Barat menunjukkan bahwa Rata-rata lama bayi disusui di daerah perdesaan pada tahun 2016 adalah 11 bulan sedangkan rata-rata lama bayi disusui di daerah perkotaan pada tahun 2016 adalah 10 bulan.
dari anak usia 24-59 bulan yang pernah disusui pada saat usia mereka 0-24 bulan ada sebanyak 91,56 persen tidak berubah dari pada 2015. Jika dilihat berdasarkan wilayah ternyata lebih banyak persentase anak usia 24-59 bulan yang pernah disusui pada saat usia 0-24 bulan yang tinggal di perdesaan dibanding di perkotaan, yaitu dipedesaan mencapai 95.59 sedangkan diperkotaan 88.08. Untuk rata-rata lamanya bayi disusui, hasil susenas 2016 Kalimantan Barat selama 10 Bulan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
27
Dianjurkan seorang ibu dapat menyusui bayinya selama 2 tahun, karena semakin
lama
bayi
mendapatkan
ASI
akan
memberikan
kekebalan/proteksi yang lebih kuat. Bila dilihat rata-rata lama bayi disusui pada tahun 2014 dan 2015 masing-masing sekitar 18 dan 10 bulan. Demikian juga rata-rata lama bayi disusui di daerah perdesaan pada tahun 2014 dan 2015, masing-masing 19 dan 11 bulan sedangkan rata-rata lama bayi disusui di daerah perkotaan pada tahun 2014 dan
o. id
2015 masing-masing 15 dan 10 bulan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa balita usia 24-59 bulan di perdesaan mendapatkan
ps .g
tingkat imunitas dan pertumbuhan yang lebih baik. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat banyaknya ibu-ibu
r.b
yang tinggal di daerah perdesaan,diperkirakan mempunyai banyak
mendukung si ibu bayi untuk menyusui anaknya. Faktor lain yang
//k
sangat umum dan sering dijumpai adalah lebih besarnya waktu bagi
s:
ibu-ibu di perdesaan untuk tetap tinggal di rumah, dibandingkan dengan
ht tp
Imunisasi sangat diperlukan bagi perkembangan dan peningkatan kekebalan daya tahan tubuh balita agar sistem pertahanan tubuhnya kuat terhadap suatu penyakit.
al ba
waktu di rumah sehingga memiliki kesempatan yang besar untuk
ibu-ibu yang tinggal di perkotaan yang cenderung lebih banyak waktunya digunakan untuk bekerja di luar rumah yang berjarak jauh dari lingkungan rumah tinggal. Selain ASI, imunisasi sangat diperlukan bagi perkembangan dan peningkatan kekebalan daya tahan tubuh balita agar sistem pertahanan tubuhnya kuat terhadap suatu penyakit. Jenis imunisasi ada dua macam yaitu: imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan pada anak sejak lahir dan imunisasi aktif dimana kekebalan didapat dari pemberian vaksin kepada anak melalui suntik atau tetes. Anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan kepada orang sekitarnya. Jenis imunisasi yang wajib diberikan pada balita adalah BCG, DPT, Polio, Campak/morbili dan Hepatitis B.
28
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 2.4. Persentase Anak Umur 17-59 Bulan yang Pernah Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi, 2014 -2015
(1) BCG DPT POLIO CAMPAK HEPATITIS
Perkotaan 2014 (2) 93.15 87.38 87.4 73.76 85.62
Pedesaan
2015 (3) 99.71 95.8 98.59 66.08 94.6
2014 (4) 85.45 81.59 81.68 70.73 75.21
2015 (5) 97.29 91.22 97.73 69.82 90.65
2014 (6) 87.86 83.40 83.47 71.68 78.47
2015 (7) 98.02 92.61 97.99 68.72 91.85
ps .g
Sumber: BPS (diolah dari hasil Susenas)
Kota +Desa
o. id
Imunisasi
r.b
Dalam kurun waktu 2 tahun berdasarkan hasil Susenas 2014
al ba
dan 2015, di Kalimantan Barat mayoritas anak umur 12-59 bulan yang mendapatkan imunisasi wajib sudah mencapai lebih dari 90
//k
persen kecuali untuk imunisasi campak yang hanya mencapai
s:
71,68 persen di tahun 2014 bahkan menurun nilainya pada tahun
ht tp
2015 menjadi hanya 68,72 persen. Selain pemenuhan ASI dan imunisasi, program kecukupan gizi juga sangat penting bagi balita, karena kekurangan gizi pada balita akan mempengaruhi kecerdasan dan pertumbuhan anak. Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar belakang
Kasus gizi buruk per 1000 penduduk di Kalimantan Barat pada tahun 2015 sebanyak 2 (dua) balita yaitu 1 (satu) balita di kabupaten Sintang dan 1 (satu) balita di kabupaten Kapuas Hulu.
ekonomi kurang/lemah. Hasil survei Riskedas 2010 (Riset Survei Kesehatan Dasar) yang dilakukan oleh Kementerian Kesahatan Indonesia selama periode tahun 2007 hingga 2010 persentase balita gizi buruk kurang di Kalimantan Barat meningkat dari 22,5 persen pada tahun 2007 menjadi 29,1 persen pada tahun 2010. Begitu juga dengan balita berdasarkan tinggi badan (pendek) meningkat dari 39,3 persen pada tahun 2007 menjadi 39,7 persen pada tahun 2010.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
29
2.3 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang disediakan baik oleh pemerintah maupun swasta diharapkan agar masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dapat segera ditangani. Sehingga dapat terwujud masyarakat yang sehat dan pada akhirnya akan diperoleh sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan produktif. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan harus didukung oleh kondisi sosial ekonomi penduduk yang cukup baik,
o. id
kemudahan akses, serta tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
ps .g
Tingginya persentase penduduk di daerah perkotaan yang memanfaatkan berobat ke praktek dokter/klinik, mengingat lebih mudahnya
r.b
akses dan kualitas pelayanannya jauh lebih baik dibandingkan dengan di
al ba
daerah perdesaan. Sebagai dampaknya akan terlihat berbagai keluhan dan
//k
masalah kesehatan segera tertangani lebih cepat dan lebih baik. perubahan
sikap
masyarakat
yang
terhadap
s:
Peningkatan
ht tp
ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan sarana untuk memudahkan akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang tersedia merupakan salah satu indikator untuk mengukur kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan hidup sehat. Namun di sisi lain, semakin tinggi angka kunjungan ke fasilitas kesehatan mengisyaratkan semakin tinggi juga tingkat keluhan kesehatan masyarakat di daerah tersebut, yang ditandai dengan meningkatnya persentase penduduk yang berobat baik ke praktek dokter/klinik maupun rumah sakit. Persentase penduduk perkotaan yang berobat ke praktek dokter/bidan/klinik meningkat dari 48,97 persen pada tahun 2015 menjadi 56,40 persen pada tahun 2016. Sementara itu, baik penduduk perkotaan maupun pedesaan yang berobat ke rumah sakit menurun dari 11,17 persen pada tahun 2015 menjadi 9,85 persen pada tahun 2016.
30
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 2.5. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, 2015-2016 Kota +Desa Perkotaan 2015 2016
Tempat berobat
Pedesaan 2015 2016
2015
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Rumah Sakit
17.27
14.39
25.08
7.56
11.17
9.85
Praktek Dokter/Bidan
48.97
56.40
32.84
38.27
41.13
43.68
Puskesmas
29.81
27.26
48.69
47.57
37.62
37.44
Petugas Kesehatan/ UKBM* Pengobatan Tradisional Lainnya
21.45 2.62 4.69
1.21 1.79 4.44
41.71 2.06 6.83
11.79 2.28 7.07
46.14 3.04 3.07
8.24 2.12 6.19
o. id
(1)
ps .g
UKBM * terdiri dari Poskesdes, Polindes, Posyandu, Balai Pengobatan Sumber: BPS (diolah dari hasil Susenas)
r.b
Capaian yang cukup baik pada penduduk di daerah
al ba
perdesaan maupun perkotaan di Kalimantan Barat dimana terjadi peningkatan persentase penduduk yang berobat ke praktek dokter/
//k
klinik maupun bidan. Hal ini berarti penduduk perdesaan maupun
s:
perkotaan di Kalimantan Barat cukup mudah mengakses fasilitas
ht tp
dan tenaga kesehatan. Secara menyeluruh kondisi penduduk yang berobat ke pelayanan kesehatan dengan tenaga ahli kesehatan yang terlatih mengalami peningkatan yang sangat nyata dibandingkan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penduduk sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi penduduk dan kondisi wilayah tempat tinggal mereka berada
dengan tahun-tahun sebelumnya. Terjadinya pergeseran dan perubahan penduduk yang berobat
dari
tenaga
kesehatan
yang
kurang/tidak
terlatih/tradisional menuju ke tenaga kesehatan terlatih secara medis memperlihatkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat secara keseluruhan akan pentingnya kesehatan, juga merupakan indikator meningkatnya kondisi sosial ekonomi suatu wilayah.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
31
2.4 Tenaga Penolong Persalinan Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk, selain ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan, juga yang tidak kalah pentingnya adalah tenaga penolong persalinan. Hal ini berkaitan dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan ibu saat melahirkan. Tenaga penolong persalinan menentukan
o. id
keberhasilan persalinan dan akan berpengaruh pada kesehatan
ps .g
ibu dan bayi yang ditolong selanjutnya. Penolong persalinan yang ideal adalah tenaga medis
karena mereka telah
r.b
menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar
al ba
kesehatan. Data mengenai penolong kelahiran dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesehatan, terutama dalam
//k
hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak, serta
s:
pelayanan kesehatan secara umum. Persalinan yang aman dapat dilakukan oleh tenaga
ht tp
Tenaga penolong persalinan menentukan keberhasilan persalinan dan akan berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi yang ditolong selanjutnya. Penolong persalinan yang ideal adalah tenaga medis karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar kesehatan.
kesehatan seperti dokter dan bidan. Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dianggap lebih baik daripada yang ditolong
oleh
dukun
atau
lainnya,
karena
dapat
menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran. Walau demikian, masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun dan tanaga lainnya.
32
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Gambar 2.6. Persentase Balita Menurut Penolongan Kelahiran Terakhir Oleh Tenaga Medis di Kabupaten/Kota Kalimantan Barat, 2016 85,6
96,1 73,1
85,5 78,2 82,3 70,9 85,2 70,0 72,0 68,1 66,1
98,4 87,8
ps .g
o. id
100 80 60 40 20 0
Sebagian besar (di atas 50 persen) balita di Kalimantan
r.b
Barat pada tahun 2016 ditolong persalinannya oleh tenaga medis
al ba
(82.51 persen). Pada daerah perkotaan, balita yang ditolong persalinannya oleh klinik/bidan/praktek dokter lebih besar
//k
dibanding dengan yang ditolong rumh sakit/ RS bersalin yaitu
s:
masing-masing 43.20 persen dan 35,59 persen. Sedangkan
ht tp
persalinan yangcukup dilakukan rumah juga masih cukup besar jawa yang masih tinggi di angka penolong persalinana (10.90 persen) dibanding dengan persalinan yang dilakukan di Puskesmas/Polindes (9,37 persen). Hal yang berbeda terjadi di daerah perdesaan di
Terdapat 2 kabupaten/kota di Kalimantan Barat yang persentase penolong persalinannya oleh tenaga medis 90 persen ke atas yaitu kota Pontianak (98,4 persen), kabupaten Landak (96,1 persen).
Kalimantan Barat, dimana balita yang ditolong persalinannya di rumah cukup besar mencapai 51.37 persen.
Kemudian
persalinan yang dilakukan di Puskesmas/Polindes, 19.24 persen, dan persalinan pada klinik/bidan/praktek dokter, 15.62 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
33
Tabel 2.7. Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan di Kalimanta Barat, 2016 Pedesaan
Perkotaan
Desa+Kota
(1)
(2)
(3)
(4)
Rumah Sakit/ RS Bersalin
13.61
35.59
20.58
Klinik/ Bidan/ Prektek Dokter
15.62
43.20
24.37
Puskesmas/ Polindes/ Postu
19.24
9.37
16.11
Rumah
51.37
10.90
38.54
Lainnya
0.15
0.94
0.40
ps .g
o. id
Tempat berobat
r.b
Sumber: BPS (diolah dari hasil Susenas)
al ba
Secara umum bila diamati berdasarkan daerah tempat tinggal pedesaan dan perkotaan di Kalimantan Barat, balita yang
//k
penolong persalinannya di rumah sakit untuk daerah perkotaan
s:
lebih tinggi dibanding daerah pedesaan, perkotaan mencapai 35,59
ht tp
persen sedangkan pedesaan 13,61 persen. Demikian pula untuk penolong
kelahiran
di
klinik/bidan/prektek
dokter,
daerah
perkotaan lenih tinggi dibanding daerah pedesaan yaitu masingmasing, 43.20 persen dan 15.62 persen. Sebaliknya untuk penolong persalinan yang dilakukan di rumah, daerah pedesaan lebih besar dibanding daerah perkotaan, yaitu untuk pedesaan mencapai 51.37 persen sedangkan perkotaan hanya 10.90 persen.
34
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 2.8. Jumlah Puskesmas Per 500.000 Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota di Kalimantan Barat, 2015 Jumlah / Total (unit) Puskesmas Puskesmas Pembantu
245 998 193 391 195 999 105 477 545 409 607 618 207 601
Puskesmas Keliling
Jumlah / Puskesmas
(4)
(5)
(6)
27 17 16 14 19 24 20 23 12 11 8 20 23 9
92 70 74 20 88 133 60 83 69 64 28 71 11 18
25 34 28 14 21 21 52 38 6 9 13 1 20 7
144 121 118 48 128 178 132 144 87 84 49 92 54 34
o. id
(3)
ps .g
(2) 523 115 238 610 357 608 251 775 444 596 475 985 396 392
r.b
(1) 1. Kab. Sambas 2. Kab. Bengkayang 3. Kab. Landak 4. Kab. Pontianak 5. Kab. Sanggau 6. Kab. Ketapang 7. Kab. Sintang 8. Kab. Kapuas Hulu 9. Kab. Sekadau 10. Kab. Melawi 11. Kab. Kayong Utara 12. Kab. Kubu Raya 13. Kota Pontianak 14. Kota Singkawang
Jumlah Penduduk
al ba
Kabupaten/Kota
//k
Sumber: Kalimantan Barat Dalam Angka 2016
ht tp
s:
Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat di tingkat administrasi pemerintah terbawah yang paling dekat dengan masyarakat sangat penting peranannya. Jumlah puskesmas di Kalimantan Barat cukup memadai. Puskesmas terbanyak terdapat di kabupaten Sambas (27 buah), kabupaten Ketapang (24 buah), dan kabupaten Kapuas Hulu dan kota Pontianak masing-masing 23 buah. Sedangkan di kabupaten Kayong Utara hanya terdapat 8 puskesmas. Begitu juga dengan kota Singkawang yang hanya memiliki 9 puskesmas. Selain itu, tersedia juga puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Kabupaten Ketapang memiliki 133 puskesmas pembantu dan 21 puskesmas keliling. Jadi, total puskesmas per 500.000 penduduk di kabupaten Ketapang adalah sebanyak 178 buah puskesmas. Terdapat 144 buah puskesmas per 500.000 penduduk di kabupaten Sambas dan Kapuas Hulu. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
35
Tabel 2.9. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat, 2015-2016 Tenaga Kesehatan
2015
2016
(1)
(2)
(3)
Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Bidan Perawat
248 578 124 3 024 6 508
504 664 142 2 702 5 433
Jumlah
10 482
9 445
o. id
Sumber : Kalimantan Barat Dalam Angka 2016
ps .g
Ketersediaan tenaga kesehatan medis yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terus diusahakan oleh pemerintah. Tercermin dari
r.b
sasaran dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014 dalam hal sumber
al ba
daya kesehatan adalah menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan dan menekankan pada standar pelayanan dasar bidang kesehatan
//k
secara efektif dan efisien.
s:
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,
ht tp
selama 2 tahun terakhir, secara total jumlah tenaga kesehatan di Kalimantan Barat mengalami penurunan. Akan tetapi penurunan hanya terjadi pada jumlah bidan dan perawat. Sedangkan Jumlah dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi jumlahnya meningkat. Dokter spesialis meningkat dari 248 orang menjadi 504 orang, dokter umum meningkat dari 578 pada tahun 2015 menjadi 664 pada tahun 2016. Peningkatan juga terjadi pada dokter gigi dari 124 orang menjadi 142 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah terus melakukan upaya memenuhi kebutuhan pelayanan medis masyarakat dengan menyediakan tenaga kesehatan yang terdidik dan terlatih.
36
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
PENDIDIKAN ANGKA MELEK HURUF
o. id
91,81 persen
r.b
ps .g
Penduduk 10+ mampu baca tulis
al ba
TINGKAT PENDIDIKAN
ht tp
s:
//k
48,52 persen Penduduk 15+ yang tamat SMP ke atas ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH 98,35 persen Penduduk usia 7-12 tahun bersekolah
3. PENDIDIKAN Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Oleh sebab itu maka setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Hak memperoleh pendidikan bagi setiap
o. id
warga negara tidak memandang status sosial, status ekonomi, suku,
ps .g
etnis, agama, dan gender. Hal tersebut tertuang dalam UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945 pasal 28C ,ayat1) dinyatakan bahwa
r.b
setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
al ba
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
//k
hidup dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya dalam
s:
Pasal 31 ayat 2) dinyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
ht tp
Setiap orang berhak mengembangk an diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia
Pendidikan dasar sebagai bagian dari hak asasi manusia dan
hak setiap warga negara, maka dalam usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik mungkin. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar layak dan bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan. Hal tersebut juga menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan
untuk
mendukung
keberlangsungan
pembangunan
bangsa. Pemerataan
akses
dan
peningkatan
mutu
pendidikan
diharapkan akan mampu menjadikan warga negara Indonesia memiliki
kecakapan
hidup
sehingga
mendorong
tegaknya
pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
41
modern yang dijiwai nilai-nilai pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-undang sistim pendidikan Nasional, yang Tahun UU No 20 2003 tersebut juga menjelaskan posisi pemerintah dalam dunia pendidikan. Pemerintah berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah harus mengusahakan segala yang terkait dengan pendidikan. Baik dari sisi penyelenggaraan, sarana,
o. id
ketersediaan pengajar. UUD 1945 juga telah mengamanatkan bahwa pemerintah negara republik Indonesia (sekaligus pemerintah daerah)
ps .g
wajib mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin tiap-tiap
r.b
warganegara memperoleh pemerataan kesempatan dan mutu
al ba
pendidikan.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
Dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pemerintah harus mengusahaka n segala yang terkait dengan pendidikan baik dari sisi penyelenggar aan, sarana,
//k
maka pemerintah pusat dan daerah harus memfasilitasi hak
ht tp
s:
pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang harus ditanggung pemerintah, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan pemerintah. Mengacu pada pembahasan di atas, hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan akan dibahas dalam bab ini. Beberapa indikator yang akan disajikan di dalam publikasi ini diantaranya Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partispasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Putus Sekolah, serta Persentase Rasio Murid Guru dan Rasio Murid Kelas. Indikatorindikator tersebut diolah dari hasil survei sosial ekonomi nasional
42
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
yang dilakukan BPS dan registrasi yang di lakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Angka Melek Huruf (AMH) Sesorang dikatakan melek huruf apabila paling tidak orang tersebut dapat menggunakan kemampuan baca dan tulis dengan huruf latin dan berhitung dengan angka arab dalam kegiatannya memerlukan kecakapan tersebut dan juga memungkinkannya
o. id
untuk melanjutkan pemanfaatan kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat. Melek
meningkatnya
angka
ps .g
huruf sangat berkaitan erat dengan buta huruf. Semakin melek
huruf
menunjukkan
semakin
r.b
menurunnya angka buta huruf. Baik angka melek huruf naupun
al ba
angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat pencapaian keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf.
//k
Program pemberantasan buta huruf sebetulnya sudah berjalan
s:
sejak jaman kemerdekaan, namun dalam perjalanannya terjadi
ht tp
pasang surut, bahkan dalam sejarahnya negara Indonesia pernah memproklamirkan bebas buta huruf. Tetapi karena tidak dipergunakan ketrampilan menyebabkan banyak yang menjadi buta kembali. Program pemberantasan buta huruf mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis dengan huruf latin dan berhitung serta berketrampilan. Dengan
kemampuan yang dimiliki tersebut memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tujuan lain adalah menciptakan tenaga lokal yang potensial guna mengelola sumber daya yang ada dilingkungannya. Bagi pendidikan persekolahan, diharapkan akan mampu menekan angka putus sekolah di pendidikan persekolahan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
43
Pada tahun 2016, di Kalimantan Barat terjadi peningkatan Angka Melek Huruf bila dibandingkan dengan tahun 2015. AMH naik dari 91,81 persen menjadi 95,44 persen. Peningkatan AMH menunjukkan bahwa angka buta aksara di masyarakat semakin menurun. Walaupun buta aksara sudah menurun program pemberantasan buta aksara di Kalimantan Barat sangatlah diperlukan.
o. id
Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah merupakan indikator yang dapat
ps .g
digunakan untuk melihat kualitas penduduk dalam mengeyam pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah itu sendiri mempunyai
r.b
pengertian jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas
al ba
yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulangi). Indikator rata-rata lama sekolah sangat
//k
penting karena digunakan sebagai salah satu ukuran untuk
ht tp
sektor pendidikan.
s:
menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) khususnya di
Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam
sektor
kebudayaan
pendidikan, akan
kementerian
menempuh
berbagai
pendidikan upaya
dan
dengan
meningkatkan waktu rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkecil angka putus sekolah dan meningkatkan jumlah angka yang melanjutkan antar jenjang pendidikan. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh (2014), cara paling efektif untuk menaikkan waktu rata-rata lama sekolah bukan dengan menyekolahkan kembali penduduk Indonesia yang telah berusia lanjut, tetapi mengupayakan agar tidak ada lagi peserta didik yang putus sekolah. 44
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
o. id ps .g r.b
al ba
Upaya lain yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan akses dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD), meningkatkan
//k
partisipasi sekolah jenjang pendidikan dasar yang bermutu,
s:
meningkatkan akses dan mutu pendidikan menengah, meningkatkan
ht tp
akses dan daya saing pendidikan tinggi, serta meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas tahun 2016 di Kalimantan Barat sebesar 6,98 tahun atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya (6,93 tahun). Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Kalimantan Barat baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 1(satu) SMP atau putus sekolah di kelas 1(satu) SMP. Dilihat bersadarkan kabupaten/kota, rata-rata lama sekolah paling tinggi dicapai Kota Pontianak yaitu selama 9,78 tahun pada tahun 2016, atau rata-rata penduduk Kota Pontianak mampu menempuh pendidikan sampai kelas 3(tiga) SMA. Sementara ratarata lama sekolah paling rendah di Kabupaten Kayong Utara, tahun 2016 baru mencapai 5,84 tahun. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
45
Tingkat Pendidikan Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari keahlian/keterampilan serta ilmu pengetahuan yang dimilikinya yang
dapat
digambarkan
dari
tingkat
pendidikan
yang
ditamatkannya. Seseorang yang menamatkan pendidikannya hingga jenjang pendidikannya yang tinggi dapat mempunyai
o. id
pengetahuan yang luas serta keterampilan/keahlian yang tinggi.
ps .g
Dengan demikian meningkatnya keterampilan/keahlian seakan semakin mudah mendapatkan kesempatan untuk bekerja.
r.b
Indikator tingkat pendidikan yang ditamatkan juga dapat
al ba
digunakan untuk mengetahui keberhasilan program wajib belajar
//k
9 tahun yang di canangkan pemerintah.
s:
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
yang
dapat
ht tp
keahlian/keterampilan serta ilmu pengetahuan yang dimilikinya digambarkan
dari
tingkat
pendidikan
yang
ditamatkannya. Seseorang yang menamatkan pendidikannya hingga jenjang pendidikannya yang tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang luas serta keterampilan/keahlian yang tinggi.
Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam sektor pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan akan menempuh berbagai upaya dengan meningkatkan waktu rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas.
Dengan demikian meningkatnya keterampilan/keahlian seakan semakin mudah mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Indikator tingkat pendidikan yang ditamatkan juga dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan program wajib belajar 9 tahun yang di canangkan pemerintah.
46
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 3.3 dapat dilihat persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Kalimantan Barat pendidikan penduduk paling tinggi dijenjang Sekolah Dasar (SD), walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya pada tahun 2016 mencapai 32,57 persen. Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang menamatkan jenjang pendidikan SMP tahun 2016 mencapai 20,60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat bahwa pendidikan sangat penting sehingga masyarakat
ps .g
masyarakat ini terus meningkat sehingga mampu menurunkan jumlah masyakat yang tidak bersekolah. Dengan kata lain,
r.b
masyarakat yang menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting
al ba
akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tingkat pendidikan SMA/sederajat mengalami penurunan
//k
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 21,41 persen pada tahun 2015 menjadi sebesar 17,87 persen pada tahun 2016.
s:
Secara umum tingkat pendidikan yang mampu ditamatkan oleh penduduk di perkotaan lebih baik dari penduduk di pedesaan.
o. id
aktif berpartisipasi dalam pendidikan. Diharapkan kesadaran
ht tp
Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi tingkat pendidikan juga mengalami penurunan. Bila dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, penduduk di
perkotaan mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik daripada penduduk perdesaan. Persentase penduduk perkotaan dengan tingkat pendidikan SMP ke atas pada setiap jenjang pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
47
Tabel 3.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2015 dan 2016 (Diolah dari Hasil Sakernas) 2015
2016
(1)
(2)
(3)
1. Tidak/Belum Pernah Sekolah 2. Tidak/Belum Tamat SD 3. Sekolah Dasar 4. SMTP/Sederajat 5. SMTA/Sederajat 6. Perguruan Tinggi
7,20 16,32 27,96 20,86 21,41 6,26
0 23,34 32,57 20,60 17,87 5,45
100.00
100,00
ps .g
al ba
r.b
Jumlah / Total
o. id
Tingkat Pendidian
//k
Tingkat Partisipasi Sekolah
s:
Tingkat partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator
ht tp
yang dapat mengukur partisipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan dan kelompok umur. Tingkat partisipasi sekolah dapat diukur diantaranya yaitu Angka Partisipasi sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Pemerintah
berharap
agar
kedua
indikator
selalu
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan bersetaraan.
48
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Berdasarkan data susenas tahun 2016, terjadi peningkatan Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada semua kelompok umur bila dibandingkan dengan tahun 2015. Secara umum APS penduduk berumur 7-12 tahun sebesar 98,35 persen pada tahun 2016 atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya pada tahun 2015 yang sebesar 98,27 persen, sedangkan penduduk berumur 13-15 tahun 2016 sebesar 92,12 persen atau mengalami
o. id
kenaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 91,91 persen. Sementara itu, APS penduduk berumur 16-18 tahun juga
ps .g
mengalami kenaikan dari 66,83 persen menjadi 67,16 persen
r.b
pada tahun 2016. Peningkatan APS pada semua kelompok umur
al ba
tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan semakin meluas dan mudah diakses oleh masyarakat di Kalimantan Barat.
//k
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia
s:
Pintar melalui pelaksanaan wajib belajar 12 tahun pada RPJMN
ht tp
2015-2019 diantaranya adalah meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah, dengan target sasaran tahun 2019 sebagai berikut: a. Angka Partisipasi PAUD sebesar 77,2 persen b. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI sebesar 94,8 persen c. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/SDLB/Paket A sebesar 114,1 persen d. APM SMP/MTs sebesar 82 persen e. APK SMP/MTs paket B sebesar 106,9 persen
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
49
Tabel 3.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia Sekolah dan Kabupaten/ Kota Kalimantan Barat , 2015-2016 (Diolah dari Hasil Susenas) Laki-laki+ Perempuan Kabupaten/Kota
Kelompok Umur 19 - 24
2016 (3)
2015 (4)
2016 (5)
2015 (6)
2016 (7)
2015 (8)
2016 (9)
99.27
98,89
89.89
94,36
71.40
73,69
19.53
25.35
Bengkayang
97.10
96,81
85.85
90,53
61.42
66,09
11.29
11.79
Landak
97.90
97,82
93.65
93,12
69.88
71,35
19.97
17.54
Pontianak
98.12
99,07
95.88
94,35
67.35
70,75
18.97
15.28
Sanggau
98.38
97,95
91.92
88,39
50.81
63,17
18.08
7.10
Ketapang
96.24
96,18
83.31
91,75
60.83
67,29
17.41
13.44
Sintang
97.55
98,92
91.68
91,18
58.14
60,13
18.44
20.23
Kapuas Hulu
98.76
99,36
93.16
88,08
74.53
70,37
22.16
11.84
Sekadau
97.97
98,70
88.70
90,18
62.07
60,28
14.68
11.65
Melawi
96.28
96,51
87.98
83,02
59.63
54,22
13.97
12.32
Kayong Utara
99.19
98,70
98.82
93,86
74.11
73,69
18.07
10.87
Kubu Raya
99.29
99,25
94.95
97,27
69.37
62,45
25.31
27.47
99.44
99,25
98.75
94,58
83.46
70,53
42.69
52.20
99.23
99,06
90.20
87,60
59.23
75,93
20.83
26.17
98.27
98,35
91.91
92,12
66.83
67,16
23.18
23.32
Pontianak Singkawang Total
r.b
ps .g
o. id
2015 (2)
s:
(1) Sambas
al ba
16 - 18
//k
13 - 15
ht tp
7 - 12
Untuk kelompok usia 13 – 15 tahun peningkatan APS terjadi pada kabupaten Sambas, kabupaten Bengkayang, Ketapang, Sekadau, dan Kubu Raya. Demikian pula untuk kelompok usia 16 – 18 tahun terlihat beberapa kabupaten/kota terjadi peningkatan APS dan kabupaten/kota lainnya terjadi penurunan, sedangkan untuk kelompok usia 19 – 24 tahun peningkatan APS terjadi di Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sintang, Kubu Raya,
50
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
KETENAGAKERJAAN
ps .g
o. id
TPAK
al ba
r.b
69,32 persen
4,23 persen
Tingkat Pengangguran Terbuka
ht tp
s:
//k
Penduduk 15+ yang termasuk angkatan kerja
TPT
LAPANGAN USAHA 48,65 persen Penduduk 15+ yang bekerja di sektor pertanian
33,93 persen Status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan
4. KETENAGAKERJAAN
Dalam pelaksanaan pembangunan, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan
o. id
kualitas manusia. Jumlah tenaga kerja yang tepat dengan kualitas yang baik dapat meningkatkan produktivitas. Menurut Sumitro
ps .g
Djojohadikusumo (1987), tenaga kerja adalah semua orang yang
r.b
bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang terpaksa
//k
Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang sangat
s:
sensitif yang harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan agar masalah tersebut tidak meluas yang berdampak pada penurunan
ht tp
Tingginya tingkat pengangguran, rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja serta masalah pekerja anak merupakan sebagian kecil dari berbagai masalah yang dihadapi pemerintahan
al ba
menganggur karena tidak ada kesempatan kerja.
kesejahteraan
dan
keamanan
masyarakat.
Tingginya
tingkat
pengangguran, rendahnya perluasan kesempatan kerja yang terbuka, rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja anak merupakan sebagian kecil dari berbagai masalah yang dihadapi pemerintah. Data dan informasi ketenagakerjaan sangat penting bagi penyusunan kebijakan, strategi dan program ketenagakerjaan dalam rangka
pembangunan
nasional
dan
pemecahan
masalah
ketenagakerjaan. Kebijakan, strategi dan program ketenagakerjaan yang baik dan benar sangat di tentukan oleh kondisi ketersediaan data dan informasi ketenagakerjaan juga dapat mencerminkan tingkat pencapaian pembangunan yang telah dilaksanakan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
57
Sumber data penghitungan indikator ketenagakerjaan diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS). Beberapa indikator yang biasa digunakan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persentase pengangguran menurut tingkat pendidikan, persentase penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan, persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha dan jumlah jam kerja, persentase pekerja
o. id
anak, serta persentase pekerja menurut kelompok upah/pendapatan
ps .g
bersih.
r.b
4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja
al ba
Penduduk terbagi menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia kerja
//k
dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang
s:
berumur 15 tahun ke atas. Sedangkan penduduk yang termasuk bukan
ht tp
usia kerja adalah penduduk yang berumur 0-14 tahun. Dalam publikasi ini penduduk usia kerja dibagi menjadi tiga kelompok usia yaitu 1524, 25-54, dan 55+. Kelompok usia 15-24 tahun adalah kelompok usia yang sudah dikategorikan menjadi kelompok usia kerja, meskipun semestinya mereka masih harus sekolah. Kelompok usia 25-54 tahun adalah mereka yang produktif dalam pasar kerja, dan usia 55+ adalah mereka yang dianggap sudah kurang produktif lagi dalam pasar kerja. Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar atau lebih
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (usia 15
dari 50 persen penduduk usia kerja berada pada kelompok umur produktif, yaitu 25-54 tahun. Proporsi yang cukup besar juga terdapat pada penduduk usia kerja kelompok umur 15-24 tahun yaitu sebesar 25,19 persen. Sedangkan penduduk usia kerja kelompok umur 55 tahun ke atas adalah sebesar 15,40 persen.
58
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 4.1 Perkembangan Persentase Penduduk Usia Kerja di Kalimantan Barat, Tahun 2012-2016 (Agustus) Kelompok Umur (1) 15-24 25-54 55+
2012 (2) 26,81 60,09 13,10
2013 (3) 26,55 59,36 14,09
2014 (4) 26,10 59,39 14,51
2015 (5) 25,62 59,43 14,95
2016 (6) 25,19 59,41 15,40
o. id
Sumber:BPS (diolah dari Sakernas)
ps .g
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (usia 15 tahun
r.b
ke atas). Penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja adalah
al ba
penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas) yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun
//k
yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti sedang cuti.
s:
Selain itu, penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan namun sedang
ht tp
berusaha mendapatkan pekerjaan (penganggur) termasuk juga dalam angkatan kerja. Besaran nilai TPAK, menunjukkan proporsi penduduk usia 15
tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja, yang berpotensi untuk dapat terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Selain itu, keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi juga dapat diukur oleh banyaknya penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja dan penganggur). Semakin tinggi nilai TPAK, maka semakin besar pula proporsi penduduk usia kerja yang memasuki pasar kerja atau yang sesungguhnya terlibat secara ekonomi atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
59
o. id ps .g r.b
al ba
Selain TPAK, dalam analisis angkatan kerja juga dikenal indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran yaitu Tingkat
//k
Pengangguran Terbuka (TPT). Pengangguran terbuka didefinisikan
s:
sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang
ht tp
mempersiapkan usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang termasuk angkatan kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka. TPT dapat mencerminkan besarnya jumlah penduduk dalam kategori usia kerja yang termasuk dalam pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Barat pada Agustus 2016 mencapai 2,39 juta orang, berkurang dibanding agustus 2015 (2,42 juta orang). Jumlah penduduk yang bekerja di Kalimantan Barat pada Agustus 2016 mencapai 2,29 juta orang, hampir sama dengan keadaan agustus 2015 (2,31 juta orang). 60
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
ps .g
o. id
Tabel 4.4. Jumlah Pengangguran Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2015-2016 (000 orang) Agustus Februari Agustus Pendidikan 2015 2016 2016 (1) (2) (3) (4) SD ke bawah 35 32 33 Sekolah Menengah Pertama 23 25 13 Sekolah Menengah Atas 40 32 32 Sekolah Menengah Kejuruan 10 7 10 Diploma I/II/III 3 8 6 Universitas 10 6 7 Jumlah 121 110 101
r.b
Sumber: BPS (diolah dari Sakernas)
al ba
Secara umum, jumlah pengangguran dilihat menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan menurun, hal ini sejalan dengan TPT total
//k
yang juga menurun pada Agustus 2016 sebesar 4,23 persen dibanding
s:
TPT Agustus 2015 sebesar 5,15 persen.
ht tp
Jika dibandingkan keadaan Agustus 2016 dengan Agustus 2015 hampir semua pengangguran pada tingkat pendidikan menurun, kecuali tingkat pendidikan diploma yang mengalami peningkatan sebesar 3 ribu orang atau sekitar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama dapat dikelompokkan menjadi dua jenis kegiatan yaitu pekerja formal dan pekerja informal, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2016 sekitar 874 ribu orang (38,19 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 1.414 ribu orang (61,81 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama periode satu tahun terakhir penduduk yang bekerja dengan status buruh/karyawan bertambah sebesar 77 ribu orang dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
61
Tabel 4.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kalimantan Barat, 2011-2016 (Keadaan Bulan Agustus) Lapangan Usaha
2011
2012
2013
2014
2015
2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
60,30
59,50
57,57
57,76
57,80
48,65
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
3,66
3,98
4,17
3,80
1,65
2,23
Industri
4,17
3,70
3,34
3,66
3,89
5,46
0,21
0,20
0,17
0,24
0,18
0,22
4,54
5,23
5,30
5,32
4,69
6,29
13,54
13,99
18,01
2,66
2,29
2,50
2,97 2,19
12,92
13,09
15,74
2,40
2,04
Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan
0,98
1,22
1,30
1,57
1,56
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
10,82
11,04
11,94
11,36
11,98
14,03
Total
100
100
100
100
100
100,00
r.b
ps .g
Perdagangan Angkutan dan Komunikasi
o. id
Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi
al ba
Sumber: BPS (diolah dari Sakernas)
dengan berusaha dibantu buruh tetap juga
//k
dan penduduk bekerja
s:
meningkat sebesar 26 ribu orang. Peningkatan ini menyebabkan
ht tp
persentase pekerja formal naik dari 34,44 persen pada kondisi Agustus 2015 menjadi 38,19 persen kondisi Agustus 2016. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan Proporsi pekerja menurut lapangan usaha/pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Lapangan usaha/bidang kerja adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat penduduk bekerja. Banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam suatu sektor perekonomian dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja. Pada tahun 2016, sektor pertanian menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kalimantan Barat. Walaupun demikian, persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung stagnan bahkan menurun. 62
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 4.7 Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, 2015-2016 (000 orang) Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Agustus 2015
Agustus 2016
1.216
1.187
1.183
Sekolah Menengah Pertama
377
405
415
Sekolah Menengah Atas
363
356
375
Sekolah Menengah Kejuruan
110
o. id
SD ke bawah
Februari 2016
140
104
60
52
121
156
158
2.236
2.304
2.287
49
ps .g
Diploma I/II/III
r.b
Universitas
ht tp
s:
//k
al ba
Jumlah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
65
TARAF DAN POLA KONSUMSI NON MAKANAN
Rp. 395 ribu
Rp. 511 ribu
Rata-rata pengeluaran makanan per kapita sebulan
ht tp
s:
//k
al ba
Rata-rata pengeluaran non makanan per kapita sebulan
r.b
ps .g
o. id
MAKANAN
Rp. 227 ribu Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk
PERUMAHAN
Rp. 62 ribu Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk
MAKANAN & MINUMAN JADI
5. TARAF DAN POLA KONSUMSI
Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga. Selama ini berkembang
o. id
pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga
ps .g
dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk
r.b
konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga tersebut
al ba
berpenghasilan rendah. Makin tinggi penghasilan rumah tangga,
//k
maka makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap
s:
seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain rumah tangga/
ht tp
keluarga cenderung semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk
makanan
jauh
lebih
kecil
dibandingkan
persentase
pengeluaran untuk non makanan.
Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan. Perubahan pendapatan seseorang akan berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, cenderung akan semakin tinggi pengeluaran untuk bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
75
penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan atau ditabung. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur
tingkat
komposisinya
kesejahteraan
digunakan
sebagai
penduduk, petunjuk
dimana
perubahan
perubahan
tingkat
kesejahteraan.
43,64
//k
al ba
44,35
r.b
ps .g
o. id
Gambar 5.1 Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2015-2016
56,36
makanan
ht tp
s:
55,65
nonmakanan
2015
Gambar
5.1.
2016
menunjukkan
persentase
rata-rata
perkapita
pengeluaran sebulan menurut jenis pengeluaran di Kalimantan Barat. Secara persentase rata-rata pengeluaran sebulan untuk makanan tahun 2016 adalah 56,36 persen dan kebutuhan bukan makanan adalah 43,64 persen. Selain itu terjadi pergeseran pola pengeluaran masyarakat Kalimantan Barat dalam kurun waktu 2(dua) tahun dimana tahun 2015 proporsi pengeluaran non makanan adalah lebih kecil, yaitu untuk pengeluaran non makanan 44,35 persen dan pengeluaran untuk makanan 55,65 persen.
76
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 5.1. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kalimantan Barat Tahun 2015-2016
2016
(2) 0.00 0.00 12.53 15.55 13.74 18.80 19.15 20.21
(3) 0.00 0.00 0.50 6.21 10.35 15.68 22.05 45.22
5.1.
menunjukkan bahwa sebagian besar rata-rata
ht tp
Tabel
s:
//k
al ba
r.b
ps .g
(1) < 100.000 100.000 - 149.999 150.999 - 199.999 200.000 - 299.999 300.000 - 499.999 500.000 – 749.999 750.000 - 999.999 > = 1.000.000
2015
o. id
(Diolah dari hasil Susenas) Golongan Pengeluaran Sebulan (Rupiah)
pengeluaran penduduk di Kalimantan Barat dalam sebulan tahun 2016 berada pada golongan pengeluaran di atas 1(satu) juta rupiah dengan persentase sebesar 45,22 persen. Disusul oleh golongan pengeluaran antara 750 ribu rupiah sampai satu juta rupiah sebanyak 22,05 persen, serta golongan pengeluaran antara 500 ribu rupiah sampai 750 ribu rupiah sebesar 15,68 persen. Konsumsi makanan dengan gizi yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menetukan tingkat kesehatan dan intelegensia manusia. Untuk memenuhi gizi tersebut, setiap orang perlu mengkonsumsi pangan yang beragam dan gizi seimbang serta aman. kesehatan dan tumbuh kembang optimal.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
77
Pada tabel 5.2 dapat dilihat rata-rata konsumsi makanan per kapita sebulan menurut sub kelompoknya di Kalimantan Barat selama tahun 2015-2016. Pada tahun 2016 rata-rata pengeluaran per kapita sebulan terbesar adalah sub kelompok konsumsi lainnya yaitu sebesar Rp. 97.317,-. Sedangkan pengeluaran makanan terkecil adalah sub kelompok umbi-umbian yaitu Rp. 4.010,-.
o. id
Tabel 5.2. Pengeluran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Makanan Kalimantan Barat, 2015 – 2016
ps .g
(Diolah dari hasil Susenas) Jenis Kelompok Makanan
80 134
3 445
4 010
52 493
58 667
29 376
51 324
28 244
31 175
28 792
40 977
8 305
7 152
Bua h-bua ha n
10 669
20 127
Mi nya k da n Lema k
11 967
13 083
Ba ha n Mi numa n
20 103
21 526
Bumbu-bumbua n
10 413
11 338
Kons ums i La i nnya
11 479
97 317
105 235
62 398
56 844
62 398
472 142
511 164
Ika n
s:
//k
Da gi ng
al ba
Umbi -umbi a n
ht tp
Tel ur da n Sus u Sa yur-s a yura n
Ka ca ng-ka ca nga n
Ma ka na n da n Mi numa n Ja di
Tembakau, Sirih Total
78
2016
80 031
r.b
Pa di -Pa di a n
2015
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Pola pengeluaran penduduk sebulan untuk bukan makanan ditampilkan pada tabel 5.3. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, pengeluaran untuk sub kelompok perumahan mempunyai porsi terbesar bila dinamdingkan dengan pengeluaran bukan makanan lainnya. Selama tahun 2015-2016, pengeluaran sub kelompok perumahan mengalami peningkatan. Sedangkan pengeluaran sub kelompok keperluan pesta dan upacara merupakan pengeluaran dengan porsi paling kecil. Pada tahun 2016 pengeluaran untuk sub kelompok perumahan rata-rata per kapita sebulan sebesar Rp. 227.185,- dan untuk sub kelompok keperluan pesta dan upacara rata-rata per kapita
o. id
sebulan sebesar Rp. 14.085,-
r.b
ps .g
Tabel 5.3. Pengeluran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Bukan Makanan Kalimantan Barat, 2015 – 2016 (Diolah dari hasil Susenas)
2015
2016
188 450
227 185
Barang dan Jasa
145 230
83 460
Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala
43 271
24 068
Barang-barang tahan lama
23 976
31 212
Pajak dan Asuransi
11 525
15 778
Keperluan Pesta dan Upacara
17 626
14 085
430 078
395 789
s:
//k
Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga
ht tp
al ba
Jenis Kelompok Bukan Makanan
Total
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
79
o. id
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
ps .g
88,29 persen
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
Rumah tangga menggunakan penerangan listrik
74,52 persen
Rumah tangga memiliki jamban sendiri
40,72 persen Rumah tangga menggunakan air hujan sebagai sumber air minum
6. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok di samping kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Rumah merupakan lingkungan yang paling dekat dengan manusia.
o. id
Rumah adalah suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat
ps .g
tinggal oleh manusia dalam usaha melangsungkan kehidupannya. Selain sebagai tempat tinggal, rumah merupakan tempat awal
al ba
Rumah mempunyai pengaruh terhadap pembinaan watak dalam kepribadian serta merupakan faktor penting terhadap
//k
produktivitas kerja dan kreativitas kerja seseorang. Selain itu
s:
rumah juga mempunyai fungsi strategi sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi
ht tp
UU No. 1 Tahun 2011 menyebutkan salah satu tujuan diselenggarakan nya perumahan dan kawasan permukiman yaitu untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
r.b
pengembangan kehidupan.
yang akan datang. Dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papan maka akan terwujud kesejateraan rakyat. Rumah juga merupakan sarana pengamanan dan pemberi ketentraman hidup bagi manusia. Dalam fungsinya sebagai pengamanan diri bukan berarti menutup diri tetapi harus membuka diri menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan rumah tinggal mempengaruhi terhadap status kesehatan penghuninya. Kualitas rumah tinggal yang baik dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan (Kepmen no.9 tahun 1999) diartikan sebagai suatu kondisi rumah yang memenuhi standard minimal dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi,dan kualitas teknis.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provisi Kalimantan Barat, 2016
83
Rumah
selain
sebagai
tempat
tinggal,
juga
dapat
menunjukkan status sosial seseorang. Status sosial seseorang berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah.semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. Salah satunya dari sekian banyak fasilitas yang dapat mencerminkan kesejahteraan rumah tangga adalah kualitas material seperti
jenis
atap,
dan
dinding
lantai
terluas
yang
o. id
digunakan,termasuk juga fasilitas penunjang lain yang meliputi luas lantai hunian, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar
ps .g
dan sumber penerangan. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan bagi
penghuninya
serta
mendukung
r.b
kenyamanan
dalam
//k
6.1 Fasilitas Rumah Tinggal
al ba
terwujudnya kesehatan anggota rumahtangga.
Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya serta mendukung dalam terwujudnya kesehatan anggota rumahtangga.
s:
Kualitas dan kenyamanan rumah tinggal di tentukan oleh
ht tp
kelengkapan fasilitas suatu rumah tinggal. Yang termasuk dalam kelengkapan fasilitas tersebut adalah tersedianya air bersih, sanitas yang layak, serta penerangan yang baik. Ketersediaan fasilitasfasilitas tersebut akan membantu meningkatkan kenyamanan dan kesehatan suatu rumah tinggal. Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mandi mencuci dan sebagainya. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup, higienis dan layak dikonsumsi terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah.
84
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Utama di Kalimantan Barat, 2014-2016 Sumber Air Minum (1) Leding Air Kemasan/Air isi ulang Sumur bor/sumur/mata air terlindung sumur/mata air tak terlindung/sungai/air hujan/lainnya Total
2014 (2) 8,00 19,00 15,40 57,60 100,00
2015 (3) 3,12 16,34 17,74 62,80 100,00
2016 (4) 2,66 17,61 7,03 72,70 100,00
Sumber: BPS Kalbar (Diolah dari Susenas)
o. id
Rumah tangga yang menggunakan air ledeng sebagai air minum
ps .g
di Kalimantan Barat sangat kecil yaitu hanya 2,66 persen pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena air ledeng yang diolah berasal dari air
r.b
sungai yang dianggap kualitasnya tidak memenuhi syarat sebagai bahan
al ba
baku air minum. Kondisi tanah yang sebagian besar tanah gambut, membuat air sungai berwarna kecoklatan seperti teh. Selain itu,
//k
pengolahan air sungai menjadi air ledeng menyisakan endapan lumpur
s:
halus. Penduduk di Kalimantan Barat biasanya menggunakan air ledeng
ht tp
untuk mandi dan mencuci. Sebanyak
17,61
persen
penduduk
di
Kalimantan
Barat
menggunakan air kemasan/air isi ulang untuk sumber air minum pada tahun 2016. Persentasenya meningkat dari tahun 2015 yang hanya 16,34 persen. Sebanyak
72,70
persen
penduduk
di
Kalimantan
Barat
menggunakan air hujan sebagai sumber air minum utama pada tahun 2016. Sejak lama penduduk Kalimantan Barat punya tradisi menampung air hujan dalam tempayan besar di setiap rumah. Air hujan yang turun langsung ditadah dari talang atap menuju tempayan yang terbuat dari semen atau drum plastik.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provisi Kalimantan Barat, 2016
85
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Fasilitas Perumahan di Kalimantan Barat, 2014-2016 Fasilitas Perumahan (1)
2014 (2) 69,20 50,20 85,90
Jamban Sendiri Jamban dengan tangki septik/SPAL Penerangan listrik PLN/non PLN Sumber: BPS Kalbar (data diolah dari Susenas)
2015 (3) 73,46 46,92 88,30
2016 (4) 74,52 40,99 88,29
o. id
Pada tahun 2016, sebagian besar rumah tangga (74,52 persen) telah mempunyai jamban sendiri. Nilainya bahkan meningkat dari
ps .g
tahun sebelumnya yang hanya 73,46 persen. Sedangkan proporsi rumah tangga yang mempunyai jamban dengan pembuangan akhir
r.b
berupa tangki septik pada tahun 2016 adalah 40,99 persen.
al ba
Fasilitas penting lainnya adalah penerangan. Salah satu faktor
//k
penentu untuk dapat memperoleh akses fasilitas penerangan seperti
s:
listrik adalah tingkat kehidupan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu,
ht tp
ketersediaan fasilitas penerangan rumah tangga juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Sumber penerangan yang ideal adalah yang berasal dari listrik
karena cahaya yang dihasilkan lebih terang dibandingkan dengan sumber penerangan lainnya. Secara umum, pada tahun 2016 rumah tangga yang menggunakan penerangan listrik baik itu listrik PLN maupun listrik non PLN di Kalimantan Barat sebanyak 88,29 persen. Dengan kata lain, ketersediaan fasilitas penerangan di Kalimantan Barat sudah baik, karena di atas 80 persen rumah tangga sudah dapat mengakses listrik.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provisi Kalimantan Barat, 2016
87
Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Perumahan di Kalimantan Barat, 2014-2016
Lantai Tanah
Kualitas Perumahan
2013
2014
2015
2016
(1)
(2) 1,53
(3) 0,40
(4) 0,40
(5) 0,31
2,08 5,9 2,4
2,40 5,10 3,00
2,19 4,28 20,40
1,72 3,05 0,85
Luas Lantai Perkapita < 19m2 Atap ijuk/rumbia + lainnya dinding bambu + lainnya
o. id
Sumber: BPS Kalbar (data diolah dari Susenas)
ps .g
Indikator lain yang digunakan untuk melihat kualitas perumahan sebagai tempat tinggal adalah penggunaan atap dan
r.b
dinding. Persyaratan rumah sehat antara lain memiliki konstruksi
al ba
bangunan yang cukup kuat yaitu memiliki konstruksi atap yang cukup rapat dan tidak tiris. Jenis atap yang kurang baik untuk
//k
kesehatan antara lain ijuk atau rumbia dan lainnya.
ht tp
s:
Jenis dinding rumah juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Persyaratan rumah sehat salah satunya memiliki konstruksi dinding luar yang kuat. Jenis dinding yang baik adalah tembok atau kayu. Dinding rumah sebaiknya kering agar ruangan tidak menjadi lembab, karena dinding yang lembab menimbulkan resiko timbulnya penyakit. Sedangkan dinding bambu dan lainnya tidak baik untuk kesehatan. Pada tahun 2016, kondisi fisik perumahan di Kalimantan Barat sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh besaran persentase rumah tangga yang menggunakan ijuk/rumbia dan lainnya sebagai atap hanya sebesar 3,05 persen. Selain itu, tempat tinggal yang berdinding bambu dan lainnya hanya 0,85 persen (tabel 6.3). Indikator Kesejahteraan Rakyat Provisi Kalimantan Barat, 2016
89
KEMISKINAN
o. id
381 ribu
ps .g
Penduduk miskin
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
(7,87 persen)
Garis kemiskinan makanan 255 ribu rupiah/kapita/bulan Garis kemiskinan non makanan 68 ribu rupiah/kapita/bulan
7. KEMISKINAN Pembangunan pada dasarnya bertujuan menciptakan kemakmuran dan mengurangi kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan,
BPS
memenuhi
menggunakan
kebutuhan
dasar
konsep
(basic
kemampuan
needs
approach).
o. id
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makanan bukan makanan yang diukur pengeluaran.
Kemiskinan
ps .g
dari
merupakan
masalah
multidimensi, yang bukan hanya mencakup kondisi ekonomi
r.b
tetapi juga sosial, budaya, dan politik. Penduduk miskin adalah
al ba
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan sehingga standar yang
//k
digunakan untuk menentukan penduduk sebagai penduduk
ht tp
s:
miskin atau bukan miskin adalah garis kemiskinan. Pentingannya pemberantasan kemiskinan ditunjukkan
salah satunya dengan tujuan MDGs yang pertama yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan. Kemiskinan menjadi permasalahan krusial karena mempengaruhi aspek-aspek kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, makanan, dan perumahan. Hamzah (2012) menyebutkan bahwa fokus utama dalam penanggulangan kemiskinan hendaknya mengarah pada pemberdayaan kebutuhan pangan, pendidikan, dan kesehatan; transformasi
sektor
pertanian
ke
sektor
nonpertanian;
menumbuhkan swadaya penduduk miskin; serta meningkatkan peran pihak luar sebagai fasilitator pemberdayaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
93
Tabel 7.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Barat, 2011-2016
Jumlah Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa (2) (3) (4)
Tahun
84.470
295.640
380.110
2012
80.390
282.920
363.310
2013
71.750
297.260
369.010
2014
82.050
319.460
401.510
2015
82.050
301.650
383.700
2016
78.290
303.060
381.350
r.b
o. id
2011
ps .g
(1)
al ba
Sumber : BPS
//k
Perkembangan Penduduk Miskin
s:
Pada tabel 7.1 dapat dilihat perkembangan penduduk
ht tp
miskin di Kalimantan Barat. Tahun 2016 jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan miskin atau yang lebih dikenal dengan penduduk miskin di Kalimantan Barat sebanyak 381.350 jiwa, terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (383.700 jiwa). Secara persentase terjadi penurunan penduduk miskin dari 8,03 persen tahun 2015 menjadi 7,87 persen pada tahun 2016. Bila dilihat dari daerah tempat tinggalnya, penduduk miskin di daerah pedesaan relatif lebih besar bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Pada tahun 2016 penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan 303.060 jiwa (9,11 persen) dan yang berada di daerah perkotaan 78.290 jiwa (5,16 persen).
94
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Pembangunan
yang
belum
merata
antara
daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, menjadi penyebab utama ketimpangan antara kedua daerah ini. Kemiskinan mencakup ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak sehingga hidup di bawah standar hidup layak. Ketika insfrastruktur dan sarana pendukung tidak tersedia, akses yang terbatas, dan ketiadaan
o. id
sumber daya manusia yang berkompeten, maka yang terjadi
r.b
Garis Kemiskinan (GK)
ps .g
adalah kemiskinan penduduk yang tinggi di suatu daerah.
al ba
Garis kemiskinan digunakan sebagai batas untuk mengelompokkan
penduduk
miskin
dan
tidak
miskin.
//k
Penduduk miskin adalah penduduk yang memliki rata-rata
s:
pengeluaran per bulan di garis kemiskinan. Garis kemiskinan
ht tp
di Kalimantan Barat cenderung mengalami peningkatan setiap tahun selama periode 2011-2016, tahun 2011 sebesar Rp 206.850 dan di tahun 2016 menjadi sebesar Rp 347.880. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding daerah perdesaan. Selisih garis kemiskinan antara daerah perkotaan dan perdesaan tahun 2011-2015 di Kalimantan Barat masingmasing sebesar 13,25 persen di tahun 2012; 11,66 persen di tahun 2013; 9,01 persen; 4,47 persen di tahun 2014, dan 5,12 persen di tahun 2015 dengan garis kemiskinan yang lebih tinggi di perkotaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
95
Tabel 7.2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah Kota dan Desa di Kalimantan Barat, Tahun 2011-2016
Tahun
Nilai Batas Garis Kemiskinan (Rp.) Kota Desa Kota+Desa (2) (3) (4) 225 245
198 886
206 850
243 957
218 476
226 177
264 149
242 322
252 617
291 532
279 049
285 290
334 575
318 288
323 615
353 143
345 480
347880
ps .g
Sumber : BPS
o. id
(1) 2011 2012 2013 2014 2015 2016
r.b
Garis kemiskinan sebagai dasar penghitungan penduduk miskin
al ba
pada tahun 2016 meningkat bila dibandingka dengan tahun sebelumnya. Di daerah perkotaan garis kemiskinan meningkat dari
//k
Rp. 334.575,- pada tahun 2015 menjadi Rp. 353.143,- pada tahun
ht tp
s:
2016. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2).
Kemiskinan
(P1).
Indeks
Keparahan
Persoalan kemiskinan bukan hanya menyangkut berapa jumlah dan persentase penduduk miskin tetapi ada dimensi lain yang harus juga menjadi perhatian yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Jadi kebijakan dalam penanganan masalah kemiskinan seharusnya tidak hanya memperkecil jumlah penduduk miskin, tetapi juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Indeks Kedalamam Kemiskinan (P1) merupakan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan ukuran ketimpangan pengeluaran penduduk miskin. 96
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 7.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kalimantan Barat Menurut Daerah Kota dan Desa, Tahun 2014-2016 Desa (3)
Kota + Desa (4)
0,854 0,861 0,66
1,438 1,477 1,594
1,261 1,289 1,302
0,418 0,371 0,401
0,348 0,320 0,315
r.b
ps .g
0,186 0,204 0,126
o. id
Kota (2)
al ba
Tahun (1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1 ) 2014 2015 2016 Indeks Keparahan kemiskinan (P2 ) 2014 2015 2016 Catatan : Keadaan Bulan Maret Sumber : BPS
//k
Pada tabel 7.3. menununjukkan bahwa selama kurun waktu
s:
3(tiga) tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Kalimantan Barat
ht tp
terjadi peningkatan, yaitu dari 1,261 pada tahun 2014 menjadi 1,302 pada tahun 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Sedangkan dari sisi Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya penurunan yaitu dari 0,348 pada tahun 2014 menjadi 0,315 pada tahun 2016. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relative semakin mengecil selama kurun 2014-2016. Jika ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, P1 daerah pedesaan Kalimantan Barat lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Hal ini mencerminkan masih banyak penduduk miskin di pedesaan yang rata-rata pengeluarannya lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding penduduk miskin di perkotaan. Dengan demikian, upaya
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
97
penanggulangan kemiskinan dapat lebih diperioritaskan di daerah pedesaan untuk dapat membebaskan kemiskinan penduduk dengan kondisi miskin “terlalu dalam”. Demikian pula P2 Kalimantan Barat untuk daerah pedesaan lebih tinggi dibanding dengan daerah perkotaan. Hal ini menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin yang tinggal di daerah
o. id
pedesaan lebih tinggi dibanding penduduk miskin yang tinggal di
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
ps .g
perkotaan.
98
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
SOSIAL DAN LAINNYA
ht tp
s:
//k
al ba
r.b
ps .g
o. id
8,73 persen Penduduk yang melakukan perjalanan wisata
0,54 persen Penduduk yang pernah menjadi korban kejahatan
8. SOSIAL LAINNYA
Kebutuhan masyarakat tidak terbatas pada kebutuhan primer dan skunder saja. Masyarakat yang sudah mencapai tahap sejahtera, akan memenuhi kebutuhan tersiernya. Perjalanan wisata merupakan
o. id
salah satu pemenuhan kebutuhan tersier. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat, gaya hidup masyarakat juga cenderung
ps .g
berubah. Tujuan melakukan perjalanan wisata biasanya untuk
r.b
relaksasi, menikmati hari libur, menikmati pemandangan alam dan lain-lain.
juga
dapat
menjadi
indikator
yang
mengukur
//k
komunikasi
al ba
Aspek sosial lain seperti akses pada teknologi informasi dan
s:
kesejahteraan masyarakat. Perkembangan gaya hidup modern
ht tp
memicu kebutuhan akan informasi dan komunikasi yang didapat melalui peralatan komunikasi seperti telepon seluler pintar dan komputer. Jenis akses dan media informasi yang beragam tentunya menjadi pilihan bagi masyarakat dalam mengikuti tren gaya hidup modern. Semakin terjangkaunya harga telepon pintar dan semakin luasnya cakupan wilayah jangkauan frekuensi yang digunakan untuk mengirim dan menerima data internet semakin mempermudah masyarakat dalam mengakses segala informasi yang mereka inginkan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat dari akses terhadap pelayanan publik seperti kredit usaha dan pelayanan kesehatan gratis, serta tingkat keamanan wilayahnya.
Semakin
besar masyarakat mendapatkan pelayanan kredit usaha semakin
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
101
mempermudah masyarakat untuk meningkat kan aktivitas usahanya yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan kesehatan gratis menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, terutama masyarakat yang tidak mampu. Dengan pelayanan kesehatan gratis tersebut
masyarakat
dapat
mengalihkan
pendapatannya
pada
keperluan hidup lainnya guna meningkatkan kesejahteraan.
o. id
Rasa aman dan adanya perlindungan dari negara terhadap masyarakat dari gangguan dan ancaman kejahatan di perlukan oleh
ps .g
masyarakat agar dapat beraktivitas dan bekerja. Semakin rendah tingkat kejahatan di suatu wilayah menjadi salah satu indikator
al ba
r.b
peningkatan kesejahteraan sosial wilayah tersebut.
8.1 Perjalanan Wisata
//k
Perjalanan wisata yang dijadikan indikator dalam Susenas
s:
adalah perjalanan yang dilakukan penduduk dalam wilayah geografis
ht tp
Indonesia secara sukarela kurang dari 6 bulan dan bukan untuk tujuan memperoleh upah/gaji di tempat yang dikunjungi atau sekolah serta bersifat perjalanan bukan rutin. Selama tahun 2015, jumlah penduduk di Kalimantan Barat yang bepergian (melakukan perjalanan wisata) sebanyak 8,89 persen. Jika
dilihat
berdasarkan
kabupaten/kota,
persentase
tertinggi
penduduk yang bepergian berturut-turut terdapat di kota Singkawang (18,85
persen),
kota
Pontianak
(15,50
persen),
Kabupaten
Bengkayang (13,12 persen), dan Kabupaten Mempawah (11,18 persen).
102
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
Tabel 8.1. Persentase Penduduk Pernah Bepergian Dalam 6 Bulan Terakhir Kalimantan Barat, 2016 Laki-Laki (2) 8,11 12,69 2,93 10,10 11,90 4,82 3,20 7,08 10,51 10,11 7,29 4,46 17,87 21,21 9,14
Total (4) 8,43 12,34 2,56 10,52 11,13 4,57 2,84 6,65 8,92 8,62 7,27 4,90 16,56 19,77 8,73
//k
al ba
r.b
ps .g
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang Total
Perempuan (3) 8,73 11,96 2,16 10,95 10,30 4,30 2,47 6,21 7,24 7,06 7,25 5,35 15,26 18,26 8,31
o. id
Kabupaten/Kota (1)
ht tp
s:
Sumber : Susenas
8.2 Tindak Kejahatan Tindak keamanan wilayah juga dapat digunakan sebagai ukuran kesejahteraan masyarakat. Tingginya persentase korban tindak kejahatan mengindikasikan masih kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut sehingga mendorong pelaku untuk melakukan tindak kejahatan. Penduduk yang termasuk dalam korban kejahatan pada Susenas 2016 adalah semua bentuk korban kejahatan kecuali kejahatan kasus pembunuhan karena yang bersangkutan sudah tidak menjadi anggota rumah tangga lagi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
103
Tabel 8.1. Persentase Penduduk Yang Menjadi Korban Kejahatan, Maret 2016 Laki-Laki (2) 0,79 0,64 0,39 0,40 0,72 0,68 0,05 0,15 0,09 1,43 0,53 0,90 1,14 0,86 0,67
Total (4) 0,74 0,51 0,21 0,26 0,53 0,43 0,05 0,08 0,09 0,98 0,40 0,59 1,17 0,83 0,54
//k
al ba
r.b
ps .g
Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang Total
Perempuan (3) 0,70 0,37 0,00 0,12 0,34 0,16 0,04 0,00 0,08 0,51 0,25 0,26 1,20 0,80 0,40
o. id
Kabupaten/Kota (1)
ht tp
s:
Sumber : Susenas
Selama tahun 2016 penduduk yang menjadi korban kejahatan sebanyak 0,54 persen. Menurut 14 kabupaten/kota, jumlah penduduk yang menjadi korban kejahatan terbesar terdapat di kota Pontianak (1,17 persen) dan kabupaten Sintang (0,05 persen).
104
Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Barat, 2016
//k
ht tp s:
.id
.b ps .g o
al ba r