Imunologi Dan Sistem Imunitas Tubuh.docx

  • Uploaded by: qwree
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Imunologi Dan Sistem Imunitas Tubuh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,422
  • Pages: 23
ILMU KEDOKTERAN GIGI DASAR 1

IMUNOLOGI DAN SISTEM IMUNITAS TUBUH Disusun oleh: 1.

4.

Ferani Yunita Nur Aini (201811054) 2.

Fitria Sulistiyowati (201811057)

3.

Gilang Ramadhan (201811060)

Hastrinadya Adisma Salsabila (201811063) 5.

Jelita Bunga Chairunisa (201811066) 6.

Jose Jevera Dandan (201811069) 7.

8.

Khanza Adiba (201811072)

Labriola Ichfadha Zayn (201811075)

Kelompok 3 Kelas C

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO

JAKARTA 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi ataupun pikirannya. Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 25 Maret 2019 Tim Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

1

DAFTAR ISI

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

3 3 4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengantar Umum Imunologi 2.1.1 Pengertian Imunologi 2.1.2 Sistem Imun 2.1.3 Respon Imun 2.2. Organ Sistem Limfoid 2.2.1 Organ Sistem Limfoid 2.3 Sistem dan Respon Imun Non Spesifik 2.3.1 Sistem Imun Non Spesifik 2.3.2 Respon Imun Non Spesifik 2.4 Konsep Dasar Sitokin 2.4.1 Sifat Sitokin 2.4.2 Fungsi Sitokin 2.4.3 Beberapa Macam Sitokin 2.5 Sistem dan Respon Imun Spesifik 2.5.1 Sistem Imun Spesifik 2.5.2 Respon Imun Spesifik

5 5 5 6 7 7 13 13 15 16 16 17 17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.1 Saran BAB IV DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

2

1.1 Latar Belakang Sistem imun adalah bagian terpenting dari sistem pertahanan tubuh (Baratawidjaja & Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya berbagai mikroorganisme seperti bakteri dan virus yang banyak terdapat di lingkungan hidup. Dengan adanya sistem imun, tubuh mampu mempertahankan diri dari infeksi yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, dimana mikroorganisme akan selalu mencari inang untuk diinfeksi. Penurunan sistem imun akan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu. Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau nonspesifik (nature innate/ native) dan didapat atau spesifik (adaptive/ acquired). Dalam makalah ini, akan membahas tentang pengantar umum imunologi, fungsi organ-organ sistem limfoid, jenis sistem imun, dan konsep dasar sitokin.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penulisan yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Apa itu Imunologi? 2. Apa saja fungsi Organ-organ Sistem Limfoid? 3. Bagaimana Sistem dan Respon Imun Non Spesifik? 4. Bagaimana Konsep Dasar Sitokin? 5. Bagaimana Sistem dan Respon Imun Spesifik?

1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai antara lain: 1. Mengetahui tentang Imunologi. 2. Mengetahui fungsi Organ-organ Sistem Limfoid.

3

3. Mengetahui Sistem dan Respon Imun Non Spesifik. 4. Mengetahui Konsep Dasar Sitokin. 5. Mengetahui Sistem dan Respon Imun Spesifik.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengantar Umum Imunologi 2.1.1 Pengertian Imunologi Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh hewan atau manusia, baik yang bersifat infeksius maupun non infeksius.2 4

2.1.2 Sistem Imun Sistem imun menyediakan mekanisme bagi tubuh untuk (1) membedakan sel sendiri dari sel dan zat asing dan (2) menghancurkan zat asing dengan fagositosis atau dengan memproduksi limfosit tersensitisasi atau protein khusus (misalnya, antibodi) yang menghancurkan maupun menetralisasi zat asing.11 Sistem imun terdiri atas sel-sel darah putih, sel-sel jaringan yang berasal dari selsel darah putih, timus, kelenjar getah bening, dan pembuluh limfe yang melindungi tubuh dari patogen seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur. Fungsi Sistem Imun yaitu: 1. Pembentuk kekebalan tubuh. 2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus) yang masuk ke dalam tubuh. 3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan. 4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Karakteristik Sistem Imun: 1. Spesifisitas, dapat membedakan berbagai zat asing dan responsnya terutama jika dibutuhkan. 2. Memori dan amplifikasi, Kemampuan untuk mengingat kembali kontak sebelumnya dengan agen asing tertentu, sehingga berikutnya akan menimbulkan respons yang lebih cepat dan lebih besar. 3. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing), Kemampuan untuk dapat membedakan agen-agen asing, sel-sel tubuh sendiri dan protein.2 Dan Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast). Sistem imun bekerja sangat spesifik. Gelanggangan pertarungan anatomis bagi sistem pertahanan itu mencakup pembuluh-pembuluh limfe berspons, sel-sel darah putih, sumsum tulang, dan kelenjar timus.2 2.1.3 Respon Imun

5

Respons imun itu seluruhnya diperantarai oleh dua sel limfosit: limfosit-T dan limfosit-B. Kedua jenis sel tersebut berasal dari sel-sel limfositik di sumsum tulang: sel-sel itu lalu diproses (Limfosit T di timus dan limfosit B di sumsum tulang) dan pada akhirnya menetap dalam jaringan-jaringan limfoid.2 Saat terjadi respon imun terhadap agen- agen asing, limfosit B terutama terlibat dalam pembentukan protein-protein globular yang disebut antibodi : proses tersebut disebut respon humoral. Pada tipe respon imun yang kedua, respon yang diperantarai sel (cell mediated response), limfosit T menginisiasi serangan oleh berbagai tipe sel terhadap sel-sel asing. Pada kedua tipe respon tersebut, entitas penyerangan dikenali melalui antigennya. Setiap racun atau organisme memiliki senyawa-senyawa kimiawi khusus yang tidak ditemukan pada entitas-entitas lainnya : senyawa-senyawa itulah yang disebut antigen.2 Antigen biasanya terdiri atas protein-protein, polisakarida–polisakaida besar atau lipoprotein-ipoprotein besar. Antigen seringakali ditemukan dipermukaan organisme uniseluluer. Di dalam tubuh, terdapat antibodi spesifik bagi nyaris semua antigen.2 Pembuluh limfe dan kelenjar limfe merupakan bagian dari sistem sirkulasi khusus yang membawa cairan limfe, suatu cairan transparan yang berisi sel darah putih terutama limfosit. Kata lymph. dalam bahasa Yunani berarti murni, aliran yang bersih, suatu istilah yang sesuai dengan penampilan dan kegunaannya.4 Cairan

limfe

membasahi

jaringan

tubuh,

sementara

pembuluh limf

mengumpulkan cairan limfe serta membawanya kembali ke sirkulasi darah. Kelenjar limfe berisi jala pembuluh limfe dan menyediakan media bagi sel sistem imun untuk mempertahankan tubuh terhadap agen penyerang. Limfe juga merupakan media dan tempat bagi sel sistem imun memerangi benda asing.4 Sel imun dan molekul asing memasuki kelenjar limfe melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe. Semua sel imun keluar dari sistem limfatik dan akhirnya kembali ke aliran darah. Begitu berada dalam aliran darah, sel sistem imun, yaitu limfosit dibawa ke jaringan di seluruh tubuh, bekerja sebagai suatu pusat penjagaan terhadap antigen asing.4 2.2 Organ Sistem Limfoid

6

Jaringan limfoid, secara kolektif, adalah jaringan yang memproduksi, menyimpan, atau memproses limfosit. Jaringan-jaringan ini mencakup sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di lapisan saluran cerna yang dinamai bercak Peyer atau jaringan limfoit terkait-usus (gut-associated lymphoid tissue, GALT). Sebagai suatu organ kompleks yang disusun oleh sel-sel spesifik, sistem imun juga merupakan suatu sistem sirkulasi yang terpisah dari pembuluh darah yang kesemuanya bekerja sama untuk menghilangkan infeksi dari tubuh. Organ sistem imun terletak di seluruh tubuh, dan disebut organ limfoid.4

Gambar 1. Jaringan Limfoid

Berdasarkan fungsinya organ limfoid dibagikan atas: 1. Organ Limfoid Primer (Pusat) Organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun, yaitu kelenjar timus dan sumsum tulang. Jaringan limfoid primer berfungsi bertanggung jawab untuk perkembangan dan pematangan limfosit menjadi sel dewasa dan imunokompeten. Terdapat dua jaringan limfoid primer, yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B.

7

Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.5

Sumber : Sherwood, 8th edition -

Thymus Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Tymus berfungsi untuk mengolah sl-sel darah putih yang diproduksi di sumsum tulang dan mengubahnya menjadi sel limfosit T (merangsang produksi antibodi oleh limfosit lainnya). Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobule.3

8

Gambar 2. Diagram Timus. Yang memperlihatkan suplaidarah dan susunan histologinya.12 -

Sumsum Tulang Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang kemudian menjadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darah menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stemhematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.3 Fungsi dari sumsum tulang yaitu asal semua sel darah, tempat proses pematangan untuk limfosit B.11

2. Organ Limfoid Sekunder Organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses reaksi imun. Misalnya : MALT (Mucosa Assosiated Lymphoid Tissue). Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel 9

yang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-serabut retikuler. Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam jaringan ini, contohnya limfa, tonsil, limfonodus.3 -

Limfa Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum viseralis, epitel gepeng selapis peritoneum membentuk permukaan yang licin untuk limpa. Kapsul jaringan ikat fibroelastis yang tersusun padat dan ireguler, terkadang mengandung sel otot polos. Limpa berfungsi tidak hanya dalam kapasitas imunologi yaitu pembentukan antibodi dan proliferasi sel T dan sel B, akan tetapi juga sebagai penyaring darah yaitu menghancurkan eritrosit yang sudah tua. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B,3 limfosit

dengan

darah

(membuang,

menyimpan,

perpindahan

memproduksi,

dan

menambahkan), menyimpan sejumlah kecil sel darah merah, yang dapat ditambahkan ke darah oleh kontraksi limpa sesuai kebutuhan.11 -

Limfonodus Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah mediastinum.3

a. Jaringan Limfoid yang Berhubungan dengan Mukosa 10

Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa (Mucosaassociated lymphoid tissue/MALT) tersusun atas kelompokan limfosit tidak berkapsul serta nodulus limfatikus dalam mukosa traktus gastrointestinal, respiratorius, dan urinarius. Contoh paling tepat dari akumulasi ini adalah yang terdapat pada mukosa usus: jaringan limfoid pada usus (GALT), jaringan limfatik pada bronkus (BALT), dan tonsil.12 -

Jaringan Limfoid pada Usus (GALT) GALT tersusun atas folikel limfoid sepanjang saluran gastrointestinal. Sebagian folikel limfoid terpisah satu sama lain; akan tetapi pada ileum, folikel ini membentuk gabungan limfoid yang dikenal sebagai plakat Peyeri. Folikel limfoid plakat Peyeri tersusun atas sel B dikelilingi oleh daerah sel T yang kurang padat. Meskipun ileum dilapisi oleh epitel gepeng selapis, daerah yang berdekatan dengan folikel limfoid dilapisi oleh sel berbentuk gepeng, yang dikenal sebagai sel M (sel microfold). Sel M diketahui dapat menangkap antigen dan mentransfernya (tanpa memproses nya terlebih dahulu menjadi epitop) ke makrofag yang terletak pada plakat Peyeri. Plakat Peyeri tidak mempunyai pembuluh limf aferen, akan tetapi mempunyai drainase limf eferen. Plakat ini menerima arterial kecil yang membentuk jejaring kapiler, didrainase oleh HEV. Limfosit yang ditakdirkan untuk memasuki plakat Peyeri mempunyai reseptor homing yang spesifik untuk HEV dari GALT.12

-

Jaringan Limfoid Berhubungan dengan Bronkus (BALT) BALT mirip dengan plakat Peyeri, namun BALT terletak pada dinding bronkus, khususnya daerah tempat bronkus dan bronkiolus bercabang. Seperti pada GALT, epitel yang melapisi nodulus limfoid berubah dari epitel silindris bertingkat bersilia dengan sel goblet menjadi sel M. Pada BALT tidak terdapat pembuluh limf aferen, meskipun terdapat drainase cairan limf. BALT kaya akan suplai vaskular mengindikasikan kemungkinan peran sistemik dan lokal pada proses imun. Sebagian besar sel merupakan sel B, meskipun terdapat pula APC dan sel T. Limfosit yang ditakdirkan untuk memasuki BALT mempunyai reseptor homing spesifik untuk HEV pada BALT.12 11

-

Tonsil Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan pangkal tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak mengandung limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut. Selain itu ditemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.3 Parenkim tonsil faringal tersusun atas nodulus limfoid, sebagian di antaranya mempunyai sentrum germinativum. Saat tonsil ini mengalami inflamasi, tonsil ini disebut dengan adenoid.12

Gambar 3. Tonsil 2.3 Sistem dan Respon Imun non Spesifik

12

2.3.1 Sistem Imun Non Spesifik Disebut juga komponen non adaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik.Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. 1. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkan oleh paruparu. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh

13

tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat menghidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif. 2. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer),

ginjal(sel-sel

mesangial),

otak(sel–sel

microgial),

jaringan

penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granulgranul sitoplasma yang dimiliki. Selain

leukosit,

protein

antimikroba

juga

berperan

dalam

menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi

14

menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit. 2.3.2 Respon Imun Non Spesifik Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut : salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen misalnya, bakteri, adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan cara nonspesifik melalui proses fagositosis. Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan monosit memegang peranan yang sangat penting. Supaya dapat terjadi fagositosis, sel-sel fagositosis tersebut harus berada dalam jarak yang dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dapat terjadi karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut dengan factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada dilokasi bakteri. ¹ ² Selain factor kemotaktik yang berfungsi untuk menarik fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya, bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih

dahulu.

Ini

berarti

bahwa

bakteri

terlebih

dahulu

dilapisi

oleh

immunoglobulin atau komplemen (C3b), supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk kedalam sel dengan cara endositosis dan oleh proses pembentukan fagosum, ia terperangkap dalam kantong fagosum, seolah-olah ditelan dan kemudian dihancurkan baik dengan proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat 7 keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri. Selain fagositosis diatas, manifestasi lain dari respons imun nonspesifik adalah reaksi inflamasi. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel, misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin yang berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai reaksi umpan balik dari mastosit dan

basofil.

Mediator-mediator

ini

akan

merangsang

bergeraknya

sel-sel

15

polymorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan permiabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut dengan respons inflamasi akut.¹ ³ 2.4 Konsep Dasar Sitokin Sitokin merupakan protein hormon yang kurang spesik dan lebih terlokalisasi dibanding hormon endokrin serta dapat menstimulasi atau menghambat fungsi normal sel. Baik sistem imun selular maupun humoral dikoordinasi oleh sitokin (60 sitokin). Sitokin terbagi dalam beberapa famili, termasuk interleukin, interferon, tumor necrosis factor, colony stimulating factor, dan kemokin yang mengatur migrasi sel di antara dan di dalam jaringan. ⁶ 2.4.1 Sifat Sitokin Sitokin yang dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin yang sama dapat diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin dapat bekerja terhadap beberapa jenis sel dan dapat menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme. Berbagai sitokin dapat memiliki banyak fungsi yang sama, Sitokin dapat/sering mempengaruhi sintesis atau efek sitokin lain, efeknya akan tampak saat berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan sel sasaran atau sel target. Pada dasarnya sitokin berfungsi sebagai autokrin, namun pada kenyataannya juga dapat berfungsi sebagai parakrin ataupun endokrin. Dalam melaksanakan tugasnya, sitokin dapat juga bekerja sebagai inhibitor atau antagonis sitokin lain, bahkan dapat pula menghambat kerja sitokin yang bersangkutan. Diketahui pula bahwa sitokin ikut berperan dalam sistem imunitas alamiah maupun imunitas dapatan/spesifik. Sitokin berdasar pada fungsinya yaitu sitokin yang berperan dalam imunitas bawaan (cytokines that mediated nature immunity). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: interferon tipe I, TNF-ɑ (tumor necrosis factor-ɑ), IL-1 (interleukin-1), IL-6 (interleukin-6

),

chemokin.

Keduanya

yaitu

sitokin

pengatur

aktivasi,

pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit, antara lain: IL-2 (interleukin-2), IL-4 (interleukin-4 ),TGF-ꞵ (transforming growth factor -ꞵ ). Yang ketiga adalah sitokin pengatur mediator imun dalam proses inflamasi, antara lain: interferon-ү, limfotoxin, IL-10 (interleukin-10), IL-2 (interleukin-2), migration inhibition factors,

16

TNF- ɑ (tumor necrosis factor- a) sitokin merangsang haematopoetik, contoh : C - kit ligand, IL-3

(interleukin-3),

granulocyte-macrophage

colony-stimulating

factor,

monocyte-

macrophage colony-stimulating factor, interleukin-7 (IL-7), other colony stimulating factors cytokines. 2.4.2 Fungsi Sitokin Sitokin seringkali bekerja secara pleiotropic yaitu sitokin mempunyai pengaruh atau bekerja pada berbagai sel target dan redundants yang berarti beberapa atau berbagai sitokin melaksanakan fungsi yang sama terhadap satu jenis sel. ⁷ Suatu jenis sitokin sering mempengaruhi kerja 2 memproteksi sel limfosit T agar tidak menimbulkan dan sintesa sitokin lain. Kemampuan ini menuju pada kaskade dimana sitokin kedua dan ketiga dapat memfasilitasi pengaruh biologik dari sitokin pertama. Sitokin dapat bekerja secara lokal (autocrine action).

2.4.3 Beberapa Macam Sitokin 1. Tumor Necrosis Factor (TNF) TNF merupakan mediator utama pada respons terhadap bakteri gram negatif dan berperan dalam imun bawaan terhadap berbagai mikrorganisme penyebab infeksi yang lain, serta bertanggung jawab atas banyaknya komplikasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi berat. Semula TNF diidentifikasi sebagai mediator untuk nekrosis tumor yang terdapat dalam serum hewan percobaan yang diberi lipo-polisakarida. Ada dua bentuk TNF, yaitu TNF-α dan TNF-ꞵ. TNF-α diproduksi oleh berbagai jenis sel termasuk makrofag, sel T, sel B dan sel NK. Pembentukannya terjadi akibat respons terhadap rangsangan bakteri, virus dan sitokin lain, misalnya GM-CSF, IL-1, IL-2, dan IFN-g, kompleks imun, dan komponen komplemen. Sebaliknya, TNF-ꞵ disekresi oleh sel T, sel B yang teraktivasi. TNF- ꞵ berada pada permukaan sel bila terikat pada protein transmembran LT-ꞵ. TNF- α dahulu dikenal dengan berbagai nama, yaitu cachectin, necrosin, macrofag sitotoksin atau faktor sitotoksik. Bersama-sama dengan 17

IFN-ү, TNF α bersifat sitotoksik bagi berbagai sel tumor. TNF-α juga terbukti merupakan modulator respons imun yang kuat dalam menginduksi molekul adhesi, sitokin lain dan aktivasi neutrofil. TNF yang diproduksi dalam jangka panjang/kronik, dengan konsentrasi rendah, dapat menimbulkan tissue remodeling. 2. Interleukin10 Interleukin10 atau cytokines synthesis inhibitory factor, merupakan protein yang larut dan terdiri dari 160 asam amino dengan berat molekul sekitar 18 kD IL-10 terdiri dari dua ikatan disulfide intra molekul dan bersifat labil. Struktur IL-10 lebih didominasi oleh α helix, serta diduga berasal dari bagian IL-2, IL-4, IFN dan IFN-. Sekresi sitokin ini berasal dari sel T, sel B, monosit, makrofag, sel mast, sel eosinofil, keratinosit, hepatosit, sel epitel, sel astrosit dll. ⁷ ⁸ ⁹ 3. Transforming Growth Factor (TGF- ) TGF ꞵ diproduksi dan berperan pada sel makrofag, sel limfosit T dan B serta endotel. Pada manusia, TGF-ꞵ disekresi dalam tiga bentuk isoform, yaitu TGF ꞵ , TGF ꞵ, dan TGF-ꞵ , dimana kesemuanya diproduksi karena peran gen yang berbeda. Akan tetapi ketiga isomer tersebut akan berikatan dengan salah satu dari lima tipe sel reseptor yang mempunyai aktivitas tinggi. Reseptor tipe I dan

tipe II akan

mentransduksikan sinyal/isyarat, namun sampai saat ini fungsi reseptor tipe III, tipe IV dan tipe V belum jelas. ¹⁰

2.5 Sistem dan Respon Imun Spesifik 2.5.1 Sistem Imun Spesifik

2.5.2 Respon Imun Spesifik Respon imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen

18

jenis lain. Imun spesifik mampu mengenali kembali antigen yang pernah dijumpainya (memiliki memory), sehingga paparan berikutnya akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan tubuh.5 Sistem imun spesifik ada 2, yaitu: 1. Sistem imun spesifik humoral Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B tersebut ditemukan didalam serum. Funsi utama antibody ini ialah untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat menetralkan toksinnya. 2.

Sistem imun spesifik selular Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan.

Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut: a. Alamiah -

Pasif Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah putih yang disensitisasi dari badan seorang yang imun ke orang lain yang imun, misalnya melalui plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak.

-

Aktif Imunitas alamiah aktif dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara alamiah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan pembentukan antibody atau sel yang tersensitisasi.

b. Buatan -

Pasif Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum, antibody, antitoksin misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas, gigitan ular dan

19

difesiensi imun atau pemberian sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar. -

Aktif Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid tetanus, antigen mikro organism baik yang mati maupun yang hidup.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Zat asing dapat berupa Virus, Bakteri, Protozoa atau parasit. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem Imun Nonspesifik (Sistem imun alami) merupakan lini pertama sedangkan Sistem Imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi) merupakan lini kedua

dan juga berfungsi terhadap serangan berikutnya oleh

mikroorganisme patogen yang sama. 20

Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan komponen humoral, walaupun demikian, kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama dalam menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh.

3.2 Saran Pembaca diharapkan dapat memahami materi tentang Imunologi dan imunitas tubuh, agar dapat mengetahui organ apa saja yang berperan dalam proses pertahanan tubuh. Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA 1. Roitt. 1997. Pokok Pokok Ilmu Kekebalan. 2. Kresno. 1991. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. 3. Abbas, A.K. and Lichtman, A.H. 2007. Cellular and Molecular Immunology. 6th ed. WB Saunders Company Saunders, Philadelphia. 4. Sudiono, Janti. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Penerbit EGC. 5. Kresno, S. 2003. Ilmu Dasar Onkologi. Jakarta: PT Quparada Makuda Perkasa. 6. Bellanti, J.A. Immunology III. 1985. Saunders. Philadelphia 7. Theze J (1999), The Cytokine Network and lain. Peran TGF- Immune Functions, Oxford University Press, b dalam proses apoptosis sangat New York. 8. Petrolani M, Stordeur P, Goldman M (1999) Interleukin-10 in The Cytokine network And Immune Functions by Theze. J. Oxford University Press,New York, p. 45-50

21

9. Cruse MJ, Lewis RE (1999), Cytokines in Atlas of Immunology, CRC Press, Boca Raton, London, New York, Washington DC, p.185-206. 10. Oppenheim JJ, Ruscetti FW (2001), Cytokines in Medical Immunology, tenth edition by Parslow GT; Stites PD, Terr IA, Imboden BJ, Lange Medical Book / Mc GrawHill, Medical Publishing Division, p.148-164. 11. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022 12. Gartner, leslie P and james L. Hiatt. Color textbook of histology third edition. Philadelphia. Elseivier Saunder. 2007

22

Related Documents

Imunitas
December 2019 27
Imunologi
July 2020 7
Imunologi
December 2019 8
Imunologi Alfat.docx
October 2019 10

More Documents from "M Taufiq Desvarinu"