Ihmt Germinasi 1.docx

  • Uploaded by: Sandhi Si Kecil Vermansyah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ihmt Germinasi 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,513
  • Pages: 9
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HIJAUAN DAN MAKANAN TERNAK Germinasi

Disusun oleh : Kelompok I Tegar Adi Nugroho

PT/07178

Aflah Mau'izah

PT/07199

Ayu Sekar Arum

PT/07216

Ghalib Pilar Alam

PT/07244

Laksmitha Aurelia Dewi

PT/07255

Muhammad Nabil Pratama

PT/07270

Syahrul Fahnur Rohim

PT/07301

Asisten Pendamping : Sangaji Saleh

LABORATORIUM HIJAUAN DAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018

TINJAUAN PUSTAKA

Germinasi Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Cara pembuatan kecambah yaitu kacang-kacangan direndam air selama satu malam, kemudian ditebarkan pada tempat yang mempunyai lubanglubang dan diberi daun atau kain atau kertas merang sebagai substrat untuk menjaga kelembaban agar kacang-kacangan tidak busuk (Astawan, 2009). Salah satu faktor yang mengakibatkan benih botani rendah daya berkecambah yaitu dormansi benih. Dormansi benih disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, embrio yang tidak sempurna, embrio yang belum masak, kulit benih tebal, kulit benih impermeable, dan terdapat senyawa-senyawa yang menghambat perkecambahan (Copeland and McDonald, 2001). Dormansi merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya proses perkecambahan (Agromedia, 2007). Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Yuniarti, 2015). Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu dormansi

fisik

disebabkan

oleh

pembatasan

struktural

terhadap

perkecambahan biji. Benih-benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai benih keras karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula (Sutopo, 2002). Dormansi mekanis penyebabnya kulit biji yang terlalu keras sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas

(Agromedia, 2007). Metode pematahan dormansi yang disebabkan faktor fisik adalah skarifikasi yaitu pelukaaan kulit benih agar air dan nutrisi bisa masuk ke dalam benih. Sedangkan pematahan dormansi faktor fisiologis pada kasus after-ripening adalah dengan perendaman dengan senyawa kimia tertentu (Maulidya et al., 2011).

Viabilitas Biji Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum (Utami, 2013). Viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang dapat mengkatalis reaksi metabolik yang diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan kecambah (Copeland dan McDonald, 2001).

Viabilitas benih diukur menggunakan beberapa peubah yaitu

potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, dan indeks vigor. Potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan persentase jumlah kecambah normal dan abnormal dari seluruh benih yang ditanam. Penghitungan dilakukan

pada

hari

terakhir

berkecambah

(42

hari

setelah

dikecambahkan). Daya berkecambah (DB) benih dihitung berdasarkan persentase kecambah normal (KN) pada hitungan I dan hitungan II. Indeks vigor diperoleh dengan cara menghitung persentase kecambah normal yang muncul pada hitungan pertama (hari ke 23) (Rusmin et al., 2016).

MATERI DAN METODE

Materi Alat. Alat yang digunakan pada praktikum germinasi antara lain petridisc, pinset, pisau scapel, gunting kuku, kertas amplas, botol semprot, penggaris dan kamera. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum germinasi antara lain biji Vigna sinensis, kapas basah, larutan H2SO4, air hangat, dan kertas kerja praktikum.

Metode Metode yang digunakan pada praktikum germinasi adalah mulanya biji diskarifikasi dengan lima perlakuan yaitu diamplas, dilukai dengan gunting kuku, direndam larutan H2SO4, dan direndam air hangat. Biji digerminasikan pada petridisc dengan media kapas basah selama 15 hari. Pengamatan pertumbuhan biji dilakukan dengan cara tinggi kecambah diukur dengan penggaris atau meteran. Hasil dari pengamatan dicatat pada lembar kerja praktikum. Tanaman disiram dengan air secukupnya hingga keadaan media lembab dan cukup air. Pengamatan, pencatatan dan penyiraman dilakukan setiap hari pada pukul 11.00 WIB oleh perwakilan setiap kelompok. Hasil pengamatan didokumentasikan dengan kamera setiap 4 hari sekali untuk dilampirkan pada laporan praktikum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan

praktikum

yang

dilakukan,

pengamatan

yang

dilakukan terhadap biji Vigna sinensis yaitu terdiri dari hari berkecambah, tinggi tanaman dan jumlah daun pada berbagai perlakuan. Perlakuan yang diberikan ke biji Vigna sinensis yaitu diamplas, dilukai dengan gunting kuku, direndam larutan H2SO4, dan direndam air hangat. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan antara lain kualitas biji, kondisi lingkungan, air, dan cahaya.

Hari Berkecambah Hasil pengamatan hari berkecambah pada biji tanaman Vigna sinensis sebagai berikut. Perlakuan

Hari Berkecambah Kontrol Dilukai Diamplas Direndam air hangat Direndam H2SO4 Berdasarkan hasil praktikum diperoleh, bahwa biji Vigna sinensis pada kontrol dan perlakuan tidak berkecambah. Hal dapat disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Rahayu dan Suharsi (2015) menyatakan bahwa kecambah normal muncul lebih cepat yaitu pada hari ke-5 namun jumlahnya masih sedikit pada setiap ulangan. Puncak kecambah normal terjadi pada hari ke-6 dan hari ke-7. Hari ke- 8 masih cukup banyak terdapat kecambah normal yang muncul namun jumlahnya tidak sebanyak hari ke-6 dan hari ke-7 dan setelah hari ke-8 jumlah kecambah normal terus mengalami penurunan hingga hari ke-14. Talei et al. (2012) menyatakan bahwa kertas pasir (amplas) juga memberikan daya berkecambah tertinggi dan daya berkecambah tercepat jika dibandingkan dengan metode skarifikasi fisik dan kimia lainnya. Sunarlim et al. (2012) menyatakan bahwa daya kecambah benih yang dilukai sebesar 64,54% lebih tinggi secara nyata dibandingkan tanpa

pelukaan yaitu hanya 38,28%. Hal ini berarti pelukaan kulit benih mampu meningkatkan laju perkecambahan. Raharjdo (2002) menyatakan bahwa perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan memicu pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah. Berdasarkan literatur, bahwa hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur yang ada. Sutopo (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih yaitu air, suhu, oksigen, dan cahaya.

Tinggi Tanaman Biji Vigna sinensis. Hasil pengukuran panjang tanaman Vigna sinensis sebagai berikut. Grafik Perbandingan Tinggi Vigna sinensis pada Berbagai Perlakuan 1 0.9

Tinggi tanaman (cm)

0.8

kontrol

0.7 0.6

dilukai

0.5

diamplas

0.4

air hangat

0.3

direndam H2SO4

0.2 0.1 0 0

5

10

15

20

Hari ke

Grafik 1. Perbandingan tinggi tanaman Vigna sinensis berbagai perlakuan Berdasarkan data di atas, bahwa biji Vigna sinensis pada lima perlakuan berbeda semuanya tidak mengalami pertumbuhan. Sutopo (2004) menyatakan bahwa beberapa jenis benih terkadang diberi

perlakuan

perendaman

dalam

air

dengan

tujuan

memudahkan

penyerapan air oleh benih. Hal ini membuat kulit benih yang menghalangi penyerapan air menjadi lisis dan melemah. Alasan lain yaitu untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering digunakan untuk memecah dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan kulit benih atau biji menjadi lebih mudah untuk dimasuki air pada proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti H2SO4 sering digunakan dengan konsentrasi yang bervariasi sampai pekat tergantung jenis benih yang diperlakukan, sehingga kulit biji menjadi lunak. Berdasarkan literatur bahwa hasil yang diperoleh pada saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi lingkungan dan jumlah air yang digunakan untuk menyiram biji sedikit.

Perhitungan Viabilitas Biji Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai viabilitas biji Vigna sinensis adalah 0 %. Hal ini dikarenakan biji yang diberi perlakuan dilukai, diamplas, air hangat dan direndam H 2SO4 tidak berkecambah semua. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi benih dalam penyimpanan. Kadar air benih yang tinggi selama penyimpanan dapat menimbulkan beberapa akibat antara lain meningkatkan laju respirasi benih dan akan meningkatkan suhu.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

biji

Vigna

sinensis

pada

lima

perlakuan

berbeda

tidak

berkecambah. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan antara lain viabilitas biji, kondisi lingkungan, cahaya. Faktor yang mempengaruhi viabilitas biji yaitu kadar air pada biji saat penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia, Redaksi. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan. Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar Swadaya. Jakarta. Copeland, L.O., and M. B. Mc.donald. 2001. Seed science and Technology 4th edition. Kluwer Academic Publisher. London. Maulidya. N., Kodrat, F. L. Ramadiani., N. Ocsanari., K. R. Sari., S. Rosidah., H. Nurhafizhah., L. M. Ihsan., N. Febyana., A. L. Sukaryo., dan A. Fachruddin., 2011. Metode pematahan dormansi dasar ilmu dan teknologi benih. Jurnal Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rahardjo, P. 2002, Beberapa Cara yang Perlu Dalam Perkecambahan Kopi. Sub Penelitian Budidaya Perkebunan Kopi. Bogor. Rahayu, A. D., dan T. K. Suharsi. 2015. Pengamatan uji daya berkecambah dan optimalisasi substrat perkecambahan benih kecipir (Posphocarpus tetragonolobus L. DC). Buletin Agrohorti. 3(1) : 18-27. Rusmin, D., I. Darwati., F. C. Suwarno, dan S. Ilyas. 2016. Viabilitas benih purwoceng (Pimpinella pruatjan) pada berbagai perlakuan stimulasi perkecambahan. Bul Littro. 27(2) : 115-122. Sunarlim, N., S. I. Zam, dan J. Purwanto. 2012. Pelukaan benih dan perendaman dengan atonik pada perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman semangka non biji (Citrullus vulgaris Schard L). Jurnal Agroteknologi. 2(2) : 29-32. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Utami, S. 2013. Uji viabilitas dan vigoritas benih padi lokal ramos adatif Deli Serdang dengan berbagai tingkat dosis irradiasi sinar gamma di persemaian. Jurnal Agrium. 18(2) :158-161. Yuniarti, N., dan D. F. Djaman. 2015. Teknik pematahan dormansi untuk mempercepat perkecambahan benih kourbaril (Hymenaea courbaril). Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonesia. 1(6) : 14331437.

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"

Ihmt Germinasi 1.docx
April 2020 3
Pangola Grass.docx
April 2020 1
Risoritual
June 2020 14
Liber Yoshi Vampirismo
June 2020 30
3a_aula-setenario
June 2020 24