Ibd.docx

  • Uploaded by: Dennis Rafi Prihadi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ibd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 711
  • Pages: 3
Definisi Irritable Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas. Dua tipe mayor daripada penyakit ini adalah Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn Disease (CD). Dalam beberapa kepustakaan, selain kedua penyakit tersebut juga dimasukkan intermedinate colitis atau nonspesific colitis ke dalam kelompok IBD, bila gejalanya tidak jelas masuk ke diagnosis UC atau CD

Hingga saat ini, etiologi pasti IBD belum sepenuhnya dimengerti. Banyak teori diajukan namun belum ada kausa tunggal yang diketahui sebagai penyebab IBD. Salah satu .IBD diyakini merupakan hasil respons imun yang menyimpang dan berkurangnya toleransi pada fl ora normal usus yang berakibat terjadinya infl amasi kronik pada usus. Kondisi ini didukung dengan adanya temuan antibodi terhadap antigen mikrobial dan diidentifi kasinya gen CARD15 sebagai gen penyebab kerentanan terjadinya IBD.7 Secara genetis, disebutkan bahwa adanya mutasi pada gen NOD2 (gen IBD1) atau CARD15 (gen NOD2) di kromosom 16 dapat dikaitkan dengan terjadinya IBD (terutama untuk PC). Meski demikian, gen-gen ini tidak disebutkan bersifat kausal terhadap IBD.8 Secara konsep, patogenesis IBD dapat digambarkan seperti pada gambar 1. Secara umum, diperkirakan bahwa proses patogenesis IBD diawali adanya infeksi, toksin, produk bakteri atau diet intralumen kolon pada individu rentan dan dipengaruhi oleh faktor genetis, defek imun, lingkungan sehingga terjadi kaskade proses infl amasi pada dinding usus.

Banyak mediator infl amasi telah dikenali dalam patogenesis IBD. Sitokin yang dilepaskan oleh makrofag sebagai respons terhadap berbagai stimulus antigenik akan berikatan dengan beragam reseptor dan menghasilkan efek autokrin, parakrin, dan endokrin. Sitokin mengubah limfosit menjadi sel T dimana sel T helper-1 (Th-1) berperan dalam patogenesis PC dan sel T-helper 2 (Th-2) berperan dalam KU. Respons imun ini akhirnya akan merusak mukosa saluran cerna dan memicu terjadinya kaskade proses infl amasi kronik.9

Banyak studi pada beberapa decade terakhir telah menunjukkan bahwa adanya heparan sulfate proteoglycans (HSPGs) terikat mengatur aktivitas berbagai faktor infl amasi.10 Syndecan-1 (Sdc-1) merupakan contoh penting dari HSPGs yang menutup permukaan sel epitel.11 Sdc-1 memiliki beragam peranan biologis diantaranya penyembuhan luka, tumorigenesis, dan pengaturan response Infl amasi. Peranan Sdc-1 dalam hal respons infl amasi adalah dengan mengatur sinyal sitokin pro-infl amasi, khususnya tumor necrosis factor-α (TNF-α).11 Day dkk (1999) mendapatkan adanya penurunan ekspresi Sdc-1 pada pasien-pasien KU yang dikaitkan dengan gangguan penyembuhan ulkus pada kolon.12 Floer dkk melakukan penelitian Sdc-1 berperan dalam mempertahankan integritas mukosa dengan mempengaruhi fungsi sel epitel, proliferasi sel, ekspresi kemokin dan sitokin. Kekurangan atau penurunan ekspresi Sdc-1 akan meningkatkan ekspresi sitokin pro-infl amasi terutama TNF-α, selain itu juga mengganggu proses penyembuhan luka. 1. Aminosalisilat (ASA), terutama untuk mempertahankan remisi. Dosis tinggi digunakan untuk induksi remisi. -

Sulfasalasin, dosis 30-50 mg/kg/hari dalam 2-4 dosis, dapat ditingkatkan sampai 75 mg/kg

- Mesalamin, dosis 30-50 mg/kg/hari dalam2-4 dosis (maksimal 3,2g/hari) - Olsalazin, dosis 30 mg/kg/hari dalam 2 dosis 2. Kortikosteroid, untuk induksi remisi. Tidak berperan dalam mempertahankan remisi. - Prednison, dosis: 1-2 mg/kg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi - Metilprednisolon, dosis: 2 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis 3. Imunomodulator, digunakan untuk induksi dan mempertahankan remisi. - Azathioprine, dosis: 2-2,5 mg/kg/hari dosis tunggal - 6-Mercatopurin, dosis: 1,5 mg/kg/hari dosis tunggal 4.

Anti-tumor necrosis factor untuk induksi remisi -

Infliximab merupakan antibodi monoklonal anti-TNF-alfa. Infliximab, dosis: 5 mg/kg dilarutkan dengan 250 ml NaCl fisiologis secara intravena. Infliximab dosis tunggal untuk Penyakit Crohn derajat moderat-berat atau pada fistula dengan dosis 5mg/kg dalam 2 jam 3 kali pada minggu 0, 2, dan 6, sering diikuti pemberian

setiap 8 minggu. Data penggunaan infliximab pada Colitis Ulserativa tidak sebaik pada Penyakit Crohn.5 5. Antibiotika - Metronidazole, dosis: 30-50 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Metronidazole diberikan pada kelainan perianal Penyakit Crohn.

PERBEDAAN IBD DAN IBS Perbedaan IBS dan IBD Patologi

Gejala

Pemeriksaan

Prognosis

IBS IBS merupakan gangguan fungsional tanpa disertai adanya inflamasi atau ulseratif pada saluran cerna Pasien dengan IBS dapat disertai lendir pada fesesnya tapi tidak ada darah Pasien IBS lebih banyak menderita konstipasi atau konstipasi yang diselingi dengan diare Tes feses, X-ray dan endoskopi tidak menunjukan kelainan IBS tidak berbahaya dan tidak menimbulkan komplikasi kanker

IBD IBD adalah suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu inflamasi dal ulserasi pada saluran cerna Pasien dengan IBD biasanya menderita diare yang disertai darah

Pasien biasanya lebih banyak menderita diare dibandingkan dengan konstipasi Tampak kelainan pada X-ray dan Endoskopi IBD adalah penyakit serius dengan efek samping yang besar dan dapat berkembang menjadi kanker

More Documents from "Dennis Rafi Prihadi"

Ibd.docx
October 2019 13
Cover Dennis
October 2019 31
Anemia
October 2019 51
Daftar Pustaka Bno
October 2019 16
Daftar Pustaka Sinus
October 2019 16