[HOTD] tayamum Hadist riwayat Abul Juhaim bin Harits bin Shimmah Al-Anshari ra., ia berkata: Rasulullah saw. pernah datang dari sumur Jamal dan bertemu dengan seorang lelaki yang mengucapkan salam kepada beliau. Namun beliau tidak menjawabnya. Ketika beliau tiba di suatu dinding, beliau mengusap wajah dan kedua tangan beliau, kemudian menjawab salam. Links: [mensucikan diRi] http://www.dzikir.org/b_shalat1.htm [tayamum] http://www.geocities.com/mimbarkedah/tayamum.html [musim dingin bOleh tayamum?] http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/5307 [tayamum] http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=208315&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2= [aiR hanya 5 liteR : wudhu atau tayamum?] http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5916 [kOleksi sOalan: tayamum] http://www.e-ulama.org/tanya/Default.asp?mode=0&ID=3675 [tayamum kaRena meRiang : bOlehkah ?] http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5483 [mandi junub di musim dingin] http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=232 [tayamum di keReta] http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/20744 [tayammum atau wuduk? / bila ayam sudah berkOkOk] http://www.geocities.com/Athens/Forum/8108/tayamum.html [kOnsepsi ibadah dalam islam] http://harokah.blogspot.com/2005/12/konsepsi-ibadah-dalam-islam.html -perbanyakamalmenujusurga-
http://www.dzikir.org/b_shalat1.htm Mensucikan Diri Bersuci adalah membersikan diri, Pakaian dan tempat dari segala hadas dan najis. Untuk bersuci dari hadas haruslah melakukan Wudhu, Mandi wajib atau Tayammum. Sedangkan agar suci dari najis haruslah menghilangkan kotoran yang ada di badan, pakaian dan tempat yang bersangkutan. Perintah bersuci ini tersurat pada bagian akhir ayat 222 dari surat Al-Baqarah yang artinya :"sesungguhnya Allah SWT menyukai orang - orang yang bertaubat dan orang - orang yang mensucikan diri.". Air yang dapat dipakai bersuci adalah air bersih dari laut atau air yang keluar dari bumi dan belum dipakai, yaitu air sumur, air sungai, air telaga, air hujan, air embun dan air salju. Ditinjau dari hukumnya, air dibagi menjadi empat :
1. Air Mutlak, yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan, karena belum berubah sifat 2. 3. 4.
(warna, rasa dan bau) nya. Air Musyammas, yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan, namun makruh digunakan. Misalnya air bertempat dilogam yang bukan emas, karena terkena panas matahari. Air Musta'mal, yaitu air suci tetapi tidak dapat dipakai untuk mensucikan karena sudah dipakai untuk bersuci, meskipun air tersebut tidak berubah warna, rasa dan baunya Air Mutanajis, yaitu air yang terkena najis, dan jumlahnya kurang dari dua kullah (216 liter). Karenanya air tersebut tidak suci, dan tidak dapat dipakai mensucikan. Akan tetapi jika lebih dari dua kullah serta tidak berubah warna, rasa dan baunya, maka bisa digunakan untuk bersuci.
Ada satu macam air lagi yang suci dan dapat digunakan untuk mensucikan, namun haram dipakai yaitu air yang diperoleh dengan cara ghasab (yakni mengambil tanpa ijin pemiliknya atau mencuri).
A. Hadast Hadas menurut kamus Istilah Agama karya Drs. Shodiq SE adalah suatu keadaan tidak suci yang tidak dapat dilihat, tetapi wajib disucikan untuk sahnya ibadah : Hadas dibagi dua yaitu :
1. Hadas kecil. Penyebabnya antara lain keluar sesuatu dari dubur atau qubul, 2.
menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya dan tidur nyeyak dalam keadan tidak tetap. Cara membersihkan hadis ini ialah berwudhu. Hadas besar/Jenabat/junub. Penyebanya antara lain : keluar air mani, bersetubuh, wanita habis melahirkan dan lain sebagainya. Cara mensucikan hadas besar ini adalah mandi wajib.
B. Najis Najis adalah suatu benda kotor menurut syara' (hukum agama). Benda - benda najis meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Darah Nanah Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan laut, dan belalang Anjing dan babi Segala sesuatu yang keluar dari dubur dan qubul Minuman keras, seperti arak dan sebagainya Bagian anggota binatang yang terpisah karena dipotong dan sebagainya sewaktu masih hidup.
Najis menurut tingkatannya dibagi tiga yaitu :
1. Najis Mukhaffafah (ringan) adalah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2.
dua tahun, dan belum makan sesuatu kecuali air susu ibunya. Cara menghilangkannya cukup diperciki air pada tempat yang terkena najis tersebut. Najis Mutawashitha (Sedang) adalah segala sesuatu yang keluar dari dubur/qubul manusia atau binatang, barang cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali
3.
bangkai manusia, ikan laut dan belalang) serta susu, tulang dan bulu dari hewan yang haram dimakan, najis dibagi dua yaitu : Najis 'ainiyah yaitu najis yang berwujud (tampak dan dapat dilihat), misalnya kotoran manusia atau binatang. yang kedua Najis hukmiyah yaitu najis yang tidak berwujud (tidak tampak dan tidak terlihat), seperti bekas air kencing dan arak yang sudah mengering. Cara membersihkan Najis Muthawashithah cukup dibasuh tiga kali agar sifat-sifat najis (yakni warna, rasa dan bau) nya hilang. Najis Mughalladhah (Berat) adalah najis anjing dan babi. Cara menghilangkannya harus dibasuh sebanyak tujuh kali dan salah satu diantaranya dengan air yang bercampur tanah.
Selain tiga macam najis diatas, masih terdapat satu najis lagi yaitu : Ma'fu (Najis yang dima'afkan) antara lain Nanah atau darah yang cuma sedikit, debu atau air dari lorong-lorong yang memercik sedikit dan sulit dihindarkan.
C. Istinja' Bersuci setelah buang air kecil atau air besar dinamakan istinja'. Dalam hal ini boleh memakai air atau dengan tiga buah batu. Tiga buah batu yang dimaksud, bisa berupa tiga buah batu atau satu batu yang memiliki tiga buah sisi (segi tiga). Dan yang dimaksud batu adalah benda padat yang kesat dan suci. Benda licin seperti kaca tidak sah dipakai untuk Istinja'. Hukum istinja' adalah wajib. Bagi yang tidak melakukannya maka berdosa. hal itu disandarkan pada sebuah hadist. Ketika Rasulullah melewati dua kubur, bersabda, "Dua orang yang ada dalam kubur ini disiksa. Yang seorang disiksa karena mengau-adu orang, dan yang seorang lagi karena tidak bersuci dari kencingnya." (sepakat ahli hadis).
D. Wudhu Wudhu adalah salah satu cara bersuci dari hadas kecil sebelum mengerjakan ibadah shalat atau membaca Al-Qur'an. Perintah wajib wudhu ini memang turun bersamaan dengan perintah wajib shalat. Firman Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki."(Q.S. Al-Maidah : 6). Sabda rasulullah saw. "Allah SWT tidak akan menerima shalat seseorang yang berhadas sehingga ia berwudhu." (H.R. Abu Daud). Syarat Wudhu ada 5 (lima) 1. 2. 3. 4. 5.
Islam Sudah Baliqh Tidak berhadas besar Memakai air yang mutlak (suci dan dapat dipakai mensucikan) Tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit
Rukun Wudhu ada 6 (Enam) 1. Niat Kemudian dilanjutkan dengan bacaan : "Nawaitul wudluua liraf'il hadatsil ashghari fardlallillaahi ta'aalaa" artinya : "aku niat berwudlu' untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah"
2. Membasuh muka sebatas dari tempat tumbuh rambut dikepala sampai kedua tulang dagu dan dari batas telingga kanan sampai batas telinga kiri. 3. Membasuh kedua tanggan sampai kedua mata siku. 4. Mengusap sebagian kepala dengan air. 5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki. 6. Tertib (berurutan). Sunnah Wudhu ada 12 (dua belas)
1. Diawali membaca Basmallah dalam hati. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Membasuh telapak tangan sampai pergelangan. Berkumur Menggosok gigi (bersiwak) Membersihkan lobang hidung dengan air Mengusap seluruh kepala dengan air Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam Menselai-selai jemari tangan dan jemari kaki tidak berbicara mendahulukan membasuh anggota badan bagian kanan Membasuh anggota wudhu sampai tiga kali membaca doa sesudah berwudhu.
Tatacara Mengambil Wudhu
1. Membasuh kedua telapak tangan sampai kedua buku pergelangan dengan membaca "Bismillaa hirrachmanirrachiim" 3. Membersihkan lobang hidung dengan air sebanyak tiga kali.
2. Berkumur tiga kali, serta mengosok gigi
4. Membasuh muka tiga kali, serta niat didalam hati dan bantulah dengan ucapan : "Nawaitul wudluua liraf'il hadatsil ashghari fardlallillaahi ta'aalaa" artinya : "aku niat berwudlu' untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah"
5. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali kemudian tangan kiri sebanyak tiga kali
6. Menyapu sebagian dari kepala atau keseluruhannya yakni dari muka sampai belakang sebanyak tiga kali.
7. Menyapu telinga kanan baik luar maupun dalam sebanyak tiga kali kemudian telinga kiri
8. Membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali kemudian kaki kiri.
Setelah selesai berwudlu' kita disunnatkan membaca do'a yang berbunyi sebagai berikut :
"Asshadu allaa ilaaha illallaahu wachdahuu laa syariika lahuu wa asyhadu anna muchammadan 'abduhuu warasuuluh. Allahummaj'alnii minattawwaabiina waj'alni min " Artinya :"Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang esa, tidak ada sekutu bagiNya. Dan saya bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan pesuruhNya. Wahai Allah jadikanlah saya termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk orang-orang yang suci" serta jadikanlah saya termasuk golongan hamba-hambaMu yang shalih" Perkara yang dapat membatalkan Wudhu ada 5 (lima) 1. Keluar sesuatu dari dua pintu (kubul dan dubur) atau salah satu dari keduanya baik berupa kotoran, air kencing , angin, air mani atau yang lainnya. 2. Hilangnya akal, baik gila, pingsan ataupun mabuk. 3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan kecuali mereka itu masih muhrim. 4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan bathin telapak tangan, baik milik sendiri maupun milik orang lain. Baik dewasa maupun anak-anak. 5. Tidur, kecuali apabila tidurnya dengan duduk dan masih dalam keadaan semula (tidak berubah kedudukannya). E. Tayammum Apabila kita didalam perjalanan atau kita mendapatkan air ataupun sedang sakit yang menurut dokter tidak boleh menggunakan air, maka sebagai pangganti wudlu' atau mandi kita boleh tayamum (yaitu menyapukan debu yang suci kemuka dan dua tangan sampai siku-siku disertai dengan niat). Tayamum baru dianggap sah apabila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi. Syarat-syarat tayammum 1. Sudah masuk waktu shalat 2. Tidak ada air dan sudah diusahakan mencarinya (syarat ini tidak berlaku untuk orang sakit) 3. Sakit, sehingga jika memakai air takut penyakitnya bertambah parah. 4. Sedang dalam perjalanan. Firman Allah SWT : "... Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau sehabis buang air atau menyentuh wanita lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah/debu yang baik (bersih dan suci). Sapulah mukamu dan tangganmu dengan tanah itu."(Q.S. Al-Maidah : 6) 5. Memakai Tanah suci dan berdebu. Rukun Tayammum ada 4 (empat) 1. 2. 3. 4.
Niat Menyapu muka dengan tanah Menyapu kedua tangan sampai siku dengan tanah Tertib atau berurutan
Sunnah Tayammum ada 2 (dua)
1. Mengawali dengan bacaan Basmallah dalam hati. 2. Mendahulukan anggota badan sebelah kanan. Hal-hal yang membatalkan tayammum sama dengan yang membatalkan wudhu. F. Mandi wajib atau Sunnah
Mandi wajib adalah keharusan mandi sebagai suatu cara untuk bersuci bagi seseorang yang menanggung hadas besar atau sedang junub. Firman Allah SWT. "Apabila kamu junub, maka mandilah / bersuci" (Q.S. Al-Maidah : 6) Perbuatan yang mengharuskan kita mandi 1. 2. 3. 4. 5.
Bersetubuh, baik mengeluarkan mani atau tidak. Keluar air mani baik disengaja atau tidak. Meninggal dunia harus dimandikan, kecuali mati syahid Sehabis masa haid / Menstruasi bagi wanita Nifas, yaitu mengeluarkan darah setelah melahirkan.
Rukun Mandi ada 3 (tiga) 1. Niat 2. Menghilangkan kotoran dan najis pada badan 3. Membasuh seluruh tubuh. Sunnah Mandi ada 5 (lima)
1. Diawali membaca basmallah dalam hati 2. 3. 4. 5.
mengosok seluruh tubuh dengan tangan Mendahulukan bagian yang kanan dari yang kiri Berwudhu sebelum mandi Tertib atau berturut-turut.
Selain mandi wajib, ada juga mandi-mandi sunnah, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mandi Mandi Mandi Mandi Mandi Mandi
bagi orang yang akan melaksanakan shalat Jum'at pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha bagi orang yang baru sembuh dari gila menjelang Ihram haji dan Umrah sehabis memandikan mayat bagi orang kafir yang baru masuk Islam.
http://www.geocities.com/mimbarkedah/tayamum.html TAYAMUM Tayamum adalah gerakan menyapukan tanah yang berdebu dengan tapak tangan ke seluruh muka dan kepada kedua tangan. Ia adalah sebagai pengganti wudhu ataupun mandi junub, hanya semata-mata untuk mengerjakan solat sahaja dengan sebab waktu solat telah tiba sedangkan air tidak dijumpai. Kalau air sudah dijumpai, maka kita tidak boleh lagi bertayamum. Orang yang bertayamum untuk mengganti mandi junub, hendaklah mandi semula apabila sudah mendapat air, sebagaimana mestinya sebelum bersolat. Bertayamum hendaklah dengan tanak suci yang berdebu. Boleh juga bertayamum dengan pasir halus atau batu yang telah dihancurkan menjadi tepung (seperti tepung atau debu yang kita yakin tidak kotor) Boleh juga bertayamum dengan menekankan kedua telapak tangan kita ke bumi lalu dihembus kerana bumi itu dijadikan Tuhan suci bagi kita.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, mengatakan: Dari Huzaifah bin Yaman, bahawa sanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: "Dijadikan Tuhan bagiku bumi sebagai barang yang bersih dan suci dan untuk tempat bersujud". Ada lagi hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muuslim sebagai berikut: Dari 'Imar bin Yasir r.a. berkata ia: Pernah aku junub, maka aku gosokkan tanganku ke tanah lalu aku ceritakan hal itu kepada Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. berkata: "Sesungguhnya sudah cukuplah begini untukmu", lalu Rasulullah memukul kedua telapak tangannya ke bumi kemudian dihembusnya kedua telapak tangannya itu lalu disapunya mukanya dengan kedua telapak tangannya dan begitu pula disapunya dua daun tangannya. 1. Sebab-sebab bertayamum 2. Perkara-perkara yang membatalkan tayamum 3. Cara-cara bertayamum Sebab-Sebab Bertayamum Tayamum itu dikerjakan oleh kerana adanya berapa halangan ke atas diri kita yang menyebabkan kita tidak boleh mengambil wudhu seperti: Kita dalam perjalanan atau uzur kerana sakit.Kalau anggota badan terkena air, ia akan bertambah sakit ataupun akan lambat sembuh menurut nasihat doktor. Kerana tidak ada air.Setelah berusaha mencarinya tetapi tidak dapat diperolehi. Sudah masuk waktu solat.Dan air masih juga belum didapati. Perkara-Perkara yang Membatalkan Tayamum Tayamum itu akan batal apabila sudah perolehi air semula. Selain dari itu, perkara-perkara yang membatalkan tayamum adalah sama seperti perkara-perkara yang membatalkan wudhu iaitu: Buang air kecil/besar, buang angin atau keluar sesuatu zat dari salah satu lubang kemaluan Tidur nyenyak sehingga tidak sedar apa-apa yang berlaku ke atas diri kita Hilang akal kerana mabuk, gila, pitam dan sebagainya Bersetubuh ataupun mengeluarkan mani Menyentuh, sengaja atau tidak sengaja, kemaluan atau dubur dengan telapak tangan sebelah dalam Menyentuh, sengaja atau tidak sengaja, sesiapa yang bukan muhrim Peringatan Bagi orang yang sedang junub, kalau akan mengerjakan solat sedangkan air belum diketemui ataupun dilarang menyentuhnya, maka hendaklah ia bertayamum DUA KALI. Tayamum yang pertama adalah untuk pengganti junub dan yang kedua untuk pengganti wudhu ! Selagi tayamum tidak batal maka dengan tayamum yang satu kali itu kita boleh mengerjakan beberapa kali solat wajib. Cara-Cara Bertayamum
Sebelum membuat sesuatu, disunatkan membaca Bismillahirrahmanirrahim; yang bermaksud Dengan nama Allah yang Pengasih Penyayang. Langkah 1: Niat di dalam hati " Sahaja aku bertayamum pengganti wudhu' untuk solat fardhu kerana Allah Ta'ala", sambil menekankan kedua telapak tangan ke atas tanah atau debu yang bersih. Langkah 2: Sapukan kedua telapak tangan yang sudah ditekan ke atas tanah atau debu tadi keseluruh muka. Sebelum menyapukannya ke muka, hendaklah dihembus kedua telapak tangan itu terlebih dahulu supaya debu atau tanahnya tidak terlalu banyak. Langkah 3: Tekankan kedua telapak tangan sekali lagi ke atas tanah atau debu. Langkah 4: Sapukan telapak tangan kiri kepada tangan kanan. Paling sedikit mesti sampai sehingga pergelangan tangan. Langkah 5: Sapukan telapak kanan kepada tangan kiri. Paling sedikit mesti sampai sehingga pergelangan tangan.
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/5307 Konsultasi : Thaharah Musim Dingin Boleh Tayamum? Pertanyaan: Ustadz YTH, Saya mengalami kesulitan untuk sholat shubuh tepat waktu. Saat musim dingin, waktu shubuh berada antara jam 5.30 sampai jam 7 (sebelum matahari terbit). Sebenarnya saya sudah bangun jam 6 dan sudah berniat untuk sholat shubuh. Namun karena dinginnya suhu di dalam rumah membuat saya tidak sanggup bangun untuk keluar dari kamar, pergi ke kamar mandi dan berwudhu. Karena dinginnya suhu, wudhu dengan air hangat pun tetap akan membuat tubuh saya menggigil kedinginan. Akhirnya saya hanya bisa berlindung di bawah selimut dan akhirnya tertidur lagi sampai suhu agak hangat (sekitar jam 8). Ketika bangun itu, saya sangat menyesal karena tidak bangun sholat shubuh karena begitu inginnya saya sholat shubuh tepat waktu. Dalam kondisi yang demikian, apakah saya dibolehkan tayamum menggantikan wudhu untuk sholat shubuh? Terima kasih. Ismail Jawaban: Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Anda termasuk orang yang dibolehkan untuk bertayammum, sebab diantara hal-hal yang membolehkan tayammum adalah bila kondisi udara sangat dingin dan seseorang tidak tahan untuk bisa berwudhu dengan air. Bahkan air yang panas pun juga tidak bisa.
Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan, asalkan untuk itu perlu juga diperhatikan bagaimana sisi kemudahan itu diberikan. Tentu tidak asal memudahmudahkan, padahal tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam syariat Islam. Dan buat ummat Islam, kemudahan-kemudahan yang Allah SWT berikan antara lain adalah disyaraitkannya tayammum sebagai pengganti wudhu? bila tidak ada air atau kondisi yang tidak memungkinkan bagi seseorang untuk berwudhu dengan menggunakan air. Rasulullah SAW terlah bersabda bahwa salah satu kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada ummat ini adalah tayammum. Dari Jabir ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,?Aku telah diberikan 5 perkara yang tidak diberikan kepada nabi lain sebelumku. ?Dan dijadikan tanah ini sebagai masjid dan media untuk bersuci. Sehingga siapapun yang mendapatkan waktu shalat, dia bisa segera melakukannya dimanapun?(HR. Al-Bukhari : 335 dan Muslim 21) Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,?Telah dijadikan tanah ini seluruhnya sebagai masjid dan media pensucian (tayammum). Diamana pun ummatku mendapati waktu shaalt, maka dia bisa bersuci dengan tanah itu.(HR.) Diantara kondisi yang membolehkan tayammum antara lain adalah :
1. Ketiadaan air Baik berupa kekeringan secara umum maupun tidak bisa mendapatkan air. Artinya, bisa jadi ada air tapi tidak bisa mencapainya. Atau bila air yang Anda hanya cukup untuk menyambung hidup, sehingga bila digunakan untuk wudhu? dikhawatirkan akan memperkecil kemungkinan kelangsungan kehidupan. Maka maka pada saat itu dibolehkan untuk bertayammum.
2. Sakit Orang yang sakit adalah orang yang sedang mendapatkan uzur syar?i, sehingga bila kondisi sakitnya itu tidak memungkinkannya untuk berwudhu dengan air, maka dia dibolehkan untuk bertayammum. Bahkan meski seseorang yang sakit itu tidak terlalu menderita karena berwudhu, namun diprediksikan bahwa bila dia memaksakan untuk berwudhu, sakitnya akan terlambat untuk dipulihkan, sebaiknya dia bertayammum saja.
3. Cuaca Yang Sangat Dingin Di beberap tempat di dunia ini memang terdapat daerah yang lumayan dingin, sehingga menghalangi seseorang untuk berwudhu menggunakan air. Dalam hal ini Islam memberikan keringanan untuk bertayammum saja. Hal itu pernah terjadi pada diri seorang shahabat Rasulullah SAW yaitu Amru bin Al-?Ash ra. Beliau pada suatu malam dalam perangan Zdatus Salasil bermimpi hingga berjunub dan ternyata pagi harinya udara sangat dingin menusuk. Maka beliau bertayammum dan shalat shubuh sebagai imam bagi shahabat lainnya. Ketika berita itu sampai kepada
Rasulullah SAW dan ditanya kenapa shalat shubuh dalam keadaan junub, beliau menjawab dengan membacakan firman Allah SWT ,?Dan janganlah kamu mencelakakan dirimu sendiri, sedangkan Allah itu maha kasih kepadamu? .?. Maka tertawalah Rasulullah SAW dan tidak berbicara apa-apa. Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Abu Daud, Ahmad, Ad-Daruquthy, Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=208315&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2= Jumat, 05 Agustus 2005 Ensiklopedia Islam Tayamum
Tayamum menurut bahasa artinya bermaksud. Sedang menurut istilah artinya menyampaikan (meratakan) debu ke muka dan kedua tangan dengan syarat tertentu. Tayamum diperbolehkan sebagai pengganti wudhu atau mandi dengan syarat-syarat sebagai berikut: pertama, adanya halangan seperti tidak mendapatkan air, sakit, dan lain-lain. Firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 6: ''Lalu kamu tidak mendapatkan air, maka tayamumlah dengan tanah yang baik.'' Syarat kedua, sudah masuk shalat, tidak mendapat air. Dan ketiga, debu (yang dipakai harus suci. Tidak sah tayamum kecuali dengan debu yang suci, baik debu itu merah, hitam, ataupun putih. Jelas ditunjukkan keharusan dengan debu, maka tidak boleh tayamum dengan bendabenda lain seperti batu, tambang dan lain-lain. Rukun tayamum ada empat, yaitu niat, mengusap muka, mengusap kedua tangan sampai siku, dan tertib. Dalam bertayamum tidak cukup berniat menghilangkan hadats saja, sebab tayamum tidak menghilangkan hadats. Dalam tayamum, harus berniat untuk diperbolehkan shalat. Ada hadis Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Amr bin Ash yang kala itu sedang junub dan shalat bersama teman-temannya. Nabi SAW bersabda: ''Apakah kamu shalat bersama sahabatmu sedang kamu junub.'' (HR Ahmad dan Abu Dawud). Sunah tayamum ada tiga, yaitu membaca basmalah; mendahulukan anggota kanan dari yang kiri; dan berurutan. Sedangkan yang membatalkan tayamum juga ada tiga, yaitu semua hal yang membatalkan wudhu, melihat air, dan riddah. Melihat air sebelum mengerjakan shalat, membatalkan tayamum. Nabi SAW bersabda: ''Debu yang bersih itu mensucikan orang Islam, walau tidak mendapatkan air sepuluh tahun. Apabila telah mendapat air, maka basuhlah kulitnya.'' (HR Tarmizi). Tayamum hanya bisa digunakan untuk shalat wajib sekali, sedang untuk shalat sunah boleh beberapa kali. Pendapat ini berdasar pada kata-kata Ibnu Abbas: ''Termasuk sunnat Nabi, tidak shalat dengan tayamum kecuali satu kali untuk shalat wajib.'' Perkataan Ibnu Abbas ini berdasarkan pada riwayat dari Nabi yang menyebutkan: ''Hendaklah bertayamum tiap-tiap
shalat walau belum hadats.'' (HR Baihaqi). disarikan dari buku kunci ibadah dan tuntunan shalat lengkap/dam (dam )
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5916 Konsultasi : Ibadah Air Hanya 5 Liter : Wudhu Atau Tayamum? Pertanyaan: Assalaamualaikum wr. wb. Pak Ustad yang dirahmati Allah SWT, saya ingin bertanya mengenai masalah air untuk berwudhu. Pada suatu hari listrik di tempat saya bekerja mati dan ini bertepatan dengan waktu maghrib. Sedangkan air yang ada di kamar mandi (di dalam ember) hanya sedikit (tidak lebih dari 5 liter) dan air itu boleh dikatakan sisa setelah digunakan untuk yang lain. Apakah boleh saya menggunakan air tersebut untuk berwudhu dalam keadaan darurat seperti ini dan bagaimana sholat saya sahkah? atau saya harus bertayamum? Dan berapakah banyak air yang seharusnya digunakan untuk berwudhu atau apakah memang harus menggunakan air yang mengalir? lalu apakah air yang terkena sabun bisa digunakan untuk berwudhu? Sekian pertanyaan dari saya atas jawaban ustad saya ucapkan terima kasih. Wassalaamualaikum wr. wb. Akhwat Jawaban: Assalamu `alaikum Wr. Wb. Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d
Air yang jumlahnya hanya 5 liter itu tetap bisa digunakan untuk wudhu. Jangankan yang 5 liter, yang hanya satu gelas pun bisa digunakan. Kalau pun ada mazhab yang mengatakan bahwa jumlah air itu harus dua qullah, maka tidak berarti kita tidak boleh menggunakan air 5 liter untuk wudhu�. Sebab pengertian dua qullah itu adalah jumlah air yang bila kemasukan najis atau air yang musta�mal, tidak membuatnya berubah hukum. Maka sesuai mazhab yang mengharuskan air dua qullah, selama cara penggunaan air di kolam itu tidak membuat ada najis atau air musta�mal jatuh ke dalamnya, tetap boleh untuk digunakan untuk berwudhu. Misalnya, Anda bisa mengambil air satu gayung, lalu tuangkan ke telapan tangan Anda dan basuhlah muka. Setelah tuangkan lagi dan basuhlah kedua tangan. Setelah itu tuangkan lagi dan ucaplah kepada dan dua telinga. Setelah itu tuangkan lagi dan cucilah kaki Anda dari air di gayung itu. Dan selesailah wudhu� Anda. Sesuai dengan mazhab ini, maka Anda tidak boleh mencelupkan tangan yang basah oleh air
bekas wudhu ke dalam kolam yang airnya tidak sampai dua qullah. Sebab menurut mazhab ini, bila jumlah air tidak mencapai dua qullah dan kemasukan air musta�mal, yaitu air bekas wudhu, maka hukum air di kolam itu ikut jadi musta�mal juga.. Dan air musta�mal menurut mazhab ini, tidak bisa digunakan untuk berwudhu�. Tapi ini hanyalah pandangan satu mazhab saja, sedangkan mazhab lainnya tidak mengenal istilah air musta�mal seperti itu. Juga tidak mengenal isitilah minimal haurs dua qullah. Sehingga dalam pandangan semua mazhab, Anda tetap bisa berwudhu dan tidak perlu tayammum. Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.e-ulama.org/tanya/Default.asp?mode=0&ID=3675 Tayamum
Tarikh: 10/1/2005
1.Adakah sah tayamum seseorang pesakit, dengan cara menepuk tangannya di atas bantal atau dinding yang tiada dedu tanah. 2. Bagaimanakah cara bertayamum bagi pesakit yang bersimen kaki atau tangannya. Jawapan: 1. bertayamum tanpa menggunakan debu tanah adalah tidak sah, seperti berwudu' tanpa menggunakan air. 2. anggota tayamum hanya muka dan tangan sahaja. maka jika kaki atau anggota lain selain dari muka dan tangan, ianya bukan anggota untuk bertayamum dan tidak perlu dikuatiri. tetapi sekiranya muka dan/atau tangan tertutup, maka dibolehkan menyapu di atas balutan atau simen yang menutup anggota tersebut. wallahu'alam Oleh: cahaya agama Tarikh Dijawab: 2/8/2006 5:56:27 PM
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5483 Konsultasi : Ibadah Tayamum Karena Meriang : Bolehkah ? Pertanyaan: pak kalau kita sakit (meriang), apakah kita boleh mengganti wudhu dengan air menjadi tayamum terimakasih Bambang Widodo Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb. Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d
Ya, boleh. Sebab tayammum itu memang berfungsi sebgai pengganti wudhu� saat sedang sakit. Apabila sakitnya itu membuat tidak mungkin seseorang untuk menyentuh air dengan alasan bisa memperparah atau memperpanjang sakitnya. Selain karena sakit, tayammum juga boleh dilakukan oleh sebab ketiadaan air. Dalilnya adalah firman Allah SWT : Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa : 43) Di ayat lain Alah juga berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah : 6) Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=232 Mandi Junub di Musim Dingin Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004 Tanya: Assalamu'alaikum, Hai lagi mbak yg baek, mau tanya nih, apa aja syarat wajib mandi junub? Apa wudhu bisa ganti kalo pas musim dingin, ihhh mana tahan harus mandi berkali-kali. Apa harus nolak kalo 'diajak' suami? tolong dong! wassalam, -Jawab: Assalamu‚€™alaikum Warahmatullahi Wabakarakatuh Cara Mandi Janabah:
a. Niat (yaitu menghilangkan hadats besar melalui mandi, Selanjutnya membasuk kedua telapak tangan tiga kali. b. Setelah itu beristinja‚€™ dan membersihkan segala kotoran yang terdapat pada kemaluan. c. Berwudhu‚€™ seperti ketika hendak mengerjakan shalat. d. Membasuh kepala dan kedua telinga sebanyak tiga kali. e. Selanjnutnya menyiramkan air ke seluruh tubuh. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Aisyah ra, dimana dia pernah menceritakan: ‚€œApabila Rasulullah saw hendakmandi jenabat beliau memulai dengan membasuh kedua telapak tangan sebelum beliau memasukkannya ke dalam bejana, Kemudian beliau membasuh kemaluan dan berwudhu‚€™ sebagaimana hendak melaksanakan shalat. Lalu beliau menyelanyela rambutnya dengan air. Setelah itu, belaiu menyiram kepalanya tiga kali dan menyiramkan air ke seluruh tubuhnya.‚€ (HR Tirmidzi dan beliau menshahihkannya). Dalam mandi jenabat, dimungkina bagi seorang muslimah membaca basmalah dan berniat, lalu membasuh kedua tangan dan kemaluannya. Kemudian mengguyur seluruh tubuhnya dengan air disertai berkumur dan istinsyaq. Ketika mandi, wanita muslimah diwajibkan memperhatikan bagian ketiak, lutut dan pusar, sehingga bagian-bagian tersebut benar-benar terkena air. Demikian juga dengan kulit kepala. Hal-hal yan gdimakruhkan dalam mandi: a. Mandi di tempat yang mengadung najis. Karena, dikhawatirkan najis tersebut akan mengenai tubuhnya. b. Mandi di air yang tidak mengalir. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah: ‚€œJanganlah salah seorang di antara kalian mandi dalam air yang tidak mengalir, sementara pada saat itu ia dalam keadaan junub.‚€ (HR Muslim) c. Diwajibkan mandi di balik tabir. Sebagaimana sabda Rasulullah: ‚€œSesungguhnya Allah Azza wa Jalla itu Maha Malu dan Dia sangat mencintai rasa malu. Karena itu, apabila salah seorang di antara kalian mandi, maka hendaklah ia menutup diri dari pandangan orang lain.‚€ (HR Abu Dawud) d. Dimakruhkan berlebih-lebihan dala penggunaan air, sebagaimana sabda Rasulullah saw: ‚€œJanganlah kalian berlebih-lebihan di dalam menggunakan air,meskipun pada saat itu berada di sungai yang airnya mengalir.‚€ Meski begitu, diperbolehkan mandi dengan menggunakan empat bejana air. Karena, Rasulullah saw pernah mandi dengan menggunakan aiar sebanyak satu sha‚€™, yaitu empat mud (ember). Hal-hal yang disunnatkan dalam mandi: 1. Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali. 2. Membasuh kemaluan. 3. Berwudhu‚€™ secara sempurna seperti hendak melakukan shalat. 4. Menyiramkan air ke kepala sebanyak tigakali disertai penyelaan terhadap rambut. 5. Mengguyurkan air ke seluruh tubuh, yang dimulai dari setengah bagian sebelah kanan dan kemudian setengah bagian sebelah kiri. 6. Membasuh kedua ketiak, pusar dan kedua lutut. DI musim dingin, dimana air yang memancar dari kran (ledeng) terasa sangat dingin, kita diperbolehkan menggunakan air panas (yang berasal dari heater/mesin pemanas air). Hanya saja, campurlah air panas tersebut dengan air dingin sehingga suhunya menjadi suhu normal/suhu tubuh. ‚€œPendapat paling shahih dari Syafi‚€™I: air panas karena terkena sinar matahari hukumnya adalah makruh. Sementara itu, pendapat yang dipilih oleh para pengikutnya yang kemudian adalah pendapat yang mengatakan bawhahalitu tidak makruh. Demikian juga
menurut tiga imam yang lain ‚€“yaitu, Hanafi, Maliki dan Hambali. Air yang dimasak hukumnya tidak makruh, demikian menurut kesepakatan para ulama. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia memakruhkannya. Sementara itu, Hanbali memakruhkannya jika ia dipasankan dengan api.‚€ (Dikutip dari buku Fiqih Empat Madzab, Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi), bab. Thaharah).‚€ Pada kondisi lain, dimana seseorang samasekali tidak dapat menggunakan air, maka diperbolehkan bertayamum (saya sendiri, alergi udara dingin dan air dingin, dimana kulit saya akan pecah-merekah karena bengkak dan mengeluarkan darah jika terkena kombinasi air dingin dan udara dingin sebagaimana yang saya peroleh di musim dingin. Untuk itu, jika berwudhu di malam hari saya bertayamum). Sebab-sebab diperbolehkannya tayamum: a. Diperbolehkannya tayamum adalah sebagai ganti wudhu, apabila tidak ditemukan aiar atau karena sakit atau karena tidak ada kemampuan bergerak serta tidak ada orang yang membawakan air untuknya. Hal ini didasarkan pada hadits riwayat dari Imran bin Hashin, ia menceritakan: ‚€œKami pernah bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan. Lalu beliau mengerjakan shalat bersama para shahabat. Kemudian beliau mendekati seorang sahabat yang menyendiri seraya berkata: Apa yang menyebabkan kamu tidak mengerjakan shalat? Shahabat tersebut menjawab: Aku sedang dalam keadaan junub dan aku tidak mendapatkan air untuk mandi. Lalu beliau bersabda: Pergunakanlah debu, karena sesungguhnya itu telah cukup bagimu.‚€ (HR Bukhari dan Muslim) Tayamum juga diperbolehkan apabila seorang wanita muslimah terserang penyakit yang melarang dirinya menggunakan air atau karena ada luka yang dikhawatirkan penggunaan air akan menambah rasa sakit atau menghambat kesembuhannya. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan dari jabir ra, dimana ia bercerita: ‚€œKami pernah keluar dalam suatu perjalanan, lalu salah seorang di antara kamu tertimpa batu pada bagian kepalanya hingga terluka. Kemudian orang ini bermimpi dan junub. Maka ia pun bertanya kepada shahabatnya: Apakah kalian melihat adanya keringanan bagiku untuk bertayamum? Shahabatnya menjawab: Tidak, karena kamu masih bisa memakai air. Kemudia ia mandi dan ternyata setelah itu ia meninggal dunia. Ketika kami menghadap Rasulullah dan menceritakan peristiwa itu, maka beliau berkata: Mengapa mereka tidak bertanya jika tidak mengerti? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya. Sebenarnya ia cukup bertayamum saja dan membalutkan kain perban pada lukanya, lalu mengusap bagian di atas perban itu. Kemudian membasuh seluruh anggota tubuhnya.‚€ (HR Abu Dawud, Abu Majah, Daruquthni dan dishahihkan oleh Ibnu Sakan). b. Wanita yang pergi ke tempat kerja ‚€“disertai dengan muhrimnya‚€”seperti bertani, berburu, mencari kayu bakar atau pekerjaan lainnya, dimaan tidak memungkinkan baginya membawa air untuk wudhu. Kemudian waktu shalat tiba dan tidak ada air padanya. Selain itu tidak dimungkinkan baginya kembali ke rumah untuk berwudhu, kecuali dengan membatalkan keperluannya itu, maka ia boleh mengerjakan shalat dengan bertayamum serta tidak perlu mengulang shalatnya pada saat telah mendapatkan air. Karena, ia dianggap sama seperti musafir yang pergi ke kampung lain. c. Apabila ia membawa sedikit air, yang jika itu dipergunakan berwudhu, maka ia tidak akan memiliki air untuk kebutuhan minumnya. Dalam kondisi seperti ini, ia diperbolehkan bertayamum. Atau jika air tersebut tidak cukup untuk hewan tungganannya, maka diperbolehkan baginya bertayamum. Menurut kesepakatan para ulama, tidak perlu baginya mengulangi shalat. Yang demikian itu karena kepentingan manusia lebih dudahulukan daripada shalat. Dengan dalil, apabila seorang wanita muslimah melihat kebakaran atau mendengar orang yang dalam kesulitan meminta tolong bersamaan ketika ia sedang mengerjakan shalat,
maka ia harus membatalkan shalatnya. Sebagaimana hadits tentang pelacur yang menolong anjing kehausan yang diriwayatkan dari Abu Hurairan, dimana Rasulullah pernah bersabda: ‚€œKetika seekor anjing mengelilingi sebuah sumur dalam kondisi hampir mati karena kehausan, tiba-tiba seorang wanita pelacur dari Bani Israel melihatnya. Lalu wanita itu menanggalkan terompahnya dan memberi minum anjing tersebut dengan terompahnya itu, sehingga ia diberikan ampunan oleh Allah.‚€ (HR Muslim) Jika hal itu diberlakukan bagi seekor anjing, maka terhadap manusia adalah lebih diutamakan. d. Apabila seorang wanita muslimah merasa takut terhadap bahaya yang akan menimpanya, seperti jika air yang ada dikuasai oleh laki-laki jahat, maka ia berada pada posisi tidak mendapatkan air, sehingga diperbolehkan baginya bertayamum dan tidak perlu mengganti shalatnya. Dalam hal ini karena ia mengkhawatirkan dirinya terjatuh dalam perbuatan yang akan merusak kehormatannya. Atau apabila ia mengkhawatirkan harata kekayaannya jika ditinggalkan untuk mengambil air, maka ia diperbolehkan bertayamum. Atau apabila ia mengkhawatirkan hewannya akan lari atau dicuri jika ditinggal untuk mengambil air, maka diperbolehkan baginya bertayamum. Demikian juga apabila ia mengkhawatirkan anaknya akan diculik atau dibunuh, maka ia boleh bertayamum. e. Apabila di sekitar tempat aira terdapat binatang buas, maka diperbolehkan baginya untuk bertayamum. Atau apabila ia melihat adanya sumur yang lain, akan tetapi kesulitan untuk mengambil air darinya, maka diperbolehkan baginya membasahi kain suci, lalu mengusapkan ke bagian yang harus dibasuk dalam wudhu‚€™. f. Wanita musafir yang tidak mendapatkan air. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT: ‚€œApabila kalian sakit atau perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh wanita, lalu kalian tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (suci).‚€ (qs Al-maidah:6) Cara bertayamum: Tayamum itu dilakukan dengan cara menepuk kedua tangan ke tanah yang suci dengan satu kali tepukan, kemudian mengusapkannya ke wajah dan kedua tangan, sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadits tentang kisah Ammar: “Sebenarnya cukup bagimu begini, seraya menepuk kedua telapak tangannya ke tanah dan mengusapkan ke wajah serta kedua tangannya.†(HR Muttafaqun‚€™Alaih). Apabila seorang wanita muslimah bertayamum lebih dari satu kali tepukan atau usapan, maka insya Allah hal itu diperbolehkan. Sedangkan bagi wanita muslimah yang mengusap tangan lebih dari batas pergelangannya, maka tayamumnya tetap dibenarkan. Demikian; Wallahu‚€™alam Semoga bermanfaat Wassalamu‚€™alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ade Anita Sumber: Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, ‚€œFiqih Wanita‚€ edisi lengkap, penerbit: A-Kautsar, jakarta. Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, ‚€œFiqih Empat Madzab‚€, penerbit: hasyimi Press. Drs. H. Syahminan Zaini & H. Masturah Wanzhik, ‚€œTuntunan Wudhu, Tayyamum dan Shalat.‚€, penerbit: Kalam Mulia.
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/20744 Konsultasi : Thaharah Tayamum di kereta Pertanyaan: Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh Ustadz, apakah dibolehkan tayamum pada saat perjalanan menggunakan kereta? Perjalanan tersebut dari jawa timur ke Jakarta. Mungkin di kereta ada air tapi dari segi kenajisan, untuk berhati-hati, apakah diperbolehkan tayamum? Karena kamar mandi di kendaraan digunakan oleh banyak orang. Sebelumnya terima kasih atas jawabannya. Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh Uli Jawaban: Assalamu alaikum wr.wb. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Saudari Uli, bertayammum baru diperbolehkan ketika kita memang benar-benar tidak mendapatkan air atau air yang ada hanya cukup untuk minum di mana kalau kita tidak minum akan bahaya atau bahkan mati. Allah befirman dalam surat al-Maidah ayat 6: "Jika kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah!" Dengan demikian, jika anda berada dalam kereta dan melihat air yang ada di dalamnya dikhawatirkan bernajis, maka Anda bisa mengantisipasinya dengan membawa air dari rumah atau bahkan memakai air aqua. Selain itu, Anda bisa menjama shalat Anda karena perjalanan yang Anda lakukan sudah memenuhi jarak safar yang diperbolehkan untuk menjamak shalat. Wallahu a'lam bish-shawab. Wassalamu alaikum wr.wb.
http://www.geocities.com/Athens/Forum/8108/tayamum.html From: Ramzi (
[email protected]) Tayammum atau wuduk? / bila ayam sudah berkokok
Date: Tuesday, April 21, 1998 12:09 AM Assalamuaikum , Saya ada 2 persoalan yang saya rasa penting dan mungkin ada diantara kita yang masih kurang jelas mengenainya disamping saya. Persoalan 1: Tayammum atau wuduk (ambil air sembahyang) Sahkah tayammum kita jika tempat kita tiada air, sedangkan dikawasan yang berhampiran
ada air? Ramai yang keliru sebab hujjah mereka ialah tayammum hanya dibolehkan jika keadaan air kritikal (tiada air langsung). Persoalan ke 2: Bila hampir syuruk (matahari terbit), manakah lebih afdhal kita berwuduk lalu bersembahyang subuh atau pun lebih baik kita mandi , bersugi lalu sembahyang subuh (waktu ini subuh pasti sudah luput). Sekian, wassalam. ===================================================================== assalamualaikum wrh. izinkan saya menjawab soalan2 yang ditanya. Persoalan 1. Memang sah bersolat dengan bertayammum tetapi sebelum itu adalah elok diperhatikan sama ada kita layak untuk bertayammum dan arif akan perkara2 berkaitan dengannya. SEBAB2 YANG MEMBOLEHKAN TAYAMMUM 1. Ketiadaan air i) tiada air - seperti di dalam musafir kemudian tidak kedapatan air. ii) tiada air segi syarak - iaitu ada air tetapi air itu terlalu diperlukan untuk minum. 2. Jauh dari tempat ada air apabila sesebuah kawasan ketiadaan air dan kawasan itu dengan kawasan yang ada air berjarak lebih daripada 2.5 km, maka dibolehkan bertayammum dan tidaklah wajib utk berusaha mencari air kerana masyaqqah (kesusahan). ada ulama berpendapat jika ia mencari juga sekira2 akan luput waktu solat, maka ketika ini boleh tayammum. 3. Uzur utk menggunakan air i) air ada dalam jarak yang dekat tetapi terhalang utk mendapatkannya seperti ada musuh berdekatan dengan kawasan air itu. ii) uzur syarak - tidak boleh menggunakan air kerana bimbang terkena sakit, bertambah sakit atau lambat sembuh jika kena air. maka dalam keadaan ini dibolehkan bertayammum dan tidak wajib menggunakan air berdasarkan hadis Rasulullah s.a.w ttg seorang yang berpenyakit di kepala kemudian ia mandi lalu mati. adapun si sakit hendaklah tahu bahawa ia benar2 sakit dan disahkan oleh doktor muslim yang baligh dan adil kerana Allah mewajibkan wuduk utk solat, maka tidaklah boleh diterima kata2 orang yang Allah tidak terima kata2nya seperti orang (Dr) kafir atau fasiq. 4. Keadaan yang terlampau sejuk keadaan ini membimbangkan dia jika menggunakan air dan dia tidak mampu memanaskannya. ini berdasarkan hadis Rasulullah s.a.w tentang Amru Al-As yang
bertayammum kerana janabah kerana bimbang dirinya ditimpa kemudharatan jika ia mandi. perbuatannya ini dibenarkan oleh Rasulullah s.a.w. akan tetapi hendaklah ia mengqada solatnya (jika ia berjanabah) apabila didapati ada air. SYARAT2 TAYAMMUM 1. Tahu akan masuknya waktu solat 2. Air itu dikehendaki selepas masuknya waktu solat 3. Debu2 tanah (turab) itu hendaklah bersih dan suci 4. Hendaklah menghilangkan najis terlebih dahulu 5. Hendaklah ia tahu arah qiblat sebelum bertayammum * satu tayammum adalah untuk satu solat sahaja sekalipun ia tidak berhadas * tayammum hendaklah dilakukan selepas masuk waktu solat RUKUN2 TAYAMMUM 1. Niat tayammum utk mengharuskan solat. 2. Menyapu keseluruhan muka dan kedua2 tangan sehingga ke siku dengan dua kali tepuk. Tepukan pertama ke muka dan tepukan kedua utk kedua2 tangan. Hendaklah kesemua anggota2 tadi tidak terhalang dari kena debu tayammum. 3. Tertib. (utk kaifiat selanjutnya harap rujuk ustaz berdekatan anda) PERKARA2 MEMBATALKAN TAYAMMUM 1. Semua perkara yang membatalkan wudhuk. 2. Ada air selepas ketiadaannya. Jika air didapati selepas selesai menunaikan solat, sah solatnya dan tidak perlu qadha. Jika air didapati semasa sedang solat, pendapat yang sahih adalah terus menyempurnakan solatnya, tetapi jika ia memberhentikan solat dan berwudhuk kemudian solat maka itu lebih afdhal. 3. Mampu untuk menggunakan air seperti si sakit yang telah sembuh. 4. Murtad (nauzubillah) Rujukan - Al-fiqhul Manhaji ala Mazhab Al-Imam as-Syafie - Dr. Mustafa al-Bugha Fiqhul Muyassar - Ahmad Isa Asyur. Persoalan 2. menangguh2kan solat sehingga luput waktunya adalah tercela. antara amalan2 yang afdhal adalah bersolat di awal waktunya. jika kita memahami perkara ini tahulah kita membezakan mana yang afdhal dari perkara2 yang dimusykilkan. segala yang baik dari Allah, yang tidak dari kelemahan hamba Allah. segala kesilapan harap perbetulkan bersama. wallahu a'lam Ramzi
http://harokah.blogspot.com/2005/12/konsepsi-ibadah-dalam-islam.html
KONSEPSI IBADAH DALAM ISLAM BY : UKKI UNSOED TEAM DEFINISI & RUANG LINGKUP IBADAH Ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminologi syariat, ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Alloh sebagai syariat, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, atau karena tuntutan logika, atau akal manusia. Namun definisi yang lebih konkret dari ibadah dapat dilihat dari definisi yang diberikan oleh Ust. Ibrahim Muhammad Abdullah al Buraikan dalam bukunya Pengantar Studi Aqidah Islam, yaitu : “ Ibadah adalah nama yang merangkum segala sesuatu yang dicintai dan diridloi Alloh SWT, baik berupa perkataan, perbuatan yang tampak dan tidak tampak, dengan kecintaan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna, serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan dan menyalahinya. Jadi, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridlo Alloh SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan syariat yang Alloh tentukan. URGENSI IBADAH 1. Ibadah merupakan tujuan yang dicintai dan diridhoi Alloh dan sebagai tujuan penciptaan Jin dan Manusia / MakhlukNya (QS. 51:56) 2. Alloh mengutus para Rasul dengan Risalah Ibadah (QS. 7:59, 16:36) 3. Alloh mencela orang-orang yang enggan melakukan ibadah (QS. 40:60) DASAR-DASAR IBADAH 1. Cinta, maksudnya cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Alloh dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya : a. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW b. Jihad di jalan Alloh (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai Alloh ). 2. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Alloh SWT (QS 3:175) 3. Harapan, maksudnya seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Alloh dengan harapan yang sempurna tanpa pernah merasa putus asa. TUJUAN IBADAH Mengapakah kita beribadah menyembah Allah ? Kenapakah Allah mewajibkan kita beribadah dan menaatiNya ? Adakah faedah diperolehiNya dari perasaan khusyuk dan ikhlas kita yang patuh kepada perintah dan meninggalkan laranganNya ? Kiranya ada manfaat maka apakah hakikatnya manfaat itu ? Apakah sasarannya semata – mata perintah Allah yang kita mesti melaksanakannya ? “ Aku tidak berhajatkan rezeki sedikitpun dari mereka itu dan Aku tidak menghendaki mereka memberi Aku makan. “ Adz-dzaariyaat 57 “ Hai manusia, kamulah yang berkhendak kepada Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” Faathir 15 “ Barangsiapa yang mengerjakan amal yang sholeh maka ( pahalanya ) untuk dirinya sendiri.”
Fussilat 46 “ Dan barangsiapa yang mensucikan diri mereka, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan diri sendiri.”Faathir 18 “ Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya untuk dirinya sendiri.” Al Ankabut 6 Adapun tujuan yang mendasar (pokok) di dalam Ibadah adalah Tawajjuh (menghadap) kepada Yang Mahaesa, Tuhan yang disembah, dan mengesakan-Nya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan, hal itu diikuti tujuan penyembahan guna memeperoleh kedudukan di akhirat, atau agar menjadi seorang di antara wali-wali Alloh atau yang serupa dengannya. Termasuk dalam tujuan-tujuan yang mengikuti ibadah adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah. Seluruh ibadah mempunyai fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab neraka. Jadi, hal ini termasuk dalam arti Ar-Rajaa’ (harapan) memperoleh pahala dari Alloh, takut siksa-Nya, dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju kepada Tuhan semesta alam. Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa’ dalam arti ini tidak tercela, selama ikhlas karena Alloh. SYARAT-SYARAT IBADAH 1.Amalan yang dilakukan hendaklah diakui Islam dan bersesuaian dengan hukum syara’. 2.Amalan hendaklah dikerjakan dengan niat yang baik, memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga, memanfaatkan ummat dan memakmurkan bumi Allah. 3.Amalan hendaklah dibuat dengan sebaik-baiknya, “ Bahwa Allah suka apabila seseorang dari kamu membuat sesuatu kerja dengan memperelokkan kerjanya. “ Al-hadist. 4.Ketika melakukan kerja hendaklah senantiasa mengikut hukum-hukum syariat dan batasnya, tidak menzalimi orang, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang lain. 5.Dalam mengerjakan sesuatu ibadah, tidak lalai dari ibadah wajib. PERANAN IBADAH KHUSUS Ibadah yang khusus seperti Shalat, puasa, zakat, haji adalah untuk mempersiapkan individu menghadapi ibadah yang umum yang mesti dilakukan di sepanjang kehidupan. 1.Shalat mengingatkan kita lima kali sehari bahwa sesungguhnya kita adalah hamba Allah dan hanya kepadaNya tempat pengabdian kita untuk mengeratkan hubungan kita dengan Allah. 2.Puasa menimbulkan perasaan taqwa kepada Allah sehingga kita tidak membatalkannya walaupun bersendirian. 3.Zakat mengingatkan kita bahwa harta yang kita peroleh adalah manah dari Allah, di dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang mesti ditunaikan. 4.Haji menimbulkan perasaan cinta dan kasih kepada Allah di dalam hati dan kesediaan untuk berkorban karenaNya. Fiqh Ibadah 1.WUDHU’ Dasar disyariatkannya wudhu, adalah : a.Kitab Suci Al-quran dala QS. Al Maidah : 6) b.Sunnah dari abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda : “ Alloh tidak menerima sholat salah seprang diantaramu bila ia berhadats, sampai ia berwudhu lebih dahulu.” (H.R. Bukhori & Muslim). Fardhu atau rukun wudhu ada 6, bila gugur satu maka wudhu-nya tidak sah. Urutan rukun wudhu tersebut : 1.Niat (perbuatan hati) boleh diucapkan boleh tidak 2.Membasuh muka satu kali. Batasnya ialah puncak kening sampai dagu & pinggir telinga yang satu sampai pinggir telinga yang lain. 3.Membasuh kedua tangan sampai dengan kedua siku 4.Menyapu kepala, yaitu menyapu seluruh kepala (H.R. Jama’ah)
5.Membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki (H.R. Jama’ah) 6.Tertib, berurutan, karena Alloh SWT SunnahSunah Wudhu 1.memulai dengan basmalah 2.menggosok gigi (H.R. Malik) 3.mencuci kedua telapak tangan (h.R. Ahmad & Nasa’I) 4.berkumur-kumur tiga kali (H.R. Abu Daud & Baihani) 5.memasukan air kedalam hidung dan mengeluarkannya tiga kali( H.R. Bukhori, muslim) 6.menyilang-nyilangi anak-anak jari ( H.R. ahmad & Turmuzi) 7.membasuh tiga kali 8.membasuh yang kanan kemudian yang kiri 9.meggosok/mengusap tangan ke atas anggota wudhu bersama air 10.berturut-turut membasuh anggota wudhu tanpa menyela pekerjaanlain 11.menyapu kedua telinga, baigan dalam dengan telunjuk, bagian luar degan ibu jari dengan memakai air untuk kepala 12.membasuh melebihi yang fardhu wudhu 13.sederhana, tidak boros 14.berdo’a selesai wudhu “Asyhadu alla ilaaha ilaaha wahdahu laasyarikallah, wa asthaduanna Muhammadan ‘abduhu warasuluh”. Allohumma a ja’alni minat tawwabina waj’alni minal mutathahirin 15.sholat dua rakkat : Niat sunnat sebelum wudhu 2.TAYAMUM & MANDI A.TAYAMUM Definisi : Menyengaja tanah untuk menghapus muka dan kedua tangan degan maksud melakukan sholat dan lain-lain Dasar disyariatkannya tayamum adalah : a.Firma Alloh Ta’ala : “jika kamu sal\kit atau dalam perjalanan atau salah seorangn diantaramu buang air besar atau campur baur dengan peempuan dan tiada beroleh air, maka hendaklah bertayamum dengan tanah yan baik yaknisapulah muka dan kedua tanganmu (An-Nisa :43). b.sum\nah Rosululloh SAW : “bahwa Rosulullah SAW bersabda : seluruh bumi diajdikan bagiku dan bagi umatku sebagai mesjid dan alat bersuci. Maka dimana juga sholat tu menemui salah seorang diantara umatku , disisinya terdapat alat untuk bersuci itu” sebab-sebab Boleh Bertayamum : 1.jika seorang tiada beroleh air, atau tiada air untuk bersuci 2.jika seseorang terluka atau ditimpa sakit yang bila terken aair akan \fatal akibatnya 3.jiak air amatdingin dan didi\uga menimbulkan bahaya Kaifiat cara Bertayamum “ 1.berniat tayamum lalu membaca basmallah 2.menempelakn kedua telapak tangan ke tanah yan suci lalu menyapu ke muka 3.menempelkan lagi kedua telapak tangan ke tanah yang suci lalu menyapukan tanah ke lengan hingga ke pergelangan (kanan dulu) karena teyamum merupakan pengganti wudhu dan mandi ketiaktidak ada air, maka dibolehkan dengan tayamum itu apa yang dibolehkan dengna wudhu dan mandi seperti sholat, menyentuh Al-Qur;an dan lain-lain B.MANDI Mandi ialah meratakan air ke seluruh tubuh. Disyariatkanya berdasarkan firma Alloh Ta’ala :
“Dan jika kamu junub hendaklah bersuci (Al Maidah : 6) Wajib mandi disebabkan lima hal, yaitu : 1.keluar mani disertai syahwat, diwaktu tidur atau bangun baik laki-laki maupun perempuan. Bila tanpa syahwat tetepi karena sakit atau dingin tidak wajib mandi 2.hubungan kelamin, masuknya alat kelamin pria ke dalam alat kelamin wanita, walau tidak sampai keluar sperma 3.terhentinya haid dan nifas 4.amti 5.orang kafir masuk islam, wajib mandi Rukun Mandi ada dua (2) perkara, yaitu : 1.berniat 2.membasuh seluruh anggota tubuh Sunah –Sunah Mandi : 1.berniat 2.kemudian membasuh kemaluan 3.kemufdain berwudhu 4.menuangkan air keatas kepala seanyak tiga kali sambil menyelang-nyelangi rambut agar air sampai membasahi urat-uratnya 5.mengalirkan air keseluruh badan dengan memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri tanpa mengabaikan ketiak, bagian dalam telinga pusat dan jari-jari serta menggosok anggota tubuh yang dapat digosok Mandi bagi wanita : Sama dengan mandi laki-laki, hanya wanita tidak wajib menguraikan jalinan rambutnya, asal air sampai ke urat rambut. Disunahkan bagi wanita yang mandi karna haid atau nifas, untuk membubuhkan munyak wangi pada kapas dan menggosokannya pada kemauluan agar tempat tersebut menjadi harum dan lenyap baru darah busuk 3.SHOLAT Sholat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yag dimulai dengan takbir bagi Alloh Ta’ala dan disudahi dengan salam. Sholat adalah tiang agama, diaman islam tidak tegak kecuali dengan adanya. Rosululloh SAW bersabda : “amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah sholat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya jika jelek maka jelek semua amalannya. (H.R. Tabrani). Rosululloh besabda : “Pokok urusan ialahh islam, sedangkan tangnya adalah shoalt, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Alloh” Kaifat atau Tata Cara Sholat : 1.niat (dilafalkan dalam hati ketika takbir) niat yang dilafalkan terdiri dari shoalt apa, waktunya, berapa raka’atnya, sendiri, sebagai imam atau amkmum dan Lillahi Ta’ala contoh : Aku niat sholat fadhu subuh dua raka’at karena Alloh Ta’ala.a taud alam bahsa arab : “usholi fardhu subhi rok’ataini adaan ma’muman lillahi ta’ala” 2.takbiratul ihram 3.berdiri bagi yang orang yang kuasa/mampu berdiri 4.membaca Al-Fatihah sehingga surat Al-fathah harus betul-betul dikuasai bacaanya degna benar 5.ruku’ dengan thuma’minah artinya berhenti dengan tenang 6.dangkit dari ruku dan berdiri lurus 9I’tidal) dengan thuma’minah) 7.sujud dengan thuma’minah (waktunya sekurang-kurangnya membaca satu kali tasbih) 8.duduk diantara dua sujud dengan thum’minah 9.duduk akhir 10.membaca tasyahud akhir
11.membaca sholawat atas nabi 12.salam yang pertama 13.tertib bacaan yang merupakan rukun adalah : takbir, Al-Fatihah, tasyahud, Sholawat serta Salam
4. SHOLAT II (Sunnah Sholat I) Sunah-sunah sholat adalah sebagai berikut : 1.mengangkat kedua tangan ketika takbir 2.bersedekap tangan kanan diatas tangan kiri 3.membaca doa iftitah 4.istiazah sebelum al-fatihah 5.membaca amin 6.membaca surat pendek sari Al-Quran setelah Alfatihah 7.membaca takbir waktu berpindah 8.tata cara ruku : menyamaratakan kepala dengan tulang pinggul, bertekan dengan dua tangan pada lutut degna merenggangkannya dari pinggang, menembangkan jdari-jdari atas lutu dan pangkal betis serta mendatarkan punggung 9.membaca sewaktu ruku 10.bacaan-bacaan sewaktu bangkit dari ruku’ (I’tidal) 11.tata cara turun kebawah untuk sujud “ disunatkan meletakkan kedua lutut ke lantai sebelum kedua tangan dengan merenggangkannya kening dan hidung 12. tata cara sujud : merapatkan hidung, kening dan kedua talapaktangan ke lantai dengan merenggangkannya dari pinggang kedua tepalak tangan sejajar dengan kedua telinga atau kedua bahu merapatkan jari-jari dan mengahdapkan ujung-ujung jari kearah kiblat 14.bacaan sewaktu sujud 15.duduk diantara dua sujud 16.duduk beristirahat 17. tata tertib duduk waktu tasyahud 18.tasyahud pertama 19.do’a selelah tasyahud akhir dan sebelum salam 20.dizikir dan do’a-do’a setelah memberikan alam 4.SHALAT III A.SUJUD SAHWI (KARENA LUPA) Rasulullah SAW bersabda: “ Jikalau shalat seseorang terlebih atau terkurang, maka hendakl;ah ia sujud dua kali” (H.R. Muslim) Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum salam atau sesudahnya oleh seseorang yang sedang shalat apabila terlupa mengerjakan tasyahud awal, kelebihan raka’at, kekurangan raka’at & ragu-ragu. Cara melakukannya : 1.Sebelumsalam sujud 1 x sambil membaca do’a : “Subhanllaha manlayanamu walayashu” 3 x. 2.Lalu duduk & membaca do’a apa saja 3.Sujud lagi seperti yang pertama 4.Duduk tahiyat akhir & membaca salam. Bila kekurangan sejumlah raka’at maka wajib menambah sejmlah rakaat dulu sejumlah yang kurang, bary melakukan sujud sahwi.
B.SHALAT JAMAAH “Sholat berjamaah itu lenih utama dari sholat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat” (H.R. Bukhari & Muslim). Sholat berjamaah terdiri dari imam & makmumnya. Yang paling berhak menjadi imam adalah : 1.Terpandai dalam bacaan Al-Quran (banyak hafalannya) 2.Bila sama, terpandai dalam hadits Nabi SAW 3.Orang yang menjadi pemimpin di suatu lingkungan (Kepala Keluarga , Ketua RT) Seorang imam hendaknya meringankan dalam sholat fardhu berjama’ah. Makmum wajib mengikuti imam & haram mendahuluinya. Hal ini diteghaskan RasulullahSAW : “ Imam itu diadakan ialah agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya.” (H.R. Bukhari & Muslim) “ Tidakkah kamu takut seandainya mengangkat kepala terdahulu dari imam, bahwa Alloh akan menguibah kepalmu menjadi kepala keledai, & mengubahmu seperti rupa keledai?”(H.R. Jama’ah). Untuk menghindari hal tersebut cara terbaiknya adalah : 1.Tidak bergerak sebelum imam selesai mengucapkan “Allohu Akbar” 2.Tidak bergerak sebelum imam sempurna gerakannya. Sehingga diharapkan makmum tidak menyamai imam, & dapat bergerak serempak dengan makmumlainnya. Imam disunnahkan memerintahkan makmumagar meratakan shaf. Rasulullah bersabda : “ Ratakan shafmu, rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudaramu & tutuplah sela-sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan out memasuki sela-sela itu tak ubahnya anak kambing kecil. (H.R. Ahmad & Thabrani). Dianjurkan shalat di shaf pertama serta shaf sebelah kanan. REFERENSI : Kaderisasi UKKI Unsoed 2002. Silabus Materi PPAI Unsoed 2002 Forum Pendamping PAI MIPA 2002. Silabus Materi PAI MIPA 2002 Dr. Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam Ibnu Taimiyah, Al-Ubudiyah