MENYAMPAIKAN KEBAIKAN Rasulullah SAW bersabda “Sampaikanlah kebaikan atau diam”. Hadits ini mengandung perintah untuk selalu menyampaikan kebaikan dan menyampaikannya dengan baik. Menyampaikan kebaikan dalam hal ini adalah mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukan kebaikan. Dengan bersama-sama melakukan kebaikan maka akan terwujud suatu masyarakat yang damai, sejahtera, dan maju. Suatu kebaikan hendaklah disampaikan dengan cara yang baik. Model penyampaian menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menyampaikan suatu kebaikan. Suatu tujuan akan mengalami disorientasi jika disampaikan dengan cara atau model yang tidak baik, benar, dan tepat. Suatu kebaikan akan mewujud sebagai kebaikan apabila orang yang diberi kebaikan itu percaya bahwa itu adalah suatu kebaikan, menyenangi kebaikan itu, dan mengaplikasikan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Agar suatu kebaikan mewujud menjadi kebaikan maka dalam menyampaikan kebaikan itu harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah kondisi subjek (siapa yang akan diberi pesan) dan kondisi lingkungan. Kondisi subjek meliputi kadar pengetahuan, ekonomi, harga diri, dan emosi. Sedangkan kondisi lingkungan meliputi cuaca dan setting. Dengan memperhatikan kondisi tersebut selanjutnya si penyampai kebaikan memilih, memilah, menyusun kata-kata, dan intonasi yang tepat untuk menyampaikan kebaikan itu kepada subjek. Sebaliknya, jika kebaikan itu disampaikan dengan cara yang tidak tepat maka selain kebaikan itu sulit terwujud, suatu keburukan juga telah menanti. Hal ini karena, ucapan dan perilaku dapat mempengaruhi kondisi psikis dan fisik subjek. Ucapan dan perilaku itu bagaikan obat. Jika dikonsumsi secara tepat dan sesuai dosisnya maka tidak hanya akan menyembuhkan tapi juga menyehatkan. Sebaliknya, jika dikonsumsi tidak sesuai dengan penyakitnya atau tidak sesuai dosisnya maka obat tersebut bukanlah menyembuhkan tapi justru kemungkinan untuk munculnya penyakit yang lain jauh lebih besar bahkan tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kematian. Satu hal yang harus digaris bawahi adalah bahwa subjek itu manusia, dimana diri manusia sekitar 70 persennya adalah air. Penelitian modern yang dilakukan oleh Masaru
Emoto dalam bukunya The Secret Life of Water mengatakan bahwa ucapan dan perilaku itu berpengaruh terhadap air. Air yang telah diberi perlakuan dengan kata-kata ternyata mengalami perubahan. Emoto menggambarkan bahwa air yang diberi pujian molekulnya akan membentuk seperti permata yang indah dan mengkilap. Sedangkan air yang diberi perlakuan berupa cacian molekulnya akan membentuk seperti permata yang jelek dan buram. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tompkinn dan Bird terhadap tumbuhtumbuhan dalam bukunya yang berjudul Secret Life of the Plant mengatakan bahwa ucapan dan perilaku manusia berpengaruh terhadap arah gerak dan tumbuh kembang tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ucapan dan perilaku manusia tidak hanya berpengaruh terhadap manusia saja, tapi juga mempengaruhi kosmos. Sehingga jauh sebelum penelitian ini dilakukan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Orang muslim adalah orang yang masyarakat selamat dari (kejahatan) lisan dan tangannya” (HR. Bukhari). Jadi, kebaikan yang disampaikan dengan ucapan dan perilaku yang baik, benar, dan tepat akan membuat subjek dapat mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu suatu kebaikan, menyenangi kebaikan itu, dan ikhlas mengimplementasikan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kalaupun ternyata dengan cara seperti itu masih tetap kebaikan tersebut tidak mewujud dalam diri subjek, maka hal itu hanyalah kasuistik dan Allah SWT pasti memiliki tujuan yang lain. Sebagaimana kasusnya Abu Jahal, walaupun yang menyampaikan kebaikan itu Nabi Muhammad SAW, namun kenyataannya dia juga tetap dalam kondisi kafir. Kebaikan yang telah mewujud dalam diri setiap subjek atau individu sebagai anggota masyarakat nantinya tidak hanya akan dinikmati oleh dirinya sendiri, namun juga akan menghadirkan suatu masyarakat yang damai, sejahtera, dan maju. Selain itu juga akan menjaga keseimbangan ekosistem. Sebaliknya jika keburukan tetap melekat dalam diri subjek atau individu, maka keburukan individu itu tidak hanya akan merusak dirinya sendiri namun juga akan menjanjikan kehancuran bagi masyarakat dan ekosistemnya. Oleh karena itu, sebagai muslim hendaklah dapat menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik, benar, dan tepat.