Henry.docx

  • Uploaded by: henry
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Henry.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,947
  • Pages: 19
BAB VI A.Sebaran keberagaman budaya nasional 1.pengertian budaya budaya adalah suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang pada sekelompok manusia yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang harus dilakukan, dan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Secara bahasa, kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Buddhaya yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi dimana artinya adalah segala hal yang berhubungan dengan budi dan akal manusia. Dalam hal ini, budaya sangat berkaitan dengan bahasa atau cara berkomunikasi, kebiasaan di suatu daerah atau adat istiadat.

ii.pengertian budaya lokal budaya lokal adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu karena warisan turun-temurun yang dilestarikan.

iii,pengertian budaya nasional Budaya nasional adalah kebudayaan yang berasal dari berbagai kebudayaan di daerah dan diakui sebagai identitas nasional.

Iv,unsur-unsur Budaya 1. Bahasa Suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan. Ada dua bentuk bahasa yaitu lisan dan tulisan. 2. Sistem pengetahuan Unsur ini berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifatsifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, tubuh manusia. 3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial Dimaknai sebagai sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Organisasi sosial meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan. 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi Teknologi di sini dimaknai sebagai jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para anggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam hubungannya dengan pengumpulan bahan-bahan mentah, pemrosesan bahan-bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda material. Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi, alat-alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan serta alat-alat transportasi. 5. Sistem mata pencaharian hidup Ini merupakan segala usaha manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem ekonomi ini meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan. 6. Sistem religi Perpaduan antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal suci dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem ini meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara

7. Kesenian Kesenian dapat dimaknai sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Pemetaan bentuk kesenian dapat terbagi menjadi tiga garis besar, yaitu; seni rupa, seni suara dan seni tari.

B .Kearifan lokal dalam budaya nasional Indonesia 1).Pengertian kearifan lokal dan fungsi Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat peribahasa lagu , dan permainan rakyat. Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.

fungsi kearifan lokal 1. Berfungsi untuk konservasi dan pelesterian sumber daya alam. 2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate 3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji. 4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan. 5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat. 6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian. 7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur. 8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client

2). Bentuk kearifan lokal suku minahasa dalam budaya nasional a.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang pertanian Sektor ini merupakan mata pencaharian pokok masyarakat Minahasa dalam arti bahwa pertanian menempati urutan teratas atau merupakan mayoritas sumber ekonomi masyarakat. Sudah sejak masa sebelum Perang Dunia II berkembang perkebunan rakyat dengan tanaman-tanaman industri, terutama kelapa, cengkeh, kopi, dan pala. Sekarang ini komoditi pertanian lain, yaitu coklat, vanili, jahe putih, dan jambu mente mulai digiatkan secara intensif dengan metode dan teknologi modern. Tanah pertanian – sawah atau ladang

– di Minahasa dimiliki baik oleh perorangan/milik sendiri (pasini) yang diperoleh berdasarkan warisan atau pembelian maupun secara bersama (kalekeran) yang digarap secara mapalus. Sistem bercocok tanam di ladang (uma atau kobong kering) biasanya bersifat menetap dan ditanami jagung sebagai tanaman pokok dan diselingi dengan padi ladang, sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, umbi-umbian dan rempah-rempah.

b.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang falsafah Falsafah Hidup 

Moto keturunan Minahasa adalah: “Si tou timou tumou tou”, artinya ‘Manusia hidup untuk menghidupkan manusia’ Tou: manusia; timou: hidup ; tumou: mengembangkan , merawat, dan mengajar.



“Si Tou Timou Toua”: Pemimpin harus dapat menerapkan pola kepemimpinan sayang menyayangi, baik hati dan saling mengingat kepada sesama manusia.



Premis budaya egalitarian tersebut menunjukkan pula sisi lainnya, yaitu resiprositas yang berwujud gagasan persatuan (maesa-esa’an), ikatan batin (magenang-genangan, mailek-ilekan) dan kerjasama (masawang-sawangan).

c.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang tradisi Salah satu tradisi yang ada pada suku minahasa, yaitu pada tradisi pemakamannya yang unik. Suku Minahasa yang terletak di Sulawesi Utara ini memiliki tradisi pemakaman yang berbeda yaitu dengan meletakkan posisi jenazah ke arah utara dan di tekuk kaki jenazah sehingga tumit kaki menempel pada pantat serta kepala mencium lutut. Sampai saat ini suku Minahasa selalu memjalankan tradisi unik ini, dalam tadisi ini jenazah yang di hadapkan ke utara memberikan unsur simbolik yaitu

menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Setelah itu janazah di kubur dalam sebuah bangunan batu yang bernama waruga. Waruga ini di ambil dari dua kata yaitu Waru dan ruga, waru yang berartikan rumah dan ruga yang memiliki makna badan. Dengan begitu dapat di simpulkan waruga ini adalah tempat badan yang dimana roh dari badan tersebut telah kembali kepada sang Maha Pencipta. Konon katanya mayat yang telah di makamkan di waruga ini akan berubah sendirinya menjadi abu secara alami tanpa ada proses keramasi.

d.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang kepercayaan kepercayaan Minahasa umumnya merupakan konsep tertinggi dari segala aspek kehidupan. Demikian halnnya orang Tompaso dijaman purba meyakini adanya kekuatan supra natural yang berpusat pada satu nama “ Amang Kasuruan Wangko”, yang pasti agama suku ini adalah mengandung unsur monoteisme tidak seperti anggapan orang selama ini. Dalam konsep kepercayaan ini ada tiga unsur keyakinan kekuatan supranatural namun berlainan satu dengan yang lainnya yaitu 1. Amang Kasuruan Wangko bertindak sebagai Tuhan dan pusat dari kepercayaan, 2. Para Tonaas dan Walian yang sudah mati dan diyakini sebagai suatu Roh yang hidup dan sebagai penghubung antara dunia nyata dan dunia akhirat, 3. Reges atau angin yang dianggap sebagai kekuatan nyata yang dapat hadir dan dirasakan manusia meskipun itu berwujud kebaikan dan kejahatan. Amang Kasuruan Wangko dianggap sebagai pencipta seluruh alam dan isinya yang dikenal oleh manusia yang memujanya. Karema yang mewujudkan diri sebagai manusia adalah sebagai penunjuk jalan bagi lumimuut dan merupakan pemimpin agama purba yang pertama bagi suku Minahasa. Para leluhur Minahasa yang pernah hidup ratusan tahun lampau dan memiliki kekuatan lebih dari manusia biasanya dianggap sebagai dewa dewi, semua dewa dewi dinamakan opo.

E.Kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang sumber daya alam SDA Perairan-Danau. Beberapa danau yang terdapat di pedalaman/daratan Minahasa, antara lain D. Linou dan D. Tondano. Khususnya D. Tondano banyak fungsinya bagi kehidupan masyarakat sekitar danau ini, antara lain sebagai sumber usaha perikanan air tawar (Karamba) maupun sebagai sumber pembangkit tenaga listrik yang dieksploitasi oleh PLN untuk dimanfaatkan sebagai energi listrik yang dialirkan ke hampir seluruh wilayah Minahasa (termasuk Kota Manado), dan juga difungsikan untuk kepentingan kepariwisataan yang belum tergarap secara profesional. SDA Perairan-Sungai. Adapun sungai-sungai (S) yang ada di pedalaman/daratan Minahasa, antara lain S. Tondano, S. Nimanga, S. Malalayang, S. Ranoyapo, S. Sawangan, S. Talawaan, S. Likupang, S. Batuputih, S. Girian, S. Paleletan, S. Tawaang, S. Molompar, S. Totok. Seperti halnya fungsi danau, sungai-sungai tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik untuk dijadikan sebagai tempa mandi, tambak ikan (Karamba), maupun dieksploitasi untuk kepentingan galian C (pasir). Kecuali itu, khususnya S. Tondano merupakan sumber daya air utama dijadikan sebagai air bersih oleh Perusahan Air Minum (PT AIR) Kota Manado. Akan tetapi, di sisi lain sungai juga bisa menjadi sumber bencana alam seperti banjir maupun tanah longsor. SDA Air Tanah. Potensi air tanah dangkal di Manado sekitar 525 juta meter kubik/tahun, dan air tanah dalam sekitar 67 juta meter kubik/tahun. Di Bitung, potensi air tanah dangkalnya sekitar 639 juta meter kubik/tahun, dan air tanah dalamnya sekitar 25 juta meter kubik/tahun. Pada umumnya kualitas air tanah bebas cukup baik, kecuali di muara sungai Manado, pantai Wori, Kema, Girian, Likupang, Amurang mengandung air payau/slobar (Wahyuddin 2001) dalam Atlas Sumberdaya Pesisir Manado, Minahasa, Bitung (2002:13). Berdasarkan potensi kuantitas maupun kualitas air tanah di Minahasa, memungkinnya sebagaian besar penduduknya menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih. Hal ini didorong juga kualitas air yang disediakan oleh perusahan air minum setempat (PAM) dianggap ‘buruk’ (kabur). SDA Bahan Galian Tambang. Ada berbagai jenis galian tambang yang ada di Minahasa, yang secara ekonomis telah dimanfaatkan untuk kepentingan eksploitasi perusahan asing maupun masyarakat, yaitu: 1. Emas terdapat di Ratatotok Minahasa Tenggara, yang sejak tahun 1998 dieksploitasi oleh PT Newmot Minahasa Raya (Amerika Serikat). Cadangan tertambang adalah 7,8 juta ton dengan kadar 7,3 g/t Au (Henri 1997) dalam Atlas Sumberdaya Pesisir Manado, Minahasa, Bitung (2002:14); dan terdapat di Likupang Minahasa Utara yang sekarang ini dieksploitasi oleh PT MSN (Australia), tapi kehadiran perusahan tambang emas ini ditolak oleh Gubernur Sulawesi Utara Drs. S.H. Sarundayang. Bahan galian tambang ini, selain dikelola oleh perusahan, terdapat juga penambang-penambang rakyat yang melakukan usaha tambang emas secara tradisional, namun keberadaan penambang rakyat ini kurang perhatikan oleh pemerintah, bahkan kehadiran mereka dianggap sebagai penambang liar alias tanpa izin (PETI). Memang selama ini isu tambang emas telah membawa implilkasi konflik sosial antara pro dan kontra dieksploitasinya SDA tambang ini oleh perusahan asing, di mana pula hal ini dihubungkan dengan dampak ekonomi (kesejahteraan) terhadap masyarakat boleh dibilang relatif kecil. 2. Batu belah selain diperoleh dari lava andesit-basalt, juga bongkah-bongkahandesit dari hasil kegiatan gunung api muda. Penyebarannya terutama di bagian lereng gunung Tumpaan, gunung Tateli dan di daerah Warembungan. 3. Lempung hasil lapukan dari tufa, hasil gunung api muda, dan tufa Tondano berpotensi terdapat di daerah Tikala, Teling, maumbi dan Molas untuk pembuatan batu merah (Tela) dan genteng. Penggalian dilakukan dengan mengupas tanah lapukan tufa, pada bagian lereng-lereng yang landai setebal 2 m. Di bagian lebih rata tebalnya mencapai 3-4 m.

4. Pasir terdapai di sebagaian endapan sungai, dan hasil endapan kegiatan gunung api. Penyebarannya terutama di bagian kaki sekitar G. Klabat, dengan ketebalan sekitar 30 m, sedangkan pasir girian ini belum dimanfaatkan secara optimal. SDA Pesisir (coastal) dan Kelautan (ocean) SDA ini, secara ekonomis juga tergolong sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Selain kawasan pesisir berpotensi untuk dijadikan kawasan pariwisata, juga berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan bisnis-perdagangan (reklamasi pantai Manado). Kecuali itu, pada kawasan lautnya, memiliki potensi budidaya perikanan yang memiliki nilai tambah ekonomi masyarakat maupun pemerintah (PAD), karena terdapat berbagai jenis ikan yang bisa dimanfaatkan baik untuk dikonsumsi maupun dipasarkan. Adapun potensi perikanannya, antara lain ikan Bandeng, ikan Hias, ikan Nila, ikan-ikan laut (cakalang dan tuna), kepiting, kerang mutiara, lobster, rumput laut, teripang dan udang. Mengenai pemasaran hasil perikanan budidaya pada pasal lokal, nasional maupun internasional.

f.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang cerita budaya 1.kisah sigarlaki dan si limbat Bercerita tentang seorang laki-laki yang bernama si garlaki danmajikannya si limbat yang jago menombak dan bersaing dalam menombak Pada suatu saat si limbat menancapkan tombaknya, tiba-tiba Sigarlaki melihat ada seekor babi hutan minum di kolam. Dengan segera ia mengangkat tombaknya dan dilemparkannya ke arah babi hutan itu. Tetapi tombakan itu luput. Dengan demikian seharusnya Si Sigarlaki sudah kalah dengan Si Limbat. Tetapi ia meminta agar pembuktian itu diulang lagi. Dengan berat hati Si Limbat pun akhirnya mengikuti perintah majikannya. Baru saja menancapkan tombaknya di kolam, tiba-tiba kaki Sigarlaki digigit oleh seekor kepiting besar. Iapun menjerit kesakitan dan tidak sengaja mengangkat tombaknya. Dengan demikian akhirnya

Si Limbat yang menang.Ia berhasil membuktikan dirinya tidak mencuri. Sedangkan Sigarlaki karena sembarangan menuduh, terkena hukuman digigit kepiting besar. 2.Ratu adioa

Suatu hari Ratu Wulanwanna menantang keberanian empat sahabatnya untuk membunuh orang tua mereka, "Jika orang tua kita meninggal, uang mereka akan menjadi milik kita!" serunya bahagia. Empat dari lima sekawan itu langsung membunuh orang tua mereka, kecuali Ratu Adioa. Dia / tidak bisa melakukannya, karena ia sangat menyayangi kedua orangtuanya.

Kumpulan Cerita Cerita Rakyat Nusantara Ratu Adioa Dan Empat Sahabatnya

Kisah ini datangnya dari daerah Sulawesi Utara, hiduplah lima orang sahabat yang sangat setia satu sama lain, di antara kelima sahabat itu dua diantaranya bernama Ratu Wulanwanna dan Ratu Adioa. Ratu Adioa berpikir keras untuk menyelamatkan orang tuanya. Akhirnya, ia sembunyikan ayah dan ibunya di sebuah gua yang tak seorang pun tahu. Suatu ketika, datanglah tiga kapal asing membawa harta karun ke desa mereka. Pemilik kapal itu menantang para penduduk untuk menjawab teka- teki yang ia berikan, jika teka-teki itu berhasil dijawab dengan benar maka bahwa ia akan memberikan kapalnya.

g. kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang petuah 1. Petuah adalah keputusan atau pendapat (tentang masalah agama Islam) bisa disebut fatwa . 2. nasihat orang alim atau pelajaran (nasihat) yg baik dari orang yang berpengalaman . Ber·petuah = memberi petuah (nasihat) . Me·me·tu·ah·kan = memberikan petuah atau menasihatkan PA -LUKUT-AN Pa-lukut-an adalah istilah untuk orang sakti yang memiliki talenta istimewa, bahkan dipilih oleh Amang Ka-suru-an, Roh-roh serta Jiwa- jiwa dan para Apo’-apo’ yang sudah hidup di Ka-senduk-an , untuk dijadikan sebagai terminal perantara, medium atau tempat perhentian atau berdiam sementara serta sarana komunikasi untuk penyaluran dan penyampaian pesan - pesan dan petunjuk serta perintah atau maksud - maksud tertentu dari Amang Kasuru-an, Roh - roh, Jiwa – jiwa serta para Apo’ - Apo’. Orang - orang yang menjadi terminal komunikasi antara Amang Ka-suruan, Roh-Roh dan Apo’- apo’ dengan manusia adalah para Wali’an , Tona’as atau orang sakti yang terpilih atau memiliki talenta sebagai PA-LUKUT-AN (tempat untuk duduk atau berdiam). Biasanya kedatangan Amang Ka-suru-an, Roh-roh atau Jiwa -jiwa atau Apo’- apo’ adalah secara spontan atau tiba - tiba tanpa ada tanda - tanda atau pemberitahuan sebelumnya , tetapi seringkali juga dipanggil oleh para Wali’an atau Tona’as apabila ada sesuatu hal yang sangat penting atau sangat mendesak untuk segera diselesaikan . Pemanggilan Amang Ka-suru-an, Roh - roh dan Jiwa-jiwa atau Apo’- apo’ dilakukan dengan upacara ritual sesuai dengan kebiasaan dan adat istiadat para leluhur. Amang Ka-suru-an, Roh- roh atau Jiwa- jiwa atau Apo’-apo’ yang datang lu-mukut pada orang sakti akan masuk secara gaib dalam sukma dari si pa-lukut-an. Setelahl masuk dan merasuk jiwa dan sukma si pal-ukut-an , maka si pa-lukut-an pun memperlihatkan hal- hal yang aneh karena kesurupan , sambil melompat- melompat atau menari -menari atau berlenggang lenggok serta gemetaran , ia komat kamit dan mulai berkata- kata dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh orang sakti atau orang pintar. Pesan serta petunjuk yang disampaikan dalam bahasa rahasia atau bahasa isyarat diterjemahkan oleh orang sakti atau orang pintar yang mengerti serta tahu menerjemahkan.

Dalam keadaan istimewa, bahasa yang keluar dari mulut Pa-lukut-an, dapat dimengerti oleh semua orang. PA-TEKA’AN Pa-teka’an adalah istilah untuk orang sakti yang didatangi oleh Amang Ka-suru-an, Roh -roh atau Jiwa-jiwa serta Apo’-apo’ yang seakan - akan hinggap atau mampir dan menggunakan orang yang dihinggapi sebagai perantara untuk menyampaikan maksud kepada yang dituju (sifatnya hampir sama dengan pa-lukut-an, tetapi bedanya terletak pada waktu dan frekwensi terjadinya “‘teka’an” itu tidak tetap dan “teka’an” itu dapat berlaku pada siapa saja yamg mau didatangi oleh Amang Ka-suru-an, Roh-roh atau Jiwa-jiwa atau Apo’-apo. Bahasa yang biasanya digunakan oleh Amang Ka-suru-an, Roh -roh atau Jiwa-jiwa serta Apo’-apo’ yang “tumeka’” adalah bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. PA-TEKA’AN secara harafia artinya (tempat berhinggap). KI-NE’KEP

Artinya “dipeluk” dan diartikan juga kedatangan atau kesurupan makluk halus atau roh atau jiwa dari seseorang yang sudah meniggal. Mahluk halus atau roh atau jiwa yang datang itu masuk kepada siapapun yang ingin didatangi atau dipegang atau di peluk oleh roh atau jiwa itu, walaupun yang bersangkutan tidak menginginkannya. Adapun makhluk halus atau roh atau jiwa yang masuk dalam tubuh orang yang didatangi, biasanya ingin menyampaikan keinginan atau keluhan atau perhatian atau pelalyanan, bahkan permintaan balas dendam, atau sesajen, serta perlakuan istimewa bagi arwah atau pusaranya. MEDIUM Medium adalah upacara ritual untuk mengundang arwah atau jiwa yang sudah meninggal. Perlengkapan yang harus disediakan a.l. tepung, lilin, kemenyan, sirih, pinang, sesajen, koro’bar, dll. MA-UBAT Ma-ubat adalah panggilan untuk dukun yang dapat menyembuhkan penyakit luar dalam.

MA-ALAB Ma-alab adalah sebutan untuk dukun yang ahli menyingkirkan atau menghilangkan gangguan roh-roh jahat, dengan cara mengambil racun atau penyakit yang dikirim dalam tubuh manusia oleh roh jahat dengan cara-cara mistik dan gaib, maupun gerakan-gerakan dan sentuhan jamahan yang aneh serta komat-kamit bahasa rahasia. MA-LEME’ Ma-leme’ adalah orang yang memiliki keahlian untuk mengobati penyakit rohani dan jasmani, lahir dan bathin, pengobatan dilakukan dengan tindakan serta gerakan-gerakan ritual, mistik dan gaib, maupun mantera dan komat kamit dengan bahasa rahasia . MA-URU Ma-uru adalah sebutan untuk ahli pijat tradisional yang dapat menyembuhkan sakit keseleo, pata tulang , sakit otot dll. Dengan cara memijat sambil menggunakan minyak khusus untuk urut dan pijat. MA-ANGKAY Ma-angkay adalah dukun yang ahli menyingkirkan dan menghilangkan penyakit atau racun yang dikirim orang didalam tubuh manusia atau rumah serta tempat tertentu termasuk kebun, peralatan atau benda apapun , dengan cara mistik dan gaib. PA-SA’KET-AN Pa-sa’ket-an artinya “kiasan” , pelampiasan atau perbuatan seakan - akan melakukan sesuatu yang sebenarnya, tetapi sebenarnya hanya sebagai ungkapan, kiasan atau pelampiasan. Contoh : Bila seseorang digigit oleh ular berbisa “ka-luma’an” di bagian tangannya, maka seharusnya tangannya harus dipotong supaya racun tidak menjalar kebagian tubuh lainnya, tetapi dengan melakukan “su-ma-ket” mengambil sepotong kayu atau bambu, lalu bambu atau

kayu tersebut dipotong seakan-akan tangan yang dipotong dengan menggunakan mantera atau bahasa doa rahasia yang khusus digunakan untuk su-ma’ket, maka racun tidak akan menjalar kebagian tubuh yang lain. Bambu dan kayu yang digunakan disebut “si-na’ket-an”, dijadikan “pa-sa’ket-an”. TA-WA’ANG Ta-wa’ang adalah sejenis tanaman yang digunakan sebagai sipat tanah atau kebun atau halaman. Menurut kepercayaan orang Kiowa , ta-wa’ang digunakan oleh Tu’ur e Tuama, sebagai tanda ikatan cinta kasih dengan Amut e We-wene. SARAW Saraw adalah sejenis tanaman yang batangnya menyerupai rotan dan dapat digunakan sebagai . Orang Kyowa percaya bahwa saraw digunakan oleh Amut e We-wene sebagai tanda ikatan cinta dan kasih dengan Tu’ur e Tuama. MA-TENGA’ Ma-tenga’ atau makan sirih pinang adalah adat kebiasaan leluhur yang dijadikan sebagai pelengkap dalam suatu acara menjamu seorang tamu, pesta, kenduri dan acara ritual maupun adat. TENGA’ Tenga’ atau pinang adalah pelengkap keperluan upacara ritual dan digunakan juga oleh dukun sebagai bagian sesajen. LALAY LALAY sejenis tumbuhan dengan buah untuk keperluan TU-MENGA’ serta keperluan ritual dan obat-obatan. KO-RO’BAR Ko-ro’bar adalah pelepah mudah daun pinang yang digunakan sebagai . Ko-ro’bar juga digunakan sebagai pembungkus atau dijadikan sarung untuk keperluan pengisian obat atau makanan dll. APU Apu adalah sejenis kapur putih yang dibuat dari bia atau kerang dan digunakan sebagai . KERI’IT Keri’it atau jahe ada dua jenis: yaitu KERI’IT REINDANG dan KERI’IT KULO’. - Keri’it digunakan untuk obat dan rempah-rempah, wangi-wangian serta keperluan ritual. - Keri’it kulo’ digunakan pula untuk keperluan dan kebutuhan lainnya, antara lain obat batuk. SUKUR Sukur sejenis jahe yang digunakan untuk obat terutama sebagai penangkal angin jahat atau pengusir racun dan penyakit apapun, antara lain obat perut, keperluan ritual dll. WOWANG

Wowang atau bawang putih digunakan untuk obat-obatan, bau-bauan dan keperluan ritual. SOLO Solo atau minyak dibuat dari santan kelapa atau beberapa jenis buah atau tanaman yang mengeluarkan minyak . Solo digunakan untuk obat-obatan, lampu penerangan, minyak goreng, masakan dan keperluan ritual dan kebutuhan lainnya. RANO Rano atau air digunakan untuk diminum baik untuk pelepas dahaga, juga untuk obat penyembuh penyakit, kebersihan, mandi, masakan, keperluan ritual dan kebutuhan lainnya. RU’I Ru’i atau tulang binatang apapun dijadikan ramuan obat dan keperluan ritual. AMUT Amut atau akar tanaman, pohon atau rumput dijadikan “pa-kerut-en” untuk ramuan obat dan keperluan ritual. TE-TEMBUR Te-tembut atau kemenyan dijadikan pengusir jin atau setan serta roh-roh jahat dan keperluan ritual. SA’KETA/JARAK Sa’keta dijadikan penangkal racun, menghancurkan dan melenyapkan kekebalan musuh hanya dengan , pemagar halaman supaya tidak dimasuki iblis atau roh jahat, dijadikan obat untuk bermacam-macam penyakit serta pa-sa’ket-an serta kebutuhan lainnya termasuk ritual TURI Turi dijadikan pelembab dan obat untuk orang yang baru bersalin serta keperluan ritual.

H.Kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang sastra Sastra (Sanskerta: शशशशशशश, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śāsyang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekadar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.

Upacara Masambo

Masambo adalah bentuk kesenian etnis Minahasa pada masa lampau yang berhubungan dengan nilai-nilai religi dan ilmu pengetahuan masyarakat Minahasa. Secara harfiah, istilah masambo artinya meminta. Masambo adalah bentuk kesusastraan suci dalam tradisi Minahasa.[1] Masambo memiliki perbedaan versi di tiap sub-suku Minahasa. Isi dari masambo adalah doa permohonan kepada yang berkuasa agar tetap memelihara, menjaga, memberkati, memberikan restu, meminta rejeki, dan sebagainya untuk hal-hal yang berhubungan dengan pertanian, perkawinan, memiliki rumah baru, kelahiran, kematian dan aktivitas-aktivitas yang menyangkut daur hidup. Selain itu isinya juga mengandung nasihat-nasihat atau anjuran-anjuran yang harus diperhatikan sebagai pedoman hidup. Syair-syair masambo biasanya dinyanyikan menurut irama tertentu. Model-model kesenian masa lampau, misalnya lagu-lagu atau tarian adalah sebuah kesatuan dalam acara ritual dan merupakan bentuk doa permohonan dalam ritus menempati rumah baru, kebun baru, penolak bala bahkan ritual-ritual dalam bidang pertanian. Jadi, masambo merupakan bentuk kesenian merupakan suatu model kesusasteraan suci.[2]

Pemanjatan rasa syukur Menurut tradisi masyarakat Minahasa di Manado, memanjatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa merupakan hal yang wajib dilakukan, terutama setelah panen. Prosesi ucapan syukur biasanya dihubungkan dengan prosesi keagamaan. Kesenian musik Kolintang Disajikan dalam bentuk orkes dan biasanya sudah diajarkan sedini mungkin saat anak-anak masih duduk di bangku sekolah. Alat musik kolintang asli Manado terbuat dari kayu belar yang juga sering disebut sebagai wunut, kemudian seiring dengan perkembangan zaman, kolintang terbuat dari kayu cempaka. Kegiatan Mapalus Adalah sistem tradisional orang Minahasa berbentuk gotong royong dengan prosedur kerjasama secara bergiliran oleh tiap-tiap anggota untuk kepentingan bersama. Kegiatan mapalus merupakan kesadaran bersama untuk berkarya, berpikir, dan lain-lain. Upacara Toki Pintu

Yaitu upacara adat untuk pernikahan suku Minahasa yang mayoritas memeluk agama Kristen Protestan. Acara dilakukan dengan makan malam dan acara kebaktian. Toki Pintu sendiri berisi antar harta hingga prosesi upacara adat yang dirangkai dalam satu hari pelaksanaan. Tari Cakalele/Kabasaran Merupakan tarian yang meniru perilaku yang dilakukan para leluhur ketika melawan musuh dan diperagakan melalui tarian. Tari Cakalele adalah sebuah kesenian orang Minahasa yang secara tradisional sering dimainkan warga

i.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang mitos masyarakat Mit“Tidak boleh cari kutu malam-malam, nanti malah banyak setan.” Maklum saja, dulu belum banyak penerangan lampu. Zaman sekarang tidak usah dicari, rutin pakai sampo saja, kutunya hilang dari kepala. “Tidak boleh pakai payung dalam rumah, nanti jadi pendek.” “Kalau lagi di hutan, jangan pukul-pukul atau tebang pohon sembarangan, nanti setannya bisa kena pukul atau kepotong.” Mitos yang ini setuju, biar hutan kita tak gundul. “Perempuan bersuami tidak boleh berkaca di cermin retak, nanti cepat jadi janda.” “Istri tidak boleh keramas pakai kelapa cukur saat sore hari, nanti suaminya cepat tua.” Dslam keseharian, masih banyak mitos dalam masyarakat, tinggal dari kita mengambil hikmah positifnya saja, mau percaya atau tidak, yang jelas mitos salah satu bagian dari budaya peradaban kita.

os adalah dongeng atau cerita yang berkisahkan kejadian di masa yang lalu memiliki

j.kearifan lokal masyarakat suku minahasa dalam bidang seni,arsitektur,rumah adat Rumah Adat Sulawesi Utara Adapun bila kita berbicara mengenai ikon budaya Provinsi Sulawesi Utara, maka yang paling sering diangkat di kancah nasional adalah budaya suku Minahasa. Termasuk dalam hal ini adalah ketika kita berbicara tentang rumah adat Sulawesi Utara.

Desain bangunan yang telah ditetapkan secara resmi menjadi desain rumah adat Sulawesi Utara . Desain ini adalah desain rumah adat bagi penduduk Minahasa. Walewangko atau juga bisa disebut rumah Pewaris memiliki beberapa keunikan dan ciri khas tersendiri baik dari segei arsitektur, maupun struktur bangunannya. Nah, di kesempatan ini kami akan mengulas keunikan-keunikan tersebut sebagai referensi bagi Anda. Bila Anda tertarik, silakan simak pembahasan berikut ini.

1. Arsitektur dan Struktur Rumah Sama seperti kebanyakan rumah tradisional di Sulawesi, rumah adat Walewangko juga berstruktur panggung dan terbuat dari material yang berasal dari alam. Kayu-kayuan digunakan untuk bagian tiang, lantai, dinding, dan perlengkapan rumah lainnya. Sementara atapnya menggunakan bahan daun rumbia, meskipun belakangan bahan dari seng atau genting tanah lebih sering digunakan. Struktur tiang pada rumah adat Sulawesi Utara ini memungkinkan adanya tangga yang berfungsi sebagai jalan masuk seseorang yang hendak naik ke atas rumah. Terdapat 2 tangga pada rumah adat Minahasa ini, satu terletak di kiri, dan satu lagi terletak di kanan rumah secara simetris. Secara keseluruhan, desain rumah Walewangko bisa dikatakan sudah seperti desain rumah modern. Sistem sirkulasi udara yang dimiliki dengan adanya jendela dan ventilasi dalam jumlah banyak memungkinkan rumah adat ini begitu nyaman untuk dihuni.

2. Fungsi Rumah Adat Selain berfungsi sebagai ikon budaya masyarakat suku Minahasa, rumah adat Sulawesi Utara ini pada masa silam juga berfungsi sebagai tempat tinggal tetua adat. Untuk menunjang fungsi praktis tersebut, rumah ini dibagi ke dalam beberapa bagian ruang utama, yaitu yang disebut Lesar, Sekey, dan Pores. Lesar atau bagian depan adalah ruangan yang digunakan para tetua adat dan kepala suku saat hendak memberikan wejangan atau maklumat pada para warga. Bagian ini bisa juga disebut

teras atau beranda karena tidak dilengkapi dinding sehinggga dapat pula digunakan sebagai tempat bersantai atau mengobrol sesama anggota keluarga dan tetangga. Sekey atau serambi depan. Berbeda dengan Lesar yang tanpa dinding, sekey justru dilengkapi dengan dinding tertutup yang terbuat dari kayu. Letaknya persis berada di depan pintu masuk setelah kita melewati Lesar. Fungsi ruangan ini adalah untuk menerima tamu, mengadakan musyawarah, atau untuk tempat digelarnya upacara adat. Menilik fungsi tersebut sudah semestinya kita akan menemukan beragam hiasan dan pajangan etnik suku Minahasa di ruangan ini. Pores. Ruangan ini adalah ruangan yang akan kita masuki setelah melewati Sekey. Ruangan ini digunakan untuk menerima kerabat dekat dan tempat bercengkrama bersama keluarga. Pada saat ada hajat atau acara adat, ruangan ini digunakan para ibu-ibu untuk berkumpul sementara para pria duduk di ruang Sekey. Ruang ini juga menjadi penghubung langsung dengan beberapa ruang lainnya seperti dapur di bagian belakang, tempat makan, dan kamar tidur.

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofi Terdapat beberapa ciri khas yang dimiliki rumah adat Sulawesi Utara khas suku Minahasa ini yang membedakannya dengan rumah adat lain dari suku-suku yang ada di Nusantara. Beberapa ciri khas tersebut terletak pada desainnya yang simetris dari tampak depan, adanya 2 tangga sebagai pintu masuk yang arahnya saling berlawanan, serta adanya pagar berukir yang mengelilingi ruang serambi depan. Nah, demikianlah yang dapat kami sampaikan tentang rumah adat Walewangko atau rumah adat Pewaris khas Suku Minahasa di Sulawesi Utara. Semoga ulasan rumah adat Sulawesi Utara ini bermanfaat terutama bagi Anda yang ingin mengenali lebih budaya bangsa yang diwariskan nenek moyang kita.

K.sistem kekerabatan suku minahasa Orang Minahasa memegang prinsip keturunan secara bilateral, atau memperhitungkan hubungan kekerabatan baik dari pihak laki-laki maupun perempuan, dengan jangkauan kekerabatannya umumnya hanya sampai generasi ketiga. Dalam memilih jodoh, penelusuran asal-usul biasa dilakukan, untuk memastikan muda-mudi yang hendak terlibat pernikahan berada di luar jangkauan kekerabatan tiga generasi tersebut.

Setelah menikah, pasangan suami-istri bebas menentukan tempat tinggalnya, baik itu di lingkungan sang Istri atau suami. Di Minahasa, keluarga inti (saanakan) dapat terdiri dari: suami-istri ditambah anak-anak kandung (yang belum menikah); dapat pula terdiri dari suami-istri ditambah anak kandung, anak tiri, atau anak angkat; janda/duda, dengan anak-anak, baik anak kandung, anak tiri, maupun anak angkat; suami-istri yang tidak mempunyai anak; atau dapat pula janda/duda yang hidup sendiri. Dalam satu rumah, ada kalanya terdiri lebih dari satu keluarga inti,karena terkadang ada saja anak-menantu yang baru menikah, masih mentap satu atap dan satu dapur bersama orang tua mereka, atau terkadang ada juga saudara lainnya yang masih menumpang, seperti keluarga adik, keluarga kakak, dan lain sebagainya. Pada tipe keluarga luas seperti ini, budaya gotong royong biasanya lebih kuat, seperti bekerja di ladang yang sama. Dalam sistim kekerabatan orang Minahasa, dikenal konsep klen kecil yang disebut taranak. Setiap taranak dipimpin oleh seorang tua unta ranak, yakni laki-laki yang dianggap tertua dalam keluarga. Beberapa hal yang menonjol dari konsep taranakdi Minahasa adalah pada bidang warisan, kematian, perkawinan, dan pemilihan kepala desa yang disebut Hukumtua. Dalam pembagian warisan, tanah warisan disebut sebagai kelakeran (milik banyak orang). Tanah klakeran bisa dibagikan kepada ahli waris untuk dikelola sendiri-sendiri, atau jika luas tanah tidak mencukupi untuk dibagikan, maka akan dikelola secara bergantian dengan siklus satu tahunan atau biasa disebut tanah kalakeran pataunen (milik bersama yang dipakai bergiliran per tahun). Menyangkut urusan kematian, selain tolong-menolong dalam bentuk tenaga dan materi untuk anggota kerabat yang meninggal, taranak juga mengenal konsep kuburan famili (kerabat) dalam lingkup klen kecil, yang biasanya dinamai dengan nama keluarga nenek moyang mereka, sebagai contohnya adalah kuburan famili Lapisan, kuburan famili Woraang, dan kuburan famili Warouw. Konsep gotong royong yang serupa juga tercermin dalam penyelenggaraan pernikahan.

Sementara dalam hal pemilihan kepala desa atau Hukumtua, biasanya terjadi persaingan antar taranak, di mana taranak yang jumlah anggotanya lebih banyak akan lebih mudah untuk meraih kemenangan ketika ada salah satu anggota mereka yang mencalonkan diri.

Keberagaman Budaya sebagai identitas Nasional DOMINGGOS HASIBUAN (SULAWESI UTARA)

More Documents from "henry"