PEMBIMBING : Bapak H. Muhammad basri
ALKOHOLISME
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
1. 2. 3. 4. 5. 6.
NURFADILLAH (NH0110312) NURHAFIFAH (NH0110313) NURHIDAYAH (NH0110314) NURHIDAYAH LAKA (NH0110315) NURHIKMAH (NH0110316) NURJUMIATI (NH0110317)
7. NURLENA (NH0110318) 8. NURMIYANTI (NH0110319) 9. NURREZKIANI (NH0110320) 10. NURSARINA (NH0110321) 11. NURSATRIANI H.B (NH0110322)
STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2010/2011
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan puja syukur ke hadirat ALLAH SWT karena atas petunjuk dan hidayatnya, akhirnya makalah dengan judul “REGURGITASI KATUP MITRAL” ini dapat diselesaikan walaupun masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena sesungguhnya manusia itu tak pernah luput dari kesalahan. Makalah yang saya susun ini dengan tujuan agar teman-teman tahu tentang apa yang dimaksud dengan Regurgitasi Katup Mitral, dan dengan pembahasan makalah ini juga kita semua dapat mengetahui serta mempelajarinya lebih mendalam dan menjadi suatu pengetahuan bagi kita semua. Saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah memberikan tugas kepada saya, karena dengan tugas inilah saya dapat belajar dan mungkin lebih giat dan semangat untuk melakukan tugas ini agar dapat terselesaikan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat terselesaikan semata-mata karena pertolongan ALLAH SWT, Semoga apa yang disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Akhir kata Wassalamualaikum wr,wb.
Penyusun
Febrina
DAFTAR ISI Kata Pengantar
……………………………………………………………i
Daftar Isi
……………………………………………………………ii
BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan
…………………………………………………………… ……………………………………………………………
BAB II. Pembahasan A. B. C. D.
Pokok Permasalahan Faktor Penyebab Penanganan Masalah Pihak-pihak yang dilibatkan
…………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… ……………………………………………………………
BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
…………………………………………………………… ……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia yang kompetitif dewasa ini, yang hidup hingga harapan layak merupakan penyebab penderitaan bagi banyak orang. Pemuda mengalah dengan tantangan dan tekanan duniawi dan percobaan dengan alkohol dan obat-obatan. Alkoholisme dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti sirosis hati, disfungsi ginjal, penyakit jantung, sindrom alkohol pada janin dan gangguan lain organ-organ tubuh, sistem saraf pusat dan kode genetik. Konsekuensi dari penyalahgunaan alkohol melampaui rezim masalah medis. Kehilangan kontrol diri adalah fitur utama penyalahgunaan alkohol. Akibatnya, penyalahgunaan alkohol memberikan jalan untuk masalah-masalah terkait seperti kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, penyalahgunaan fisik anggota keluarga dan luka-luka akibat perbuatan sendiri. Pengobatan terbaik datang dalam bentuk suku dan masyarakat pribumi terpadu mengambil inisiatif untuk menaklukkan pelecehan. Sekutu dalam menyebabkan ini termasuk orang tua dan keluarga, personil sekolah, penyedia layanan sosial, dan fisik dan mental penyedia layanan kesehatan. Di samping itu, pengadilan, penegakan hukum dan pemerintahan suku personil dapat memberikan bantuan yang berharga juga. The muncul sikap optimisme juga telah mengambil upaya ke depan. Keyakinan bahwa sukses adalah mungkin membuka jalan untuk menolak penyalahgunaan. Warisan suku, tradisi dan nilainilai spiritual juga diakui sebagai tambahan sumber daya vital. Perasaan kesukuan seseorang kebanggaan dan persatuan perlu ditularkan. Tradisi dan nilai-nilai ini harus diungkapkan untuk menanamkan rasa harga diri yang positif dan memperkuat perjuangan melawan penyalahgunaan alkohol. Alkoholisme bukan kemunduran suatu individu tetapi melibatkan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Bahkan, ia memiliki potensi untuk menelan generasi. Sangat secara bertahap, pengguna alkohol menjadi pelaku alkohol. Setelah itu, persepsi realitas mulai berubah dan individu menjadi budak terhadap pelecehan dan dikelilingi oleh perasaan putus asa dan putus asa. B. Tujuan - Untuk mengetahui apa itu Alkoholisme - Untuk mengetahui Bahaya yang ada pada Alkoholisme
- Untuk mengetahui Penyebab dan Gejala serta Pengobatan pada Alkoholisme - Serta kita dapat memahami dan menghindari Alkoholisme
BAB II PEMBAHASAN A. Pokok Permasalahan
Alkoholisme adalah simtoma klinis yang ditandai dengan kecenderungan untuk meminum alkohol lebih dari pada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan kebiasaan minum minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.
Paparan kronis terhadap etanol, senyawa organik yang terdapat di dalam alkohol, akan merusak mitokondria hepatosit dengan meningkatkan reaksi oksidasi terhadap DNA yang terdapat di dalam mitokondria, yang kemudian berpengaruh pada respirasi selular pada rantai pernafasan beserta respirasomnya. Disamping itu, etanol juga menginduksi pembentukan ROS dan stres oksidatif.
"Alkohol adalah sebuah molekul sangat kecil yang dapat terangkut
dalam aliran darah, dan tidak seperti obat-obat lain, ukurannya begitu kecil sehingga
dapat
masuk
ke dalam
setiap
sel. Karena
itu
kemampuannya untuk mendatangkan bahaya dan kerusakan tak pernah berakhir," kata Sheila Blume, M.D, direktur medis program penanggulangan alkoholime New York, Amerika Serikat. Di bawah ini gambar dari minuman akohol:
Para peneliti tahu bahwa penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan kerusakan sangat parah pada berbagai organ, tetapi minum alkohol secara berlebihan tidak memberikan dampak yang sama pada setiap orang. Resiko penggunan alkohol Alkohol dapat mempengaruhi kerja tubuh dan pikiran. Pengaruh alcohol sangat berbahaya, tidak hanya dari segi kesehatan, tetapi alcohol juga akan menganggu pertumbuhan, menambah kondisi stress, melambankan aktivitas dan dapat mengubah emosi. Konsumsi alcohol yang berkepanjangan dapat menghambat liver untuk memproduksi enzim yang diperlukan dalam proses pencernaan, merusak kemampuan tubuh dalam menyerap protein dan lemak, nutris esensial serta vitamin A,D,E,K. Toksin yang dihasilkan oleh alcohol mempunyai efek yang sangat berbahaya liver akan mengalamai perlemakan, kemudian berkembang menjadi hepatitis dan biasanya akan berakibat fatal yaitu sirosis. Selain itu organ lain seperti pancreas, otak dan system syaraf pusat perlahan akan dirusak tanpa menimbulkan rasa sakit. Wanita hamil yang alkoholisme dapat melahirkan bayi yang abnormal dan keterbelakangan mental.
Saran : Vitamin C dosis tinggi juga dibutuhkan untuk menangkal efek radikal dari alcohol dan menekan efek stress dan emosional penderita. Yang terpenting, bersamaan dengan itu penderita harus belajar menurunkan dosis alcohol secara perlahan sampai berhenti sama sekali sehingga ketergantungan alcohol dapat diatasi. Menurut Atkinson penderita alkoholisme umumnya melewati empat tahap yang meliputi : Pra Alkoholik, Prodormal, Gawat, Koronis a.PraAlkoholik Pada tahap ini individu minum-minum bersama-sama teman sebayanya dan terkadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan melupakan masalah yang dialaminya.
b.Prodormal Pada tahap ini individu minum secara sembunyi-sembunyi. Ia masih tetap sadar dan relatif koheren tetapi kemudian tidak lagi dapat mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialaminya. c.Gawat Pada tahap ini semua kendali hilang. Penderita akan minum dan melanjutkannya sampai pingsan atau sakit. d.Kronis Pada tahap ini hidup penderita hanya untuk minum, minum terus-menerus tanpa berhenti. Kondisi tubuhnya sudah terbiasa dengan alkohol, sehingga ia mengalami gejala-gejala penarikan diri tanpa alkohol dan gejala-gejala gangguan fisiologis.
Adapun gejala yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari alkoholisme yaitu 1. Kadar asam urat yg rendah Anemia, cacat lahir 2. Kadar niasin yg rendah Pellagra (kerusakan kulit,diare, depresi) 3. Kerongkongan Peradangan (esofagitis, kanker 4. Lambung Peradangan (gastritis), ulkus 5. Hati Peradangan (hepatitis), sirosis, kanker 6. Pankreas Peradangan (pankreatitis), kadar gula darah rendah, kanker 7. Jantung Denyut jantung abnormal (aritmia, gagal jantung 8. Pembuluh darah Tekanan darah tinggi, aterosklerosis, stroke 9. Otak Kebingungan, berkurangnya koordinasi, ingatan jangka pendek yg buruk, psikosa Saraf 10. Berkurangnya kemampuan untuk berjalan (kerusakan saraf di lengan dan tungkai yg mengendalikan pergerakan Selain gejala dalam jangka panjang, adapula gejala ringan meliputi gemetar, lemah, berkeringat dan mual. Beberapa pecandu mengalami kejang (diseburt epilepsi alkoholisme). Peminum berat yang berhenti minum bisa mengalami halusinasi alkohol. Mereka mengalami halusinasi dan mendengar suara-suara yang tampaknya menuduh dan
mengancam, menyebabkan ketakutan dan teror. Halusinasi alkohol bisa berlangsung berhari-hari
dan
dapat
dikendalikan
dengan
obat-obatan
anti-psikosa
(seperti
klorpromazin atau tioridazin). Jika tidak diobati, gejala putus alkohol dapat menyebabkan sekumpulan gejala yang lebih serius yang disebut Delirium Tremens (DTs). DTs biasanya tidak segera terjadi, tetapi muncul sekitar 2-10 hari setelah berhenti minum. Pada DTs, pecandu pada awalnya merasakan cemas, kemudian terjadi kebingungan, sulit tidur, mimpi buruk, keringat berlebihan dan depresi berat. Denyut nadi cenderung menjadi lebih cepat. Bisa terjadi demam. Episode ini bisa meningkat menjadi halusinasi, ilusi yang menimbulkan rasa takut dan gelisah dan disorientasi terhadap halusinasi lihat yang menimbulkan teror. Benda
yang
terlihat
dalam
cahaya
terang
menimbulkan
rasa
takut.
Pada akhirnya, penderita menjadi sangat kebingungan dan mengalami disorientasi berat.
Penderita DTs kadang merasa lantai bergerak, dinding roboh dan ruangan berputar. Tangan menjadi gemetar yang kadang menjalar ke kepala dan seluruh tubuh, dan sebagian besar penderita menjadi sangat tidak terkoordinasi. DTs bisa berakibat fatal, apalagi jika tidak diobat. Masalah lainnya secara langsung berhubungan dengan efek racun dari alkohol terhadap otak dan hati. Kerusakan hati karena alkohol menyebabkan hati tidak mampu membuang bahan-bahan racun dari dalam tubuh sehingga menyebabkan koma hepatikum. Pecandu yang mengalami koma hepatikum, tampak mengantuk, setengah sadar dan kebingungan, dan biasanya tangannya gemetar. Koma hepatikum bisa berakibat fatal dan harus segera diobati Sindroma Korsakoff (Psikosa Amnesik Korsakoff) biasanya terjadi pada pecandu yang meminum sejumlah besar alkohol secara rutin, terutama yang mengalami malnutrisi (kurang gizi) dan kekurangan vitamin B (terutama tiamin). Penderita mengalami kehilangan ingatan jangka pendeknya. Ingatannya sangat buruk sehingga penderita sering mengarang-ngarang cerita untuk
menutupi kemampuan
ingatnnya yang berkurang. Sindroma Korsakoff kadang terjadi setelah serangan DTs.
Efek biologis Alkohol dengan cepat diserap dari usus halus ke dalam peredaran darah.
Penyerapan alkohol terjadi lebih cepat dibandingkan metabolisme dan pembuangannya dari tubuh,
sehingga
kadar
alkohol
dalam
darah meningkat
dengan cepat.
Sejumlah kecil alkohol dalam darah dibuang ke dalam air kemih, keringat dan udara pernafasan. Sebagian besar alkohol dimetabolisme di hati dan menghasilkan sekitar 210 kalori/100 gram (7 kalori per mililiter) dari alkohol murni yang diminum. Alkohol segera menekan fungsi otak; seberapa beratnya tergantung kepada kadarnya di dalam darah; semakin tinggi kadarnya, semakin berat gangguan yang terjadi. Kadar alkohol dapat diukur dalam darah atau dapat diperkirakan dengan mengukur jumlahnya dalam contoh udara yang dihembuskan. Penggunaan alkohol jangka jumlah yang berlebihan bisa merusak berbagai organ di tubuh, terutama hati, otak dan jantung. Alkohol cenderung menyebabkan toleransi, sehingga seseorang yang secara teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol/hari, bisa mengkonsumsi alkohol lebih banyak daripada non-alkoholik, tanpa mengalami intoksikasi. Pecandu alkohol juga dapat menjadi toleransi terhadap obat-obatan anti-depresi lainnya. Sebagai contoh, pecandu yang minum barbiturat/benzodiazepin biasanya membutuhkan dosis yang lebih besar untuk memperoleh efek pengobatannya. Toleransi tampaknya tidak merubah cara metabolisme atau pembuangan alkohol. Alkohol bahkan menyebabkan otak dan jaringan lainnya menyesuaikan diri dengan kehadiran alkohol. Bila seorang pecandu tiba-tiba berhenti minum, akan terjadi gejala putus obat. Sindroma putus obat alkohol biasanya dimulai dalam 12-48 jam setelah seseorang berhenti meminum alkohol.
B. Faktor Penyebab Alkoholisme Penyebab seseorang menjadi pecandu alkohol belum diketahui secara pasti, namun penggunaan alkohol bukan satu-satunya faktor penyebab. Dari orang-orang yang meminum alkohol, sekitar 10% menjadi pecandu. Pecandu alkohol memiliki angka
kejadian yang lebih tinggi dibandingkan pecandu zat lainnya. Juga, alkoholisme lebih sering diderita para anak-anak pecandu dari pada anak-anak yang diadopsi, yang memperlihatkan bahwa alkoholisme melibatkan kelainan genetik atau biokimia. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa orang yang beresiko menjadi alkoholik tidak mudah mengalami keracunan, karena itu otak mereka kurang sensitif terhadap efek yang ditimbulkan oleh alkohol. Selain kemungkinan kelainan genetik, latar belakang dan kepribadian tertentu dapat menjadi faktor pendukung seseorang menjadi pecandu. Pecandu sering berasal dari keluarga yang pecah dan dari mereka yang hubungan dengan orang tuanya kurang harmonis. Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi atau bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara seksual tidak dewasa. Meskipun demikian, penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sangat umum sehingga pecandu mudah dikenali diantara orangorang dengan berbagai kepribadian.
C. Perencanaan Penanganan Alkoholisme Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani pecandu alkohol yaitu sebagai berikut : 1. Hilangkan minuman keras dari sekitar anda Jika anda ingin memenangkan pertempuran melawan minuman keras, itu sangat penting bagi anda untuk menghindari minuman keras. Tidak ada gunanya menyatakan bahwa anda berencana untuk berhenti minum tetapi anda masih memiliki sejumlah botol minuman keras. 2. Jauhi teman-teman yang masih minum minuman keras. Karna bila anda masih berteman dengan mereka, maka anda dapat terpengaruh lagi untuk meminum minuman keras.
3. Carilah kesibukan untuk diri anda. Coba dan libatkanlah diri anda dalam kegiatan-kegiatan yang positif. Selain cara diatas penanganan alkohol juga bisa dilakukan dengan pengobatan yaitu : Alkoholik yang menderita gejala putus obat biasanya mengobati dirinya dengan meminum lagi. Beberapa penderita mencari penyelesaian medis karena mereka tidak ingin berlanjut minum minuman keras atau karena gejala putus obatnya terlalu berat. Pada kasus ini, pertama-tama diperiksa kemungkinan cedera kepala yang terjadi karena komplikasinya. Kemudian digambarkan jenis gejala putus obatnya, ditentukan berapa banyak seseorang biasanya minum dan dicari tahu kapan terakhir minum. Karena kekurangan vitamin menyebabkan gejala putus obat yang mengancam jiwa, maka dokter unit gawat darurat biasanya memberikan memberikan vitamin B kompleks
(terutama
tiamin)
dan
vitamin
C
dosis
besar
lewat
infus.
Cairan infus, magnesium dan glukosa sering diberikan untuk mencegah beberapa gejala putus obat dan untuk menghindari dehidrasi. Diberikan benzodiazepin selama beberapa hari untuk menenangkan dan membantu mencegah gejala putus obat. Obat-obatan anti-psikosa umumnya diberikan untuk sejumlah kecil pecandu dengan halusinasi alkoholik. DTs bisa berakibat fatal dan diobati dengan lebih agresif untuk mengendalikan demam tinggi dan agitasi yang berat. Biasanya diperlukan cairan infus, obat penurun panas
(seperti
asetaminofen),
obat
penenang
dan
pengawasan
yang
ketat.
Dengan pengobatan tersebut, DTs biasanya akan menghilang dalam waktu 12-24 jam setelah timbulnya gejala. Setelah masalah medis darurat berhasil diatasi, program detoksikasi dan rehabilitasi harus dimulai. Pada tahap pertama pengobatan, alkohol sama sekali tidak digunakan.
Kemudian
seorang
pecandu
harus
mengubah
perilakunya.
Tanpa bantuan, sebagian besar pecandu akan kambuh dalam beberapa hari atau beberapa minggu.\ Pengobatan kelompok dipercaya lebih baik dari pada penyuluhan dari orang ke orang, tetapi pengobatannya harus disesuaikan dengan individu pecandu. Dukungan dari anggota keluarga sangat diperlukan. Terapi obat-obatan Kadang-kadang seorang
alkoholik bisa menghindari minum alkohol dengan mengkonsumsi obat tertentu. Disulfiram (antabuse) bisa diperoleh dengan resep dokter. Obat ini terlibat dalam metabolisme alkohol, membentuk asetaldehid, suatu metabolit alkohol yang terdapat dalam darah. Asetaldehid merupakan racun dan menyebabkan kemerahan pada wajah, sakit kepala berdenyut, denyut jantung yang cepat, pernafasan cepat dan berkeringat dalam waktu 5-15 menit seteleh minum alkohol. 30-60 menit kemudian terjadi mual dan muntah-muntah. Reaksi ini terjadi selama 1-3 jam. Timbulnya reaksi tersebut (karena minum alkohol setelah menelan disulfiram), sangat menyiksa, sehingga pecandu memilih menghindari alcohol. Alkoholik yang baru pulih, tidak dapat langsung mengkonsumsi disulfiram setelah berhenti minum alkohol; obat ini hanya diminum setelah beberapa hari tidak minum alkohol. Disulfiram bisa mempengaruhi metabolisme alkohol sampai 3-7 hari setelah dosis terakhir obat ini. Beratnya reaksi terhadap alkohol yang berhubungan dengan pengobatan, menyebabkan disulfiram tidak boleh diberikan kepada wanita hamil atau pecandu yang memiliki penyakit yang serius. Obat lainnya adalah naltrekson, yang bisa membantu mengurangi ketergantungan pecandu jika digunakan sebagai bagian dari program pengobatan menyeluruh. Naltrekson merubah efek alkohol pada endorfin tertentu di otak, yang mungkin berhubungan dengan keinginan untuk minum alkohol. Naltrekson tidak menyebabkan reaksi seperti disulfiram. Tetapi pecandu yang mendapatkan naltrekson bisa terus menerus minum alkohol. Naltrekson tidak boleh diberikan kepada penderita hepatitis atau penyakit hati.
D.
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam Penanganan Alkoholisme Dalam masalah ini pihak-pihak yang dapat dilibatkan antara lain 1. orang-orang disekitar anda, seperti keluarga dan sahabat. Jangan mencoba untuk berhenti sendiri, biarkan keluarga anda membantu anda. Mereka bisa
mengawasi anda dan membantu menjaga anda sehingga anda tidak kembali ke cara hidup lama. 2. Polisi, dalam hal ini polisi bertugas dalam penyergapan pusat pembuatan alkohol serta tempat-tempat yang sering dijadikan sebagai tempat untuk mengkonsumsi alkohol tersebut. 3. Instansi kesehatan, disini instansi kesehatan berperan untuk memberikan sosialisasi
tentang
akibat-akibat
yang
dapat
ditimbulkan
apabila
mengkonsumsi alkohol
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Minum minuman beralkohol secukupnya, dua takar per hari untuk pria, ada manfaatnya, termasuk menurunkan risiko menderita penyakit jantung. Akan tetapi dalam jumlah lebih besar, alkohol menjadi racun yang mempengaruhi setiap sel dalam tubuh. Maka dari itu alcohol juga dapat berdampak baik dan dapat berdampak buruk pada manusia atau seseorang yang mengkonsumsi alcohol tersebut. Karena Alkoholisme adalah simtoma klinis yang ditandai dengan kecenderungan untuk meminum alkohol lebih dari pada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan kebiasaan minum-minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.
B. Saran Saran kami bagi pembaca yaitu jangan pernah mencoba yang namanya alkohol khususnya bagi kaula muda karena dapat menghancurkan masa depan kalian, selain itu
banyak pula akibat-akibat yang ditimbulkan seperti yang telah dipaparkan dalam pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA Apotik online dan media informasi obat - penyakit : m e d i c a s t o r e . c o m
Berry, Ralph E.; Boland James P. The Economic Cost of Alcohol Abuse The Free Press, New York, 1977 ISBN 0-02-903080-3 Royce, James E. and Scratchley, David Alcoholism and Other Drug Problems Free Press, March 1996 ISBN-10: 0-684-82314-4 ISBN-13: 978-0-684-82314-0 Valliant, George E., The Natural History of Alcoholism Revisited, Harvard University Press, May 1995 ISBN-10: 0-674-60378-8 ISBN-13: 978-0-674-60378-3 Pence, Gregory, "Kant on Whether Alcoholism is a Disease," Ch. 2, The Elements of Bioethics, McGraw-Hill Books, 2007 ISBN-10: 0-073-13277-2. Milam, Dr. James R. and Ketcham, Katherine Under The Influence: A Guide to the Myths and Realities of Alcoholism. Bantam, 1983, ISBN 0-553-27487-2 Warren Thompson, MD, FACP. “Alcoholism.” Emedicine.com, June 6, 2007. Retrieved 2007-09-02. Etiology and Natural History of Alcoholism. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism.