BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berbicara mengenai pemerintahan rasanya tidak lengkap jika tidak berbicara soal politik dan berbicara politik akan erat kaitannya dengan kekuasaan. Bagaimana pemerintahan dapat dikatakan baik? Banyak orang memiliki penafsiran berbeda tentang bagaimana pemerintahan yang baik. Yang pasti pengertian tentang sebuah pemerintahan yang baik pastinya akan dipengaruhi oleh siapa-siapa saja aktor yang ada di dalamnya, juga posisi tawar masing-masing element yang ada di sekelilingnya. Mahasiswa sebagai salah satu element dalam kajian studi mata kuliah kekuatankekuatan politik di Indonesia bukanlah suatu hal yang tidak beralasan, karena mahasiswa adalah predikat yang amat “eksklusif”. Disebut eklsusif karena mahasiswa adalah sosok yang istimewa dipandang dari sudut apapun dan dari manapun serta mempunya cerita yang istimewa dari masa ke masa, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang begitu juga halnya dengan mahasiswa di Indonesia. seperti halnya dalam buku yang berjudul Mahasiswa dan Gerakan Sosial karya Drs. Andik Matulessy, M.Si menjabarkan bahwasanya pemahaman mengaenai mahasiswa terdiri dari 2 pengertian yang saling komplementer, pertama, predikat “maha” yang berarti “besar” menempatkan mahasiswa pada posisi atau status social yang tinggi, dalam arti memiliki kapasitas mental-sosial yang patut dibanggakan, yakni idealisme yang tinggi, kejujuran, keterbukaan, kreativitas, menolong yang lemah, berani dan berbagai predikat lain yang sulit dicapai oleh golongan yang lain; kedua, mahasiswa dianggap memiliki kapasitas kecerdasan/intelektual yang melebihi kelompok yang lain, yang ditunjukkan dengan kemampuannya untuk menganalisis persoalan, memecahkan persoalan penting dalam kehidupan sosialnya, melakukan kajian pada persoalan yang up-to date, mendalami ilmu, tampil dalam mimbar ilmiah, perdebatan akademik, dan sebagainya. Aktualisasi dari kedua fungsi tersebut ditampilkan dalam berbagai kegiatan, baik yang bernuansakan ilmiah-akademik, religius, hura-hura, lomba karya ilmiah, penyaluran hobby sampai dengan memunculkan dalam bentuk sebuah gerakan social atau lebih dikenal dengan unjuk rasa ataupun demo. Di Indonesia sendiri mahasiswa mempunyai peranan penting dalam mengubah sejarah kebangsaan dan perjalanan demokrasi. Catat saja bagaimana peranan mahasiswa mampu merubah wajah perpolitikan saat ini yaitu dengan Gerakan reformasinya. Jauh beberapa tahun kebelakang kita mengenal angkatan gerakan kemahsiswaan dengan segala momentum sejarah kebangsaan di tanah air. Setidaknya telah ada dua buah pergerakan besar mahasiswa yang telah mewarnai sejarah indonesia, yaitu pada tahun 1966 yang akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Orde Lama sekaligus membidani lahirnya Orde Baru. Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang sekarang berada pada lingkar kekuasaan dan pernah pada lingkar kekuasaan, siapa yang tak kenal dengan Akbar Tanjung dan Cosmas Batubara. Apalagi Sebut saja Akbar Tanjung yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode tahun 1999-2004.
Angkatan 66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten Negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat bahwa Komunis adalah musuh yang wajib diperangi bersama ditambah terjadinya perisistiwa Gerakan 30 september (G 30/S) yang mengakibatkan terbunuhnya 7 Jenderal Angkatan Darat semakin memperkuat kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Mayor Jenderal Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya Orde Lama dan berpindah kepada Orde Baru. Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. Kemudian tahun 1998 yang membuahkan kejatuhan rezim Orde Baru dan membukaaan gerbang era Reformasi yang diharapkan dapat menciptakan suatu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis Gerakan mahasiswa era sembilan puluhan mencapai puncak dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 12 mei 1998. di diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997. harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa Orde Baru, tuntutan mundurnya Presiden Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda Reformasi nya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa kembali menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama 32 tahun, politisi diluar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar). Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan FORKOT (Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan Soeharto, yang dikemudian hari terealisir pada tanggal 12 mei 1998. Meskipun demikian Gerakan Mahasiswa tahun 1998 seolah seperti terputus dan mati begitu saja sehingga tidak ada perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara REFORMASI TOTAL belum tuntas dan aktivis angkatan 98 sudah melepas statusnya sebagai mahasiswa, serta mereka sudah tidak seidealis lagi ketika waktu masih menjadi mahasiswa di dalam menyikapi persolan bangsa, mereka sekarang sudah terjun kedalam dunia politik praktis dan tersebar di banyak partai pemilu 2004. Dulu mereka menggugat Orde Baru, tapi sekarang duduk dan bergabung dalam lingkaran Orde Baru Jika diperbandingkan antara gerakan Mahasiswa tahun 1966 dengan gerakan Mahasiswa 1998 memiliki kesamaan Sebagai motor penggerak pembaharuan yang samasama bergerak atas kepedulian dan keberpihakan terhadap rakyat. Adapun perbandingan lainnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini: tabel 1
1998 Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas Sasaran Pimpinan Nasional dan Strategis perubahan struktural Organisasi Ekstra Kurikuler (KAMI dan Jaringan Mahasiswa formal dan Ormas Pemuda) non formal (Forkot, FKSMJ dll) Aliansi strategis Angkatan Darat Intelektual politisi oposisi, kaum miskin kota, kelas menengah dan profesional Kondisi Politik Friksi tajam Soekarno, AD Friksi tajam Soeharo versus 14 (Birokrasi dan dan PKI menteri, Jend. Wiranto Versus Militer) Letjen. Prabowo. S. Kondisi Inflasi 600% Depresiasi 708% dan Inflasi Ekonomi 82,4% Visi
Korban Aktivis dan Pemimpin Mahasiswa Hasil
1966 Nilai-nilai: keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat tertindas Pimpinan Nasional
Pertumbuhan – 14% Mahasiswa 5-7 meninggal, Mahasiswa 12 orag meninggal, rakyat sekitar satu juta orang ratusan luka, 1500 rakyat meninggal Tidak ada penahanan dan Penahanan harian dan denda pemecatan
Soekarno digulingkan, PKI Soeharto dan Habibie dibubarkan digulingkan, agenda reformasi macet total Perbedaan paling signifikan yang dirasakan ketika membandingkan gerakan mahasiswa tahun 1966 dengan gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah bahwa agenda reformasi yang madek tidak membuahkan suatu perubahan yang berarti karena mahasiswa 98 masih belum bisa merubah lewat dalam sistem seperti halnya mahasiswa angkatan 66 yang berhasil menempati beberapa pos-pos kabinet paska gerakan sehingga fungsi idealis mahasiswa sebagai agent of change benar-benar bisa dirasa. Namun yang menjadi menarik justru paska pergerakan 98, mahasiswa terkesan sebagai masa bayaran yang dipertanyakan idealismenya I.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: • bagaimanakah perbandingan gerakan mahasiswa tahun 1966 dengan gerakan mahasiswa tahun 1998 dengan mengacu pada hasil yang dicapai paska gerakan • bagaimana para aktifis dari tiap-tiap angkatan tersebut memandang dua gerkan besar tersebut dan gerkan mahasiswa kedepan.
I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperbandingkan dua gerakan besar di Indonesia yaitu tahun 1966 dan 1998, juga untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi gerakan tersebut mengacu pada hasil gerakan, serta mengetahui cara pandang aktifis-aktifis pada angkatan tersebut mengenai gerakan mahasiswa di Indonesia. I.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi wacana bagi perkembangan Ilmu Politik khususnya mengenai gerakan mahasiswa sebagai salah satu kekuatan politik di Indonesia