Gue-anak-sma.pdf

  • Uploaded by: Puspamayapuspita
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gue-anak-sma.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 27,947
  • Pages: 110
http://inzomnia.wapka.mobi

Gue Anak SMA Editor: Benny Rhamdany

Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi Menu Buku Pengantar oleh Andi Yudha Asfandiyar ... 9 Tips 1 : MOS Bukan Nightmare 1. My Beautiful MOs (Luna TR) ... 17 2. Ortu Ikutan MOS (Spica) ... 28 3. Jreng! MOS Gitu, Lho! (Hafsya) ... 39 Tips 2 : I Love ... Sobat, senior, dan guru 4. Auw! Gencetan Senior (Muharram R.) ... 51 5. Sobatku Baik Banget (Kinoyan) ... 65 6. Guru : Killer, Charming, Cuek, Sama Asyiknya (Ary Yulistiana) ...81 Tips 3 : Lain Ladang, Lain Belakang 7. From Medan with ... NOTHING! (Teera) ... 97 8. Bahasaku Aneh bin Ajaib (Doel Wahab) ... 107 9. Madiun, Ampuuun...! (C.N. Murtiana) ... 117 10. Go International, Giri! (Asih Aisyah) ... 131 Tips 4 : Pelangi Awal Sekolah 11. My Secret Identity (Teera) ... 149 12. Jadi Kembang di antara Kumbang (Winarni) ...157 13. Eskul Minim Biaya (Benny Rhamdani) ... 167 14. Enjoy Jadi Anak Kos (Meidiana F.) ... 175

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kamu Udah Gede! "KAMU sekarang udah SMA. Udah gede!" Itulah kata-kata yang sering dilontarkan ortu ketika kita mulai menginjak bangku SMA. Ungkapan tersebut wajar saja, karena saat memasuki SMA, terjadi pula perubahan pada fisik kita yang makin kuat, serta mental yang makin tertata. Alhasil, tuntutan orangtua terhadap kita pun makin bertambah. Mulai dari tanggung jawab, sampai kemandirian kita. Pada kenyataannya, tuntutan ortu itu tidak mungkin kita penuhi sekaligus. Ada tahapan proses yang harus kita lalui. Dalam skala kecil, kita bisa menemukan tahapan proses menjadi insan yang bertanggung jawab dan mandiri itu ketika harus menghadapi Masa Orientasi Siswa (MOS) Lho, kok, nyambung ke MOS? Karena saat MOS inilah, mental dan fisik kita diuji. Seperti diuraikan Luna TR, Spica, dan Hafsya dalam buku ini. Betapa mental mereka ditempa begitu rupa, sampai ada istilah putus urat malu. Tidak sekadar mental, fisik pun diuji lewat MOS. Selain lewat sanksi fisik seperti push-up, sit-up, dan lari, mereka tetap harus bekerja keras sampai malam hari untuk mencari barang-barang yang harus dibawa besok. Tidak sedikit orang yang ketakutan saat menghadapi MOS. Padahal, sesungguhnya MOS bertujuan positif, yakni mengenalkan kegiatan yang ada di sekolah ataupun kelebihan-kelebihan sekolah kepada siswa baru. MOS merupakan media sosialisasi company profile sekolah. Memang, cara menyampaikan informasi kepada siswa baru itu bermacam-macam. Ada yang kreatif, ada juga yang semi militer. Apa pun cara menyampaikannya, kalau kita bisa mengelola rasa

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

takut, kita akan bisa menikmati MOS. Caranya? Ikuti saja aturan senior. Anggap saja kita sedang berusaha menyenangkan para senior dengan mematuhi "kejahilan" mereka. MOS hanyalah ujian mental dan fisik yang kecil saat memasuki bangku SMA. Ujian sesungguhnya akan dimulai saat kegiatan belajar mengajar dimulai, dan proses adaptasi pertemanan dimulai. Tak jarang kita menemukan kerikil-kerikil yang mengejutkan di SMA. Seperti dipaparkan Muharram R., mungkin kita akan menemukan apa yang disebut "gencetan senior", maupun guru-guru dengan karakter mengejutkan sebagaimana yang ditulis Ary Yulistiana. Kendala tersebut belum seberapa, ketika kita harus mengalami adaptasi yang lebih kompleks. Bukan sekadar dengan senior ataupun guru, tapi seluruh lingkungan, lantaran kita harus pindah ke kota lain saat masuk gerbang SMA. Pengalaman yang ditulis Doel Wahab yang berkendala dengan dialek bahasa-nya ketika pindah dari kota kecil ke kota besar, serta Teera yang tiba-tiba merasa jadi siswi terbodoh di SMAN 3 Bandung, bisa menimpa siapa pun. Apa yang harus kita lakukan agar cepat beradaptasi di lingkungan SMA? Pertama, masuki lingkungan baru kita melalui hobi. Tunjukkan minat dan kemampuan kita melalui hobi, entah itu olahraga ataupun seni. Bergabunglah dengan wadah yang ada di sekolah, agar kita dikenal. Hal ini akan mempertebal rasa percaya diri kita dan menyingkirkan penyakit minder. Kedua, perkenalkan diri kita kepada teman seangkatan dan senior. Jangan sungkan menyapa dan mengenalkan diri, bila bertemu kakak kelas. Jika kita punya inisiatif bergerak lebih dulu, kemungkinan besar akan lebih dihargai orang lain. Daripada kita hanya menunggu disapa. Akhirnya, malah tidak ada yang mau kenal sama kita.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga, jangan over confident. Sifat takabur malah cenderung mengundang musuh. Kita malah akan dijauhi dan makin tersisih dari lingkungan baru kita. Atau malah nanti jadi sasaran gencetan senior. Keempat, tunjukkan sifat aktif dengan membuka jaringan dan komunitas. Misalnya, dengan memasuki ekskul. Kita juga bisa membuka jaringan dengan cara menunjukkan sikap positif kita, seperti menolong sesama, rajin ataupun murah senyum. Kelima, cobalah menjalin komunikasi dengan guru. Ingat ... bukan menjilat! Kebanyakan saat di bangku SMA, orang tidak begitu lagi memedulikan gurunya. Remaja hanya mengenal guru sebatas sebagai pengajar. Cuma sedikit yang mengenal gurunya sebagai motivator, pengarah, dan teladan. Bisa dibilang, saat ini kebanyakan remaja sekolah lebih mementingkan bertemu teman ketimbang guru. Jika kelima hal di atas tidak kita lakukan, bersiaplah kita menjadi siswa yang sulit beradaptasi dengan lingkungan SMA. Efeknya, kita akan menjadi siswa figuran yang mungkin hanya dikenal teman sebangku, atau yang lebih parah ... kita jadi depresi! Nilai akademis merosot, merasa tidak betah duduk di kelas, atau malas berangkat ke sekolah. Kalau sudah sampai tahap ini, yang perlu dilakukan adalah: 1. Membangun keberanian untuk segera menyadari dan mengetahui adanya kondisi negatif di diri kita. Carilah secara mendetail kondisi negatif kita, kemudian dipetakan satu per satu dan dituliskan. Cara ini merupakan diagnosa diri (self diagnosis) yang dengan mudah bisa kita lakukan. 2. Berani mengonsultasikan masalah kita tersebut kepada teman yang bisa memotivasi. Kalau kita seorang teman dari orang yang bermasalah itu, maka kita harus memberi dukungan moral untuk membangkitkan semangatnya. Jika memang dirasa perlu, konsultasikan pula ke guru BP.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

3. Ubahlah cara pandang kita kepada hal-hal positif. Bisa saja selama kita selalu memandang segala hal dari sisi negatifnya. Hingga yang menimpa kita pun selalu negatif. Nah, jika kita mampu melewati masa-masa beradaptasi di lingkungan SMA dengan sukses, selanjutnya kita akan berhadapan dengan situasi yang sering disebut penulis lagu kita; masa-masa yang paling indah .... Eits, tapi jangan lupa! Mentang-mentang kita banyak teman dan seabreg kegiatan ekskul, akhirnya malah lupa belajar. Bukan apa-apa, setelah SMA akan ada lagi beban mental dan fisik yang harus kita pikul. Jadi, persiapkanlah segalanya dengan baik selama di bangku SMA. Andi Yudha Asfandiyar Wuaaah ... akhirnya, kelar juga proyek "keroyokan" ini. Semua nggak lepas dari kekompakan temen-temen penulis yang cute-cute en keren abeez.3 Thanx buat semua penulis atas semua waktu, "pengorbanannya", plus kekompakannya. Moga aja karya ini bermanfaat buat siapa aja yang baca. MOS Bukan Nightmare 1. My Beautiful MOS 2. Ortu Ikutan MOS 3. Jreng! MOS Gitu, Lho! My Beautiful MOS MOS (Masa Orientasi Siswa), kata yang mungkin jadi "mimpi buruk" bagi setiap siswa baru saat mereka mulai menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Acara penerimaan siswa baru yang udah

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

jadi tradisi turun-temurun dari zaman doeloe bagaikan sebuah "neraka baru" bagi siswa kelas satu. Gimana nggak? Meskipun setiap tahun nama tradisi ini berubah-ubah, dari perploncoan, mapras, dan sekarang jadi MOS, inti acaranya tetep sama. Mereka yang pro bilang kalo acara ini perlu, sebagai sarana agar siswa baru dapat mengenal lingkungan sekolahnya, termasuk guru dan kakak-kakak kelasnya. Sedangkan yang kontra, ngerasa kalo acara ini adalah milik orang kurang kerjaan, sekadar ajang penyiksaan dari kakak kelas pada adik kelasnya, juga acara balas dendam karena mereka diperlakukan sama di tahun sebelumnya. Si anak baru harus nurut sama semua yang diperintahkan. Nggak nurut? Hukuman pasti menanti. Inget hukuman itulah, mau nggak mau, aku harus bangun pagi banget biar nggak telat. Baya-ngin aja, di hari pertamaku masuk SMA, di saat ayam jago tetangga bahkan belum berkokok, aku harus bangun, dan nyiapin segala sesuatu buat acara MOS. Mana udara dingin lagi! Aku terpaksa mandi bebek, karena nggak kuat oleh dinginnya udara Bandung. Maklum, aku baru aja pindah dari sebuah kota di Jawa Tengah yang berhawa panas, jadi belum terbiasa. Sebelum berangkat, aku meriksa segala sesuatu yang harus kubawa. Jangan sampe kelupaan, sebab kalo ada satu hal aja yang terlupa, "maut" bagi pelakunya! (Itu istilah dari salah seorang senior untuk ngingetin anak baru agar nggak lupa tugas mereka setiap harinya). Aku meriksa satu per satu barang yang harus kubawa. Dari buku tulis dengan sampul merah ijo, kacang ijo, roti seharga lima ratus perak, air putih dalam botol air mineral, kertas manila merah berukuran 50 X 50 senti dan dilapisi plastik yang disebut panitia sebagai kursi goyang sampai benda-benda yang nggak ada hubungannya sama sekolah, seperti bawang putih dan botol bekas kecap. Semua itu dimasukkan ke sebuah karung beras yang dipasangi

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tali rafia sebagai gantungan, yang berfungsi sebagai tas sekolah selama MOS. Sepuluh menit kemudian, aku berada di dalam angkot yang membawaku ke sekolah. Selama MOS, siswa baru dilarang bawa kendaraan sendiri. Kalo-pun diantar atau naik kendaraan umum, harus turun sekitar dua ratus meter dari sekolah, terus jalan kaki. Jangan coba-coba berbuat curang deh, karena panitia udah siap-siap nyegat di empat titik jalan menuju SMA baruku. Di depanku, duduk seorang cewek yang juga make seragam SMP. Rambutnya yang panjang sebahu dikuncir di kedua sisinya dengan pita merah di sisi kanan dan pita hijau di kiri. Dari atribut yang dibawanya, kayaknya dia satu SMA sama aku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku memberanikan diri menyapanya. Kalo dia emang satu sekolah denganku, lumayan bisa dapet temen baru. Apalagi cewek secantik dia. Kalo nggak, ya nggak pa-pa. Itung-itung ngusir kejenuhan di perjalanan. "Vini." Dia nyebutin namanya, setelah aku lebih dulu nyebutin namaku. Dan dugaanku benar. Vini satu sekolah denganku, bahkan yang bikin surprise, kami juga satu kelas. Selanjutnya udah bisa diduga, kami mulai ngo-brol. Aku baru tau alasannya tadi ngeliatin aku. Rupanya, dia lupa bawa kacang ijo. Akhirnya, aku pu-tusin ngasih kacang ijo yang aku bawa untuk dia. Pas dia tanya, aku bilang kalo aku bawa dua padahal sih, nggak, hehehe .... Aku pikir, lebih baik aku yang dihukum panitia daripada bidadari secantik Vini. Toh, hukumannya paling-paling disuruh pushup. Obrolanku dengan Vini berakhir saat angkot yang kami tumpangi berhenti di depan jalan kecil menuju sekolah. Tiga orang panitia, seorang di antaranya cewek udah standby di mulut jalan, ma-sang muka sok sangar, dan mengawasi siswa baru yang datang. Sejak itu,

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

aku nggak ngobrol lagi sama Vini sampai kami tiba di sekolah dan dibariskan di lapangan basket untuk pemeriksaan tugas dan barang-barang bawaan. Seperti kubilang tadi, akhirnya aku dapet hukuman garagara nggak bawa kacang ijo. Yup, hukumannya push-up sambil dibentak-bentak. Dari ekor mataku, aku sempet melirik Vini yang melihat ke arahku dengan heran. Hari pertama MOS diisi dengan perkenalan seluruh guru dan staf sekolah di lapangan. Setelah itu, kami masuk ke kelas masing-masing. Kemudian, panitia ngasih materi tentang sekolah baruku. Sejarah, kegiatan, prestasi, dan yang lainnya. Termasuk mengenalkan ruangan-ruangan sekolah. Nggak kayak panitia yang ada di lapangan, panitia yang di dalam kelas dan ngasih materi bersikap ramah pada kami. Di kelas itu juga, aku kenalan sama temen-temen baruku. Temen-temen yang akan bersamaku selama tiga tahun ke depan. Ada Eh yang pengin jadi anak band, tapi nggak bisa maenin alat musik satu pun, Tatang yang alim, Sonny yang otaknya kloning dari otak Einstein abis, tuh anak pinter banget, sih! sampai Aldi yang katanya jago basket di SMP-nya dan wajahnya lumayan imut, hingga dia jadi kecengan para senior cewek dan "sasaran gencet" para senior cowok yang sirik. Saat istirahat, bukan berarti kami bisa bebas. Walaupun di luar kelas, kami tetap harus berada di sekitar kelas dengan diawasi panitia. Kami juga mendapat suguhan kacang ijo yang dimasak panitia, sambil membuka roti yang kami bawa. Yang bikin aku senang, aku duduk deket Vini. Vini nanya kenapa aku berbohong waktu bilang punya kacang ijo dua plastik, padahal kenyatannya hanya satu. Dia jadi nggak enak karena aku yang dihukum. Sambil bercanda, aku bilang lupain aja. Lagi pula, aku butuh olahraga pagi karena kedinginan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Pulang MOS sekitar pukul dua belas siang, aku kembali satu angkot bareng Vini. Rencananya, kami nggak langsung pulang, tapi nyari dulu barang-barang yang harus dibawa besok. Menjelang sore, kami baru pulang. Ternyata, angkot ke rumah Vini sejalur sama angkot ke kompleks rumahku. Aku dan Vini juga janjian mau berangkat bareng besok paginya. Setelah hari pertama diisi dengan pengenalan lingkungan sekolah, hari kedua MOS diisi dengan pengenalan ekstra kurikuler (ekskul) yang ada di sekolah. Pengenalan ekskul dilakukan dari kelas ke kelas, juga di lapangan. Ketika matahari sedang bersinar terik, kami harus duduk di tengah lapangan, diiringi bentakan dan pelototan para panitia yang terus-terusan mengawasi kami agar memerhatikan acara jangan sampe deh, ketauan ngantuk atau ketiduran! Walaupun kulihat wajah-wajah tegang siswa baru, tapi aku berusaha nggak ngeliatin wajah kayak gitu. Aku berusaha nikmatin kegiatan MOS hari ini, walaupun terasa berat. Tapi, aku punya cara sendiri agar nggak ngantuk atau tegang. Ketika mataku udah terasa berat, aku langsung mengalihkan pandangan ke arah yang bikin mata segar lagi. Bisa ngeliatin bunga di taman sekolah, ngeliatin senior-senior cewek yang manis walaupun pada masang tampang sok galak, atau cukup kalo hanya sekadar ngelirik ke arah Vini. Tentu aja, semua kegiatan ini aku lakukan sembunyi-sembunyi. Kalo ketauan panitia aku celingak-celinguk, bisa mampus! Sepulang MOS, seperti biasa aku bareng Vini. Vini tetep pulang bareng aku walaupun ada beberapa kakak kelas yang udah mulai pedekate ama dia, melancarkan jurus-jurus gombalnya buat nganterin Vini pulang. Aku seneng aja, ternyata Vini masih milih pulang bareng aku, walaupun agak deg-degan juga, sih. Aku ngebayangin besok bakal jadi "sasaran gencet" para senior yang naksir Vini. Saat lagi nyari tugas buat besok, di jalan kami ketemu beberapa kakak kelas, di antaranya ada yang aku kenal. Ternyata nggak kayak

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

di sekolah, di luar mereka ramah, bahkan sempet ngasih tau toko yang ngejual barang-barang yang kami butuhkan. Aku jadi serasa dapet temen baru. Kekesalan-ku pada sikap para senior di sekolah yang kunilai angkuh dan suka seenaknya sendiri mendadak hilang. Bahkan, pas pulang sekolah, aku bareng sama salah seorang kakak kelasku. Namanya Imelda atau biasa dipanggil Imel. Dia salah satu anggota seksi acara, dan termasuk favorit peserta, karena selain ramah, wajahnya juga ehem ... lumayan cantik. Hari ketiga sekaligus hari terakhir MOS, diisi dengan pentas seni dari tiap-tiap kelas. Masing-masing kelas boleh nampilin satu atraksi bebas, dari yang nyanyi sampe sulap! Kelasku sendiri nggak nampilin atraksi yang neko-neko, cukup penampilan vokal grup sebagian penghuni kelas, diiringi petikan gitar dua orang temenku. Aku sendiri nggak ikut karena aku ngerasa kalo suaraku nggak lebih bagus dari suara Delon yang lagi kena radang tenggoro-kan. Tapi, Vini ikut lho, dan suaranya lumayan bagus. Di hari ketiga ini, aku melihat sikap galak panitia agak mengendor. Nggak segarang dua hari sebelumnya walaupun tetep jaim, sih. Bahkan, beberapa panitia dari seksi acara keliatan berbaur dan ngobrol akrab dengan siswa kelas satu. Mungkin karena mau penutupan kali ya, mereka jadi bersikap baik, nutupin dosanya biar anak kelas satu nggak pada dendam. Oya, kekhawatiranku bakalan jadi "sasaran gencet" para senior yang sirik denganku, ternyata nggak terbukti. Buktinya, sampai hampir menjelang penutupan, aku aman-aman aja. Saat penutupan, hampir seluruh panitia MOS gabung sama peserta. Beberapa panitia cowok malah berdiri deket cewek-cewek kelas satu. Mungkin, pedekate mereka selama MOS udah sukses. Minimal, mereka punya nomer HP cewek kelas satu

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang diincernya. Untung aja Vini selalu ada di de-ketku, diiringi pandangan sirik senior-seniorku, he-hehe .... Yang paling berkesan adalah saat kami melepaskan atribut MOS, menyobek kartu tanda peserta dan membuangnya ke tempat sampah yang disediakan. Lalu secara simbolis, sepasang perwakilan siswa kelas satu dikasih pin sekolah oleh ketua panitia MOS, sebagai tanda bahwa mereka resmi jadi keluarga besar SMA kami. Saat-saat itulah yang paling mengharukan. Banyak yang nggak bisa nahan air matanya, terutama yang cewek. Apalagi kalo inget masa-masa selama tiga hari yang mungkin paling nggak nyenengin dalam hidup mereka. Aku sendiri cukup dengan mata yang berkaca-kaca, nggak sampe nangis. Sesudah itu, kami bersalaman dengan panitia. Saat bersalaman dengan Imelda, dia tersenyum manis padaku. Bagi sebagian orang, MOS sangat menakutkan, tapi tidak bagiku, bahkan aku sangat menikmati acara MOS. Waktu nyerita sama temen-temen mengenai saat-saat MOS, yang ada hanya candaan dan gelak tawa dari kami. Nggak ada sama sekali perasaan dendam, bahkan dendam sama para senior dan panitia yang paling "jahat" sekalipun waktu itu. Luna Torashyngu Biar MOS Terasa Indah 1. Jangan jadikan MOS sebagai beban Mendengar kata MOS, kebanyakan udah gemetar duluan. Timbul berbagai macam perasaan di benak kita. Takut dimarahin panitia, disiksa, dan sebagainya. Perasaan seperti itu udah bikin tubuh kita lima puluh persen melemah. Akibatnya, kita serasa nggak bersemangat, bete, dan lemes. Anggap aja MOS sebagai kegiatan rutin dan hiburan. Kalo kita dimarahi, anggap aja lagi disayang ama panitia. Kalo disuruh push-up, anggap aja lagi olahraga, karena badan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kita jarang berolahraga. Intinya, ikutin kegiatan MOS dengan senyum. 2. Persiapkan fisik dan mental Kita harus nyiapin fisik dan mental. Mental mungkin udah dijelasin di atas, sedang fisik bisa kita siapin antara lain dengan tidur lebih awal sebelum melaksanakan kegiatan esok harinya. Setelah acara MOS, jangan keluyuran dulu, kecuali buat nyari tugas dari panitia. Pokoknya, jaga kondisi badan. 3. Ikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh Anggap MOS sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena itu, ikutilah dengan sungguh-sungguh. Banyak manfaatnya kok, kalo kita ikut kegiatan MOS dengan sungguhsungguh. Selain bisa lepas dari hukuman panitia, kita juga bisa lebih mengenal lingkungan sekolah dengan lebih cepat dan baik. Dan kalo beruntung, kita bisa ditawari jadi salah satu pengurus OSIS oleh senior yang mungkin ngeliat kita begitu rajin dan perhatian terhadap sekolah. Lumayan kan, jadi pejabat? 4. Sesegera mungkin, kerjakan tugas Salah satu kejelekan kita, suka menunda-nunda kerjaan yang bisa kita lakuin saat itu. Begitu kita dapet tugas dari panitia, baik membawa sesuatu ataupun ngerjain tugas, segera kerjakan apa yang kita bisa. Semakin cepat kita menyelesaikan tugas, semakin cepat pula kita beristirahat, dan badan kita akan segar lagi untuk kegiatan esok harinya. Lagi pula, pengalaman membuktikan, segala sesuatu yang dikerjakan dengan terburu-buru, nggak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal, serta mempunyai tingkat kesalahan yang tinggi. 5. Segera cari temen Hal pertama yang harus kita lakukan jika berada di tempat baru adalah ... cari temen. Dengan adanya temen, masalah yang kita alami

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

di tempat baru itu bisa dibagi, hingga sedikit meringankan kita. Temen juga bisa membantu menghilangkan ketegangan saat mengikuti MOS, dan membantu jika kita mendapat tugas yang susah atau nggak bisa diketjain sendiri. Dekati panitia atau senior Dekati di sini bukan berarti pedekate walaupun itu juga nggak dilarang. Maksudnya ialah mencoba bersikap akrab dengan panitia atau senior kita. Walaupun pertamanya mungkin kita akan dibilang sok akrab, dan mungkin mereka jaga jarak sama siswa baru, tapi inget, "Panitia juga manusia." Waktu yang baik mendekati mereka adalah di luar sekolah. Bahkan, yang cowok bisa aja nekat ngedatangein rumah senior cewek kalo berani dan nggak nambah masalah baru ama senior cowok yang sama-sama naksir senior cewek itu. Keuntungan kita dekat sama senior adalah selain mengurangi ketegangan karena kita udah nggak ada jarak sama mereka juga agar kita nggak tambah dipersulit kalo dalam kesulitan. Bahkan, mungkin mereka mau membantu kita. Jangan bertindak aneh Sikap orang macam-macam, demikian juga sikap siswa baru. Ada yang pendiam, tapi ada juga yang suka sok pamer. Tapi sebagai siswa baru, kita harus tau diri. Sebagai pendatang baru, belum waktunya kita unjuk diri, nunjukin siapa kita, apalagi kalo sekadar buat gaya. Kalo yang man-dang temen-temen, mungkin apa yang kita lakukan itu keren, tapi belum tentu di mata para senior. Mungkin aja mereka merasa terusik dan merasa tersaingi. Kalo para senior udah ngerasa begitu, kita bakal susah sendiri. Mereka pasti akan menggunakan segala cara buat "ngerjain" atau ngegencet kita, termasuk melalui panitia dan kegiatan MOS. Ortu Ikutan MOS YUPS! Gue emang udah SMA. Sebentar lagi gue naik ke kelas dua dan gue bakal nikmatin masa yang udah gue tunggu-tunggu selama

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hampir setahun ini. Bukan ujian dan kenaikan kelas, melainkan sebentar lagi akan datang para junior gue, anak-anak culun siswa baru kelas satu itu. Hihihi ...! It's time to ngerjain! My sweet revenge! Udah boleh dipastiin gue bakal jadi panitia MOS karena udah gue denger kasak-kusuk, termasuk bisikan dari Wakasek Bidang Kesiswaan di SMA gue. Itu artinya, sebentar lagi tiba giliran gue jadi panitia MOS yang punya hak dan kewajiban buat "ngerjain" para murid baru. Wow! Belum-belum, gue udah ngebayangin serunya acara itu. Gue tau persis, karena tahun lalu gue juga ngalamin serunya jadi anak baru yang kena plonco. Tahun lalu, gue ngejalanin MOS sebagai acara wajib yang harus diikutin oleh setiap siswa baru kelas satu. Takut, kesal, marah, capek, tapi akhirnya semua berubah menyenangkan dan meninggalkan kesan yang susah dilupain bahkan mungkin sampai gue tua nanti. Gue inget betul betapa serunya acara itu. Betapa ribetnya nyiapin dan memenuhi segala sesuatu yang harus dibawa buat acara MOS itu. Serba aneh-aneh dan semula, gue pikir sangat nggak masuk akal. Kalo cuma disuruh pake sandal jepit beda sebelah kiri ijo, kanan merah itu sih, biasa. Pake topi karton kerucut dengan motif Dalmatian, juga sepele. Tapi, urusannya jadi makin repot waktu hari pertama MOS, panitia menetapkan para siswa baru harus membawa mi instan merek "Kere" dan air minum kemasan botol 750 cc, saputangan berbentuk segi delapan, dan banyak lagi. Kebayang kan, betapa mengada-adanya para panitia? Jelas aja mereka bermaksud ngerjain kita dengan tugas-tugas yang nggak masuk akal. Coba, mana ada mi instan merek "Kere" dan air mineral kemasan botol 750 cc. Yang ada adalah sori, bukan iklan, nih! "Mi Kare", dan nggak ada satu merk pun air mineral kemasan 750 cc. Di hari kedua lebih gokil lagi. Kita-kita disuruh bawa belut goreng berbentuk angka 8, apel fuji berdiameter 10 cm. Dua barang itu aja

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

udah bikin pusing tujuh keliling, masih juga ditambah harus bawa surat cinta dari pacar. Nah, lho! Terus, yang belum punya pacar, nasibnya gimana, dong? Dan masih banyak lagi pernak-pernik "aneh" dan nggak masuk akal yang harus gue penuhi waktu itu. Tenaga dan otak kudu diperas. Akal kudu diasah. Kreativitas kudu ditajemin! Buntutnya, seisi rumah mau nggak mau terpaksa terlibat. Kakak gue ikut pontang-panting nyah apel berdiameter 10 cm, menyatroni semua supermarket sampai kios buah di pasar tradisional, dan akhirnya pulang dengan tangan hampa. Meskipun papa berhasil ngedapetin belut, tapi mama menjerit-jerit kesal karena gagal menggoreng belut berbentuk angka 8 yang sempurna. Pada hari pertama MOS, gue pulang dari sekolah pukul enam petang dan sampai rumah, badan rasanya remuk. Capek, pusing, dan stres berat. Belum juga pukul sepuluh malam, fisik gue akhirnya nyerah, dan gue tertidur. Menjelang subuh, gue terbangun dan langsung panik inget banyak banget barang yang harus gue bawa buat MOS. Tapi, akhirnya gue jadi lega karena melihat semua yang harus gue bawa udah siap di atas meja. Usut-punya usut, ternyata nggak cuma kakak gue yang sibuk, tetapi ortu gue pun rela begadang sampe pagi demi MOS gue. Hihihi ... ortu gue ikut MOS, deh! "Nggak ada yang nggak bisa dipenuhi, Ika!" kata papa. Oh, ya, di rumah gue dipanggil Ika. "Asal mau kreatif, pasti bisa." Gue lihat belut goreng berbentuk angka 8 yang ternyata dibentuk dengan bantuan kawat. Sebutir apel yang dibentuk dari gabungan irisan beberapa apel hingga berdiameter 10 cm. Gue jadi ngeh, semua harus di-create sendiri. Botol disambung pake selotip buat nampung air mineral 750 mm dan Mi "Kare" pun disulap pake spidol jadi Mi "Kere". "Gimana kalo salah?" keluh gue, bimbang. "Paling juga kena hukuman. Hadapi aja!" kakak gue menyemangati.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Di sekolah, ternyata belut angka 8 gue jadi contoh sempurna. "Ika, kamu emang smart dan kreatif. Selamat!" kata seorang senior yang gayanya sok cooL Tapi emang cool, sih. Ganteng! Seorang senior yang lain mengalungkan rangkaian bunga kamboja di leher gue sebagai tanda penghargaan. Seneng dan bangga juga gue, bisa jadi yang terbaik di urusan belut! Tapi, nggak semua yang gue bawa itu per-fect. Ada-ada aja yang salah menurut panitia. Hukuman demi hukuman pun gue terima, termasuk ketika gue ketiduran sepuluh detik karena kecapekan. Gue harus berjalan jongkok mengelilingi aula. Lalu, ada pula hukuman harus berburu semut dan cacing yang harus diserahkan tiga ekor hidup-hidup di depan para panitia. Gue ngerasa kesel dan marah, tapi nggak berdaya pas gue nerima hukuman yang aneh-aneh. Untungnya, nggak ada hukuman yang benar-benar menyiksa fisik dan nggak bisa gue jalani dengan wajar. Banyak bentakan dan ejekan, tapi nggak ada pemukulan dan tendangan. Pokoknya hukuman fisik yang gue takutin, yang gue denger rumornya selama ini, ternyata nggak terjadi pada gue dan temen-temen baru gue. Ketika acara MOS ditutup di hari ketiga, gue malah ngerasa kehilangan. Rasanya, tiga hari MOS terlalu singkat. Coba kalo seminggu, pasti lebih menantang dan seru. Di acara penutupan MOS, kita menyatu dengan para senior, menyanyi bersama, bergurau dan akhirnya saling bersalaman maaf-maafan. Idiiih banyak yang nangis, lho! Banyak yang terharu karena keakraban yang terbina selama tiga hari pertama di sekolah baru, lumayan berkesan. Hm, bener-bener pengalaman yang nggak terlupakan. Sebentar lagi, gue bakalan jadi Panitia MOS. It's time for sweet revenge! Hihihi ...!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Nah, buat kalian yang sebentar lagi masuk SMA atau SMK, nggak usah keburu punya bayangan yang ngeri-ngeri sama yang namanya MOS. Nggak usah stres sebelum bertempur, karena MOS bukanlah hantu mengerikan yang harus dihindari. Spica Be Happy With MOS -Cerdas memahami tugas dan perintah MOS dipenuhi oleh tugas dan perintah. Sekilas yang tampak hanya berupa hukuman, hal-hal nggak masuk akal yang akan berbuntut pada sanksi alias hukuman. Tapi, sebenernya nggak gitu, koki Ada maksud dan tujuan tertentu di setiap tugas dan perintah yang diberikan kalo kita renungkan secara positif. Ingat, setiap tugas dan perintah yang diberikan para senior pastilah udah dipertimbangkan masak-masak, termasuk harus melalui izin guru. Nggak mungkin mereka sekadar ngasih tugas hanya agar kita nggak sanggup, menyalahi, dan akhirnya mendapat hukuman. Dalam kasus gue tahun kemarin, gue akhirnya sadar bahwa hampir semua benda yang harus gue bawa merupakan ujian bagi kesungguhan, ketelitian, dan kreativitas gue. Gimana nyiptain apel berdiameter 10 cm dan gimana membentuk belut goreng angka 8, emang butuh kreativitas. Membawa air mineral 750 cc ternyata adalah ujian bagi kita untuk bisa mengukur dengan akurat. Ngedapetin benda yang sulit misalnya koran bekas edisi tertentu merupakan tes, apakah kita orang yang gampang menyerah atau nggak. Jangan malu bertanya kalo ada tugas yang nggak jelas dan membingungkan. Malu bertanya, sesat di hukuman! Para senior tentu nggak segan-segan ngasih bocoran atas tugas itu. Seringnya sih, emang nggak blak-blakan, tapi selalu ada kisi-kisi yang harus kita

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pahami. Kalo masih nggak paham juga, diskusiin sama temen supaya ketemu jalan keluarnya. Tentu aja nggak tabu buat nanya sama tetangga, kakak atau ortu kita sendiri. -Dikerjakan rame-rame juga halal Nggak ada aturan yang melarang bahwa tugas dan benda-benda "ajaib" yang dibawa harus kita upayakan sendiri. Toh, para senior yang sok galak itu, nggak ngerti. Jadi, boleh dong, kalo kita minta bantuan orang lain untuk memenuhinya. Pengalaman gue tahun lalu, selain melibatkan kakak dan tetangga, gue juga minta bantuan ortu, sampai gue sadar ternyata ortu gue juga ikut MOS. Dari pengalaman itu, gue sadar betul betapa pentingnya kebersamaan dan kerja sama dalam keluarga. Terus terang, gue jadi makin sayang sama kakak dan ortu gue. Kerjain sendiri dulu sampai titik darah penghabisan, baru setelah itu minta bantuan orang lain. Nah, yang begini emang jauh lebih fair. Jangan males dan berharap semua udah tersedia selagi kamu tidur kelelahan. Gimanapun, elo pasti lebih bangga kalo bisa memenuhinya sendiri. -Nggak takut salah, tapi siap-siap dihukum Pasti dong, semua tugas dan perintah para senior nggak bisa elo penuhi semuanya. Kalo elo nggak bisa memenuhi tugas dengan sempurna, maju terus aja! Lebih baik memenuhi tugas semampu elo daripada nggak sama sekali. Untuk itu, elo harus siap dengan hukuman. Percayalah, di zaman dulu emang sering kedapatan kasus hukuman yang di luar batas perikemanusiaan pada masa "perploncoan" istilah jadul untuk MOS tapi belakangan udah ada aturan yang jelas tentang pelaksanaan MOS. Nggak bakalan ada lagi

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

hukuman berupa siksaan fisik yang kelewatan. Kalo sekadar push-up atau lari keliling lapangan lima putaran sih, biasa. Tapi, kalo kamu nerima hukuman harus lari keliling lapangan seribu kali atau disuruh makan cacing hidup-hidup, kamu boleh protes; "Ini MOS atau Fear Factor?!" Ya, harus protes dan lawan! Laporkan sama guru pembimbing kalo elo nerima atau melihat hukuman yang nggak wajar. Pasti senior elo itu bakal nerima teguran bahkan sanksi berat. Jangan salah, ada banyak kasus panitia MOS harus berhadapan sama aparat penegak hukum lantaran perlakuan kerasnya pada siswa baru. Pasal yang dikenakan bisa "perbuatan tidak menyenangkan" sampai "penganiayaan" atau "tindakan yang membahayakan jiwa dan keselamatan orang lain". Hukumannya berat, lho! Kalo elo nerima hukuman, enjoy aja! Jalani dengan senang hati, dengan perasaan gembira dan tentu aja dengan jiwa besar. Tengsin, biasalah! Orang-orang justru akan respek sama elo kalo elo mampu melewati hukuman dengan tabah dan gembira. -No hurt feeling Pasti deh, yang namanya perasaan jengkel dan kesal bahkan marah sama senior yang macam-macam, sok galak dan suka mengobral hukuman itu ada. Tapi, rugi banget kalo elo memendam dan memelihara perasaan kayak gitu. Kalo elo menyadari sejak awal bahwa MOS adalah masa pengenalan sekaligus ajang penggojlokan fisik dan mental, singkirin jauh-jauh rasa dendam. Dendam hanya akan nimbulin racun yang akan menyakiti batin elo. Jangan pula berpikir bahwa tahun depan elo akan punya kesempatan buat balas dendam secara brutal terhadap junior alias murid baru. Kalo elo beruntung terpilih sebagai panitia MOS di tahun depan, anggaplah itu sebagai beban dan tanggung jawab elo. Elo mengemban tugas buat nyiapin adik-adik elo sebagai manusia yang tangguh dan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berwawasan. Generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai pelajar. -Hikmah MOS MOS emang berat, tapi anggaplah ini sebagai ungkapan rasa syukur karena elo udah lulus SMP dan memasuki sekolah lanjutan yang elo idamkan. Anggap pula ini adalah hadiah atas sukses elo yang udah tembus ke SMA. Berpikir begitu, bikin elo nggak stres dan menjalaninya dengan senang hati. Jangan pikirin susahnya melulu, tapi sadari tentang hikmah yang bisa elo petik dari acara ini: 1. Dengan MOS, gue lebih paham seluk-beluk sekolah. Mulai dari lingkungan sekolah hingga kurikulum dan program sekolah. Strategi belajar bisa disusun lebih awal ketika kita tahu tentang kurikulum dan program sekolah. 2. Gue bisa ngukur kemampuan dan tau seberapa tangguh gue. Ngebuktiin kalo gue bukan anak kecil yang cengeng dan gampang nyerah. Orang nggak cuma dituntut supaya pintar, tapi juga cerdik dan pantang menyerah. Smart and strong! 3. Dengan MOS, gue jadi kenal temen-temen seangkatan dan seniorsenior gue, juga dengan para guru. Keakraban mulai bisa disemai, dipupuk, dan dipelihara supaya berbuah kebaikan. Syukur-syukur kalo dapet gebetan baru di MOS, hihihi .... Jreng! MOS Gitu, Lho! JRENG! HWAAA ...! SMA, AKU DATANG! Itulah yang pertama kali gue bilang pas nyampe di SMAN 32 Jakarta. Hehehe..., akhirnya kesampean juga deh, gue make seragam putih abu-abu. Sweneng bwa-ngetz!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tapi, gue harus ikutan MOS dulu selama tiga hari. Kalo pas SMP dulu di SMPN 66 Jakarta, MOS-nya nggak pake ngerjain segala. Pas ngedaftar ulang, gue nanya ama petugas pendaftarannya kemudian jadi "musuh" gue; GURU MATEMATIKA! katanya bakalan ada penggojlokan, tapi nggak sampe parah. Penggojlokannya paling cuma konyol-konyolan dan uji malu. Seberapa "tipis"nya urat malu gue. No problemo kalo cuma sekadar uji malu! MOS Hari Pertama ... Ada papan pengumuman gede yang isinya pembagian kelas. Lumayan deh, cukup banyak alumni SMP gue di kelas. Meskipun nggak terlalu banyak yang deket sih, tapi ... daripada asing sama sekali? Kelas yang gue dapet adalah kelas X-6. Gue pikir, anaknya bakalan jaim semua. Nggak asyik dan nggak seru. Kakak kelasnya pun pasti pada jutek. Mana dua di antara tiga kakak pembina gue adalah cewek, lagi! Ah, tapi kan, nggak juga. Kalo ada apa-apa, tinggal lapor BP. Selesai, kan? Makanya, MOS ini gue hadapi dengan santai aja. Pake tas dari karung goni, topi bola yang di-belah, name tag uburubur harus ada foto bareng orang gila! Gue tempel aja foto bareng geng SMP gue. Kan, gila semua tuh! gue sama sekali nggak risi. Gimana, ya? Emang udah gitu, sih. Operasi penyambungan urat malu gue yang putus beberapa bulan lalu gagal. Hehehe .... Acara pertama, kami diantar kakak kelas Kak Randi yang dipanggil Tukul ama anak-anak karena mirip pelawak Tukul, Kak Wulan, sama Kak Vindy seisi kelas gue keliling sekolah, kemudian dikasih tugas bikin denah sekolah. Gue sih, bikin tapi asal-asalan. Nah, di hari pertama itu juga, kakak kelas ngu-mumin bakalan ada lomba yel ama lomba ngamen antar kelas. Gue sama sekali nggak minat mencalonkan diri. Kakak kelas gue udah wanti-wanti nyu-ruh anak-anak ngarang yel yang seru. Yang penuh semangat, en kalo bisa

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

lagunya jangan basi. Ya, gue sama sekali nggak bisa ngarang yel. Karena gue nggak ngerasa ada bakat musik, tuh! Alat musik aja cuma bisa maen recorder, Ngebawain lagu mengheningkan cipta pun masih banyak yang fals. Boro-boro nulis lagu buat yel! Apalagi bawaan bekal makanan en gaya yang makin hari makin nyusahin. Jelas nggak ngemung-kinin buat gue ngarang yel. Masa gue disuruh bawa melinjo gepeng emping sama tahu bentuk Sponge-Bob en tempe bentuk Patrick? Nasinya juga harus dibikin persegi. Dan minumnya susu pendekar. Apa coba, tuh? Rambut juga harus dikuncir tiga puluh dua. Iketannya pun harus pita, nggak boleh karet Jepang. Trus juga, suruh nyiapin rok rumbai Hawaii buat lomba yel pada hari ketiga. Tuh, kan? Nyusahin!!! MOS Hari Kedua! Ngumpulin denah, sama persiapan buat lomba yel dan ngamen. Kakak kelas makin ngedesak kelas gue yang pasif buat bikin lagu. Akhirnya setelah di-sodok-sodok, ada dua cewek yang nyumbang lagu Kopi Dangdut dengan lirik gubahan. Tapi, kayaknya kurang oke. Akhirnya, pas lagi disuruh bikin lagu semua, dan kelas hening, kedengeran kakak kelas gue di depan lagi pada nyanyiin reff lagu Naif Air Dan Api. Oh kakak-kakak, dukunglah kami Untuk beraksi di hari ini Supaya kami bisa meraih juara satu Lomba yel ini... "Kak, itu lagu-nya Naif, kan?" tanya gue. "Iya, nih. Tambahin, dong! Apa aja, kek!" sahut Kak Tukul. "Tunggu, ya? Coba deh, aku bikin," kata gue sambil mulai ngarangngarang lirik. Gue minta kertas selembar ama temen sebangku, si Costa temen SD yang sempet pisah di SMP. Eh, pas SMA ketemu lagi! dan gue mulai mengarang. "Kak, ini baru bagian awalnya aja," kata gue. "Lagu apaan?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Air dan Api." "Makasih, ya?" Kak Wulan terkesan banget. "Coba deh, kamu nyanyiin." Apa maumu, melawan kami Lo coba aja Ngelawan kami yang kerenkeren Bukan maksudku Jadi belagu Tapi emang X-6 bakalan menang lawan elo semua! "Waaah, bagus-bagus! Eh, temen-temen, nih udah dapet sepotong liriknya. Kalian tambahin lagi, ya? Biar rame!" Kak Tukul langsung semanget nulis di papan tulis, nggak peduli sama tulisannya yang kayak ceker ayam. Anak-anak pun nyatet. Asyik, gue jadi nggak sabar nungguin lombanya, kira-kira bakalan seheboh apa, ya? MOS Hari Ketiga! Lombanya bakalan dimulai. Dan, jam delapan semuanya udah standby. Dengan koreografi asal-asalan, X-6 pun nekat tampil modal dengkul. "Yang penting heboh dan kompak!" kata Kak Tukul lagi ngobarin semangat perjuangan. Pukul setengah sembilan, X-6 turun ke lapangan. Dengan kostum perang, yang superkeren! Na-me tag ubur-ubur dari karton warna pink katanya biar kayak ubur-ubur SpongeBob topi dari bola plastik yang dibelah itu pun masih ditempelin sama dedaunan, dan rok rumbai Hawaii dari tali rafia. Kelas X-6 bertempur! Kelas X-6 pun mulai formasi dengan tangan saling rangkul di pundak, kayak maen kereta-kere-taan. Dan nyanyiin potongan awal yel yang digubah dari lagu Sorak-Sorak Bergembira. Begitu lagu abis, formasi udah rapi. Cowok-cowok pada di belakang dan cewek bikin dua barisan, yang tinggi badannya pendek ada di depan (yaitu gue!). Dajjal dari kelompok kami ngasih komando, "X-6: Yuk-Yak?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"YUUUK!!!" sahut anak-anak serempak. "SATU-DUA-TIGA!" komando si Dajjal lagi. Kami pun berlagak dan beraksi. Bener-benar tanpa malu. Beres yel, kami harus bersiap-siap buat lomba ngamen! "Sya, gimana? Mau bawain lagu apa?" tanya Kak Tukul." Tau, deh. Maunya sih, lagu Radja yang Tak Kan Melupakanmu, tapi ... kurang hafal. Kayaknya Bintang di Surga aja, deh," jawab gue. "Yang bagus, ya! Tadi kamu keren, tuh! Biarin aja, nggak usah pake malu! Muka tembok, deh!" kata Kak Tukul. Pas gue tampil, ada beberapa kakak kelas nyawer duit. Gue ajak nyanyi live, malah disawer goceng! Kak Tukul pun langsung minjem topi bola gue en nadahin duit saweran. Kemudian, gue liat dia lari ke kantin ngebeliin es buat anak-anak. Katanya sih, total saweran ada dua puluh ribu dan abis dibeliin es. Eh, gue-nya malah nggak kebagian! Karena pas lagu abis, esnya juga udah pada abis disedot kerongkongan-kerongkongan yang keringkerontang. "Maaf ya, Sya? Buat kamu jadi nggak ada, deh," Kak Tukul nyesel. "Nggak pa-pa, bawa minum, kok," kilah gue. "Nih, kamu beli, gin!" Kak Tukul nyodorin gue duit gocengan. "Ini duit saweran?" tanya gue. "Nggak, itu duit kakak. Pake aja. Eh, tapi di-kembaliin, ya? Nggak ada duit lagi, soalnya." Kak Tukul tersipu ngejelasin betapa cekaknya dia. "Iya," seloroh gue sambil jalan ke kantin. Dua jam kemudian, pengumuman pemenang di-sebutin di speaker sekolah. Dan, gue sama sekali nggak nyangka yang menang adalah KELAS GUE! Tapi, ngamen gue kalah. Tiga besar pun nggak. Hehehe..., mungkin kualitas vokal gue kurang prima. Abis, kesedot lomba yel. But nggak pa-pa deh, buat pengalaman.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kak Tukul pun turun nemuin panitia buat ngambil hadiah lomba. Hadiahnya adalah dua puluh batang cokelat! Gue sebagai orang yang ikut dua lomba sekaligus, dapet "kelebihan" boleh makan satu batang utuh! Yang lain sih, harus dibagi-bagi. Hafsya Biar MOS Jadi Funky 1. Muka tembok aja Soalnya, kakak kelas tuh, aslinya pada capek, ngurusin MOS dari pagi sampe sore. Sekalipun kita udah pulang, kakak kelas masih pada di sekolah sampe sore, bahkan sampe malem. Besok paginya, mereka harus sampai di sekolah lagi buat ngatur acara. So, kadang-kadang bawaan mereka jadi bete terus karena capek. Mereka sebel banget ngeliat anak yang susah diatur lantaran MALU! Akhirnya, mereka jadi sensitif dan kadang-kadang jutek sama kita. Kalo udah gitu, pasti ntar kita ngecap, "Kakaknya jutek!" Padahal, coba deh, mikir dari sisi mereka. Sebenernya, MOS itu makin ringan dari tahun ke tahun. Tahun-tahun sebelum reformasi, MOS itu maen fisik. Dijemur di lapangan, naek-turun tangga, dan dikerjain yang kadang nggak masuk akal. Tapi sekarang, materi MOS dibuat makin ringan seiring dengan transparansi media massa. Kalo sampe mereka bikin MOS yang kejam dan sadis hingga ada yang celaka. Malu kan, masuk media? 2. Jangan overacting Sikap muke tembok emang perlu, untuk dapet simpati kakak kelas. Tapi, jangan sampe elo jadi pecicilan atau belingsatan nggak jelas

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sama kakak kelas. Karena, bisa aja ada kakak kelas yang merhatiin elo, dan ... ouch! Too cruel to be writ-ten here! Bisa-bisa, elo dalem bidikan dilabrak! Khususnya buat cewek, nih! Kakak kelas cewek itu selalu merhatiin kita kaum cewek, lho! Mereka selalu jeli ngeliat cewek yang sok cakep dan be-gaya. Kalo kamu dua tipe di atas, be careful! Bisa jadi, elo dalem sasaran "gencet"! 3. Jangan banyak omong Anak yang banyak omong, pasti keliatan nyebelin di depan kakak kelas. Apalagi yang ngomongnya cempreng dan merepet kayak petasan banting. Kakak kelas bisa aja sebel sama suasana gaduh yang elo ciptain. Dan kalo mereka nyuruh elo ngelakuin sesuatu selama dalam batas wajar nurut aja! 4. Bajaj pasti berlalu Cobalah terapkan ilmu ikhlas kayak si Fandi di sinetron Kiamat Sudah Dekat. Ikhlaslah ngelakuin apa aja yang disuruh. Cobalah tenang, dengan berpikir, bajaj pasti berlalu. MOS itu nggak bakal-an lama, kok. Masih mending cuma tiga hari. Coba kalo tiga tahun .... Nggak mungkin, kan? I Love... Sobat, Senior, dan Guru 1. Auw! Gencetan Senior 2. Sobatku Baik Banget 3. Guru: Killer, Charming, Cuek Sama Asyiknya Auw! Gencetan Senior

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

PAGI ini, kupikir sama dengan pagi sebelumnya. Aku datang terlambat, nyontek pe-er, lalu membahas gimana serunya gelaran F1 hari Minggu kemarin bareng Getz di pojok kelas. Namun, yang kudengar hanyalah cerita-cerita nggak nyenengin yang datang dari beberapa cewek juga beberapa cowok yang lolos audisi untuk digencet. Jadi, tepatnya Senin kemarin, banyak anak cewek digiring ke kelas tiga, kemudian dimaki-maki atau dibentak-bentak kakak kelas, dibuat menangis, atau kalo bersedia diberikan fitur-fitur tambahan kayak ditabok. Yang "ngerjain" adalah anak kelas tiga yang wajahnya emang nggak fotogenic buat dipajang di cover majalah hanya garagara mereka nggak begitu suka anak-anak kelas satu yang tingkahnya melebihi para senior. Iiih ... kedengerannya nggak indah. Aku ngedenger banyak cerita dengan versi yang berbeda dari Getz. Ada Tina, model nomor satu sekolah ini, paling tinggi, paling cantik, paling baik, tapi sayangnya...kena seret juga. Dia dibawa ke koridor kelas tiga sebelah utara, tempat yang nggak bakalan "diakses" guru-guru, dan enam cewek kelas tiga memaki-makinya dengan beragam "kata indah" sampai-sampai nggak enak didenger padahal inti kalimatnya cuma, "elo jangan belagul". Tina ditarik dan dikelilingi enam cewek itu. Setelah puas memakimaki Tina, satu kancing atas seragam Tina ditarik sampai lepas, dan kerahnya diangkat aku tau cewek yang mengangkatnya harus jinjit karena Tina lebih tinggi lima belas senti. Setelah itu, Tina diempaskannya ke atas tanah, dan diancam. "Jangan coba-coba bilang ama guru. Atau elo, pulang tinggal bawa nama doang. Ngerti?!" Tina cuma bisa diam, karena kalo ngelawan, dia nyadar kalah jumlah. Belasan orang di belakang enam cewek itu, bukan berarti belasan orang kayak sutradara, penata lampu, atau kameramen, tetapi belasan kelas tiga lain yang emang merhatiin si Tina selama

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

penggencetan. Ceritanya, mereka pengawal pribadi. Yang kalo si enam pasukan inti nggak punya kata-kata lain buat ngerendahin Tina, belasan orang di belakangnya wajib membantu. Jadi intinya ... Tina hanya diam. Kabar-kabar terakhir menyebutkan, para kelas tiga penggencet itu sirik sejak tau Tina dateng ke sini dengan modal sebagai seorang model yang emang nyedot perhatian semua cowok di sekolah. Jadi, mereka ngerasa kesaingin, hingga harus nga-dain pergelaran "kayak beginian" supaya ngebikin Tina sadar bahwa masih ada kelas tiga di sekolah ini yang menurut hukum alam berarti most dominating sekaligus ngasih tau "jangan mentang-mentang seorang model, terus bisa seenaknya". Juga ada cerita lain dari Yuli. Cewek ini digiring ke WC cewek kelas tiga yang kebetulan banget letaknya juga nggak keliatan dari ruang guru, sebab penempatannya di ujung koridor kelas tiga sebelah utara. Yuli ditarik delapan orang cewek kelas tiga, dan di dalem WC sama kayak Tina Yuli dimaki-maki, dibentak-bentak, kadang-kadang didorong-dorong sampe nabrak dinding. Karena kejadiannya setelah sekolah usai, jadi senior-senior itu nggak tanggung-tanggung ngambil air segayung, lalu ngeguyurin ke atas kepala Yuli, sampe pulang basah kuyup. Setelah kejadian itu, dan setelah perenungan beberapa saat "mengolah" makian-makian semua penggencetnya, Yuli sadar dia dianggap sok borju. Emang sih, dilihat dari penampilan, Yuli nggak ada potongan orang yang pernah ngemis di jalanan. Dateng ke MOS hari pertama dianter naek BMW. Hari kedua masih BMW. Hari ketiga Honda Jazz, tapi ternyata itu nyetir sendiri. Cieee gaya! Sepatunya aja nggak akan nemu di Bandung, kecuali kalo kamu jalanjalan di Paris. Atau buat ukuran bandana aja, harganya sama kayak sepatu mahal dari kulit. Yuli emang tajir banget.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tapi, kakak-kakak kelas tiga nggak begitu suka sama anak baru kayak begitu. "Elo ke sekolah mau belajar atau bikin showroom mobil, nah?!" Yuli sadar kalo seminggu ini, dia udah ganti mobil empat kali. "Sepatu aja mesti dari bahan mahal kayak gini, elo mau jualan?!" Yuli juga baru sadar sepatu kakak kelasnya bisa dibeli di Pasar Baru. "Terus apaan sih, ini?! HP aja mesti ada televisi di dalemnya!" Tapi, Yuli diam, padahal rasanya ingin sekali dia berkata Selain ada kamera, radio. Internet, dan teve dalam HP ini, ada juga fitur lain seperti kulkas, setrika, dan mesin cuci. Puas?! Atau yang nggak kalah serunya, adalah cerita digencetnya si Egie. Cewek yang emang cuek ama siapa aja ini, digencet spesial pake telor di taman belakang sekolah. Kebetulan lagi, taman ini ada di balik koridor utara kelas tiga, yang kalo koridornya aja nggak keliatan dari ruang guru, apalagi taman di baliknya. Sejak MOS, Egie udah mulai cari perhatian. Dengan lagaknya yang centil, sok akrab, gokil, menggoda, dan nakal, beberapa cewek senior jadi enek ngeliatnya. Egie digencet sama lebih dari dua puluh cewek senior hasil konferensi penggencetan tahun ini, dan apa yang dilakukan Egie benar-benar di luar dugaan mereka. Mereka pikir, Egie bakalan takut dengan dua puluh orang lebih mengelilinginya, lalu memaki-maki, membentak, mendorong, tapi Egie malah balik melawan. "Elo tau nggak sih, siapa elo di sekolah ini?!" bentak yang rambutnya kuncir kuda. "Saya Egie, emang kenapa?" jawab Egie polos. Lagaknya seolah nunjukin saat ini dia lagi diajak curhat. "Eeeh! Malah ngejawab! Elo kagak tau siapa gue, nah?!" bentak yang rambutnya kuncir banteng. "Nggak," jawab Egie polos. Emang, kenapa nggak boleh jawab? Kan, mereka nanya, pikir Egie.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Heh! Nyadar diri, dong! Elo tuh, masih kelas satu. Jangan belagu! Pake sok akrab ama kelas tiga lagi. Kecentilan banget, sih! Elo tuh siapa sih, siapaaa ... di sekolah ini?! Baru aja jadi kelas satu lagaknya udah kayak kelas tiga! Mikir aja kali, elo tuh masih cupu! Cupu! Anak bawang! Kagak ada pantes-pantesnya elo nyapa anak kelas tiga di sekolah! Jauh-jauh, deh! Heh, inget, ya ... gue nggak mau liat muka elo lagi di sekolah ini, kecuali elo milih diem di sekolah dan nggak keluar-keluar selama istirahat. Ngerti lo?! Hina deh, elo dateng ke kantin!" bentak yang rambutnya kuncir kelinci panjang lebar, meneruskan bentakan-bentakan sebelumnya. Hatchiiieee Egie malah bersin. Asalnya mau ngupil, tapi malu. "Barusan, Teteh ngomong ama saya?" ujarnya polos lagi. Aaarrrggh! Kayaknya, cewek-cewek yang ngegencet itu udah kesel and pengin cepet-cepet "ngabisin" si Egie. Tapi, semua itu emang bener. Egie cuek banget dan sampe sekarang, meskipun udah digencet sepuluh kali, tuh anak masih adem ayem aja nyari perhatian orang-orang. Emang kecentilan, sih! Menilik cerita orang-orang itu, aku juga baru inget kalo aku pernah digencet ama senior. Waktu itu masih SMP. Aku sekolah siang dan pulang pukul lima sore dan aku mesti ngelewatin pasar Caringin yang baunya "harum. Karena nggak mau ngelewat pasar induk itu, aku motong jalan lewat gang-gang kecil, yang penting nyampe di jalan Soekarno-Hatta, jadi aku bisa naik angkot Caringin Dago sampe ke rumah. Namun, perjalanan nggak terasa begitu enak waktu aku lewat gang yang agak sepi. Tampak di ujung gang tepat sebelum mencapai jalan ada kerumunan tiga orang berseragam SMP, yang wajahnya lumayan kukenal. Yup, itu kakak kelasku. Satu di antara mereka lebih tinggi dariku, sementara yang lain mungkin sepantaran. Kupikir, aku nggak bakalan disapa ama mereka. Ternyata dugaanku salah. Bukannya disapa lagi, tapi aku ditodong! Mereka memanggil

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dan menarikku. Di tangan cowok yang paling tinggi, ada sebilah pisau yang diarahkan ke perutku, dan mereka mulai memaki-maki. Bentakan-bentakannya sih, lupa. Tapi yang aku ingat, mereka itu sirik karena aku katanya anak yang jutek. Apalagi aku anak Paskibra. Di SMP ku, Paskibra adalah segalanya mengalahkan cheer-leader dan kalo berhasil jadi tim inti, hebat, deh! Sementara itu, kakak-kakak kelasku sama sekali nggak ikutan ekstrakurikuler. Dari bentakan-bentakan yang nggak jelas dan nyaris membuatku menangis aku narik kesimpulan, kalo mereka emang nggak suka anak Paskibra. Dari dulu, mereka pengin banget ngehajar anak-anak Paskibra yang dinilai jutek, egois, dan sombong. Tapi, nggak ada yang berhasil, karena katanya menakutkan. Entah kenapa, sialnya aku, ternyata mereka menggunakan kesempatan ketika aku lagi sendiri untuk melabrakku. Wuih ... masih terngiang-ngiang kok, gimana kejadiannya. Dan sekalinya mereka ngegencet, nggak tanggung-tanggung. Mereka malak aku! Hehehe ... be-neran! Dompetku disuruh dikeluarin aku nggak bisa beron-tak karena pisau ada di perutku dan aku disuruh ngeluarin semua isi dompet. Untungnya cuma dua ribu perak yang ada di dalem dompet. Jadi, "penghasilan" mereka nggak begitu gede! Aku dile-pasin, setelah dompetnya dicuri juga! Gileee ... Muharram R. Trik Jitu Menghindari Gencetan 1. Hindari tempat mangkal mereka Kantin, koridor kelas tiga, warung di deket sekolah, dan tempattempat tersembunyi harus dijauhi. Para senior merasa memiliki

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sekolah ini dan lebih berkuasa daripada adik-adik kelasnya. Meskipun elo juga bayar di sekolah supaya bisa lewat di koridor kelas tiga, tapi mereka menganggap koridor kelas tiga adalah daerah sakral dan suci mereka. Hanya kelas tiga yang boleh lewat. Kelas satu atau kelas dua, silakan lewat jalan lain. Atau, elo milih untuk ditarik ke WC sama mereka, hanya untuk dimaki gara-gara nyentuh daerah khusus mereka? Meskipun sebagai kelas satu, elo udah bayar sekolah agar bisa menikmati seluruh fasilitas, tapi sebaiknya jangan berlebihan. Jangan pergi ke kantin bareng geng di kelas, dan ribut-ribut di kantin, padahal di situ ada juga kelas tiga dan gengnya yang lagi ribut-ribut. Bersikap biasa aja. Atau, tunggu sampe senior galak yang ada di kantin udah pada pergi, baru elo bisa ribut-ribut. Inget, kalo masih kelas satu, jangan dulu ngela-kuin apa-apa. Jangan belagu atau cari-cari perhatian orang. Mau belagu sih, boleh, tapi ntar kalo udah kelas tiga. Sebab, nggak akan ada yang ngegencet elo. 2. Jaga bahasa dan sikap Tidak menggunakan kata-kata gaul seperti "gue-elo" di sekitar senior. Tidak berbisik-bisik dengan temen di sekitar senior meskipun kamu bukan ngomongin senior itu. Tidak menatap senior lama-lama. Tidak berlagak centil di sekitar senior. Senior rata-rata nggak suka kalo ada adik kelasnya kayak begitu. Ngobrol menggunakan "gue-elo" mungkin wajar dengan temen sekelas. Tapi, kalo situasinya nggak memungkinkan banget, misalnya di kantin, elo ngobrol "gue-elo" bareng temen sekelas elo, sementara senior yang galak yang ngomongnya "aku-kamu" lagi duduk di sebelah, bisa-bisa memancing pertempuran hebat! Banyak senior yang nggak suka ngeliat adik kelasnya sok gaul, sok funky, dan kesannya pe-ngin ngalahin semua kelas tiga yang ada di

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sekolah itu. Buat anak-anak Jabodetabek yang bahasa sehariharinya make "gue-elo" mungkin nggak begitu menarik perhatian. Tapi, tempat-tempat di seluruh Indonesia selain Jabodetabek kan, bahasanya nggak kayak gitu. Malahan sebenernya, lebih banyak senior yang benci ngedenger ada adik kelasnya ngomong "gue-elo" di depan dia. Apalagi pas ngobrol langsung. Walah-walah, nggak sopan itu mah! Padahal, bisa kan, diganti dengan "saya" untuk sementara, supaya kita dianggap santun dan nggak mancing mereka buat marah. Kata ganti diri yang jangan kita ucapkan ke kakak kelas; gue, aku, eke, ai, elo, kamu, ses, yey. Dan beberapa kalimat yang aduuuh...jangan deh, diucapin waktu ngobrol ke kakak kelas, seperti; so what gitu loh?!, plis dong, yang bener aja kali! 3. Hindari terang-terangan nyari gebetan senior Elo mungkin punya hak buat ngecengin para senior, yang rata-rata udah keluar aura cute-nya karena proses pendewasaan. Tapi, para senior cute itu masih jatahnya para senior juga. Secara nggak langsung, kalian masih belum punya hak buat ngedapetin mereka. Kalo cuma ngecengin sih, itu personalnya masing-masing. Tapi, bukan berarti elo nggak bisa ngedapetin para senior yang cute-cute itu, kok! Boleh-boleh aja ngegebet kakak kelas yang elo pengin. Tapi, jangan secara terang-terangan ngedeketin tuh kakak kelas, sampe-sampe kirim salam lewat radio, atau sengaja lewat di koridor kelas tiga buat narik perhatiannya. Selain kakak kelas yang elo keceng makin aneh gara-gara elo cari perhatiannya berlebihan, senior-senior yang galak pun makin nggak suka ama elo. Elo bisa dianggap cewek murahan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mending banyak-banyak berdoa aja supaya yang elo kecengin punya rasa ama elo. Sebab, kalo kondisinya udah kayak gini tuh senior yang elo kecengin ternyata ngecengin elo udah nggak ada lagi yang bisa nyalahin elo. Kalo elo masih dapet gencetan juga, elo bisa ngebantah, sebab yang suka ama elo emang tuh kakak kelas. 4. Hindari geng caper Elo punya hak buat bikin geng di kelas bareng temen-temen. Biasanya geng tercipta gara-gara ada beberapa temen yang satu visi atau sama hal-hal favorit ama elo. Di sinilah elo bakal ne-muin temen-temen yang satu hati, dan elo rasa paling deket ama elo. Dan gara-gara kedeketan inilah, yang ngebikin lupa, elo lagi ada di mana. Banyak kasus nggak begitu mengenakkan terjadi di beberapa sekolah. Ada geng kelas satu yang lagi mejeng-mejeng di kantin. Karena mereka ngerasa di tempat yang pas, mereka asyik-asyik aja ribut sendirian dan nggak nyadar kalo ada senior yang keganggu ama mereka. Ujung-ujungnya, tuh senior yang keganggu, ngelaporin perihal ribut-ribut tersebut ama yang "berwajib" misalnya senior galak atau senior tukang gencet, dan tuh geng mampus deh, digencetin hari itu juga. Atau ada geng yang sengaja ngerebonding rambutnya, and jalan sampe kantin barengan kayak peragawati. Siapa senior yang nggak gerah ngeliat yang kayak begituan?! Kesannya sok cari perhatian, padahal baru masuk kelas satu. Tapi, rambut aja mesti lurus bareng-bareng. Atau yang pada punya kulit putih. Atau yang semasa SMP-nya udah jadi model, dan ketemu lagi di sekolah itu. Pokoknya, yang berkoloni dan cari perhatian kayak gitu, nggak disuka banget ama senior. Sobatku Baik Banget

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"CIHUUUY ...! Asyiiik aku udah SMA!" seruku sambil menari-nari di depan kaca dengan seragam baru abu-abu putih. Aku udah nggak make biru-putih lagi. Sekolah baru, baju baru, rambut yang baru kupotong pendek di atas bahu biar nggak perlu dikepang lagi, tementemen baru, sobat baru, dan wow...dapat pacar baru, dong! Ehem...aku tersenyum sendiri sambil menyelesaikan acara dandanku pagi itu. Aku udah siap berangkat sekolah. Hatiku bener-bener gembira. Kayaknya, di kepalaku berhamburan berbagai rencana dan cita-cita. Salah satunya, aku mesti dapetin sobat yang baik banget. Ini satu hal yang penting banget bagiku. Waktu SMP, aku ngejalanin hari-hari dengan ceria karena ada sobat kental yang baik dan nye-nengin, namanya Sita. Sayangnya waktu lulus SMP, dia harus ngikutin ortunya pindah ke Bengkulu. Duuuh aku ngerasa sedih banget. Padahal, dulu aku sama dia bercita-cita masuk SMA favorit, ya SMA Negeri I Tulungagung. Saat aku tiba di sekolah, suasana udah cukup ramai. Sebagian udah aku kenal karena mereka temen-temenku waktu SMP, tapi sebagian besar belum kukenal. Meskipun udah ada MOS selama tiga hari, tetep aja aku belum bisa mengenal semua temen. Setelah menyapa temen-temen yang kebetulan berpapasan, aku langsung masuk ke kelasku di 1-4. Wow...kelas udah penuh. Aku bingung saat mengedarkan pandangan. Semua bangku udah ada tasnya, kecuali bangku paling depan yang berhadapan langsung dengan meja guru. Iiih serem! Nggak bisa ngerumpi sama nyontek! batinku ngedumel. (Hehehe ... biarpun sering juara kelas, aku juga pernah nyontek kalo terpaksa dan apesnya sering ketauan guru juga! Suka ngerumpi juga kalo gurunya lagi ngebetein! Ups, jangan ditiru, ya!). Meskipun begitu, aku terpaksa meletakkan tasku di tempat itu. Ntar aku harus nyari tempat yang strategis, batinku lagi.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Nina, seorang temenku yang kukenal karena dulu satu SMP sama aku, masuk kelas. Aku mendekatinya. "Nin, kamu sama siapa?" "Kamu mau duduk mana?" dia balik bertanya. Aku mengedikkan bahu. "Bingung. Perasaan, aku udah dateng pagi, masih aja nggak kebagian bangku. Nggak bisa milih." Nina tertawa sambil ikut mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. "Oh iya, tinggal....Ahaa... kamu di depan aja sono! Nggak pa-pa, lagi! Sama si Ela itu, lho!" Aku melirik ke depan. "Ela yang dulu anak 3-A itu? Yang pendiam dan dijuluki kuper itu? Ya ampun, Nin. Mana bisa aku betah sama dia? Bisa-bisa, seharian aku didiemin!" seruku langsung mengambil tasku kembali. Aku meletakkannya di tempat Nina. "Aku nitip dulu. Ntar kalo udah ada yang mau tukeran tempat, aku ambil, deh!" seruku sambil keluar. Nina nggak berkomentar. Aku gabung sama temen-temenku di luar. Pukul tujuh persis bel berbunyi nyaring. Semua murid berhamburan masuk ke kelas. Begitu juga murid-murid di kelasku. Aku masih berdiri di depan kelas. Ternyata bener-bener deh, nggak ada bangku kosong yang tersisa selain di sebelah Ela. Usahaku untuk bertukar tempat dengan temen-temen nggak berhasil. Mereka malah ngomelngomel padaku. "Makanya, kalo mau dapet tempat strategis itu, ya dateng pagi-pagi. Kamu sih, malah molor. Jam berapa tadi bangun?" balas Ningrum malah meledek. Temen-temen yang lain pun ikut menimpali. Akhirnya dengan cemberut, aku mengambil tas yang kutitipkan di tempat Nina. Mau nggak mau, aku duduk di sebelah Ela. "La, aku duduk sini, ya?!" seruku berusaha tersenyum. Ela yang sibuk dengan bacaannya ya ampun, tau nggak, yang dibaca tuh buku Fisika Dasar. Duh, bisa-bisa seharian aku mati kaku di sampingnya! menoleh ke arahku dan tersenyum. "Silahkan! Aku

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

seneng banget kalo kamu jadi temenku!" serunya sambil mengulurkan tangan, mengajak salaman. Aku menerima jabatan tangannya dan ikut tersenyum. Tak lama, Bu Sri, wali kelas masuk. Seperti biasa, mengabsen, ngasih peraturan ini-itu dan se-bagainya. Biasalah rutinitas setiap tahun ajaran baru. Aku nggak terlalu memerhatikan. Semula aku pikir, hari-hariku bakalan ngebetein di samping Ela. Selain pendiem, Ela juga kutu buku banget. Banget-banget, deh! Tiada waktu selain untuk baca. Swear deh, waktu istirahat pun Ela pasti lari ke perpustakaan. Nggak ada waktu buat seneng-seneng, deh. Aku sampai uring-uringan sendiri kalo udah duduk di sampingnya. Aku sih, seneng baca dan nulis, tapi nggak "gila" kayak dia. Lagian, bacaanku yang ringan-ringan dan populer, sementara dia, bacaannya buku-buku berat buku-buku pelajaran eksakta tuh, bagi dia kayak ngebaca majalah populer remaja. Tapi ... setelah seminggu duduk sebangku sama Ela, aduh ... aku jadi salut sama dia. Ternyata, Ela tuh pinter banget dan wawasannya luas. Kalo aku tanya apa aja sama dia, pasti dia bisa ngeje-lasin dengan komplet! Nggak perlu buka-buka buku lagi! Kalo aku nggak ngerti satu materi pelajaran, dia bisa nerangin dengan detail dan sabar. Kadang-kadang, aku merasa lebih ngerti dijelasin sama dia daripada diterangin sama guruku. Selain itu, Ela ternyata punya kelebihan lain. Dia pinter banget ngebesarin hati orang. Kalo aku lagi males atau down gara-gara keki nggak ngerti gimana ngerjain tugas Matematika yang sulitnya minta ampun, dia pasti bisa ngebikin aku semangat lagi buat ngerjain dan belajar. Dia juga punya perbendaharaan joke yang bener-bener membuatku ketawa ngakak. Kalo udah berbagi cerita sama dia, wah, ternyata kami juga bisa fun dan seru. Sampai temen-temen yang dulu mengenal Ela, terkaget-kaget aku bisa ketawa ngakak dengannya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sejak itu, aku jadi semakin dekat sama Ela. Secara nggak langsung, Ela ngajarin aku untuk mencintai pelajaran eksakta, membuatku seneng sama buku-buku "berat", nggak boros dan rajin menabung, menambah wawasan soal agama, lebih sabar dan peduli sama orang serta lingkungan di sekitarku, ngebenerin bacaan Al-Quranku yang nggak ada lagunya, lebih rajin beribadah karena dia udah berjilbab dan ikut Rohis. Yang jelas, aku juga jadi ikut-ikutan suka puasa Senin-Kamis, soalnya jadi males kalo ke kantin sendirian. Terus kalo bawa makanan, suka nggak enak mau makan di samping Ela yang puasa. Padahal, buat dia nggak masalah. Sementara itu, mungkin secara nggak langsung aku udah membuatnya lebih enjoy dengan masa remajanya. Aku paling suka ngajakin dia ke kantin soalnya, aku paling doyan makan, tapi tetep aja badan nggak mau gemuk jalan-jalan keliling tempat-tempat wisata di kota kami, ngedatengin rumah temen-temen kami, ngikutin acara-acara sosial yang menyebabkan kami ketemu banyak orang, ngajakin dia ke mal buat belanja pernak-pernik cewek, cari bajubaju yang lagi ngetren, dan nggak ketinggalan pula nyobain kosmetik remaja yang aman. Yang nggak kalah serunya, sejak sering kuajak nonton, justru dia yang jadi gila nonton film di bioskop. Ela juga nggak lagi "alergi" sama majalah-majalah remaja populer, ngedengerin lagu pun nggak cuma nasyid. Ela berjilbab sejak SMP, dia pun berusaha nga-jakin aku berjilbab. Aku langsung ketawa ngakak waktu dia ngomongin soal itu. Aku tau niatnya baik, tapi sepertinya nggak pas untuk diriku. "Ayam aja bisa ngetawain aku, La!" seruku sambil tertawa. "Aku tau jilbab itu wajib bagi Musli-mah, tapi kalo hatiku belum siap, gimana, dong? Jilbab itu kan, suci? Apa gunanya aku pakai, tapi hatiku masih ke mana-mana, mataku masih belum bisa kayak kamu, tunduk kalo liat cowok aduh, ketemu cowok cakep tetep aja aku bisa teriakteriak itu cowok cakep banget belum lagi soal agama dan ibadahku.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kamu tau kan, sholat aja aku masih suka nunda-nunda. Untung deh, selama ini ada kamu yang selalu ngingetin, ada ortuku yang baik yang mau bangunin kalo aku nggak cepet-cepet subuh! Ntar deh, kalo aku udah siap!" seruku panjang lebar. Ela bukannya marah, tapi hanya tersenyum. "Syukurlah kalo niat itu udah ada di hati kamu. Aku ngehargain prinsip kamu. Mudah-mudahan, Allah Swt. cepet ngasih kamu hidayah untuk pake jilbab!" "Amiiin!" seruku dengan tulus. Kami bisa tertawa lagi. Ela masih sering ngingetin aku soal jilbab dan sering pula menyuruhku ganti baju kalo baju yang kukenakan dianggapnya terlalu ketat atau terlalu mini. Entah kenapa, aku juga nurut aja. Soalnya kalo aku pikirin lagi, pake baju yang lebih longgar dan nggak terlalu pendek lebih nyaman di badan. Namun, toh ada juga masanya aku sama dia bersitegang. Marahan, diem-dieman, dan saling nggak mau ngalah. Masalahnya waktu itu, setelah sebulan kenal lebih deket sama temen-temen cowok di kelasku, aku jatuh cinta sama...Hermawan, cowok yang baik, care banget sama aku, sering ngasih hadiah walopun aku nggak ultah, sering ngebantuin pelajaran keterampilan elektronik, dan yang paling penting wajahnya cakep, putih bersih, tinggi jangkung, rajin sholat dan kalo ngaji duh, bikin hatiku berdebar-debar deh, saking bagusnya. Sejak itu juga, aku jadi perhatian sama Her-mawan. Ngebales kebaikannya gitu, deh. Aku jadi ngerasa kalo aku tuh, suka sama dia, lebih-lebih di-komporin juga sama temen-temen buat jadian aja sama Hermawan. Nah, itulah awal permasalahan dan keteganganku sama Ela. Waktu aku bilang sama Ela kalo aku suka sama Hermawan dan mau lebih deket lagi, Ela marah. Ela bilang padaku dengan segala rumus dan dalilnya untuk ngelarang aku pacaran sama Hermawan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pacaran itu nggak dibolehin dalam Islam. Pacaran itu deket sama zina. Pacaran itu cuma bujukan setan agar kita terperosok ke lembah kehinaan. Jauh-jauh deh, dari pacaran. Aku nggak pengin kamu nyesel nantinya!" seru Ela dan masih ada "bla-bla" lainnya yang cuma masuk telinga kanan langsung keluar telinga kiri, deh! Itu masih belum seberapa. Aku toh, belum pacaran sama Hermawan, batinku. Tapi ya itu, biasalah pedekate. Jadinya, aku lebih sering ngabisin waktu sama Hermawan daripada sama Ela. Temen-temenku yang lain udah pada ngomporin untuk ne-rima Hermawan. Asli, waktu itu aku seneng dan bahagia banget. Gimana gitu rasanya kalo mau dapet cowok yang baik dan pinter. Wah ... happy berat dong, pastinya. Aku nggak terlalu peduli sama omongan Ela yang selalu ngingetin bahayanya pacaran. Sampai akhirnya, keteganganku sama Ela memuncak. Saat itu malam Minggu. Ela dan keluarganya baru selesai makan malam di sebuah restoran, ketika Ela ngelihat aku dan Hermawan keluar dari bioskop. Ela langsung menghampiriku dan menarikku menjauh dari Hermawan. Aku mulai jengkel. "Kamu duluan aja, Wan. Ntar aku nyusul!" seruku akhirnya. Hermawan pun pergi. Ela langsung marah-marah. "Ari, kamu ini nggak sadar, apa? Dia itu bukan muhrim kamu! Nggak inget apa, berduaan sama bukan muhrim itu yang ketiganya setan?! Mana di tempat gelap-gelapan kayak gitu. Apa aja yang kamu lakuin sama dia?!" teriaknya marah dan langsung memberondongku dengan pertanyaan yang menurutku nggak masuk akal. "Emangnya, kamu pikir aku ngelakuin apa? Aku cuma nonton sama dia! Nggak lebih! Lagian, kamu ini kenapa, sih? Ini urusan pribadi aku! Ortuku aja nggak ngelarang aku pacaran. Lha kamu, malah ngelarang ini-itu! Huuuh ... jangan-jangan, kamu cemburu, ya? Kamu naksir juga sama Hermawan? Bilang aja kalo sirik, nggak usah pake ngelarang-

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

larang segala! Mulai saat ini, kamu jangan ikut campur urusanku!" seruku langsung pergi ninggalin Ela. "Ariii ...!" teriak Ela yang berusaha mengejar dan menghentikanku, tapi aku tetap nggak peduli. Aku jalan cepet-cepet dan memanggil becak. Aku bener-bener marah, kesal, kecewa, sebel, cemburu juga karena tiba-tiba kepikiran Ela naksir Hermawan. Sejak itu, aku musuhan sama Ela. Aku nggak mau duduk di sampingnya. Kebetulan Susi sakit, jadi aku bisa duduk di samping Nina. Tapi, rasanya te-tep aja sebel dan jengkel sama Ela. Tapi emang dasarnya Ela baik banget, dia tau aku marah sama dia, tapi dia tetep baik sama aku. Dia juga tetep nyapa dan ramah seperti biasa, tapi aku malah ju-tek dan cuek bebek. Dia juga ngasih beberapa buku yang berisi tentang larangan pacaran, bahayanya pacaran, dalil-dalil yang jelas dari Al-Quran padaku. Semula, aku nggak tertarik banget sama buku-buku "begituan". Karena menurutku, pacaran itu bikin orang tambah semangat belajar, tambah termotivasi, tambah peduli sama orang lain, belajar sayang sama orang lain. Namun, saat ngeliat ada ayat-ayat Al-Quran yang ngebahas tentang larangan mendekati zina dan pacaran itu termasuk sebagian dari mendekati zina, aku jadi mikir-mikir juga. Akhirnya, aku mau juga ngebaca buku yang dikasih Ela, meskipun aku masih nggak mau ngomong sama dia. Istilah dalam bahasa Jawa adalah satru. Jalan sendiri-sendiri dan seolah-olah nggak kenal. Akhirnya setelah membaca buku-buku dari Ela, aku jadi paham pikiran Ela. Oooh ... ternyata pacaran itu lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Aku jadi malu sendiri dan berpikir untuk minta maaf sama Ela. Eeeh, di saat aku baru ngumpulin keberanian untuk minta maaf sama Ela, Hermawan malah "nembak" aku. Aku minta waktu sama Hermawan. Aduh, gimana ini? batinku bingung campur aduk. Antara seneng dan susah karena ternyata cowok yang aku suka, juga suka padaku. Tapi

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

susahnya karena aku udah mulai tau, pacaran itu nggak boleh dalam Islam, terus mudharatnya lebih banyak. Pokoknya, dilematis banget. Sampai akhirnya, aku mutusin menolak Hermawan. Aku lihat Hermawan syok dan nggak nyangka aku tolak, karena selama ini sepertinya aku ngasih lampu hijau buat dia. Aku nggak mau kejebak mudharatnya pacaran. Walopun aku berani nolak Hermawan, tapi aduh, ternyata aku masih nggak punya keberanian untuk minta maaf sama Ela. Aku jadi inget kemarahanku sama Ela waktu diingetin, ngediemin dia, nuduh dia naksir sama Hermawan, duuuh ... kayaknya salahku banyak banget sama Ela. Padahal, Ela baik banget sama aku. Untungnya, siang itu Ela nyerahin kertas selembar. Undangan agar dateng di acara ceramah ustad dari Rohis. Duh, dia tetep aja baik. "Dateng ya Ri, kalo nggak ada acara. Tema ceramahnya sih, bergaul yang manfaat!" serunya lalu langsung meninggalkanku. "Ela kataku saat dia udah nyerahin undangan itu. Dia berhenti melangkah dan menatapku. "Ya, Ri?" Aku mendekat. "Maafin ... aku, ya?!" seruku terbata. "Aku udah ngerti pacaran itu nggak ada manfaatnya. Aku juga udah nolak Hermawan dan nggak mau kehilangan kamu, sobat baikku! Maafin semua kemarahanku sampai ngediemin kamu!" seruku mulai lancar. Alangkah baiknya Ela. Dia tersenyum dan membuka kedua tangannya, kemudian memelukku kalo direkam pasti lucu banget deh, soalnya aku orangnya kecil imut, sementara Ela tinggi dan terlihat besar karena baju dan kerudungnya yang selalu lebar dan panjang. "Alhamdulillah. Aku seneng banget. Hermawan cerita juga padaku. Aku bilang padanya lebih baik kita perbanyak temen, cari ilmu dan bekal yang cukup untuk masa depan, kalo udah siap nikah, baru deh, ngurus ta'aruf" katanya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Aku langsung melepaskan pelukannya. "Herma-wan cerita sama kamu? Dua-duaan, dong!" seruku. "Kagak, dia yang nelepon!" sungutnya terlihat kesal. Aku mengangguk-angguk. "Oh ya, apaan tuh ta'aruf! Nggak usah sok bahasa Arab, deh!" seruku. Dia langsung menepuk pipiku dengan sayang. "Ta'aruf aja nggak tau, malah ngurusin yang nggak manfaat kayak mau pacaran!" godanya. "Ta'aruf tuh kenalan antar lawan jenis yang berniat menikah, tapi ada saksi dari keluarganya. Gitu, Non!" Aku langsung tertawa. "Iya, aku tau. Aku kan, bukan anak bodoh. Lagi nguji kamu aja!" seruku sambil melangkah pergi. "Ariii ...!" serunya sambil mengejarku, kemudian memeluk pinggangku sambil berjalan di sampingku. Kami kembali tertawa bersama siang itu. Indahnya persahabatan. Kinoysan Tips Menggaet Sobat 1. Senyum, ramah, dan tulus Ini kunci untuk membuka hubungan dengan orang lain. Orang seseram dan secuek apa pun, selama kita senyum, ramah, dan tulus, dia juga pasti jadi baik sama kita. Bisa jadi orang yang semula kita anggap bakalan jutek dan cuek, malah jadi temen atau sobat baik kita. Lagian senyum, ramah, dan tulus kan, nggak pake modal. Udah gitu, senyum bernilai ibadah, kan? Nggak rencana cari sobat pun, modal senyum, ramah, dan tulus bakal bikin kita disenengin orang. 2. Jangan menilai orang dari pandangan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

pertama Bisa-bisa kejebak, tuh! Pandangan pertama sering menipu, lho. Misalnya nih, kayak yang kualami sama Ela. Pandangan pertamaku sama dia jelek banget dan mengira duduk sama dia bakalan ngebetein, ternyata nggak. 3. Fokus pada kelebihan sobat kita Tiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Nah, biar kita nggak cepet marah dan bete sama sobat kita, kita mesti fokus pada kelebihan-kelebihan dia. Apa yang menonjol dari dia yang bisa kita pelajari; mungkin kesabarannya, kepandaiannya, keramahannya, dan kebaikan hatinya. Kalo udah gitu, kita nggak akan cepet kesel karena kesalahan sepele yang dilakukan sobat kita. 4. Punya prinsip Jangan sampai lantaran kita punya sobat, kita jadi selalu ingin nyenengin dia, ngikutin apa maunya dia, sampai-sampai kita sendiri nggak punya pijakan untuk melangkah. Wah, rugi besar, tuh! Namanya sobat tuh, bukan jadi bayang-bayang kita, tapi seseorang yang bisa membuat diri kita lebih baik dan tetap memiliki kepribadian. 5. Punya privasi Biarpun ke mana-mana udah lengket kayak pe-rangko, kita dan sobat tetaplah dua pribadi yang berbeda. Kita mesti ngomong sama sobat untuk tetap menghargai privasi masing-masing. Bagaimanapun juga,

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

suatu ketika seseorang tetep perlu ruang tersendiri untuk dirinya. Kadang-kadang dengan sendirian, kita udah bisa menyelesaikan masalah. Nggak selalu harus bareng sobat. 6. Bikin kesepakatan yang jelas Kalo kita sering bareng-bareng ngabisin waktu sama sobat, bikin kesepakatan yang jelas, kapan mesti nurutin diri kita kapan nurutin sobat kita. Jangan sampai kita jadi bayang-bayang orang dan nggak punya identitas, ke mana dan mau apa sobat kita, kita selalu nurut. Nggak banget, deh! 7. Saling mengerti Kalo yang satu marah, yang satunya harus berkepala dingin. Kalo yang satu keras, yang satunya harus lunak, biar nggak kesel-keselan dan saling jutek. Namanya sobatan, pasti nggak lepas dari benturan. Saat itulah, diperlukan saling mengerti dari sobatnya. Kalo nggak gitu, cepet ancur deh, sobatannya. 8. Kalo salah, harus mau minta maaf Namanya interaksi dua orang yang berbeda, pasti ada salah paham, pertengkaran. Buat yang salah, harus berani minta maaf dan buat yang disalahi, juga harus mau memaafkan dan melupakannya biar sobatan awet. 9. Saling melengkapi Nggak ada orang yang sama, kelebihan dan kekurangannya. Dengan sobat, kita bisa saling melengkapi dan meminimalkan kekurangan kita

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

supaya jadi lebih baik dan saling ngambil manfaat dari sobatan tersebut. Jangan sampai mau cari untungnya sendiri, bakalan cepet ancur deh, sobatannya! Guru: Killer, Charming, Cuek, Sama Asyiknya Akhirnya tiba juga hari pertama masuk SMA. Senang rasanya menyambut hari bersejarah yang udah berminggu-minggu ditunggu ini. Tapi sayangnya, selama masa orientasi yang mengawali hari-hari di SMA, siswa kelas satu belum boleh bersera-gam putih abu-abu. Jadilah hari ini seragam yang dipake masih biru-putih, yang rasanya udah bosen banget dipakai. Jalan raya penuh sesak oleh anak sekolah. Namanya juga hari pertama, masih pada semangat untuk nengok sekolah yang udah lama ditinggalin. Mmm, sepertinya harus turun dari bus di depan gang ini. Yup, kiri, Mas. Nanti tinggal jalan kaki kira-kira lima menit, maka sampailah di sekolah baru. Tapi, lho, daerah mana ini? Kok, nggak dikenal? Mana sih, gedung sekolahnya? Kok, nggak kelihatan juga? Yaaah kayaknya salah jalan, nih. Aduuuh ... di mana, ya? Lupa beneran nih, soalnya kemarin cuma sekali datang ke sekolah untuk daftar, setelah itu nggak ngurusin lagi. Malu-maluin banget sih, sama sekolahnya sendiri lupa. Nyasar, deh! Akhirnya, setelah mengandalkan naluri dan berkali-kali lewat jalan yang sama, ketemu juga sekolahku yang baru. Iya dong, pake naluri. Tengsin kan, kalo harus nanya, "Pak, Pak, mau nanya, sekolah saya di mana, sih?" Ih, sama sekali nggak seru. Ooo ... jadi ini, SMA yang nanti bakal aku da-tengin setiap hari selama tiga tahun ke depan. Setelah melihat pembagian kelas di papan pengumuman, segera aja aku mencari kelas yang dimaksud. Kelas satu enam. Jelas aja udah penuh, jam pertunjukan hampir

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dimulai, eh, maksudnya jam pelajaran akan segera dimulai. Pake acara telat sih, tadi. Usai bel pagi "teriak-teriak", siswa kelas satu langsung pada berhamburan ke lapangan. O iya, hari pertama kan, selalu diawali dengan upacara bendera. Berbaur dengan wajah-wajah asing dan suasana asing pula, aku ikut baris sesuai dengan papan nama kelas yang udah diatur di lapangan. Biasalah, yang badannya kecil harus mejeng di barisan terdepan, aku juga. Tapi enak juga, bisa dengan leluasa melihat sekeliling tanpa terhalang oleh punggung-punggung. Di seberang barisan siswa, ada barisan guru dan karyawan dengan wajah-wajah yang juga masih belum familiar. Ada yang kelihatan judes, ada yang biasa aja. Tapi, kepala sekolahnya, duuuh ... serem banget. Tampangnya sangar dan berkumis tebal. Wah, pokoknya serem, deh. Terus, tau-tau ada yang berisik di belakang. Apa lagi itu? Ternyata ada juga guru yang "ronda" di belakang siswa yang upacara. Bawa penggaris siap ngegetok siswa yang nggak tertib. Wah, kok, serem amat sekolah ini? Beres upacara, murid-murid lari ke kelas. Ternyata, ada hukuman yang nggak aku jumpai di SMP. SMA ini ngasih sanksi buat anak-anak yang terlambat, yaitu wajib lepas sepatu seharian. Jadi, sepatunya ditahan dulu sama sekolah ih, mau-maunya sekolah, kan, sepatunya pada bau. Walopun hari pertama sekolah, ternyata udah ada beberapa anak yang datang terlambat. Nggak lama, ada ibu guru masuk. Wajahnya "dingin", tanpa senyuman sama sekali dan menatap ke anak-anak di kelas dengan tatapan yang biasa aja. Paling nggak, senyum kek, untuk tanda penyambutan, atau ucapan selamat datang di sekolah. Tapi, ini malah sedingin salju. Kemudian, kami baru tau kalo beliau mengajar Sejarah. Dan ya ampun, sambil memberi aneka pengumuman, beliau sama sekali nggak menampakkan wajah ramah, kadang malah senyum sinis, plus sindiran pula. Rasanya jadi bete dengerin pidatonya yang panjang lebar tanpa

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

ekspresi itu. Yang mengejutkan lagi, ternyata beliau adalah ... wali kelas satu enam! DUAAAR! Mimpi apa semalam sampai-sampai harus dapat wali kelas yang seperti ini? Padahal kan, banyak urusan yang nantinya harus diselesaikan sama wali kelas. Ah, pasrah aja, deh! Semakin hari, setelah anak-anak kelas satu udah resmi pake seragam putih abu-abu, semakin jelaslah karakter wali kelas itu. Di minggu pertama, si ibu malah mengeluarkan aturan yang "aneh-aneh" lagi. Segala hal kecil diatur, bahkan temen sebangku pun diatur. Coba bayangin, si Nining duduk sama si Yeni, si Ari duduk sama si Ariyani, si itu duduk sama si ini. Yang cerewet harus duduk sama anak pendiam. Tempat duduknya yang sebelah mana juga diatur, siapa yang duduk di depan meja guru, siapa yang duduk di bangku paling belakang, siapa yang di tengah. Terus, setiap minggu kita wajib menggeser barisan. Jadi, barisan yang deket pintu jadi pindah ke barisan yang mepet tembok di dalam, lalu ke tengah, dan seterusnya. Ampun deh, di saat anak-anak di kelas lain asyik milih temen sebangku dan nyari tempat duduk yang strategis, kami malah diatur tempat duduknya. Jelas aja anak-anak pada ngedumel di belakang. Tapi, sama sekali nggak ada yang berani protes, semua pada takut. Waktu jam pelajaran beliau, pasti semua pada mengheningkan cipta. Lagian, setiap ada yang ngo-mong dikit aja, pasti kedengaran oleh beliau heran, jangan-jangan punya telinga bionik. Pokoknya, kalo ada yang berani bertingkah waktu pelajaran beliau, akibatnya berat! Yang paling ringan berupa sindiran menyakitkan, tatapan tajam, dan yang paling berat diajak ngobrol, eh, disidang. Hm, guru yang aneh. Pokoknya, bener-bener pengin nangis deh, kalo ketemu guru yang ini. Semua murid yang ketemu dia harus dalam keadaan perfect. Ya baju seragam, ya sepatu, ya kaus kaki, ya rambut, ya kuku, ya bibir. Hah, bibir segala? Iyalah, alamat masuk ruang sidang kalo sampai ada

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

cewek yang ketauan ber-lipstik ke sekolah. Jadi, begitu lihat sosok beliau di kejauhan, anak-anak langsung ingat untuk merapikan diri, baju dimasukin, rambut dibenerin kalo ketauan pake semir rambut, suka disuruh motong rambut ikat pinggang dipasin. Senyum dimanisin, hehehe .... Tapi, kebanyakan maunya ambil jalan yang berbeda aja biar nggak usah papasan. Takut malah salah tingkah dan bikin kesalahan beneran. Bisa gawat! Kalo ulangan harian, jangan ditanya, deh. Beliau selalu ada di belakang kelas sambil masang mata elang. Nggak ada yang bisa selamat merogohkan tangan ke laci meja buat ngambil contekan. Tinggal lirik kanan-kiri, yang kata beliau, anak-anak pada jadi penari Bali kalo ulangan. Kalo sampai ketauan nyontek, kertas ulangan bisa terbelah dua, dan disuruh ngulang ngerjain soal di ruang guru sana. Masalah nilai, jangan ditanya. Bener-bener nggak ada yang namanya nilai bonus. Salah sedikit menulis nama tempat atau nama manusia purba, nggak akan ada kompromi, langsung coret. Jadilah anak-anak yang nggak teliti sering dapat nilai delapan waktu ulangan, tapi delapan ngakak alias tiga. Angka se-gitu biasanya nggak laku di buku nilai beliau, jadi harus ngulang lagi, deh. Kalo sampai ketauan bolos, wuiiih ... gawat! Bisa disuruh "ngundang" ortu ke sekolah. Parahnya lagi, bolos ekskul aja bisa dipanggil sama beliau. Padahal, yang namanya ekskul kan, suka-suka kita mau ikutan apa nggak. Jadilah anak-anak kelas satu harus tertib ngikutin ekskul wajib Pramuka sama komputer. Gimanapun, kami jadi lebih kreatif untuk menghindar dari pasal-pasal yang akan "dijeratkan" oleh beliau. Menjelang ulangan Sejarah, biasanya anak-anak jadi lebih rajin belajar, karena susah nyontek-nya. Kalo lagi kepepet nyontek karena materi ulangan yang harus dihafal terlalu banyak, biasanya anakanak dengan kreativitas tinggi bikin catatan supermikro di meja yang udah semakin item itu. Tiba-tiba aja kelas jadi rapi dan bersih

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menjelang pelajaran Sejarah, kecuali kalo anak-anak lagi repot nyalin pe-er atau belajar untuk ulangan, atau sibuk bikin contekan. Ada lagi bu guru Kimia. Kalo ngajar, sama nggak enaknya. Nggak tau kenapa, biarpun beliau ngajarnya tanpa marah-marah, suasana yang ter-cipta di kelas pasti tegang banget. Ditambah lagi dengan pelajaran Kimia yang rumusnya sebanyak bintang di langit itu, susah deh, nyaut apa yang disampaikan. Sekolahku itu SMA Batik 2 sekolah swasta Islam, tapi tidak memberikan kewajiban berjilbab buat siswa cewek. Boleh aja pake jilbab, tapi sekolah nggak maksa. Karena itu pula, jam pelajaran agama di sekolah juga ditambah. Jam yang seharusnya untuk pelajaran olahraga dipake untuk pelajaran agama. Pelajaran olahraganya dipindah sore hari. Nah, untuk mengisi jam pelajaran agama tersebut, salah satunya ada pelajaran hadis. Gurunya juga sama "kejamnya", hehehe .... Nggak ada bonus senyum kalo di kelas. Padahal, pelajaran ini isinya mempelajari hadis yang panjang. Beliau nulis di papan tulis dan anakanak menyalin. Nyalinnya juga harus cepet kalo nggak mau apa yang belum ditulis udah dihapus karena papan tulisnya nggak muat banyak tulisan. Setelah itu, hadisnya dibaca bareng-bareng sambil isinya ditelaah. Minggu depannya pasti ada acara maju satu-satu untuk mengetes hafalan hadis super panjang itu, sekaligus nyampein artinya. Suasana kelas jadi tegang. Kalo nggak mempersiapkan dengan baik, bisa kena semprot. Ada juga guru Biologi, asyik-asyik aja sebe-nernya. Ngajar juga lumayan enak. Tapi, ada satu kebiasaan beliau yang harus diperhatikan benar oleh murid-muridnya. Beliau nggak suka banget kalo de-nger suara kerincingan duit receh dimainin waktu pelajaran berlangsung. Ih, aneh, kan?

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ada juga guru yang cuek banget, yaitu guru Fisika. Beliau asyik ngajar, tapi setiap muridnya berisik pasti dicuekin. Apalagi ngajarnya nggak jelas. Pokoknya, nggak ngerti deh, maksudnya apa. Kalo murid-murid nyontek waktu ulangan, ya dicuekin. Murid-murid nilai ulangannya jelek, dicuekin juga. Ih, jadinya beliau ngajar buat diri sendiri apa gima-na, sih? Apalagi kalo nerangin sambil nulis di black-board, tulisannya ketutupan sama badannya. Be-ner-bener teaching for him self, deh. Beberapa guru lain yang garing juga nggak kalah ngeselinnya. Kadang sampai nggak tau sendiri, apa sih, yang bikin pak guru atau bu guru jadi garing gitu. Ssst biarpun ada segitu banyak yang nge-selin, ada juga yang "mencuri" perhatian. Guru Fisika juga, nggak tau kenapa, mata pelajaran Fisika anak kelas satu dipegang sama dua guru yang berbeda. Kalo yang satu cuek, yang satu ini lebih care sama muridnya. Anak-anak cewek banyak yang suka. Soalnya, beliau itu cakep, wangi lagi, hehe-he.... Aku juga suka banget sama pak guru yang satu ini. Soalnya, beliau ramah dan cara ngajarnya juga enak, keterangan yang diberikan jelas banget. Suasana kelas nggak tegang, tapi juga nggak berisik. Jadinya, aku rajin banget kalo pelajaran Fisika. Catatan di buku tulis selalu dirapiin. Menjelang ulangan, biasanya jadi getol belajar. Malu kan, kalo sampe dapet nilai jelek. Jadinya, aku biasa kursus kilat sama temen yang lebih jago. Kalo pas pelajaran beliau, anak-anak nggak takut buat nanya. Sayangnya, belum nyampe dua catur wulan ngajar anak kelas satu, beliau diterima sebagai pegawai negeri sipil dan harus pindah kota, secara otomatis pindah tempat ngajar juga. Yaaah ... anak-anak pada kecewa, termasuk aku!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah itu, aku kehilangan semangat belajar Fisika. Cara ngajar guru penggantinya nggak enak banget dan anak-anak selalu ngebandingin sama guru yang charming itu. Catetan udah mulai beran-takan, nilai ulangan jadi pada ancur. Pokoknya, setelah itu jadi benci banget sama pelajaran Fisika. Salah satu akibatnya, waktu naik ke kelas tiga aku jadi males ngambil jurusan IPA. Ary Yulistiana Tips Asyik Menghadapi Guru 1. Semua guru bertujuan baik Bener lho, biarpun ada beraneka ragam karakter, sebetulnya bapakibu guru itu punya tujuan yang baik buat kita. Mereka pasti berkeinginan untuk menjadikan kita anak yang pinter, nurut, juga disiplin. 2. Cari tau maunya Guru adalah seorang pribadi. Masing-masing punya cara dalam mentransfer ilmu pada anak didiknya. Nah, coba deh, kita kenali karakter masing-masing guru. Kalo udah nemuin karakternya, jangan malah dilawan, tapi kita menyesuaikan diri dengan apa yang diminta guru itu. Misalnya, ngumpulin tugas tepat waktu, berpakaian seragam dengan rapi dan benar, bersikap baik waktu jam pelajaran, dan sebagainya. 3. Jangan takut dengan guru killer

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Guru yang killer belum tentu galak atau dendam sama kita. Bisa jadi karena beliau punya masalah pribadi yang lagi ngebetein dirinya. Mungkin aja ada keluarganya yang sakit, atau beliau sendiri sedang sakit, bisa juga lagi ada masalah yang mengganjal. Menghadapi guru yang macam ini, kita harus tetap berpikir positif dan ikut aturan yang ada, jangan malah menyulut mereka dengan sikap dan kelakuan yang bikin mereka marah. 4. Ambil hikmahnya Sebetulnya, enak juga kalo punya guru killer. Kita jadi semangat belajar karena nggak bisa nyontek waktu ulangan. Kita juga jadi lebih kreatif, paling nggak cara menghindari "serangannya". Tapi nggak jarang, apa yang dipaksain oleh guru yang killer itu sebenarnya ada manfaatnya untuk kita. Kalo lihat dari contoh kasus di atas, secara nggak sadar anak-anak jadi lebih rajin belajar, lebih teliti dalam menulis jawaban ulangan, lebih rapi dalam berpenampilan, jadi bisa nulis huruf Arab dengan cepat, bisa hafal hadis panjang. Terus, jangan disangka juga punya guru yang cuek itu lebih menyenangkan. Belum tentu, soalnya kita harus bisa mandiri dan mendisiplinkan diri untuk belajar. Ya iyalah, beliau nggak marah kalo kita nggak bikin pe-er, nggak marah kalo catatan kita berantakan, nggak marah kalo hasil ulangan kita jelek, waktu nerima raport, baru deh, kita yang dimarahin or-tu gara-gara nilainya ancur. Kalo waktu jam pelajaran guru kita cuek, kita jangan ikutan cuek. Malah, harus ngasih perhatian ekstra. Jangan ragu nanya kalo emang keterangan beliau kurang jelas. 5. Jangan terpesona berlebihan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mungkin akan ada guru yang kita sukai. Biasanya, ini tipe guru yang charming. Boleh banget karena pasti akan nambah semangat belajar. Tapi sebaiknya, jangan berlebihan menyukainya. Kalo misalnya tibatiba guru itu pindah tempat ngajar atau ada kejadian-kejadian yang ada kaitannya sama beliau, jangan sampai kita jadi kehilangan semangat dalam belajar, bahkan sampai benci pelajaran yang dulu pernah diberikan beliau. Gawat banget soalnya, bisa berpengaruh ke masa depan. 6. Jalin hubungan di luar jam pelajaran Interaksi antara siswa dan guru memang terjadi ketika jam pelajaran. Tapi jangan langsung mu-tusin hubungan di luar jam pelajaran, tetap sapa guru-guru itu kalo papasan, tetap ngajak ngobrol kalo misalnya naik angkot yang sama. Kalo kondisi memungkinkan, silahturahmi ke rumah guru nggak ada salahnya. Asalkan nggak berlebihan, biasanya guru merasa senang dikunjungi murid-muridnya. Kita bisa melakukan kunjungan di hari raya, atau datang menengok sewaktu guru kita sakit atau tertimpa musibah. 7. Promosi diri Urusan promosi diri, ternyata bukan cuma urusannya orang kantoran. Ini urusan anak sekolah juga, lho! Nah, sebagai murid, kita harus pinter-pinter promosiin diri supaya guru-guru itu "ngeh" sama kita. Jangan menunggu mereka hafal sama kita tanpa berbuat sesuatu. Murid di sekolah kita pasti sekitar seribuan, bahkan lebih. Jadi, jangan ngarepin guru bakal hafal sama kita tanpa kita melakukan apa-apa. Ada seribu satu cara, kok. Kita bisa aja nunjukin prestasi di pelajaran, di ekskul, syukur-syukur kalo kita rajin ikutan lomba dan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menang. Yang penting, guru bisa tau siapa kita. Kalo udah gitu, biasanya guru killer pun jadi lebih enak kita ajak ngobrol. Sering beredar juga salah satu cara narik perhatian guru, bantuin ngam-bil LKS di ruang guru, ngambil buku absen, ngambil spidol or kapur tulis, dengan begitu, guru-guru jadi lebih familiar lihat muka kita. Kita bakalan diperhatiin kalo di kelas. Lama-lama jadi kenal, deh. Kalo kita udah kenal, biasanya kita juga nggak canggung buat nanya-nanya tentang pelajaran, sama guru killer sekalipun. 8. Tetap hormat Guru adalah pengganti ortu ketika di sekolah. Jadi, selayaknya kita menghargai dan menghormati mereka selayaknya ortu. Hubungan yang harmonis dengan guru juga bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lain Ladang, Lain Belalang 1. From Medan with ... NOTHING! 2. Bahasaku Aneh bin Ajaib 3. Madiun, Ampuuun! 4. Go International, Girl! From Medan with... NOTHING! "BANDUUUNG ...! Aku dataaang ...!" Akhirnya, jadi juga aku pindah ke Bandung. Lulus dari SMPN 14 Medan, aku langsung berangkat ke Bandung, menyusul bapak dan kedua kakakku yang udah ada di Bandung. Ibuku sendiri masih bertugas di Medan. Gini deh, punya ortu militer. Harus siap hidup berpindah-pindah dan pisah-pisah pula. Di Bandung, sebenarnya aku pengin masuk ke SMAN 2 Bandung di Cihampelas. Pertimbanganku sederhana aja, sekolah itu letaknya nggak jauh dari rumah dinas ortu di Karangsetra. Selain itu, di sana ada pohon-pohon besar yang kesannya asyik. Tapi, kata temen

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bapakku, "Kalo NEM-nya tinggi, mendingan daftar ke SMAN 3 ajal Pasti keterima." Jadi deh, aku daftar ke sana sebagai pilihan pertama. Pilihan kedua tetap SMAN 2. Eh, ternyata NEM-ku lolos passing grade di SMAN 3 itu. Padahal, asli, aku nggak tau apa-apa tentang sekolah baruku ini. Informasinya nggak nyampe ke Medan, sih. Setelah diterima, baru aku tau kalo ini SMA paling top di Bandung. Anak-anak pinter dari berbagai SMP di Bandung, ngumpul di sini. Wah, keren, nih! Hari pertama masuk sekolah, aku langsung down. Oh my God! Nggak ada satu orang pun yang aku kenal di sini. I'm a stranger here! Mataku melirik ke kanan dan ke kiri. Ya, ampuuun ...! Kayaknya, semua orang udah punya temen dan udah asyik ngobrol sama temen-temennya. Logat bicara mereka pun terdengar aneh di telingaku. Biarpun aku lahir di Bandung, sejak umur dua tahun aku udah tinggal di Banda Aceh, lalu tinggal di Medan. Jadi, logat Bandung bukanlah sesuatu yang familiar bagi aku. Duh, rasanya aku benar-benar tersesat di tempat asing. Aku pun ngelirik-lirik lagi. Sekarang yang jadi sasaran adalah badge sekolah di lengan kanan. SMPN 5 Bandung ... SMPN 5 Bandung ... SMPN 5 Bandung ... SMPN 2 Bandung ... SMPN 2 Bandung ... SMPN 2 Bandung .... Rupanya, mereka satu SMP! Gimana caranya aku bisa dapet temen kalo semua pada asyik sama temen-temen lamanya? Gimana pula aku bisa nemuin temen sekelasku? Oh, nasib anak daerah! Tiba-tiba, aku melihat Uchan, anak SMPN 5 yang kukenal waktu pendaftaran. Sayangnya, aku dan Uchan nggak sekelas. Aku di kelas 1-11, sedangkan Uchan di kelas 1-9. Tapi, Uchan ngenalin aku sama Eka yang ternyata sekelas denganku. Uchan dan Eka yang sangat ramah dan welcome itu, membuatku ngerasa nggak terlalu asing lagi.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Senggaknya udah ada dua orang yang kukenal di sekolah baruku ini. Thanks, God! Ada sebelas kelas satu di sekolahku, dan aku berada di kelas paling akhir. Kelasku, bareng kelas 1-9 dan 1-10 berada di koridor sekolah dan lebih dikenal dengan kelas akuarium. Ada empat puluh siswa di kelasku. Dari jumlah itu, anak cewek cuma empat belas orang, selebihnya anak cowok. Setelah kenalan sana-sini, baru aku tau, ternyata setengah dari penghuni kelasku berasal dari luar Bandung, paling banyak berasal dari Lampung. Kalo yang dari Bandung, kebanyakan dari SMPN 5. Ada juga dari SMPN 2, SMP Aloysius, SMPN 13, dan beberapa SMP lainnya. Ternyata, bukan hanya aku orang "asing" di sekolah ini. Kelasku menerapkan sistem duduk paburu-buru alias siapa cepat, dia dapat. Temen duduk pun boleh berganti setiap hari. Hal ini beda banget sama keadaan di SMP. Untungnya, aku udah dapet temen yang cocok. Namanya Ita, asal Bengkulu. Besoknya, walaupun posisi duduk bisa pindah dari ujung ke ujung, aku dan Ita tetap berdua. Perasaan senasib sebagai pendatang di kota Bandung, membuat aku bersahabat sama Ita yang dari Bengkulu, Mita dari Jambi, serta Ratih dan Justin dari Pontianak. Seneng banget rasanya, aku nggak sendiri lagi di sini. Tetapi, ternyata masalah nggak selesai sampai di sini. Ada masalah yang lebih besar lagi. Pelajaran! Aku nggak tau, apakah pelajaran di Bandung yang lebih "tinggi" daripada di Medan ataukah otakku yang tertinggal di bandara Polonia Medan. Kata Ita sih, anak-anaknya aja yang kepinte-ran. Apa pun kenyataannya, aku harus menerimanya, nilai-nilai ulanganku berantakan. Ketika SMP, aku nggak pernah keluar dari lima besar di angka-tanku. Di kelas pun rangkingku nggak lepas dari satu atau dua. Tapi di sini, di sekolahku yang baru, mimpi jadi juara pun aku nggak

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berani. Gimana nggak, dapet nilai 6 aja rasanya udah harus jungkir balik. Untuk nilai Fisika dan Matematika, malah udah langganan dore-mi. Ikut remedial? Tetep aja do-re-mi. Emang sih, nggak hanya aku yang dapet nilai segitu. Juga nggak hanya anak yang dari daerah. Tapi, tetep aja ... maluuu ... banget. Aku yang dulu selalu jadi juara kelas, di sini cuma jadi pecundang. Kalo semua jeblok sih, kali aja gurunya yang nggak beres. Tapi, ini ... temenku ada yang dapet nilai 7, 8, malah 9. Aku harus puas dengan angka 5, atau kadang-kadang angka 2. Gimana nggak down? Lalu, aku ikut bimbel MaFiKi di Ipiems dan di Masjid Salman ITB. Kali aja ketularan pinternya anak-anak ITB. Karena pintar bukan penyakit menular, nilai-nilaiku untuk ketiga pelajaran itu nggak berubah banyak. Aku benar-benar merasa jadi orang paling debil sedunia. Dengan prestasi akademis separah itu, mana berani aku ikut ekskul macam-macam, walaupun ada puluhan ekskul yang ditawarkan di sekolah. Masalahnya, lagi-lagi nggak pede. Semua yang ikut ekskul kayaknya udah saling kenal bertahun-tahun. Kayaknya, semua tinggal nerusin ekskul yang pernah diikuti waktu SMP. Nggak ada yang kayak gitu di SMP-ku dulu. Aku harus mulai dari nol. Padahal, nilai pelajaranku udah hancur lebur. Ini masa paling kelam dalam sejarahku bersekolah. Ada satu kejadian memalukan yang kualami ketika pelajaran bahasa Inggris. Sebenernya bahasa Inggrisku nggak jelek-jelek amat, tapi ya itu tadi. Semuanya seperti hilang tak berbekas. Ketika itu, guru bahasa Inggrisku Bu Fitri me-review pelajaran yang udah diberikan pada pertemuan sebelumnya. "Ada pertanyaan?" Itu kalimat yang paling sering diucapkan oleh para guru, dan paling sering pula nggak ditanggapi oleh murid. Tapi, kali ini lain kejadian. "Kalau tidak ada pertanyaan, berarti semua sudah mengerti. Sekarang, coba jelaskan di depan kelas ...."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Aku super deg-degan ketika mata Bu Fitri berkeliling ke semua penjuru kelas dan mencari mangsa. Not me ...! Not me ...! "Kamu!" Bah! Dari empat puluh anak di kelas ini ... kenapa harus aku yang ditunjuk? Kenapa tuh guru kelihatannya sentimen kali sama aku? Aku pernah disuruh nyapu di depan kelas gara-gara waktu hari piketku masih ada sedikit kotoran tertinggal di belakang pintu, padahal yang piket nggak hanya aku. Sekarang ... ya ampuuun! Kenapa bukan Linda yang pindahan dari Australia aja sih, yang disuruh ngejelasin? Dia kan, bahasa Inggrisnya jago banget. Aku yang pada dasarnya emang mengalami krisis pede, makin panik aja. Sebisa mungkin aku ngejelasin, tapi .... "Kalo cuma itu, semua juga udah tau!" kata Bu Fitri tajam. Duh! Rasanya aku pengin tiba-tiba menghilang. Pengin tiba-tiba berada di Planet Mars. Tapi, aku masih tetap di sini. Di kelas 1-11 SMAN 3 Bandung. Kata orang bijak, hidup ini ibarat roda yang selalu berputar. Kadang berada di atas, kadang di bawah. Masa sih, aku akan terus-terusan down dan nggak pede kayak gini? Perkenalanku dengan lingkungan Masjid Sal-man, rupanya membawa efek positif. Emang sih, nilai MaFiKi-ku masih jauh dari membanggakan. Tapi, senggaknya aku merasa pedeku mulai tumbuh lagi. Aku jadi punya banyak temen baru. Ada yang sama-sama dari SMAN 3, juga dari SMA-SMA lain, ditambah mahasiswa-mahasiswa ITB dan Unpad. Awalnya, aku hanya ikut mentoring, lalu gabung di buletin Suara Karisma (Sukma). Di sana, aku kenal Joe yang nggak pernah memandang susah hidup ini, kenal Kang Deden yang selalu positive thinking, dan yang lainnya. Semangat di Salman, terbawa ke sekolah. Semangat belajar nambah, walopun dikit.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Biarin aja deh, nilai Matematika, Fisika, dan kimia berantakan, yang penting aku udah berusaha. Kalo udah mati-matian berusaha tapi masih segitu-gitu juga, mau gimana lagi? Minat dan kemampuanku emang bukan di situ. Dari SMP pun aku nggak bercita-cita masuk jurusan eksak. Tapi, itu bukan berarti aku nggak bisa menjadi apaapa. Suatu hari, aku akan menjadi sesuatu. From nothing to be something. Teera Tips Santai Siswa Pindahan -Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang SMA yang akan kamu masuki. Ini penting supaya nggak merasa asing di sana. Caranya? Tanya sama temen, tetangga, dan cari informasi lewat Internet, atau baca majalah remaja. -Cari temen sebanyak-banyaknya, jangan hanya yang sama-sama berasal dari luar daerah. Sebagai pendatang, perlu dong, tau banyak tentang kota kamu yang baru. Bergaul sama sesama anak daerah terus, bisa bikin proses beradaptasi semakin susah. -Kalo jeblok di pelajaran tertentu, MaFiKi misalnya, jangan panik dulu. Mungkin bakat kamu ada di bidang lain. Pintar tuh, nggak selalu di bidang eksakta. BJ Habibie yang jenius di bidang iptek itu aja cuma bisa menyanyi lagu Bengawan Solo. -Nggak perlu salah dulu untuk jadi benar. Kita bisa belajar dari kesalahan orang lain. Aku bisa aja sempat salah beradaptasi dan ngalamin krisis pede karena ngerasa sebagai anak daerah yang nggak bisa apa-apa. Tapi, nggak berarti kamu juga harus ngalamin hal yang sama, kan? -Lupain siapa kamu waktu di daerah. Lain pa-dang lain belalang.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

-Nggak cepat nyerah. Tetap pede sampe gede. Bahasaku Aneh bin Ajaib ENTAH mimpi apa, sehabis pembagian ijazah dan NEM, aku dapet nilai di atas rata-rata. Hal ini membuatku girang banget. Makanya setelah pembagian itu, aku langsung pulang dan segera menemui ibuku. "Syukur alhamdulillah, Emih ikut bahagia. Jadi atuh melanjutkan sekolah ke Bandung," komentar ibuku sambil memeluk dengan linangan air mata. Malam harinya, aku menelepon kakakku di Bandung. Kebetulan, besoknya kakakku nggak ada kegiatan di kampus dan berjanji menjemputku ke kampung. "Aku berhasil mendapatkan nilai yang kakak minta," kabarku masih di kawasan pantai utara. Subang, Jawa Barat. "Oh iya, berarti kamu lulus dong, dan nerusin sekolah ke Bandung," reaksi kakakku di seberang telepon. Ya, waktu itu ketika aku duduk di kelas dua SMP, aku, kakak, dan ibuku bikin kesepakatan. Intinya, kalo mau ngelanjutin sekolah ke SMA, aku harus berhenti gaul sama pemuda-pemuda yang nggak sekolah di kampung halamanku dan giat belajar supaya dapet NEM yang tinggi, sehingga bisa nerusin ke sekolah negeri. Karena kalo sekolah di SMA swasta, biayanya lebih mahal. Nggak lama, aku ke Bandung bareng kakak. Besoknya, aku langsung ngedaftar ke SMAN 24 Bandung. Setelah kunjungan pertama diantar kakakku, lalu kunjungan kedua, aku berangkat sendirian untuk melihat kelulusannya. Aku nyasar sampe terminal Cicaheum. Aku nanya-nanya dengan logat Pantura Indramayuku yang kental. Dan satpam yang kebetulan ada di situ, bukannya ngejawab kalo aku terlewat, eh ... dia malah membentakku.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ade tau nggak, saya ini lagi sibuk menye-brangkan para karyawan yang mau kerja. Sana, tanya ama sopir angkot aja!" Aku seberangi jalan dan menghentikan angkot yang arahnya berlawanan. Aku duduk di kursi depan. "Mang, ke SMA, ya!" kataku. Sopir angkot cuma diam dan nggak ngomong apa-apa. Selama dalam perjalanan, aku udah was-was dan takut terlewat lagi. Makanya, aku agak bawel ke sopir angkot itu. "Mang, SMA-nya udah kelewat belum?" Sopir angkot itu juga diem aja. Mungkin melihat aku yang kebingungan dan gelisah, ada ibu-ibu yang duduk di belakangku menyapa, "De, mau ke SMAN 24, ya? Sebentar lagi juga nyampe." Mendengar hal ini, aku sedikit plong dan mulai tenang. Nggak lama, angkot berhenti di depan gerbang SMAN 24 Bandung. Aku bayar angkot dan si sopir angkot marah-marah. "Tolong ditambah lagi gopek, kamu kan, naik dari Cicaheum, masa cuma bayar gopek, tekorlah aku!" Aku pun masuk bareng orang-orang yang tampaknya punya tujuan sama, yaitu ingin melihat pas-sing grade SMAN 24. Ternyata, NEMku jauh di atas batas minimal. Akhirnya, mimpiku semakin nyata bisa sekolah di kota Bandung. Yang penting, aku bisa ninggalin masa laluku yang kacau dengan pergaulan yang kurang baik dan bisa ngebuktiin ke temen-temen SMP kalo aku bisa sekolah di Bandung. Sementara itu, kebanyakan temen SMP-ku banyak yang putus sekolah. Sebelum resmi masuk sekolah, selama seminggu aku harus ikut MOS. Aku benar-benar celingukan karena belum kenal siapa pun. Sementara itu, siswa lainnya nggak canggung lagi sama temen seangkatan, bahkan sama kakak kelas. Pernah suatu ketika, aku kena sanksi karena perlengkapan MOS-ku nggak lengkap. Aduh ... malunya luar biasa, aku disuruh nyanyi sambil joget berdua sama Dewi Kurnia, siswi baru dari Rancaekek pinggiran kota Bandung.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Di hari kedua, aku nggak make topi SMP karena topi SMP-ku entah di mana. Aku pun disuruh memeragakan berbagai gerakan oleh seniorku yang galaknya minta ampun. Dia memiliki postur tubuh yang tinggi, badannya besar, matanya sipit. Senior yang galak itu adalah Kang Dudi Iskandar, yang dalam perjalanannya nanti dia jadi temenku di tim bola voli. Hari ketiga diisi penyegaran rohani, aku melihat ternyata ada temen yang baik hati dan bisa diajak ngobrol. Bukan hanya itu, dia kakak senior yang asal daerahnya Subang, namanya Kang Yepi, sang ketua Rohis. Orangnya ramah dan penuh perhatian padaku. Aku sering curhat mengenai perbedaan kul-tur dan anak-anak di sini dengan di kampung hala-manku. "Kenapa kamu mau sekolah di Bandung, padahal di tempatmu banyak SMA yang bagus?" tanyanya. "Ah ... pengin tau aja, rasanya sekolah di kota itu kayak gimana!" "Ya, mudah-mudahan kamu betah. Ingat, hal pertama yang akan kamu rasakan adalah perbedaan budaya dan adaptasi yang harus cepat." "Iya Kang, makasih sarannya." Keesokan hari, ada mentoring tentang berbagai hal. Setelah mentoring, sering diadakan diskusi atau debat antar kelompok. Yang menyedihkan, aku nggak kebagian kelompok atau tepatnya nggak ada orang yang mau mengajakku karena mereka nggak kenal sama aku. Mereka bikin kelompok berdasarkan kenal atau nggaknya. Dengan bantuan kakak senior cewek, aku bisa ikut kelompok yang lain. Namun, ketika ada ungkap gagasan, aku sering diketawain ama mereka. Entah apa alasannya, karena yang ikut mengetawain bukan hanya temen-temen kelompokku, kakak kelasku pun demikian. Namun, ada seorang kakak kelas sebagai men-toringku yang baik, namanya Teh Wulan, dia yang senantiasa membelaku ketika aku

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

diketawain ama temen-temen karena aksen bahasaku yang tergolong langka dan aneh di telinga mereka. Namun, Teh Wulan senantiasa menyemangatiku agar aku nggak minder dan bisa beradaptasi sama temen-temen yang lain. Selesai sudah acara MOS-nya, dan di akhir acara MOS, mulailah dibagi kelas-kelas. Akhirnya, aku kebagian di kelas 1-7. Senin merupakan hari pertama resminya aku memakai seragam abuabu. Aku nggak pede banget sama penampilanku. Topi yang kecil, pakaian yang agak ketat, dan celana yang panjangnya hanya sampe betis. Hal itu membuatku jadi bahan tontonan. Aku celingukan dan berdiri paling belakang di antara barisan kelasku dan nggak berani ngomong apa pun ke temen-temen baruku. Sementara itu, mereka asyik bisik-bisik dalam suasana upacara. Kondisi ini pun terus berlangsung pada suasana kelas yang menurutku garing dan nggak ngeliatin kalo mereka udah pada SMA. Semuanya kayak anak-anak yang usianya jauh di bawah usiaku. Padahal kalo dilihat dari akta kelahiran, mereka semua sama. Perasaan, mereka tetep belum bisa ngilangin kebiasaan-kebiasaan waktu SMP. Heru dan Dadang temen sekelasku yang selalu meledek kalo aku ngomong sering bikin aku malu dan nggak pede kalo ngomong apa pun di depan mereka. Setiap kata yang keluar dari mulutku, sepertinya jadi bahan lawakan buat mereka. Karena, mereka langsung tertawa sebelum menjawab pertanyaanku atau mengomentarinya. "Dul, emang budaya di sana gimana, sih? Aksen ngomongmu itu yang bikin kami-kami pengin ke-tawa!" tanya Indah. "Beda banget sama bahasa Sunda di sini," sambung Rimela yang pendiam dan berkerudung. "Nggak tau, sih. Perasaan, aku ngomong biasa-biasa aja, kalian aja yang seneng maenin orang." Aku sedikit tersinggung dengan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

perlakuan temen-temen yang senantiasa ngatain aku dengan katakata yang belum terbiasa di telingaku. Hampir setahun, tepatnya begitu mau naik kelas dua, bahasa Sundaku yang beraksen Pantura Indramayu mulai mencair menjadi bahasa Sunda Bandung. Itupun berkat bantuan temen-temen yang senantiasa mengoreksi aksenku. Doel Wahab Tips Gaya Beda Bahasa Daerah - Harus disadari kalo yang namanya bahasa, pasti beda-beda sesuai geografisnya. Oleh karena itu, kamu jangan nyalahin diri sendiri karena nggak bisa gaul gara-gara faktor bahasa yang beda. Jalan terus, yang penting jangan sampe menyinggung bahasa orang lain, sebelum kamu betul-betul akrab sama temen-temen barumu. - Jangan terlalu dimasukin hati kalo ada temenmu mengolok-olok waktu kamu beradaptasi dengan nada bicara bahasa daerahmu. Itu hal yang wajar dialami setiap orang yang masuk ke budaya baru baginya. Kalo kamu terus merasa tersinggung atau menyimpan dendam, percayalah kamu nggak akan bisa diterima sama komunitas barumu. Gurauan mereka sama kamu bukan sesuatu yang disengaja, namun mereka pengin sesuatu yang lucu dan hiburan di suasana tersebut. - Kalo bisa, kamu harus pede dengan bahasa daerah atau bahasa asalmu, karena itu akan membantumu menjadi orang penting di lingkunganmu. Suatu saat nanti, kamu akan menjadi orang nomor satu ketika ada orang yang nanya-nanya mengenai istilah atau budaya kamu. - Berlapang dada ketika kamu ngedapetin budaya baru. Inget, perbedaan itu pasti akan kamu alami

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

terus. Dan itu bisa menambah kaya budaya. Pe-lajarilah bahasa baru yang kamu dapetin, kemudian endapkanlah dan suatu saat, itu akan bermanfaat buat kamu. Selain itu, kamu pun akan semakin kaya bahasa, bahasa daerah yang kamu bawa sebagai bahasa ibu, dan bahasa baru yang kamu dapetin di lingkungan barumu. Intinya, jangan fanatik terhadap bahasamu, namun lebih bersikap fleksibel dan perkuat prinsipmu aja! Madiun, Ampuuun... ! KONON, masa SMA adalah masa terindah, ma-kanya banyak seniman yang bikin lagu atau film soal SMA. Ada yang sedih, seneng, mewah, nakal, de-el-el. Tapi, apa kabar kalo SMA tempat kita "ngong-krong" selama tiga tahun ada di kota kecil yang gaya hidup, kebiasaan masyarakat, bahasa, dan kulturnya beda banget ama kebiasaan kita? Sebagai anak Bandung yang agak badung jadi sering kena pentung, aku emang rada linglung waktu itu. Ceritanya, aku lagi bosen ama Bandung dan pengin nyari pengalaman baru. Setelah melalui "perundingan meja bundar" di rumah, akhirnya ortu ngi-zinin aku sekolah di luar kota, dan alternatif pertama adalah Madiun, karena di sana tempat tinggal keluarga ayahku. Aku belum pernah "sama sekali" ke Madiun dan belum pernah juga ketemu keluarga ayahku. Tapi dasar, aku cuek aja dan teuteup yakin pengin keluar dari Bandung. Dugaanku, namanya juga kota, pasti nggak jauh beda lah, sama Kota Bandung, so, nothing to worry about. Aku juga udah bilang sama ortu kalo di sana, aku nggak mau tinggal sama keluarga ayahku, jadi aku pengin kos aja, untungnya diizinin. Nggak lama setelah itu, ada kabar dari Madiun bahwa aku udah terdaftar resmi sebagai siswi SMA Negeri

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

yang katanya cukup kondang dan gosipnya juga, sekolah itu difavoritkan di sana. So ... bye ... Bandung! Madiun, I'm coming! Dugaanku soal Madiun ternyata meleset jauh kayak dari Sabang ke Merauke. Di sini nggak ada jalan gede dan rame kayak jalan Soekarno-Hatta di Bandung yang punya empat badan jalan. Jalan di sini lebih sepi dan nggak kenal macet. Jadi, perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya cuma beberapa menit, jalannya juga lurus dan jarang sekali ada perempatan lampu merah, kecuali di pusat kota dan itu pun teuteup nggak serumit dan sepadat Bandung. Kalo di Bandung, dari rumah ke sekolah bisa sampai sejam plus macet, kalo di Madiun, sejam udah bisa ke kota lain, misalnya Ngawi, Nganjuk, Magetan, dan kota lain di sekitar Madiun. Kendaraan paling banyak adalah bus. Di Madiun nggak ada angkot, jadi aku ke sekolah pake bus umum. Buat aku, naik bus tuh, aneh berasa kayak mau keluar kota atau perjalanan jauh gitu apalagi kalo harus berdiri di tengah bus SENDIRIAN, malu banget, bo! Rasanya kok, aku tampak jelas gitu, jelas malunya, jelas kikuknya, jelas bingungnya, jelas mau jatuh tiap bus direm, dan jelas jeleknya hihihi ... apalagi, sebelah tangan megang kertas alamat sekolah plus ancang-ancang penjelas kayak turun di sini, jalan ke sini, dsb dan mata nggak boleh lepas perhatian dari semua yang dilewati. Waktu aku udah yakin sama gedung sekolahnya yang kebetulan di pinggir jalan aku bilang kiri dari tengah-tengah bus, jadi harus teriak rada kenceng, "KIRI! KIRI!" sampai-sampai, semua penumpang ikut ngo-mong "kiri". Duuuh ... kalo ada kepiting rebus berjajar sama aku, pasti warnanya sama deh, sama mukaku ternyata, cara turun kayak gitu salah, harusnya kalo udah mau turun, kita jalan ke deket pintu biar kondektur yang ngasih kode ama sopir untuk berhenti, jadi nggak perlu heboh kayak tadi. Lebih sial lagi, kebiasaan kendaraan operasional utama itu adalah "nggak pernah

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bener-bener berhenti", jadi kita harus pinter-pinter jaga keseimbangan kalo turun. Sampe di gerbang sekolah, rasanya lega banget lega aku nggak nyasar getoh. Tapiii ... tiba-tiba aku jadi ngerasa tau gimana perasaan ikan-ikan di akuarium. "Oh, tidaaak ... kenapa semua orang pada ngeliatin aku?!" Aku jadi rada salting tapi teuteup jalan dengan pede dan cuek, orang nggak kenal ini, kok. Tapi, aku nggak habis pikir, aku kan, udah dandan khusus hari ini, dandan paling funky mastiin nggak ada yang aneh atau sesuatu yang bakal bikin orang ngatain aku nggak fashionable. Tapi kok, malah semua orang baik yang masih pake baju putih-biru kayak aku atau yang pake kemeja safari alias guru pada ngeliatin aku. Dan cara ngeliatnya itu lho, jelas bukan memandang "Wow! Ini dia gaya paling gaol!" tapi ... keliatannya mereka lebih kayak bilang, "Mahluk aneh apa ini, ya?" Mata-mata mereka ngeliatin aku dari atas ke bawah atau sebaliknya, bahkan dari depan belakang juga! Ada yang ngeliatin sepatu NB-ku yang talinya model "rakit tenggalam", ada yang ngeliatin gelang kakiku dari bahan kulit warna hitam yang aku pake di luar kaus kaki, ada yang ngeliatin rokku yang setelah aku perhatiin, ternyata bahan dan warnanya beda dari rok anak-anak cewek di sana, ada yang ngeliatin baju putihku yang "ngelewer" karena emang nggak aku masukin, tapi cukup dikerut pake tali sepatu, ada yang ngeliatin ranselku yang kecil dan nempel di tengkuk yang penuh coretan tanda tangan nggak penting waktu kelulusan, pilox, dan peniti Lho? Iya karena waktu itu, di Bandung lagi tren tas pake tempelan-tempelan peniti ada yang ngeliatin model rambutku, tapi paling banyak mereka ngeliatin lima tindikan di kupingku yang beranting. Padahal, cuma lima! Di Bandung, banyak te-menku yang punya lebih banyak tindikan belakangan, antingku jadi masalah dan terpaksa harus ditutupin pake rambut kalo ada guru-guru tertentu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Karena risih dan sebel diliatin terus, aku balas ngeliatin mereka. Akhirnya, aku baru ngeh! Mereka semua ngeliatin aku karena aku emang beda dan perbedaan itu keliatan mencolok. Dari mulai sepatu, cara berpakaian, tas, dan gaya mereka semuanya beda, dan tampak aneh di mataku. Iiih ... beda banget deh, kalo menurutku mereka tuh, gayanya kebalikan di Bandung. Jadi greget rasanya, padahal mungkin emang begituah tren di sana. Tapi, ego aku bilang bahwa gayaku doang yang paling bener dan asyik karena semua orang Bandung juga begini. Aku jadi mikir, "Mereka harus diubah, biar kayak orang Bandung!" Lagi pula, apa kabar kalo aku harus temenan ama anak-anak yang nggak funky! Sebenernya, aku rada bingung masuk gedung sekolah itu, selain karena aku diliatin terus, gedung itu juga gede dan luas, dari struktur bangunannya emang beda ama bangunan-bangunan yang aku lihat selama perjalanan ke sekolah. Di sini cenderung lebih modern, lebih rapi, lebih tertata, dan lebih bersih. Lapangan upacaranya luas, dan ada lantai yang lebih tinggi di ujung, mirip pangung yang disediakan untuk kelompok aubade paduan suara yang nyanyi dalam upacara. Di belakang sekolah, ada lapangan olahraga yang luas banget, mungkin lebih luas dari lapangan sepak bola di lapangan itu juga nantinya, aku curi-curi belajar nyetir mobil, hihihi...Hm, emang sekolah favorit kali yeee boleh juga bagunannya. Biarpun aku rada bingung, aku inget pesen ibuku, "Kalo di terminal, jangan suka keliatan bingung, ntar gampang ditipu." Biarpun sekolah ini bukan terminal, tapi ada juga samanya, sama-sama bikin aku bingung. So, biarpun rada bingung, aku teuteup cuek dan pede. Untung aja permen karet yang aku kunyah cukup ngebantu. Fungsi permen karet buatku ada tiga, yaitu; buat gaya, buat ngi-langin sisa makanan, dan buat ngilangin nervous. Masalahnya, sejauh mata memandang, kayaknya cuma aku doang yang luntang-lantung dan ...

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

SENDIRIAN. Semua orang pada ngumpul berkelompok atau minimal berdua tapi nggak sendirian, dan mereka rata-rata ngumpul di depan pintu kelas, mungkin itu kelas mereka. Kalo aku ... yang aku tau cuma ... aku siswi SMA ini dan kelasku 1-C tapi belum tau letaknya. TENG! TENG! TENG! Waktu semua orang mulai sibuk masuk kelas, aku segera berbaur sambil terus merhatiin nomor kelas di atas masing-masing pintu. Aha! Akhirnya ketemu juga dan aku masuk kelas itu, langsung duduk di bangku kosong di depan aku emang lebih suka duduk di depan biar jelas lagi-lagi sendirian. Info yang aku tau, acara hari ini cuma perkenalan dan persiapan penataran (MOS dan sejenisnya ditiadakan, belakangan baru ketauan kalo acara "galak-galakan" para senior dialihkan ke program ekskul PRAMUKA yang wajib diikuti anak kelas 1). Seorang kakak kelas cowok masuk diikuti beberapa senior lainnya, jumlah mereka sekitar enam orang. Mereka memperkenalkan diri dan katanya bakal jadi kakak pembimbing di kelasku dalam program Pengenalan Sekolah. Pemimpinnya sekaligus ketua OSIS bernama Brihan Dedy, dia cukup kharismatik, makanya jadi ketua. Sejak kakak-kakak itu mulai ngomong dan anak-anak lain mulai bisik-bisik, aku bener-bener takjub dan berasa beda banget, kayak lagi di mana gitu. Bahasa mereka aneh dan aku sama sekali nggak ngerti. Aku duduk miring dan nyender "dikit" ke tembok, senyum-senyum kadang cengar-cengir sendiri karena cara ngomong dan tingkah temen-temen sekelasku lucu banget. Nama-nama mereka juga aneh buatku, ada yang namanya Sugeng dan Erwin tapi cewek, ada Nina Faen Fee tapi asli Madiun dan nggak punya "keturunan asing", yang paling aneh adalah temen cowok yang namanya Puguh, tapi cara baca "u" dalam nama itu adalah antara "o" dan "u" ... bayangin sendiri, deh! Dan cuma aku doang yang nggak bisa ngucapin nama dia dengan pro-

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

nounciation yang bener sehingga dia selalu protes tiap aku sebut namanya. Waktu giliran aku ngenalin diri, perasaan aku kayak ngomong di panggung dan nerima anugerah Oscar, karena kelas mendadak sepi dan semua mata mutlak ngeliatin aku. Penampilan, bahasa, dan cara ngomong aku beda sama mereka. Mungkin mereka bilang dalam hati, Tuh kan, ni anak emang beda, dari planet mana, ya? Waktu mereka tau aku dari Bandung, mereka pada ngeliatin aneh gitu, sebagian besar temen-temenku emang belum pernah ke daerah Jawa Barat. Jadi, soal Bandung juga mereka hanya sebatas nonton sinetron, film, atau liputan dari teve atau kabar yang mereka denger dari orang yang pernah ke Bandung. Nah, dari situ, aku jadi maklum dan nyiapin diri jadi bahan perhatian umum. Hal yang lucu, mereka mengangap bahasa Bandung selalu di-tambahin huruf "k" di belakang kata, misalnya "tempe" jadi "tempek" padahal nggak gitu, tapi katanya kalo dari logatku kedengaranya gitu, jadi waktu ada yang bernama "Tuti" aku pikir cara penulisannya "Tuti" karena itu yang lazim aku tau, tapi ternyata cara penulisannya "Tutik". Jadi, kalo kata itu diakhiri bunyi seperti cara kita baca "tidak", maka kata itu pasti ditulis dengan "k" di belakangnya. Banyak lagi huruf yang pelafalannya beda, tapi sama cara penulisannya. Selama acara perkenalan, aku curi-curi pandang ke sekeliling sekolah untuk melengkapi observasiku soal sekolah ini. Tempat parkirnya dipenuhi motor. Mobil diparkir di pelataran parkir depan sekolah. Aku mikir, Gila, gurunya banyak banget, karena dugaanku motormotor itu punya para guru. Hm, aneh juga. Khusus soal motor, lama kelamaan aku baru tau, kalo motor-motor itu bukan milik guru, tapi milik murid-muridnya. Wow! Kalo di Bandung, waktu itu murid yang bawa kendaraan nggak sebanyak ini, cuma sebagian kecil doang, tapi di sini hampir sembilan puluh persen.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ternyata, motor udah jadi kendaraan standar banget di sana. Anak SD aja asal kakinya udah nyampe pijakan, dia bakal bawa motor ke jalan raya walaupun belum punya SIM. Kalo aku menganalisa sih, mungkin karena penduduk di sana banyak yang rumahnya jauh dan medannya susah, nggak ada angkutan dan nggak mungkin juga dilewati sepeda. Untungnya, aku udah bisa bawa motor di Bandung, jadi aku nggak dianggap lebih aneh lagi di sana by the way waktu itu di Bandung, cewek yang bisa bawa motor dipandang one step ahead, tapi di sini sama biasanya kayak orang pake baju. Tapi ada juga lucunya, kalo di Bandung dari anak sekelas pertanyaannya "Siapa yang bisa pake motor?", kalo di sini "Siapa yang bisa pake sepeda?" Karena di sini, semua orang pasti bisa pake/bawa motor, tapi belum tentu bisa pake sepeda. Hahaha ...! Akhirnya, aku jadi lumayan lebih pede dalam pergaulan karena aku cewek yang bisa pake sepeda, I'm step ahead ... mungkin. Pelajaran di SMA baruku nggak jauh beda ama pelajaran di Bandung, bobotnya, rumus-rumusnya, mungkin cuma cara ngajarnya aja yang beda. Untungnya, di sini nggak ada pelajaran bahasa daerah. Coba kalo ada, pasti duka nestapa bakal jadi temen deketku. Masalah utama adalah aku sama sekali nggak tertarik untuk belajar bahasa Jawa ego banget ya, aku? jadi, aku sulit banget bisa bahasa Jawa, walaupun aku tinggal di sini. Tapi, aku kan, belum tentu bakal tinggal lama di sini itu niatku, tapi kenyataannya aku sekolah di sana sampe kelas tiga. Keegoisanku nggak mau belajar bahasa Jawa bikin aku kena masalah juga. Ceritanya ada, seorang anak cowok nama panggilannya Solo, nama aslinya aku nggak tau yang ngasih tau aku untuk selalu membungkuk dan ngucapin sebuah kata tertentu kalo lewat di depan orang, katanya itu cara kita menghormati dan menghargai orang lain. Aku ngerasa, beruntung karena akhirnya ada juga yang baik hati nolong

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

aku kayak gini, mungkin dia bisa aku jadiin temen. Tapi ternyata waktu aku praktikin, kata-kata itu berarti sangat jorok dan kasar, sehingga bikin orang yang aku lewati tersinggung dan marah. Tapi setelah aku minta maaf, dari logat dan bahasaku dia tau aku bukan orang sana, dia pun memaafkan. Hhh ... daerah baru bahasanya pun baru aku denger, ternyata "matamu" kalo di sana adalah kasar dan termasuk kata umpatan, padahal kan, kalo dalam bahasaku sehari-hari kata itu sama sekali bukan kata yang berarti buruk. Aku jadi males temenan sama anak cowok yang badung itu, untung dia beda kelas dan akhirnya pindah sekolah waktu kelas 2. Setelah kasus itu, aku jadi lebih hati-hati untuk percaya sama orang yang baru aku kenal. Info aja, Bandung dianggap lebih baik, jadi seolah-olah ada tuntutan bahwa aku harus serbabisa, serbatau dan serbapinter dalam semua pelajaran nggak tau ya, kalo itu cuma perasaanku aja. Jadi, aku tengsin banget kalo imej itu rusak, jadi deh, aku kasak-kasuk membekali diri pake bermacam-macam info. Terutama yang paling up to date, maksudnya jadi biar aku yang jadi penyampai informasi pertama. Dari Bandung, niatku emang pengin jadi anak baik yang nggak pernah melanggar peraturan sekolah kecuali kepepet, misalnya kepepet ngantuk berat atau males berat (hehehe ...). Gayaku yang cuek abis padahal, sebenernya aku merhatiin, kok bikin guru-guru kadang kesel, tapi biasanya mereka senyum lagi kalo nilai ulangan atau tugasku bagus. Nilai paling tinggi aku dapat dari bahasa Inggris modalnya ngira-ngira, hihihi ... nilai paling ancur adalah Matematika Ekonomi. Bahkan, aku kena masalah sama ibu guru Matematika Ekonomi dan nilai raportku nggak diisi alias kosong. Akhirnya, aku disidang dewan sekolah. Tapi dalam kasus ini, aku "dibebaskan bersyarat" dengan jaminan harus nyusun pelajaran Matematika Ekonomi yang udah diajarkan dari Bab 1-12. Pfffh! Setelah "kerja rodi" itu, akhirnya ada juga nilai 6 di raportku.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

O, iya ... waktu mau beli sepatu, aku dan Sun-dari yang biasa aku panggil "Mer" singkatan dari Marylin Monroe. Abis, rambutnya mirip banget aku baru tau kalo di kota ini nggak ada mal! Jadi, di pusat kota cuma ada deretan toko dan ... toko-toko itu ternyata tutup pukul dua belas siang, buka lagi pukul dua atau pukul tiga, lho? Iya emang gitu. Ada toko yang lumayan gede dan karyawannya agak banyak, dan tetep buka pas pukul dua belas. Nama tokonya President Plaza, dan di situ aku beli sepatu. Mal baru berdiri waktu aku kelas 2. Selama semester pertama, kegiatanku dipakai lebih banyak untuk adaptasi, cari info sebanyak-banyaknya tentang kota ini dan menyebarkan "is-me-ku". Di luar dugaan, berhasil juga, lho! Kalo semula aku sempet sedih karena selalu jalan atau mondar-mandir sendirian waktu di Bandung, aku punya geng sekolah, jadi nggak pernah sendirian akhirnya, aku punya juga geng yang loyal dan ngerasa cocok temenan sama aku, salah satunya gara-gara modal bahasa Inggris itu. Bukti keberhasilanku antara lain, temen-temen sekelasku, senggaknya temen-temen yang deket sama aku mulai bergaya ngikutin aku, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Mulai dari gelang kaki dipake di luar sepatu, baju "dikelewerin", atau model rambut yang rada "nggak jelas". Tapi, tindik kuping belum ada yang ngikutin karena di sana nggak ada "counter tembak kuping". Palingan cuma beberapa anak cowok yang berani nindik kuping "manual" aku nggak pernah nyuruh, lho. Ada enak dan nggak enaknya jadi sorotan. Enaknya, aku berasa jadi trendsetter, nggak enaknya males banget diperhatiin berlebihan. Gimanapun, sekolah di Madiun jadi kesan tersendiri buat aku dan ngasih aku pengalaman hidup yang berharga. Nah, buat kamu yang juga punya rencana pindah ke kota kecil, ada beberapa tips yang kali aja berguna buat kamu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

C.N, Murtiana Tips Pindah ke Kota Kecil - Kalo di tempat baru, jangan kelihatan bingung, nanti gampang ditipu. - Pede sama diri kamu, walaupun kamu kelihatan beda. Pede bukan berarti harus sombong, lho! - Jaga reputasi kota asal kamu, jaga juga harga diri dan kehormatan kamu. - Jangan pernah menyamakan daerah baru dengan kota lama kamu, karena masing-masing daerah punya khas dan gaya hidup masingmasing. - Funky ... wajib! Tapi drugs, cigarette, dan free sex ... NO WAY! - Nggak kenal siapa-siapa bukan berarti night-mare, karena itu justru kesempatan buat kamu jadi "The Brand New You" sesuai sama yang kamu impikan. Misalnya di sekolah lama kamu terkenal suka ngupil, di tempat baru, kamu bisa bikin image baru bahwa kamu penemu mesin daur ulang, hihihi .... - Selalu hormati senior kamu, guru-guru, dan semua tetangga baru kamu. - Jangan sampe punya musuh dan jangan sampe bikin rugi orang lain. - Cari dan pelajari informasi sebanyak-banyaknya soal daerah dan sekolah baru kamu. - Jangan gampang percaya bahasa daerah yang diajarin temen kamu, cek dulu siapa tau artinya jelek. - Ciptakan satu moto hidup yang cool abiz, selain buat gaya, itu juga bisa jadi penyemangat kamu kalo kamu lagi down. Go International, Girl!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

HARI pertama masuk SMA, perasaanku beran-takan banget. Saking berantakannya, aku bingung dari mana harus mulai berbenah. Aku melangkah seperti melayang. Setiap suara yang kudengar, siap mengobrak-abrik pikiranku. Bahkan, hangatnya matahari pagi nggak mampu ne-nangin hatiku yang siap meledak. Aku duduk di bangku stasiun. Kugeser ransel biruku ke samping dengan kasar. Kutatap ransel itu dengan galak. Ransel ini jadi temen hidupku sepanjang tahun pertama di SMA. "Ransel nggak tau diri!" bentakku. Orang-orang di stasiun mulai melirik heran ke arahku. Mungkin mereka pikir, aku seorang remaja yang kena stres akut. Emang sih, nggak salah-salah amat! Tukang koran yang dari tadi tersenyum ramah, malah kupelototi dengan sangar. Sori, sebe-nernya, aku nggak bermaksud jadi orang judes. Ketika kereta api datang, kutarik kembali ransel biruku. Dengan sebal, kugendong dia di punggung. Ketika aku berdiri .... Hwaaa ... hampir aja aku terjungkir ke belakang! Ransel ini berat banget! Isinya adalah tempat pensil, buku-buku tata bahasa, buku tulis dan empat kamus tebal-tebal. Kamus Inggris-Inggris, Indonesia-Inggris, Inggris-Indonesia, dan Jerman-Indonesia. Dari SuBenbrunn, naik kereta api ke Leopol-dau. Dari Leopoldau naik trem nomor 25, lalu turun di Kagran. Aku udah menghafal rute ini berkali-kali sampai terbawa mimpi. Dari stasiun Kagran, aku berjalan melintasi area parkir yang sangat luas dan ... JRENG!!! Keberadaan sebuah gerbang langsung menonjok mataku. Sebenarnya, gerbang itu biasa-biasa aja. Malah, lebih mirip jeruji penjara. Hanya, di sebelahnya ada lambang bola dunia dengan tulisan "Vienna International School". Empat bendera berkibar gagah di belakangnya. Arus ratusan pelajar mengalir dari gerbang menuju bangunan bermotif bata merah dengan kusen-kusen putih berderet

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

rapi. Bangunan itu terlihat besar. Dan memang, dalam kenyataannya sangat besar karena memuat TK, SD, SMP, dan SMA. Aku terpana melihat kebun mawar yang menghiasi halaman bangunan, juga area parkir yang luas dan bersih, dan pohon-pohon rindang dengan tempat duduk di bawahnya, dan kolam ikan yang airnya sangat jernih, dan amphliteater, dan ... beda banget sama sekolahku waktu di Bandung. Aku berjalan terbungkuk-bungkuk, menahan beban ransel di punggung. Karena takut terlepas, aku ikat tali ransel itu di dada dan di perut. Ketika tiba di depan pintu yang terbuat dari kaca, aku memandang pantulan diriku nggak percaya. Aku mirip kura-kura ninja dengan tempurung besar di belakang! Melewati pintu utama, aku memasuki hall yang sangat luas dan terang. Aku berdiri di salah satu sudutnya sambil merogoh saku rokku. Kukeluarkan lembaran kertas yang udah agak lecek dan penuh dengan coretan-coretan terjemahan. Di situ tertera, di hari pertama ajaran baru, kita semua harus kumpul di ruang teater. Untung ada denahnya. Jadi, aku tidak perlu buang-buang waktu dengan acara tersesat segala. Ruang teater berada tepat setelah hall. Tulisan emas di atas pintu kayu yang besar menegaskannya: THEATRE. Kukira, ruang teater itu biasa-biasa aja. Tapi ternyata, lebih mirip gedung bioskop! Langitlangitnya tinggi, dan luasnya mungkin setengah lapangan sepak bola. Aku memilih kursi paling belakang yang masih kosong. Kuturunkan ranselku dengan suara "gedebug" yang membuat orang menoleh kaget. Beberapa saat kemudian, seseorang naik ke atas panggung dan berpidato, lalu seorang bapak berkumis, disusul oleh seorang kakek dengan kepala botak mengkilat. Kurasa, mereka adalah petinggipetinggi sekolah ini.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ketika semua orang bertepuk tangan dan mulai beranjak dari tempat duduk, kepalaku seperti dihantam ratusan karung beras. JEGEEER ...!!! Aku seperti disadarkan pada kenyataan kalo AKU NGGAK NGERTI SEPATAH KATA PUN YANG MEREKA KATAKAN! Ya, aku pindah ke sini tanpa persiapan ketika di Indonesia. Tiba-tiba aja ayahku diterima bekerja di luar negeri, dan kami sekeluarga ikut. Aku nggak pernah kursus bahasa Inggris, apalagi bahasa Jerman bahasa nasional negara tujuan kami. Yang aku andalkan saat itu, hanyalah bahasa Inggris yang kupelajari selama di SMP. Aku diterima di sekolah ini karena reputasiku yang cukup baik. Semasa SMP, aku selalu rangking satu. Selain itu, aku juga sering memenangkan lomba. Kalopun bahasa Inggrisku sangat kurang, toh sekolah ini punya program kelas tambahan. Namanya kelas ESL (English as a Second Language). Dan guru-guru di sekolah ini yakin, cepat atau lambat, aku akan bisa berbahasa Inggris. Aku keluar teater dengan langkah gontai. Kegalauan mulai bertebaran di udara yang aku hirup. Kukeluarkan lagi kertas lecek itu. Menurut jadwal, sekarang aku harus pergi ke kelas homeroom. Kelasku T1B, singkatan dari Tutorial House kelas 1B (setara dengan SMA kelas 1). Dan menurut denah, kelasku itu ada di lantai dua, di sayap gedung paling belakang. Aku berdiri di depan pintu kelas, seperti sedang menunggu ajal tiba. Melewati pintu ini, sama dengan mengubah hidupku selamanya, kataku dalam hati. Tapi mau nggak mau, aku harus melewati pintu ini dan masuk ke kelas! Aku memandang kelas dan temen-temen baruku. Mereka semua sibuk ngobrol. Tentu aja, mereka udah saling kenal karena sejak SMP udah ada di sekolah ini. Bahkan, ada juga yang di sini sejak TK! Nggak ada yang merhatiin aku.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Seolah-olah, aku ini cuma hantu gentayangan yang nggak terlihat oleh mata telanjang. Sebenarnya, aku agak kecewa dan marah juga. Hello ... anybody home? Aku anak baru nih, di sini! Kok, nggak ada yang merhatiin, sih? jeritku dalam hati. Tapi, untung juga, sih. Kalo mereka merhatiin dan nanya-nanya, aku bakal kelabakan harus ngejawab apa. Sebuah kursi kosong di deretan belakang langsung menarik mataku. Aku duduk di sana dengan gelisah, seperti kambing congek. Dan lebih parah lagi, seperti orang nggak penting banget. Tiba-tiba, seorang cowok datang mendekat. Dia tersenyum ramah. Aku kege-eran. Ya ampyun! Pagi-pagi geneh udah dapet senyum dari cowok berambut pirang! Ini belum pernah terjadi dalam sejarah kehidupanku! "Hai, namaku Mirko. Kamu siapa?" (Di SMA kelas 3, Mirko dinyatakan meninggal dunia, tapi mayatnya nggak pernah ditemuin). "Namaku Asih." "Oh, kamu dari mana?" "Dari Indonesia." "Boleh lihat jadwalmu?" "Boleh." Pertanyaan standar, dengan kosakata dan tata bahasa yang masih gampang. Cara ngomongnya juga jelas. Jadi, aku bisa mengerti. "Wah, ternyata kamu sekelas denganku di pelajaran Matematika," katanya sambil tersenyum. "Oh, ya? Senang sekali!" kataku dengan logat dibuat-buat. Ya, di sekolah ini, tiap orang punya jadwal pelajaran berbeda, bergantung pada apa yang dipilih dan sesuai kemampuannya. Misalnya, kalo dia jago Matematika, dia bakal ditempatin di kelas Matematika A. Kalo Matematikanya lebih dari cukup, ditempatin di kelas Matematika B. Kalo Matematikanya standar, di kelas Matematika C. Jadi, homeroom cuma kelas buat ngabsen.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Guru homeroom (wali kelas) akhirnya datang. Semua langsung diam. Beliau ngomong panjang lebar bla bla bla .... Aku merhatiin dengan serius, tapi bukan merhatiin kata-katanya karena aku nggak ngerti melainkan anting-anting anehnya yang bergelayutan ke sana kemari. Tiba-tiba aja guru itu menyebut namaku. Aku bergerak kaget, seperti habis disengat lebah. Semua yang ada di kelas refleks menengok ke arahku. Oh, aku rasa, guru ini lagi ngenalin murid baru. Dia juga menyebut nama Jennifer Rieper. Berarti, ada dua murid baru di kelas ini. Bel pun berbunyi, tanda homeroom harus bubar dan masuk ke kelas masing-masing sesuai jadwal. Aku berdiri di lorong sepi dan kebingungan. Orang-orang udah masuk kelas beberapa menit yang lalu. Sedangkan aku, masih mondar-mandir nggak tentu arah. Sebenernya, aku pengin nanya, tapi ngomong dalam bahasa Inggrisnya gimana? Gedung ini begitu luas, dan aku belum mengenalnya dengan baik. Setelah berkali-kali salah masuk, akhirnya kutemukan juga kelas Matematikaku. Kelas pertamaku itu ternyata ada di lantai tiga, sayap tengah. "Sorry, Mam. I'm late," kataku sambil terbungkuk-bungkuk. Aku buru-buru duduk di deretan kedua sebelum guru itu sempat membalikan badannya dari papan tulis. Gawat kan, kalo sampai ditanya-tanya di depan kelas. Aku nggak ngerti apa yang diterangin guru itu, tapi aku bisa memahami rumus-rumusnya. Jadi, yang kulakukan adalah mengira-ngira pembahasan. Pelajaran selanjutnya adalah Fisika. Waktu SMP, aku suka banget pelajaran Fisika dan hampir selalu dapet nilai sepuluh di setiap ulangan. Tapi kali ini, Fisika begitu menyeramkan. Aku hanya ngerti beberapa rumus, itu pun karena rumus-rumus tersebut pernah muncul di pelajaran SMP.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Buruk sekali, ya? Tapi, yang lebih buruk lagi adalah pelajaran Sejarah. Aku duduk di kursi paling belakang dan nggak ngerti apaapa. Ketika guru Sejarah menunjukku, aku hampir pingsan. Oh, sepertinya dia ingin aku menjawab pertanyaannya. Boro-boro menjawab pertanyaan, yang dia omongin tadi aja aku nggak ngerti. Aku diam terpaku memandangnya. Yang kulakukan cuma menggeleng, lalu menunduk. Setelah beberapa saat, guru Sejarah sepertinya ngasih tugas. Semua sibuk menulis dan membolak-balik halaman buku. Aku mulai panik. Cuma aku yang nggak ngela-kuin apa-apa. Tiba-tiba, guru Sejarah itu duduk di hadapanku. Dia nanyain nama dan masih banyak lagi. Guru ini sangat ramah. Dan aku rasa, dia ngerti kalo bahasa Inggrisku minim banget. Dari caranya ngomong dan dari raut mukanya, sepertinya dia memberiku semangat. Kirakira begini, "Pelajaran ini akan cukup berat bagimu. Tapi saya yakin, kamu bisa. Saya akan membantumu." Guru ini menepati janjinya. Dia selalu bersedia meluangkan waktunya setelah pelajaran selesai, atau ketika istirahat, untuk menerangkan kembali secara perlahan-lahan. Pelajaran Biologi sama parahnya. Bayangin, baru aja masuk langsung dikasih ulangan! Katanya, untuk me-refresh pelajaran Biologi waktu SMP. Aku membaca pertanyaan nomor satu berulang-ulang. Dan sampai bel terakhir pun, aku masih berkutat di nomor satu! Aku hampir menangis ketika guru Biologi menatap kertasku yang kosong melompong. Di luar dugaan, guru Biologi berkepala plontos dengan tampang smackdown ini, ternyata ... punya hati selembut Hello Kitty. "Oh, bilang dong, dari tadi kalau kamu tidak mengerti. Jadinya, saya bisa bantu," begitulah kira-kira katanya sambil terkekeh ramah. Hari pertama masuk SMA, memang penuh kejutan. Ketika istirahat makan siang tiba ada dua istirahat: break pukul 10.00-10.15, dan lunch pukul 12.00-13.00 aku pergi ke kantin sekolah yang menurutku lebih mirip restoran. Aku makan di sekolah ini dengan sistem pra

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

bayar per tahun. Tinggal mengambil makanan, lalu menggesek kartunya. Karena belum kenal siapa-siapa, aku duduk di pojok seorang diri. Selesai makan, aku menyempatkan diri jalan-jalan keliling sekolah. Ternyata, sekolah ini punya lapangan sepak bola outdoor (lengkap dengan track larinya) dan lapangan sepak bola indoor (lengkap dengan tribunnya). Selain itu, di samping sekolah juga ada dua lapangan tenis, lapangan basket, dan lapangan hockey (nama lapangan ini baru kuketahui belakangan). Jenis olahraga yang terakhir ini, pernah membuatku serasa jadi orang paling bodoh sedunia. Pasalnya, pertama kali ikut pelajaran olahraga, kami semua disuruh baris sambil memegang stik panjang yang ujung bawahnya melengkung. Waktu itu, aku ada di barisan paling depan. Jauh dari seberang sana, guru olahraga melemparkan lempengan pipih ke arahku. Ketika lempengan itu mendekat, aku langsung menyodok-nyodoknya dengan gaya mencangkul! GELEGAR!!! Semua orang langsung menertawakan aku. Saat latihan dimulai, nggak ada yang menginginkan aku masuk ke regunya, kecuali ... Johann. "Kamu pernah main hockey?" tanya Johann prihatin. Sepertinya, dia kasihan melihatku ditertawakan. Aku menggeleng. Boro-boro main hockey, main basket aja nggak pernah. Di SMP-ku dulu, pelajaran olahraga kami hanya seputar lari keliling sekolah, voli, badminton, dan renang. Kami nggak punya fasilitas yang memadai untuk jenis olahraga lainnya. Sedangkan untuk renang, kami harus pergi dulu ke tempat renang. "Oh, nggak apa-apa. Kamu masuk reguku aja. Jadi penjaga gawang, bisa?" tanya Johann lagi. Aku mengangguk gembira. Terima kasih, kapten Johann. Aku akan jadi penjaga gawang terbaik!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ketika pulang sekolah (sekolahku dimulai dari pukul 8.30 sampai pukul 15.30), aku baru sadar kalo dompetku hilang!!! Aku mencarinya ke mana-mana, tapi nggak ketemu juga. Padahal, di dalamnya ada karcis transportasi umum bulanan. Aku juga nggak bisa nelepon ke rumah karena uangnya nggak ada. Gimana aku bisa pulang? Tiba-tiba aja, aku melihat Reena yang sekelas denganku di pelajaran Matematika. Aku langsung berlari ke arahnya. Aku ingin mengatakan, "Reena, bisakah aku meminjam uangmu untuk beli tiket? Dompetku hilang." Tapi, tata bahasa seperti ini udah terlalu rumit bagiku. Alhasil, aku berkata dengan kalimat terpatah-patah yang disertai bahasa tarzan (bahasa tubuh). "My wallet... gone ... no ticket... no money Untung, Reena mengerti. Dia memberikan beberapa lembar uang dan aku sangat berterima kasih. Emang sih, aku nggak selalu beruntung dengan ngedapetin guru atau temen yang mengerti keadaanku. Misalnya aja guru olahraga yang punya nama feminim banget, tapi sifatnya preman abis (maaf ya, Bu). Atau salah satu guru ESL-ku. Aku sering dapet bentakan dari kedua guru ini karena salah mengerti. Setiap hari, aku pulang sekolah sambil menangis. Betapa beratnya bersekolah di sini. Sampai pada suatu hari, aku meminta pada ayah agar aku dipindahkan ke sekolah Indonesia yang ada di perbatasan aja. Kukira, ayah akan bersimpati mendengar kesulitan-kesulitanku. Ternyata, jawaban ayah melenceng jauh dari yang kuharapkan! "Kalau ingin sekolah di sekolah Indonesia, nga-pain juga ke luar negeri! Ayah menyekolahkan kamu di sini, supaya kamu punya nilai lebih! Bisa bahasa asing dan punya kenalan dari berbagai negara. Kalau pengin hidup gampang, udah pulang aja ke Indonesia! Tapi, ayah nggak mau ngantar. Pulang sana sendiri! Kamu pikir, ayah bekerja di sini juga gampang? Kalau kamu berusaha, tegar dan sabar, nggak ada yang nggak bisa diatasi!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Sejak saat itu, aku seperti petasan yang baru disulut api, meluncur ke udara dan meletus jadi per-cikan warna-warni. Tiba-tiba aja bebanku seperti lenyap. Mungkin dari dulu, yang aku butuhkan adalah seseorang yang bisa diajak curhat mengenai masalahku. Aku pantang mengeluh lagi. Yang kulakukan, di mana pun, kapan pun, adalah belajar dan belajar. Ketika berada di atas kendaraan, kegiatanku adalah membaca buku tata bahasa berulang-ulang sampai ngerti. Ketika jalan kaki, atau membantu ibu, mulutku selalu komatkamit menghafal kata-kata baru. Aku sadar, yang pertama harus kutingkatkan adalah bahasaku. Setiap hari, aku hanya tidur 3-4 jam. Dan kalo ada pe-er, waktu tidurku semakin berkurang. Di sekolah, setelah makan siang, yang kulakukan adalah mengulang pelajaran di perpustakaan atau di ruang tangga darurat. Jennifer, yang jadi sahabatku, dengan setia menemani dan jadi tempat bertanya kalo aku nggak ngerti. Setiap pulang sekolah, setelah membantu ibu, yang kukerjakan adalah menerjemahkan buku-buku pelajaran dengan melihat kamus kata per kata! Dan setiap Sabtu dan Minggu, kubaca semua pelajaran berulang-ulang hingga aku mengerti. Hampir semua bukuku keriting atau kena tumpahan makanan. Karena, sambil mandi atau di dapur pun, aku tetap membaca buku! Selain didukung oleh keluarga dan sahabatku, usahaku ini juga didukung oleh tetanggaku. Namanya Lya Russmeier, seorang nenek berusia delapan puluh tahun yang hidup sendirian. Nenek Russmeier menguasai tujuh bahasa, yaitu bahasa Jerman, bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Rusia, bahasa Belanda, dan bahasa Esparanto. Di masa Perang Dunia Kedua, beliau adalah seorang penerjemah. Tau nggak, cara beliau mengajariku bahasa? Dengan mendongeng! Beliau bercerita, aku mendengarkan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan begitu, aku terbiasa menyerap kata-kata baru. Beliau tau, aku nggak mengerti. Tapi, beliau bersikap seolah-olah aku sangat mengerti. Sikap seperti ini membuatku merasa berharga. Beliau juga mengajariku cara menyulam, merajut dan membuat selai. Jadi, aku nggak bengong-bengong amat ketika beliau bercerita. Beliau nggak nerima imbalan. Tapi, sebagai rasa terima kasihku, setiap libur, aku membantu membersihkan halaman rumahnya, atau memetik buahbuahan di kebunnya, atau menyingkirkan salju dari jalannya. Raport semester pertamaku udah dipastiin jeblok. Aku dapet nilai 3 di sana-sini. Beruntung, or-tuku lebih mentingin proses daripada hasil. Ayah dan ibuku sangat bangga karena aku bekerja keras. Mereka yakin, aku pasti bisa melakukan apa aja. Keyakinan ortuku menjadi penyulut semangat yang sangat berharga. Aku terus berjuang dengan bahagia. Dan di akhir tahun ajaran, nilai raportku menanjak drastis. Angka istimewa bertebaran di sana-sini (setara dengan angka 10). Aku pun dapet penghargaan atas hasil kerja kerasku. Kutatap piagam penghargaan itu, sambil membayangkan raut muka bahagia kedua ortuku. Untuk pertama kalinya, aku pulang sambil tersenyum sangat lebar. Asih Aisyah Tips Sekolah di Luar negeri - Sebelum masuk SMA, kamu cari-cari info tentang SMA itu kayak apa, pelajarannya gimana, dan berbagai hal lain yang berkaitan. Siapkan dirimu sebaik-baiknya! - Ketika dalam kesulitan, ingat selalu; Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar kemampuan. Dan beserta kesulitan itu, ada kemudahan. Ayo, tunjukkan kamu bisa!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

- Kuasai bahasa negara yang akan kamu datangi, minimal bahasa Inggris. Carilah orang-orang yang bisa membantumu, terutama dalam hal meledakkan semangat! Pelangi Awal Sekolah 1. My Secret Identity 2. Jadi Kembang di antara Kumbang 3. Ekskul Minim Biaya 4. Enjoy Jadi Anak Kos My Secret Identity KETIKA aku masuk SMAN 3 Bandung, seingatku hanya ada dua siswi berjilbab di angkatanku. Bagiku, mereka agak aneh. Maklum, deh ... waktu itu, berjilbab ke sekolah masih belum biasa. Biasanya, jilbab hanya dipake oleh ibu-ibu atau anak-anak pesantren atau madrasah. Sekolahku ini kan, sekolah umum dan TOP. Di rumah, aku juga masih suka meledek kakakku yang udah berjilbab pada semester pertamanya di UNPAD. "Kayak ninja! Hahaha ...!" Di sekolah, aku ikutan rohis. Kalo nggak salah, waktu itu namanya Organissma 3. Organisasi Kerohanian Islam SMA 3. Tapi, tiap kali mentoring atau ada kegiatan lain, yang belum berjilbab nggak kena kewajiban make jilbab. Kalo mau make jilbab bo-leeeh ... nggak make juga nggak apa-apa. Aku sih, belum berniat make jilbab. Ngajiku aja masih terpatahpatah. Apalagi soal tajwid. Huuu ... bener-bener parah! Pengetahuan soal Islam juga masih minim banget. Emang sih, pernah terbersit juga untuk make jilbab. Tapi itu nanti. Nantiii .... banget. Kalo aku udah dewasa, udah sukses, udah tajir!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tetapi, ternyata Allah berkehendak lain. Akhir September, Ita sahabatku ngajakin daftar mento-ring di Masjid Salman. Kata Ita, mentoringnya seminggu sekali, Minggu pagi. Aku yang pada dasarnya emang minus kegiatan, oke-oke aja. Dengan semangat '45 yang patut dibanggakan, aku dan Ita datang ke Masjid Salman. Tepatnya ke Gedung Kayu, nggak lupa tebar pesona. Kali aja nemu jodoh atau dapet cowok anak ITB. Pas daftar, ada tes ngajinya! Gimana ini? Ya-aah ... cuek aja, lah! Biarpun waktu wawancara ngaco dan tes ngaji lebih ngaco lagi, aku dan Ita diterima. Pada dasarnya, semua emang diterima, sih. Beres semuanya, si Akang (aku lupa namanya) ngomong gini, "Besok-besok, kalo ikut mentoring harus pake jilbab, ya!" Haaah ...!!! Dari situ aku mulai mikir, Aku make jilbab kalo mentoring, abis itu lepas lagi. Kok, rasanya gima-naaa ... gitu, lho. Kurang sreg. Apalagi saat itu, aku udah "ngeh" kalo pake jilbab itu hukumnya wajib bagi Muslimah yang udah akil balig. Gimana kalo aku pake jilbab aja untuk seterusnya? Tapi ... kalo aku pake jilbab ... apa nggak bakal malumaluin, ya? Ngaji aja belum bener, kok, udah mau pake jilbab. Ntar dibilang sok-sokan, lagi. Trus, ntar pasti banyak yang nggak bisa aku lakuin lagi karena udah pake jilbab. Make celana panjang ketat, misalnya. Kan, busana Muslimah harus longgar dan nggak ngeliatin bentuk tubuh. Dari bingung dan ragu, akhirnya bismillah .... Sekitar tiga bulan setelah tercatat sebagai siswi SMAN 3 Bandung, tepatnya tanggal 7 Oktober, aku mulai pake jilbab ke sekolah. Begitu aja, nggak ada faktor pendahuluan yang dramatis, seperti sakit parah yang hampir merenggut nyawa, kepala yang tiba-tiba botak seperti hutan Kalimantan, atau diultimatum oleh ortu. Nggak ada. Semua mengalir begitu aja.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Ortuku malah sempat khawatir ketika melihat aku mulai ikut-ikutan berjilbab. Khawatir bakal ada masalah di sekolah, khawatir akan memengaruhi nilai-nilai akademis atau malah dikeluarin dari sekolah. Lebih jauh lagi, khawatir kalo nantinya susah pas mau kuliah dan pas kerja. Tapi, alhamdulillah, meskipun khawatir, ortuku nggak ngelarang. Masa ketika aku mulai berjilbab itu tahun 1990 jilbab masih jadi "barang terlarang" di sekolah-sekolah umum. Lebih khusus lagi, terlarang di sekolahku. Hanya sedikit sekolah umum yang ngizinin siswi-siswinya berjilbab. Peraturan pemerintah menetapkan, seragam siswi SMA adalah rok abu-abu selutut dan kemeja putih lengan pendek. Nggak ada rok panjang, kemeja lengan panjang, apalagi jilbab. Sekolahku menjalankan peraturan itu dengan ketat. Jadi? Ya ... harus akalakalan. Mau nggak mau, aku pun menempuh jalan yang sama dengan tementemen dan kakak kelas yang udah duluan berjilbab. Seragam sekolah biasa, ditambah dengan kaus kaki putih yang panjangnya sampai lutut, jaket atau sweter untuk nutupin kemeja pendek, lalu jilbab. Kostum yang aneh, ya? Tapi itulah yang terjadi. Itu pun hanya bisa dipake sampai pintu gerbang sekolah! Masuk ke lingkungan sekolah, harus nyopot jaket dan jilbab. Jilbab harus disembunyiin, harus dirahasiakan dari mata para penguasa sekolah. Hiks, sedih banget rasanya. Awalnya, nggak banyak yang tau kalo aku pa-ke jilbab, soalnya masih harus dilepas kalo masuk ke sekolah. Yang tau aku berjilbab, cuma temen-temen deketku. Ita, Mita, Ratih, dan Justin. Soalnya kalo ketemuan di luar sekolah, aku pasti pake jilbab. Justin yang Katolik itu juga nggak ngasih komentar apa-apa. Lama-lama, banyak juga yang tau. Jilbaber dari kelas-kelas lain, termasuk para kakak kelas yang tadinya cuma kenal gitu-gitu aja,

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sekarang jadi lebih deket. Perasaan senasib membuat kita jadi lebih deket dan saling menguatkan. Saling menyemangati. Ini sangaaat ... indah. Persaudaraan yang diikat oleh kesamaan keyakinan, ternyata benarbenar indah. Nggak cuma omong kosong. Di kelasku sendiri, aku yang pertama berjilbab. Reaksi temen-temen sekelasku? Macam-macam. Ada yang biasa-biasa aja, ada yang kaget, ada yang ngasih semangat, ada yang nggak peduli. Ada satu komentar yang aku inget banget. Temenku Rosa, kaget banget waktu tau aku pake jilbab. Biarpun masih jilbab bongkar pasang, tapi tetep aja jilbab. "Haaah ...! Kamu pake jilbab?" tanya Rosa. "Iya." Dia melihat aku kayak melihat alien, "Kenapa?" "Jadi, kamu Islam, ya?" Aku bengong. Jadi, selama ini .... "Kok, kamu nggak pernah keliatan sholat di musala?" tanyanya lagi. "Shalat, kok. Pas nggak ketemu aja, kali. Kan, musalanya penuh terus," jawabku dengan perasaan nggak keruan. "Maaf, ya. Tadinya, aku ngira kamu bukan Muslim." Aku cuma bisa meringis. Duh ... betapa nggak jelasnya identitasku selama ini. Tapi sekarang, dengan berjilbab, identitasku jadi terlihat jelas. Ternyata benar, jilbab itu adalah sebuah penanda dan pembeda. Tetapi ternyata, nggak semudah itu menyatakan identitasku. Benturannya lagi-lagi adalah ketatnya peraturan sekolah yang membuatku harus tetap merahasiakan jilbabku. Jam olahraga adalah saat yang paling menyedihkan. Gimana nggak? Seragam olahraga kami adalah kaus putih lengan pendek dan celana pendek berwarna hitam. Aduh! Celana pendek! Masih sedikit untung, di sekolahku kelas olahraga cewek dan cowok dipisah. Kalo cewek kebagian olahraga

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

indoor, cowok yang outdoor. Begitu sebaliknya. Tapi kan, tetap aja celana pendek, Man! Untungnya lagi, temenku baik-baik. Kalo pas olahraga outdoor dan gerombolan cowok melintas, aku bisa bersembunyi di balik badan temen-temen-ku. Mengecil-ngecilkan badan supaya nggak keliatan. Tapi sebenarnya temen-temen cowok juga baik, sih. Kalo di kelas lagi ada razia yang salah satu sasarannya mencari siswi berjilbab, mereka mau membantu. Aku bisa menitipkan jilbab dan perangkat lainnya pada mereka. Beres, deh. Aman dan lolos dari razia. Gimanapun, aku masih harus merahasiakan jilbabku dari mata guru-guru. Jilbabku. My secret identity. Teera Tips Berani Pake Jilbab Jangan takut bertindak kalo yakin yang kamu lakuin itu bener. Berjilbab, misalnya. Itu kan, bener. Kenapa harus takut? Supaya keyakinan kamu makin teguh, bergaul deh, sama orang-orang yang se-isme. Insya Allah, mereka akan meneguhkan keyakinan kamu. Nggak usah nunggu sempurna dulu untuk melakukan sesuatu. Untuk berjilbab misalnya, nggak usah nunggu sampai bisa ngaji sebagus qoriah atau berpengetahuan ke-Islaman seluas Quraish Shihab. Justru dengan berjilbab, kita jadi tertantang untuk terus belajar dan belajar. Apalagi sekarang kan, udah nggak ada masalah sama peraturan sekolah.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kalo udah berjilbab, jangan lupa untuk terus meningkatkan kualitas diri kamu. Jangan puas hanya karena udah berjilbab. Yakin deh, berjilbab itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan menenangkan. Juga membuat identitas kamu sebagai Muslimah jadi kelihatan jelas. Jadi Kembang di antara Kumbang CEWEK mau masuk STM? Masya Allah, emang-nya nggak ada sekolah lain? Itulah kalimat yang aku dengar dari mulut ibu ketika aku mengutarakan maksud hatiku setelah lulus SMP. Ayah pun hanya bisa geleng-geleng kepala mengetahui keinginan putri sulungnya ini. Berbagai cara dicoba untuk membujukku agar masuk sekolah umum (SMA), tapi akhirnya mereka menyerah. Yup! Aku udah bulat tekad mau masuk STM, itulah sekolah yang aku cita-citakan sejak aku masih SD. Nggak tau kenapa, sejak kecil aku merasa lebih cocok bergaul sama cowok daripada sama cewek, padahal aku nggak tomboi-tomboi amat, lho! Tapi emang begitulah, aku pengin buktiin kalo aku bisa dan kuat. Karena selama ini, aku dipandang lemah sama orang-orang di sekelilingku. Mereka terlalu melindungi hingga aku merasa jadi seorang pesakitan yang harus selalu dijaga ketat. Keinginanku semakin bulat ketika aku udah duduk di SMP. Di pertengahan semester kelas III, ada beberapa sekolah menengah yang berpromosi di sekolahku, maklumlah, sekolah favorit. Beberapa sekolah menengah itu di antaranya SMA Taruna Nusantara. Dengan semangat '45, aku pun mendaftar. Namun, saat itu aku harus menelan pil pahit, karena mereka belum membuka kelas untuk putri. Berbekal NEM yang cukup tinggi (47,7 untuk 6 mata pelajaran waktu itu) sebenarnya aku bisa melenggang ke sekolah favorit manapun yang aku mau. Wali kelasku sampe pusing mendengar aku tetap

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

keukeuh mau masuk STM. Beliau menyarankan agar aku masuk SMAN 3 atau SMAN 5, SMA paling favorit di kotaku. Tapi, aku nggak mau jadi cewek "biasa". Ih, nggak "nendang" rasanya masuk SMA. Mana sekelas lagi, sama temen-temen SMP-ku jadi kayak jebol desa ke SMAN 3 atau SMAN 5. Akhirnya, aku mendaftar ke tiga sekolah, yang semuanya "macho", yaitu STM Pembangunan, SMT Grafika, dan STM Kimia. Ternyata, nggak gampang masuk STM, apalagi STM favorit. Selain harus bersaing sama ribuan orang yang dateng dari daerah-daerah di Jawa Tengah, aku juga harus ngikutin serangkaian tes yang sangat berat, baik fisik maupun nonfisik. Tes-tes itu memakan waktu berhari-hari, mulai dari tes akademis, tes minat dan bakat, tes buta warna, sampai tes mencangkul. Hehehe ... tapi seru, lho! Aku benarbenar merasa nyaman dan tertantang. Alhamdulillah, tes-tes berat itu mampu aku jalani, dan lulus semuanya. Aku benar-benar kebingungan memilih yang mana. Tapi sejak awal, ayah udah ngingetin untuk melepas STM kimia. Tinggal dua pilihan lagi, STM Pembangunan yang udah kuidamkan dari SD atau SMT Grafika yang aku belum tau persis kayak gimana. Aku masuk peringkat lima besar dalam pendaftaran di dua sekolah tersebut. Kalo di STM Pembangunan aku masuk rangking lima, di Grafika aku masuk rangking dua. Aku bener-bener bingung. Tapi, akhirnya aku mutusin memilih Sekolah Menengah Teknologi Negeri Grafika Semarang. Ya, aku milih sekolah yang sesuai dengan hobiku, yaitu membaca. Waktu itu, aku cuma ngebayangin, kalo aku milih Grafika, maka aku bisa baca buku sepuasnya dengan gratis di tempatku bekerja nanti. Mulai hari itu, aku menuliskan masa depanku. Aku masih ingat betul gimana hari pertama aku menjadi anak STM. Berbalut seragam abuabu, aku merasa menjadi begitu pede. Walaupun rambut di-kucir sepuluh dan dikasih pita warna-warni, aku nggak gentar

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

menghadapinya. Kutapaki hari itu dengan senyum pasti. Aku udah jadi anak STM. Tapi, nyaliku sempet ciut juga ketika di hari pertama itu, aku melihat calon temen-temenku selama tiga tahun ke depan. Aku berada di tengah segerombolan cowok dan segelintir cewek nekat (itu kata para cowok). Tapi aku bangga, karena aku termasuk cewekcewek yang kuat (itu kata para cewek). Hari-hari selama MOS yang berat, alhamdulillah bisa aku atasi. Begitu melihat wearpack oranye terang itu dibagikan, semua kepedihan selama MOS jadi nggak terasa. Kuelus lambang ke-STMan itu dengan penuh kasih sayang (dalam hal melankolis kayak ini, tetep aja jiwa cewek yang muncul). Aku benar-benar menikmati hari-hariku di STM. Kebanyakan temenku baik, walaupun nggak semuanya. Ada juga beberapa temen yang antipati sama yang namanya cewek. Mereka lebih judes dari cewek. Mereka menganggap kami, para cewek telah melanggar kebiasaan. Tapi, show must go on, aku malah semakin tertantang, aku harus bisa lebih baik dari para cowok itu. Aku berusaha mencintai pelajaran-pelajaran baru di sini. Mata pelajaran favoritku adalah Kalkulasi Grafika dan Pengetahuan Bahan dan Teknik Mekanika (PBTK), tapi aku juga menyenangi pelajaran dan praktik pracetak, cetak, dan purnacetak. Setiap hari, aku bergelut dengan mesin-mesin. Egoku terpenuhi. Aku haus tantangan, dan di sini tantangan itu kuhadapi. Nggak hanya dengan benda mati, karena ternyata pilihanku pun memberi begitu banyak konsekuensi. Benar kata peribahasa, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Beradaptasi di lingkungan cowok bukanlah hal mudah. Mereka tetap menganggap cewek berbeda sama cowok. Mereka masih sering melecehkan kekuatan dan kemampuanku. Aku buktiin ke mereka kalo

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

cewek bukanlah makhluk lemah. Kutempatkan diriku di posisi cowok. Aku benar-benar ingin masuk seratus persen ke dunia mereka. Agar bisa diterima mereka, aku pun mencoba melakukan apa yang mereka lakukan. Kupotong rambutku yang panjang menjadi cepak. Kucoba menyukai apa yang mereka sukai. Aku mencoba aktif bergaul dengan mereka. Kupenuhi hari-hariku dengan ekskul karate dan basket. Bahkan, obrolanku pun berubah di seputar sepak bola dan balapan. Hehehe ... seneng juga sih, dari situ aku mulai menyukai olahraga sepak bola. Seringkali aku maksain melek buat nonton pertandingan bola. Untung aja adikku yang cowok suka bela-belain nemenin kakaknya nonton bola. Sekolahku luas banget, hampir enam hektar. Untuk para cewek yang berbetis langsing dan pe-ngin mengubahnya menjadi lebih berisi, di sinilah tempatnya. Bayangin aja, dalam sehari kita bisa muterin area seluas itu hanya untuk pindah ruang praktik. Di kanan-kiri kelas masih banyak banget area kosong yang dijadiin kebun atau taman kelas. Biasanya ditanami dengan tanaman pisang dan mangga. Tapi di dekat kelas kami, ada sebatang pohon jengkol yang buahnya banyak banget. Pohon jengkol itu lambang kejaiman. Siapa pun pasti enggan berada di dekat pohon jengkol itu. Tapi, kalo udah kepepet, pohon jengkol menjadi sumber penghasilan alternatif buat anak-anak kos yang telat kiriman bulanannya. Suatu sore, sambil nunggu waktu ekskul, kami ngobrol ngalor-ngidul di pinggir lapangan sepak bola. Tiba-tiba, salah satu temen kami (sebut aja He-ri) menangkap pemandangan ranumnya buah pisang raja di seberang lapangan. Tiba-tiba, muncullah ide isengnya. Kulihat beberapa temenku berbisik-bisik dan tertawa, tapi aku pura-pura cuek. "Win, kamu berani nggak nyuri tuh pisang? Ka-lo kamu berani, berarti kamu bener-bener pantes jadi anak STM," kata Heri sambil mesam-mesem.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tentu aja aku kaget setengah mati mendengar tantangan ini. Tapi, ini bukan yang pertama kali. Dulu ketika kelas 6 SD, aku juga pernah ditantang sama temen-temen buat nyuri singkong di dekat Pusat Pembakaran Mayat. Tanpa pikir panjang, aku pun menyanggupinya. Aku dan Heri pun segera melancarkan aksi tersebut. Dengan berbekal cutter senjata wajib kami di pelajaran Perwajahan dan Montase dan tas gunung, kami pun beraksi. Kami segera berbagi tugas. Heri berusaha dengan keras memotong tandan buah pisang yang udah tua itu dengan cutter. Aku pun bertugas menjadi penjaga. Mataku celingukan ke kanan dan ke kiri. Nggak lama, aku pun ngasih kode ke temen-temen yang ada di seberang. "Operasi" pisang telah berhasil. Pisang raja yang sebagian udah matang itu, berpindah tempat ke dalam tas Heri. Kami pun berpesta pisang! Keesokan harinya, aku, Heri, dan beberapa te-men ke kantin seperti biasa. Mbah Mi yang juga membuka warung di kantin menegur Heri. "Kemarin yang nyolong pisang Mbah Mi, kamu tho?" "Nggak kok. Mbah, bukan saya," tangkis Heri. "Walah, nggak usah mungkir. Ada orang yang cerita ke Mbah Mi. Hayo ngaku aja daripada saya laporkan ke Pak Hartoko." Akhirnya, Heri dan aku pun mengaku. Sepulang sekolah, kami mengambil pisang yang masih setengah tandan lagi dari tempat kosnya, dan menyerahkannya ke Mbah Mi. Ada satu hal yang tetap kujaga, yakni pergaulanku. Nggak semua temen cowokku itu orang baik-baik. Banyak di antara mereka udah tercemar hal-hal buruk. Rokok, minuman keras, bahkan obat-obatan terlarang, bukanlah hal yang aneh kutemui. Seringkali aku hanya bisa diam melihat temen-temenku itu fly saat jam pelajaran sekalipun. Tapi, itulah suka-duka menjadi kembang di antara kambing ... eh, kumbang. Adaptasi itu butuh pengorbanan, tapi pengorban bukan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

berarti mau ngelakuin apa aja, karena menjadi baik atau buruk itu adalah pilihan kita. Winarni Tips Jadi Kembang di STM - Jangan pernah bersikap centil di hadapan para cowok, apalagi bergenit-genit ria. Mereka jijay banget! - Jadilah orang yang mau ngedengerin, karena cowok biasanya nggak begitu suka ngedengerin tapi mereka pun sangat konsisten, mereka nggak mau menjadi pengeluh. - Masuk ke dunia mereka, pahami mereka karena, cowok juga ... manusia, punya rasa punya hati. - Jangan pernah tergoda rayuan meraka. Sebe-nernya, cowok adalah orang yang lemah, mereka bisa kuat menghadapi apa pun, tapi suka lemah kalo udah mengatas namakan pertemanan/persahabatan. - Kamu harus tetap menjadi cewek karena para cowok nggak akan menjadi apa-apa tanpa cewek. Ekskul Minim Biaya DI akhir masa MOS, digelar juga atraksi ekskul di lapangan sekolah. Semua ekskul berebut unjuk kabisa untuk meraih simpati para siswa baru SMAN 14 Jakarta, termasuk aku. Ada kelompok pecinta alam Gasipala yang manjat-manjat dan meluncur di gedung sekolah, ada PMR yang demo penyelamatan korban kecelakaan, drumband, pencaksilat, Paskibra dan ... kenapa ya, nggak ada atraksi olahraga seperti basket? Oh, iya, aku baru ingat. Aku kan, masuk di sekolah yang masuk kategori pemikir. Nggak aneh kalo ekskulnya juga nggak terlalu macam-macam.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jujur aja, aku tertarik mendaftar di ekskul drumband. Keren, sih, apalagi dengan kostum mereka itu. Akhirnya, setelah semua atraksi ditutup, aku ikut-ikutan siswa baru lainnya memburu formulir ekskul. Paling pertama aku mengambil formulir drum band. Aku baca sekilas formulirnya. Hm! Aku langsung terbelalak ketika mengetahui salah satu syarat untuk bergabung. Biaya kostumnya ditanggung sendiri oleh setiap siswa. Dan itu mahal banget buat aku! Aku yang cukup sadar dengan kemampuan ekonomi ortuku, batal mendaftar di drumband. Aku bergerilya ke ekskul lain. Ternyata nggak ada yang menarik perhatianku. Belum lagi kalo melihat jumlah biaya yang harus aku bayar di formulir, untuk beli kostum, peralatan, dan lain-lain. Dan, hampir semua ekskul pasti ada pemungutan uang kostum. Sampai kegiatan belajar mengajar berlangsung, aku masih mencaricari ekskul yang bakal kuikuti. Saat hari Minggu, aku datang ke sekolah. Menclok sana-sini melihat-lihat kegiatan ekskul. Tapi, lagilagi nggak ada yang menarik. Mau ikut Paskibra, takut gosong. Habis ... tengah hari bolong harus rela berjemur di lapangan upacara. Setelah beberapa minggu, seorang teman sekelasku mengajak aku bergabung di ekskul karawitan. Aku sempat tersenyum. Aduh, gue kan, anak gaul. Masa sih, ditawarin ekskul karawitan? Yang bener aja?! Tapi setelah dipikir-pikir lagi, akhirnya aku memutuskan bergabung di ekskul karawitan. Ya, paling nggak ... masih ada unsur musiknya. Suatu kegiatan yang kusuka. Nggak seperti ekskul lainnya, ekskul karawitan digelar di anjungan Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kami latihan pagi hari, sebelum masuk sekolah (kelas satu masuk siang). Untuk ikutan ekskul ini, sama sekali nggak dipungut biaya. Bahkan, kami bisa masuk gratis ke TMII. Tapi sayang ... pesertanya cuma sedikit, yaitu enam orang. Dan makin lama, makin berkurang. Hingga akhirnya, aku juga ikutan mundur tiga bulan kemudian (se-

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

tidaknya, aku tau bagaimana memukul gong yang benar). Karena bingung, akhirnya aku ikut-ikutan beberapa temenku terdampar di ekskul Rohis. Aku mau gabung, karena untuk ikutan ekskul ini nggak ada syarat macam-macam. Bahkan, kalo ada kegiatan pengajian di luar sekolah, aku nggak pernah pusing soal ongkos. Ada beberapa siswa yang mampu, dengan sukarela mengongkosi sebagian siswa lainnya. Walaupun nggak aktif benar di Rohis, aku merasa betah, lho. Soalnya, aku jadi bisa kenal sama seniorku. Selain itu, kebanyakan pengurus OSIS adalah anggota Rohis. Pergaulan inilah yang aku manfaatkan banget. Dari kakak senior, aku bisa bertanya banyak hal, misalnya soal watak guru A atau B. Aku juga bisa minjem buku-buku pelajaran yang nggak dipake lagi oleh senior. O, iya, temen-temen di Rohis juga kebanyakan berekskul ganda. Selain di Rohis, mereka ada yang juga anggota drumband ataupun PMR. Jadi, aku asyik-asyik aja gabung sama mereka dan nanya-nanya soal kegiatan mereka. Tanpa canggung, aku bisa masuk ke setiap lingkungan salah satu ekskul. Maklum, kebanyakan lingkungan ekskul itu eksklusif. Mereka sangat tertutup dengan siswa yang bukan anggota ekskul mereka untuk ikutan kumpul-kumpul. Bahkan, aku sering melihat kebangaan mereka sama ekskulnya itu sangat berlebihan. Mereka nggak mau main sama siswa lain yang nggak satu ekskul. Misalnya, temen-temen dari ekskul Paskibra. Aneh, kan? Beberapa bulan bergulir, di sekolahku digelar pemilihan pengurus OSIS baru. Karena seniorku tau kemampuanku di bidang tulis menulis, akhirnya aku diangkat menjadi pengurus majalah dinding sekolah. Nggak cuma itu, aku juga dilibatkan dalam pembuatan majalah sekolah pertama sekolahku, lho! Asyik, kan? Aku juga diangkat menjabat sebagai humas OSIS. Karena jabatanku itulah, aku bisa mengikuti semua kegiatan ekskul. Ya, setiap ekskul di sekolah wajib mengundang pengurus OSIS kalo

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mengadakan kegiatan di luar sekolah. Biasanya, aku yang ditunjuk. Alhasil, temen-temenku jadi banyak dari berbagai ekskul. Nggak lama kemudian, di sekolahku diresmikan ekskul baru, yakni Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Aku diangkat menjadi salah satu pengurus pertama. Wow! Aku kok, jadi banyak kegiatan gini, ya? Emang sih, harus kuakui nilai akademisku nggak secemerlang saat SMP lagi. Dulu, di SMP aku biasa duduk di tiga besar. Di bangku SMA yang favorit ini, masuk sepuluh besar aja udah melegakan. Aku nggak terlalu ambil pusing, karena dari beberapa buku yang kubaca, belajar nggak harus selalu dari bangku kelas. Belajar bisa darimana aja, termasuk dari lingkungan pergaulan. Ibuku nggak pernah khawatir dengan kegiatanku yang seabreg. Apalagi ibuku tau, aku ikut kegiatan dengan temen-temen yang "bersih". Maklum, namanya juga anak OSIS dan Rohis. Sesekali, aku mengajak temen-temenku ke rumah, biar ibuku nggak mengkhawatirkan lingkungan pergaulanku. Sebenarnya, biarpun temen-temenku kebanyakan "baik-baik aja", tapi mereka juga gaul, lho. Kami sempet bikin geng, yang setiap malam Minggu keliling kota Jakarta atau bersilahturahmi ke beberapa temen. Geng ini nggak hanya terdiri dari temen seangkatan. Seniorku juga ada yang bergabung. Lagi-lagi, aku sih, senang-senang aja. Soalnya, aku nggak perlu keluar uang. Tementemenku yang dari keluarga tajir siap menanggung biayaku, yang penting aku ikutan. Kata mereka, kalo aku nggak ikut, jadi nggak rame, deh. Hm, mungkin mereka pikir, aku ini semacam petasan yang bisa bikin rame acara. Benny Rhamdani Tips Ikutan Ekskul

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

1. Siapin dana Siapin dana pas sebelum masuk SMA untuk ngi-kutin kegiatan ekskul. Jarang banget ekskul yang ngebebasin anggotanya dari beberapa biaya, terutama biaya kostum. Mau ikut ekskul olah raga, kita harus siap dengan kostum tim, termasuk mau ikut beladiri. Apalagi kalo mau ikutan ekskul yang heboh kayak cheerleader, marching band, dan drumband, Ekskul lainnya yang juga butuh biaya besar, misalnya pecinta alam karena kamu harus punya sepatu khusus, ransel, bahkan kalo mau komplet, bisa-bisa butuh biaya jutaan. 2. Sesuaikan minat dan bakat Hindari ikutan ekskul karena ikut-ikutan temen sebangku kamu. Tapi sebaiknya, pertimbangkan tawaran ikutan ekskul dari temenmu. Siapa tau emang nyenengin. Buat patokan, pilih ekskul berdasarkan minat dan bakat kamu. Kalo kamu suka musik, kamu bisa ikutan ekskul vokal group, band, angklung, ataupun karawitan. Kalo kamu suka menulis, kamu bisa ikutan ekskul majalah dinding ataupun majalah sekolah. Kalo suka meneliti, bisa ikutan KIR. 3. Manfaatkan secara maksimal Buang jauh-jauh pikiran, niat ikutan ekskul buat nyari gebetan. Banyak lho, hal yang lebih bermanfaat. Misalnya aja, bertanya ke senior soal pelajaran, soal karakter guru ataupun pinjam buku. Kamu juga bisa memanfaatkan kegiatan di ekskul untuk mengembangkan kepribadianmu, seperti rasa percaya diri. 4. Berani keluar

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Kalo ternyata lingkungan ekskul yang kamu pilih nggak nyenengin dan penuh konflik, lebih banyak orang sirik, mendingan kamu keluar aja. Pilih ekskul yang lebih asyik. Ataupun kalo kamu berani, putusin aja nggak ikutan ekskul, tapi tetap cari aktifitas lain di luar sekolah yang positif. Enjoy Jadi Anak Kos WUAAAH ... akhirnya gue make seragam abu-abu juga walopun "kepaksa"! Setelah perjuangan dan belajar sampe "berdarah-darah" hihihi ... dra-matisir banget, seh! Cieee ... alhamdulillah akhirnya NEM gue masuk sepuluh besar en diterima di SMAN 1 Purwakarta, SMA favorit di kota gue. Tapi, gue nggak terlalu seneng coz masuk SMA bukan cita-cita gue. Sejak SD, cita-cita gue pas lulus SMP adalah masuk SPK biar pas lulus jadi perawat. Yo wis, pas nggak lulus SPK gara-gara tinggi badan gue kurang setengah senti, daripada ngang-gur, akhirnya gue "kepaksa" euy masuk SMA. Awal-awal masuk SMA, gue sempet jadi "anak jalanan" maksudnya kebanyakan waktu gue abis di jalan coz bisa dibilang gue "anak daerah", gue sekolah di kota kabupaten sedangkan rumah di "kota" kecamatan yang jaraknya sekitar 35 km. Hiks ... kebayang dunk, pas berangkat sekolah subuh en pulang asar, kadang magrib kalo pas musti ngerjain tugas kelompok, pernah juga nyampe rumah isya kalo pas ikutan les, belom lagi kalo kena macet en seribu satu alesan laen buat telat ke sekolah or telat nyampe rumah. Udah getoh, masih mending pas nyegat bus dinaekin ama sopirnya, soalnya kadang mereka males naekin penumpang anak sekolahan yang cuma bayar setengah harga, kejar setoran, bo! Bus favorit gue ama temen-temen yang rumahnya jauh adalah Primajasa jurusan Bandung Bekasi sori neh, bukannya

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

promosi yang cuma bayar ongkos gopek (taun itu loh), turun dari bus nyambung pake angkot, deh! But ... kalo lewat magrib, angkot ke rumah gue udah nggak ada, akhirnya dengan terpaksa, gue naek ojek. Akhirnya, nyokap gue ngerasa kasian juga ngeliat anaknya musti ngabisin waktu di jalan. Mungkin nyokap mikir kali ya, ni anak kapan bisa belajarnya kalo nyampe rumah udah gelap plus langsung "tepar". Akhirnya, nyokap ngelepas gue buat kos. Ups ... ntar dulu, nggak segampang itu, bokap yang terkenal protect en "agak galak" hihihi ... sori, Beh! nggak ngizinin gitu aja anaknya nge-kos, khawatir ini lah ... itu lah .... So, gue diizinin ngekos but di rumah sepupunya nenek gue. Hmmm ... sebenernya seh, enak nggak enak tinggal di rumah sodara. Kalo enaknya, kita nggak perlu pusing-pusing mikirin menu makanan, terus suasana plus fasilitasnya kayak di rumah sendiri, en yang penting keamanannya terjamin. Tapiii ... ehem, nggak enaknya kadang gue ngerasa nggak bebas aja. Eits ... jangan buru-buru nafsirin nggak bebasnya kayak gimana! Maksud gue tuh, nggak bebas kayak di rumah sendiri. Misalnya pas capek pulang sekolah, penginnya tiduran or males-malesan nonton teve en ngapain aja, but nggak enak dong, kalo liat orang rumahnya pada supersibuk ngerjain sesuatu, misalnya beres-beres rumah atau ngerjain apa aja yang ngebutuhin bantuan. Mau nggak mau, gue mesti bantuin dong, nyadar dirilah dikit! Terus, gue kan, sekamar ama sepupu, otomatis privasi gue terbatas. Kadang, gue mesti nger-ti aja, namanya juga ikut sodara, apalagi dia yang punya kamar. Gue nggak bisa dong, seenaknya masang-masang "properti" pribadi, or leluasa gitu aja. Selain itu, nggak enaknya tinggal di sodara tuh, kita nggak bebas ngajak temen maen ke rumah or rame-rame pada ngerjain tugas. Mungkin sebenernya buat orang rumah sih, nggak apa-apa, but guenya yang ngerasa nggak enak aja, takutnya mereka keganggu, tau

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

sendiri kalo anak-anak udah pada ngumpul ... wuiiih ... suka pada heboh! Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya gue ngerasa pengin ngekos yang "pure kos". Sekalian, gue belajar mandiri, cieee ...! Wuiiih ... udah bisa ditebak dong, gimana reaksi bokap. Yup, gue nggak diizinin kos di luar, katanya seh, keamanannya nggak terjamin en khawatir gue maen mulu. Iiih ... nggak percayaan banget seh, ama anaknya. Pliiis ... kasi kepercayaan dunk buat anaknya en jangan terlalu dikekang! Akhirnya, setelah ngelobi, ngerayu, plus nge-yakinin bokap, keluar juga SIM Surat Izin Mengekos, hihihi ... maksa banget! buat gue. Gue pun bertekad buat nunjukin ke "bonyok" kalo gue dikasih kepercayaan ama mereka, gue nggak bakalan nyia-nyiain kepercayaannya, plus gue bisa lebih baek lagi. Akhirnya, gue nemu kosan hasil hunting beberapa hari, plus nanya-nanya ama temen en guru. Gue ngekos di rumah guru agama sekolah gue. Pokoknya, lingkungannya aman, ke sekolah cuma jalan kaki, tempatnya nyaman pula. Tapi tetep, sikap protect bokap masih ada, calon kosan gue disurvei dulu, siapa bapak ama ibu kosnya. Pas tau yang punya kosannya guru agama di sekolah gue en jarak kosan ke sekolah deket, plus lingkungan aman, bokap oke banget en langsung "nitipin" gue ama mereka, tapi tetep gue "dibekelin" peraturan plus tata tertib ngekos. Waaah ... gue ngerasa enjoy kos di situ, ibu sama bapak kos memperlakukan gue kayak anak sendiri. Apalagi gue bisa sekalian belajar masak sama bapak kos, apalagi urusan bikin nasi liwet karena beliau terbiasa masak sejak zaman di pesantrennya dulu. Kalo sama ibu kos, gue belajar "urusan rumah" misalnya, cara nyuci en nyetrika yang bener, nyapu sama ngepel yang bersih tuh kayak gimana. Terus, gue ngerasa punya adik kecil coz anaknya ibu kos yang baru berumur satu taun lucu banget, gue serasa punya maenan getoh. Tapi, kadang

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kalo lagi bete, lagi belajar or tidur, Sarah nama anaknya rewel en nangis mulu, waaah ... gue cuma bisa nutup kuping pake bantal di kamar. Enaknya ngekos di rumah guru adalah kalo pas ada tugas pelajaran Agama or ada hal-hal yang nggak ngerti, gue bisa nanya-nanya langsung. Ssst ... selain itu, gue ngebantuin meriksa hasil ujian temen-temen gue plus "ngintip" nilai-nilainya, terutama nilai gebetan gue. Walopun guru agama, bapak kosan gue terkenal funky plus gaul sama muridmuridnya. Ditambah lagi, beliau jadi pembina Pramuka gue jadi anggotanya bisa dibilang kosan alias rumah jadi basecamp anak-anak Pramuka. Kadang alumni juga suka pada dateng, yang akhirnya gue nambah temen plus bisa nanya-nanya pelajaran or diskusi. Asyiknya lagi, gue bisa minjem buku cate-tan or buku paket "peninggalan" mereka pas kelas satu. "Ketenangan" gue nggak berlangsung lama, coz temen gue yang dari luar kota pengin ngekos di kosan gue, padahal udah nggak ada kamar lagi. Akhirnya, dia sekamar sama gue. Wuiiih ... berarti privasi gue keganggu, dong! Gue sempet khawatir juga seh, takutnya nggak cocok ama dia coz anaknya lempeng, cuek abeez, en agak narsis ups ... I'm sorry friend!. But its ok, gue coba deketin en jajakin dia, kale aja bisa dibawa asyik, en selama dia bisa diajak kompromi plus samasama nggak ngeganggu privasi masing-masing. Emang seh, ada asyiknya juga, gue jadi ada temen pulang-pergi ke sekolah, terus bisa diskusi or nanya-nanya masalah pelajaran. Asyiknya juga, kita tuh beda kelas. Kadang suka "berbagi" bocoran ulangan getoh, jadi ngehafalnya yang mo keluar pas ulangan aja aduuuh ... ini seh, jangan ditiru, yak! coz pernah kita tuh udah berbagi bocoran getoh, ternyata yang keluar pas ulangan beda banget!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Udah deh, jadi klepek-klepek nggak berkutik, kwa-ciaaan deh, gue! Selain itu, gue jadi ada temen curhat, kita suka share gitu, deh! But, jangan salah, yang namanya sekamar berdua tuh, ada nggak enaknya juga, lho. Misalnya, kalo pas tidur, gue nggak bisa merem kalo lampunya nyala, tapi dia sebaliknya nggak bisa merem kalo gelap. So, jalan keluarnya diambil tengah-tengah. Yup, lampu kamar jadi remang-remang, deh. Pernah juga gue kesel ama dia gara-gara seenaknya ngeberantakin kamar. Gue paling nggak betah liat yang kotor plus beran-takan, sedangkan dia orangnya cuek aja, yang penting enjoy hihihi ... apa guenya aja yang resek, ya? Gue mudik seminggu sekali, kadang dua ming-gu sekali. Nyokap ngasih "angpau" seminggu sekali, soalnya kalo bulanan bisa-bisa anaknya pulang sebulan sekali nyokap kangen kali yak, or pengin tau sejauh mana perkembangan anaknya. Pas mudik, gue selalu ditanya-tanya ama bo-kap en bikin "laporan pertanggungjawaban" selama nggak mudik. Gue pernah nggak pulang selama dua minggu, gara-gara pas libur jatah mudik, gue ikutan pelantikan Pramuka. Hiks ... padahal jatah duit gue cuma buat seminggu! Dengan kondisi cekak, gue bener-bener "ngerem" jajan en superirit. Untungnya, sekolah gue deket en nggak perlu ngeluarin ongkos angkot. Masalah makan, gue ngirit dengan nggak beli di luar. Paling, gue beli sayuran mentah di warung belakang kosan. Sambil ngirit, gue bisa sekalian belajar masak. Sekali masak, kadang gue jatahin buat sehari alias tiga kali makan. But, jangan baya-ngin masakannya yang "wah" kayak daging ayam, daging sapi, dkk. Itu seh, sama aja boong kaleee ...! Paling, gue bikin sayur bayam, numis kangkung, plus variasi telor telor ceplok, telor dadar, telor rebus mi instan juga jadi makanan favorit gue kalo pas cekak. But, enaknya punya ibu-bapak kos yang baek tuh, suka "berbagi" makanan getoh en ngerti kalo gue lagi

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

cekak. Selain jadi bisa masak, jadi anak kos tuh, gue juga jadi bisa "nge-laundry" alias nyuci plus nyetrika, beres-beres rumah, dkk. Pokoknya, nggak ada istilah manja, deh! Kalo gue mulai ngerasa homesick en ngebet mudik, paling gue neleponin orang rumah plus nanya-nanya gimana kabar mereka, terus curhat getoh ama nyokap. Kadang gue bawa enjoy aja, misalnya ngumpul ama penghuni kosan, nonton teve bareng sambil becanda-becanda or maen tebak-tebakan getoh. Hihihi ... jadi inget, bapak kosan gue tuh, jago bikin tebak-tebakan, walopun rata-rata jawabannya jayus, tapi lucunya di situ plus bikin orang ketawa. Kalo pas nggak mudik en kebetulan libur, gue sukanya diem di kosan ngerjain apa aja, but asyik juga kalo ada temen yang ngajak jalan, itung-itung biar nggak inget rumah en pengin mudik. Lebih serunya lagi, kalo pas ada alumni yang gokil-gokil maen ke kosan, wah ... bisa seru-seruan, tuh! Or gue "manfaatin" mereka buat ngajarin maen gitar, hihihi ... walopun gak lancar-lancar seeeh! Jadi lupa ngebet mudik, deh. Pokoknya, kalo rumah elo jauh dari sekolah plus "kepaksa" ngekos, don't worry be happy! Nge-kos tuh, nggak "seserem" yang elo-elo bayangin, banyak manfaatnya lho, itung-itung belajar mandiri dan tanggung jawab, belajar hemat en disiplin juga. Pokoknya, elo nggak usah parno deh, sama yang namanya ngekos, banyak hikmah en asyiknya, kok! Meidiana Frikasari Milih Tempat Kos yang Nyaman Plus Aman -Cari info kosan dari sumber yang bisa dipercaya, misalnya dari temen sekolah or guru. Jangan gampang percaya ama iklan-iklan or

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

selebaran tentang kosan, mending elo tanya-tanya en survei dulu, kale aja lingkungannya nggak aman -or fasilitasnya nggak kayak yang di iklan. Nyari kosan tuh, enaknya yang ada ibu kosnya, biar ada yang "ngejagain" en ada "sesepuh" kalo ada komplain masalah kosan or ada apa-apa, kan, gampang tuh! -Mending sekosan yang isinya sama-sama pelajar, jangan nyampurnyampur getoh ama yang udah gawe or udah merit en punya anak. Bukan apa-apa, biar elonya ngerasa lebih enjoy en nyambung aja. -Terus kalo bisa, nyari juga yang isinya cewek semua or cowok semua, jadi nggak nyampur sekosan ama cowok/cewek. Kebayang dong, kalo kosannya "nyampur" kita jadi nggak leluasa "bergerak", nggak bisa bersikap seenaknya en make baju seenaknya salah make baju or kelewat seksi, bisa berabe, tuh terutama yang jilbaban, di kosan musti always make baju panjang plus kerudung biar nggak terlihat penghuni kosan yang cowok, sayang juga tuh, baju-baju santai plus pendek favorit kita jadi jarang dipake. Tips "Ngekos" Di Sodara Elo musti tau diri, walopun tinggal di sodara, bukan berarti elo nganggap rumah sendiri en bisa seenaknya. Tetep, elo kudu tau batasan-batasannya. - Elo musti tanggap ama sikon, jangan mo enak sendiri atau nyantenyante aja sedangkan yang

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

di rumah pada sibuk, bantu-bantu lah, dikit! - Terus, kalo mo pulang telat or pergi ke mana-mana, pamit en ngasih tau dulu, yak! Gimanapun, sodara elo adalah "ortu" kedua en bertanggung jawab ama "bonyok" yang nitipin elo. - Liat sikon kalo mo ngajak temen maen ke rumah, apalagi nginep. Kali aja ada yang lagi sakit or sikonnya nggak tepat. - Kalo Elo "Berbagi" Kamar Elo musti saling ngejaga plus ngehargain privasi temen sekamar. Gimanapun, elo sama dia samasama punya hak di kamar itu. - Reduce your ego! Kudu sama-sama care en saling ngertiin, deh! Jangan seenaknya naro barang-barang en ngatur "interior" kamar semau gue. Jangan sampe deh, nyetel musik favorit kita seenaknya or keras-keras, kale aja dia keganggu - en nggak suka ama musik favorit elo. Jangan pelit yak, bagi-bagi dunk kalo punya makanan or rezeki. Tips Kalo Mudik -Bawa barang buat mudik seperlunya aja, coz kalo balik lagi ke kosan, mending isiin tas ama "sem-bako" yang berguna pas lagi cekak. Misalnya bawa sarden, mi instan-but jangan kebanyakan yak, bisa-bisa ususnya ntar bermasalah, bawa abon, dkk. Hihihi ... rajinrajin deh, bongkar isi kulkas en dapur rumah! -Jangan lupa ngunci kamar kosan, bisa-bisa pas balik lagi ke kosan, barang-barang udah raib. liih ... amit-amit, deh! But, jangan sampe lupa en kuncinya ketinggalan di rumah, yak! Inget, jangan gampang percayaan ama orang buat nitipin kunci kamar kita!

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

-Pastiin kalo kosan elo "aman" pas ditinggal mudik, misalnya air, listrik, teve, dan alat elektronik la-ennya nggak ada yang nyala. Tips Jauh Dari Ortu -Jaga nama baik elo, keluarga elo, juga keluarga atau lingkungan yang elo tempatin buat ngekos. Jaga kepercayaan ortu elo, sekalinya dilanggar, ngedapetinnya lagi susah, bo! Jangan mentang-mentang elo jauh dari rumah, terus bebas ngela-kuin apa aja plus seenaknya. Inget, tujuan semula elo ngekos buat apa, yup supaya lebih fokus belajar en "akses" ke sekolah gampang. -Say hi ke tetangga di kosan kita, walopun bukan rumah elo yang asli, but elo warga dari ling-kungan itu. So, baek-baeklah ke tetangga. So, ngekos? Siapa takuuut ...?! Enjoy aja, lagi! Profil Penulis Andi Yudha Asfandiyar; pakar kreativitas anak dan remaja, serta lulusan SMAN 3 Malang, Jawa Timur. Ary Yulistiana; penulis novel remaja The lOOth Dragonfly (Penerbit Cinta, 2006), juga mantan siswi SMA Batik Surakarta, Jawa Tengah. Asih Aisyah; editor sekaligus penanggung jawab Read! Publishing, serta mantan siswi SMA Vienna International School, Austria. Benny Rhamdani; penulis novel remaja Bidadari Tajir (Penerbit Cinta, 2006) dan Cowok Khayalan (Penerbit Cinta, 2005), lulusan SMAN 14 Jakarta Timur.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

C.N. Murtiana; sekretaris dan alumni SMAN 1 Geger, Madiun, Jawa Timur. Doel Wahab; penulis buku panduan remaja Sholat is Fun (DAR! Mizan, 2005), alumni SMAN 24 Bandung, Jawa Barat. Hafsya; penulis novel remaja The Power of Curhat (Penerbit CINTA, 2005) dan masih tercatat sebagai siswi SMAN 26 Jakarta. Kinoysan; penulis kumcer Cowok #1 (Penerbit CINTA, 2006), lulusan SMAN 1 Tulungagung, Jawa Timur. Luna TR; penulis trilogi novel remaja Sweet Angel: The Pigeon, The Rose, dan The Princess (Penerbit CINTA 2005), mantan siswa SMAN 14 Bandung, Jawa Barat. Meidiana Frikasari; proofreader novel-novel remaja dan lulusan SMAN 1 Purwakarta, Jawa Barat. Muharram R.; penulis novel remaja Kling ... The Spinning Coin (Penerbit CINTA, 2005) dan Boysitter (Penerbit CINTA, 2006), serta lulusan SMAN 11 Bandung, Jawa Barat. Spica; penulis ratusan cerpen di majalah-majalah remaja dan lulusan SMA Ksatrya Surakarta, Jawa Tengah. Teera; penulis cerpen di majalah-majalah remaja, bukunya yang akan terbit Please, Don't Go (Penerbit Cinta), dan mantan siswi SMAN 3 Bandung, Jawa Barat. Winarni; bekerja di penerbit DAR! Mizan dan lulusan Sekolah Menengah Teknologi Negeri Grafika Semarang, Jawa Tengah.

Koleksi ebook inzomnia

More Documents from "Puspamayapuspita"

Gue-anak-sma.pdf
December 2019 3
Galaksi.pdf
December 2019 2