Pelangi Harapan Oleh : Hernawan Rahman Hakim ( 15 / XII IA RSBI 2 )
H
ari - hari kususuri di bawah bayang – bayang wajahnya yang terus menyalahkanku. Kucoba untuk menepis segala rasa salahku dengan diam. Bungkam seribu bahasa. Rayca Herakhim Casseya, pangeran
tertinggi di Khryphtopia. Aku telah terbiasa dimanja dalam keluarga. Aku tak terbiasa dengan kata maaf. Namun hidup telah memberiku pelajaran. Setelah aku bertemu dengan Chesa Nitendza Azulyana, putri tertinggi di Arganapia, hidupku seakan berputar 180 derajat. Seakan diriku seekor anai yang terbang tanpa arah mencari cahaya maaf. Aku ingin ucapkan kata maafku pada dirinya. Namun lidahku selalu kelu saat bersua dengan dirinya. Mulutku bagai terkunci saat berpapasan dengannya. Akan tetapi hati ini terus berontak dan memintaku untuk ungkapkannya. Kucoba alihkan perhatian pikiran salahku ke kegiatan yang lebih positif. Kucoba mengikuti pelatihan ilmu falak yang diadakan di sekolahku untuk menguji kemampuanku. Hari pertama pelatihan terasa sangat sunyi bagiku karena tak ada yang dapat kuajak bicara karena memang kebanyakan yang mengikuti adalah dari kelas X. Kemudian datanglah Il-Hariqulla Charchyant, yang mengajakku berbincang dan aku cepat akrab dengannya. Lelaki kecil yang aneh sama seperti diriku. Alih – alih menghindari Chesa, diriku bertemu dengan putri Arganapia lain yang juga mengikuti pelatihan yang sama, Rhadita Radya Rhiezana yang tak kalah menarik dibandingkan Chesa, malahan lebih cantik. Rhadita duduk di belakang kami berdua bersama temannya, Asyara Zyastranaya. Sembari aku
Haraha_D’Submissive_Prod.
1
mendengarkan pelatih kami mengutarakan bahasannya, diam – diam kunilai diri Rhadita dan kubandingkan dengan Chesa. Namun entah mengapa tak ada rasa yang hadir dalam hatiku seperti saat aku berjumpa pertama kali dengan Chesa. Hari demi hari kulalui dalam pelatihan bersama Rhadita. Sesaat aku lupa akan tanggung jawabku pada Chesa. Aku begitu bahagia dan tenang saat bersama Rhadita. Waktu demi waktu kulalui bersamanya dengan penuh optimis. Namun tak ada sebersitpun rasa itu dalam hatiku. Kurasakan Rhadita hanyalah kawan biasa. Padahal seperti laiknya perkumpulan, kami yang hanya berjumlah tujuh orang sering berkumpul bersama hingga terlihat semakin intim. Kemanapun kami pergi selalu bersama. Saling membahas hidup, masalah pelatihan, ataupun hal
–
hal
tidak
bermutu
lainnya.
Aku
dan
Il-Hariqulla
jua
sering
membandingkan para gadis yang ada di pelatihan itu, khususnya Rhadita. Namun lagi – lagi angin itu tak bertiup padaku. Hingga setelah ujian keahlian itu berakhirpun, aku dan Rhadita masih berhubungan visual meskipun hanya sebatas salam dan senyum. Setahun hampir berlalu tanpa berhubungan dengan Chesa yang dikarenakan diriku yang terpaku pada pesona yang dipancarkan oleh Rhadita. Rasa rindu mulai menjalari tubuhku. Padahal esok hari adalah hari pertama tes kenaikan kelas. Namun entah mengapa aku ingin sekali mengirim sms pada Chesa. Segera kuletakkan buku yang sedari tadi kubaca lalu kuambil
handphone-ku dan iseng kutekan tombol – tombol yang ada dengan jemariku.
Hi, selamat malam dunia... Kemudian kukirim kepada Chesa. Tak lama kemudian, datang balasan dari Chesa.
Haraha_D’Submissive_Prod.
2
Kamu kok tidak belajar sih, mas? Besok kan tes kenaikan. Dasar -_Aku kaget atas balasan smsnya tersebut. Dalam hati aku bertanya – tanya apakah dia telah memaafkanku atau ada hal yang lain. Kemudian kubalas lagi smsnya.
Ya. Ini aku sambil belajar. Eh, aku mau mengatakan sesuatu sekalian ya? Apa? Aku mau minta maaf atas kesalahanku yang dulu itu ya, dik? Tenang saja, mas. Aku sudah memaafkanmu kok. Sebenarnya aku tidak bisa marah lebih dari tiga hari. Aku cuma akting marah waktu di depan kamu dan ternyata berhasil hingga kini :D
Deg. Ternyata gadis ini baik hati juga. Benar – benar gadis yang menarik. Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Merasa mendapat kesempatan aku melanjutkan sms itu hingga aku lupa tempat buku pelajaran yang aku pelajari sejak tadi berada. Pelangi harapan itu mulai melingkar di atas hatiku yang masih hijau, dan sebahagiannya terbakar karena api yang, entah dari mana asalnya, kembali berkobar. Keindahan yang kurasakan dari pelangi itu hanyalah sebagai rasa suka biasa. Akan tetapi, pancarannya mulai merasuki seluruh sukmaku. Wajahku
kembali
cerah.
Haraha_D’Submissive_Prod.
Hidupku
kembali
bersemangat.
Aku
mulai
3
mendongakkan dagu menatap awan putih yang berarak pelan digembalakan oleh Sang Bayu. Aku mulai optimis menatap masa depan yang lebih cerah. Akan tetapi, masalah itu belum terselesaikan dengan sempurna. Aku jika ingin menjadi laki – laki sejati seharusnya mengatakannya secara langsung. Tidak melalui sms macam itu. Namun, masalahku ada dalam diriku sendiri. Aku bagaikan pangeran yang hidup sebagai bayangan orang lain. Aku ingin mengatakannya secara langsung padanya, tapi tak ada kemampuan dalam diriku yang dapat membimbingku mendekatinya. Selain itu, pesona kecantikan dan kebaikan hati yang nampak dari aura yang dipancarkan Rhadita mulai menelusuk tembok yang kubangun dalam hati untuk Chesa. Saat kubertemu Rhadita, semilir angin mendesis dalam hatiku, kemudian kembali lenyap entah kemana. Sepertinya ada yang menghalangi angin yang dibawa oleh aura Rhadita. Sunyi itu kembali menyergapku. ________________ ~ < © > ~ ________________
--- Bintang Yang Memudar --Gelap yang pancarkan cahaya temaram Cahaya kesunyian di atas pasar
--- Pelangi Harapan --Cermin dalam air keruh Letupkan cinta dalam persahabatan
--- Gulita --Kisah pencari hati Dapatkan diri hati terbelah
( Secercah Arti Cinta, oleh Hernawan Rahman H )
Haraha_D’Submissive_Prod.
4