Bintang yang Memudar Oleh: Hernawan Rahman Hakim ( 15 / XII IA RSBI 2 )
S
ang Surya mulai menampakkan taringnya di ufuk timur. Semburat fajar jingga pun mulai lenyap ditelan warna biru. Namun rumahku telah menunjukkan kehidupan sejak sebelum ayam berkokok. Aku
pun tengah mempersiapkan hariku yang selalu sama keadaannya. Kurapikan baju dan rambutku, lalu aku berjalan menuruni tangga rumahku, menjinjing tas hitam favoritku yang hanya berisi dua buah buku catatan dan dua buah buku LKS. Hari itu adalah hari pertama tes semester 1 di kelas XI. Akan tetapi, aku tak merasakan suatu yang menakutkan, sebaliknya aku merasa riang sekali hari itu. Selesai sarapan pagi, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku serta tak lupa meminta doa mereka agar aku dapat mengerjakan soal – soal tes dengan baik. Setelah mengucapkan salam pada keduanya, segera kupacu motor Honda SupraX warna kuningku, yang telah setia mengantarkanku kemanapun aku pergi sejak kelas 1 SMA, menuju sekolah tercintaku, SMA Negeri 1 Afsahan. Kukendarai motor itu dengan rasa yang tak beda dari saat di rumah tadi. Dalam hati aku bertanya - tanya, mengapa aku merasa begitu riang yang tak seperti biasanya. Sepertinya ada sesuatu yang akan hadir untuk hidupku. Setibanya di sekolah, aku disambut oleh petugas STP2K yang dengan tatapan tajamnya melihat para siswa yang memasuki pekarangan sekolah. Kuhentikan sejenak motorku untuk melepas jaket yang kukenakan, karena hal itu peraturan di sekolahku, lalu setelah sekadar ucapan selamat pagi pada petugas STP2K, kukendarai motorku menyusuri lorong menuju lahan parkir yang dulunya sebuah gedung laboratorium. Haraha_D’Submissive_Prod.
1
Setelah kujajar rapi motorku di sebelah motor yang lain, aku berjalan menghampiri teman – temanku yang tengah duduk belajar dan berdiskusi tentang Biologi atau PKn, dua pelajaran hafalan yang akan diujikan hari ini. Aku duduk diantara mereka sembari membuka buku. Namun aku tak dapat mempelajarinya dengan baik. Entahlah sepertinya ada yang ganjil hari ini. Namun aku tetap berusaha memenuhi pikiranku dengan tulisan – tulisan yang tertulis di LKS Biologiku sambil berdiskusi dengan teman – teman yang lain. Tak terasa bel untuk segera memasuki ruangan tes telah berbunyi. Kukemasi LKS ke dalam tas dan aku beranjak dari tempatku menuju ruang tes yang berada di lantai dua. Kumasuki kelas yang baru berisi pengawas dan beberapa teman sejawatku yang telah duduk di tempatnya dengan posisi yang bermacam – macam. Kucari namaku di kartu pengenal yang tertempel di atas meja. Rayca Herakhim Casseya. Ternyata mejaku terletak di deretan paling belakang. Kududuki kursi yang telah menantiku sejak tadi. Iseng – iseng kulihat nama teman semejaku. Chesa Nitendza Azulyana. Nama yang agak asing di otakku, namun sepertinya memiliki arti yang cukup bagus, pikirku. Kubuang pandangan ke sekelilingku, melihat wajah – wajah teman – teman sekelasku dan adik – adik kelas yang tengah memasuki kelas. Dengan malas, kuletakkan kepalaku di atas meja karena bosan melihat manusia yang lambat masuk tersebut. Terdengar suara pengawas memerintahkan untuk menyiapkan kelas untuk berdoa. Akupun terbangun dari permalasanku karenanya. Oleh karena hanya ada dua pria di angkatanku, yaitu aku dan Kyla El-Ryanto, maka aku yang terpaksa menyiapkan kelas. Selesai berdoa, kulihat lagi sekelilingku yang kini telah lengkap termasuk teman semejaku yang juga termasuk rombongan lambat masuk. Kupandangi dia. Penampilan yang biasa. Standar. Tak ada yang istimewa dengannya. Tanggapanku pun biasa padanya, namun sepertinya ada Haraha_D’Submissive_Prod.
2
daya tarik dalam dirinya yang membuat semilir angin menyusup di antara relung dan palung hatiku. Kertas – kertas berisi soal – soal tes telah dibagikan. Kutuliskan namaku pada lembar jawab yang tersedia. Setelah itu, aku larut dalam keheningan ruang tes dan sibuk mengerjakan soal – soal Biologi dengan sepenuh jiwa dan raga. Sesekali saat mencoba mengingat materi, kulirik Chesa, yang juga terlihat sibuk berkutat dengan soal tesnya. Detik demi detik berganti, menit demi menit terlewat, dan satu jam telah berlalu, tinggal dua soal uraian yang masih belum terjawab olehku. Kubuat gerakan – gerakan agar pikiranku kembali segar dengan harapan materi yang telah kuingat bisa hadir lagi di anganku dan aku bisa mengerjakan soal tersebut. Kulihat Chesa tengah bermalasan dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Sepertinya dia juga tengah bermeditasi mencari jawaban soal tesnya, pikirku. Akan tetapi, entah mengapa aku ingin mengajaknya berkenalan. Kucoba menarik perhatiannya dengan mengetukkan penaku di atas meja, dan aku berhasil membuatnya menoleh padaku. Kami pun saling bertatapan. Kulihat kedua mata indahnya. Barulah kulihat sepertinya ada yang lain dengan gadis ini. “Hai!” Kucoba mengajaknya berbincang dengan setengah berbisik agar tidak ketahuan pengawas. “Ada apa?” balasnya dengan sedikit dingin. “Namaku Rayca. Namamu siapa?” kataku sembari sesekali mataku tetap memandang ke arah pengawas. “Aku Chesa.” “Oh, Chesa,”
kataku
kemudian.
Aku melihat
pengawas
tengah
mengawasi kami berdua sehingga aku berpura – pura kembali sibuk pada soal – soal tesku. Haraha_D’Submissive_Prod.
3
Saat kulihat ada kesempatan lagi, kutuliskan nomor handphone-ku di kertas soalku dan kusodorkan padanya tanpa bersuara dan sambil terus menghadap ke depan. “Apa ini mas?” tanyanya. “Nomor HP-ku. Nomor HP-mu berapa? Tuliskan di sini ya!” ujarku sembari menunjuk di bawah nomor handphone-ku sendiri. “Memangnya penting ya?” tanyanya lagi dengan gayanya sok centil. “Sebenarnya
tidak
begitu
penting,
tapi
hanya
sekadar
lobi
pertemanan,” jawabku singkat. Kulihat jemari lentiknya menarikan penanya untuk menuliskan nomor handphone-nya di kertas soalku. “Nah begitu kan lebih baik. Kita bisa berhubungan lewat sms setelah ini berakhir,” kataku setelah menerima soal tersebut lagi. Aku tersenyum. Dia membalas dengan senyuman yang dingin, mungkin dikarenakan kami yang baru saja kenal. Kemudian kami kembali sibuk dalam pekerjaan kami masing – masing karena waktu pengerjaan soal tes tinggal setengah jam. Dari perbincangan tersebut, aku mengetahui jikalau gadis ini seorang yang periang dan supel. Desiran angin di hatiku pun bertiup menjadi lebih kuat. Namun aku belum begitu merasakannya. Pertemanan kami tak terhenti dengan berakhirnya minggu tes semesteran. Kami memberi salam saat bertemu, dan bercanda layaknya teman biasa. Aku pun tak tahu kalau desiran angin di hatiku lama kelamaan menjadi topan, yang kemudian menyalakan api lain dalam hatiku yang sebelumnya api itu belum pernah menyala sekalipun, karena seringnya diriku bertemu dengan dirinya. Namun itu tak bertahan lama. Dikarenakan sebuah kesalahanku saat berkirim sms dengan dirinya, dia marah karena merasa dilecehkan. Telah aku jelaskan bahwa itu sebuah kesalahpahaman, dia tak mau tahu. Kemudian hubungan pertemanan kami putus sama sekali. Aku merasa sangat sedih, Haraha_D’Submissive_Prod.
4
menyesal, sekaligus gembira. Aku sedih karena kehilangan seorang teman, karena aku berprinsip lebih baik kehilangan uang daripada kehilangan seorang teman. Aku menyesal karena aku tak mampu menjaga perkataanku padanya. Namun aku gembira karena ada satu sifat lagi dalam dirinya yang mampu aku buka tabirnya. Hari – hari yang cerah kini berubah menjadi hari yang gelap bagiku. Kucoba mencurahkan pada teman – teman terdekatku, Zoe Chasmantra dan Rio Deymartiz Astyochosiy. Namun tetap saja tak mengurangi gundahku, dan api cinta itu terus berkobar tanpa sepengetahuanku. Aku tak mengetahui tindakan yang harus kuambil, harus kupadamkan atau kuturutkan dan kujadikan penerang dalam hidupku. Di suatu sore, di bangku dekat taman istana kerajaan, aku terduduk sambil mencoba menulis puisi untuk mencurahkan isi hatiku. Namun hatiku hanya diam tak mau mengeluarkan sepatahkatapun. Pikiranku buntu dan tanganku lemas tak dapat menuliskan kata – kata. Kulayangkan pandangan ke arah langit yang begitu cerah namun yang terlihat olehku hanyalah wajahnya. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa. ________________ ~ < © > ~ ________________
*) Hiduplah untuk cinta, maka cinta akan selalu hadir dalam hidupmu. *) Cinta sejati tak akan hadir di hati orang yang tak miliki rasa persahabatan. *) Cinta hanyalah sebait puisi kehidupan yang diturunkan pada hati setiap insan. *) Cinta
sejati
tidaklah
tumbuh
karena
nafsu
belaka,
melainkan karena ikatan hati yang erat antar keduanya.
Haraha_D’Submissive_Prod.
5
(
Secercah
Arti
Cinta
oleh
Hernawan Rahman H )
Haraha_D’Submissive_Prod.
6