Betapa kuat Godaan duniawi Diulas oleh Kendra Hartaya 021-70895998
Pengertian godaan adalah segala sesuatu yang menghambat, menunda, menghalangi kita mencapai tujuan. Bagi kaum muslim godaan bisa berwujud nafsu, dunia, pangkat, derajad, popularitas, wanita, harta, dan kedudukan, dll. Dengan tergodanya kita, maka akan terhambat kita sampai ke tujuan, yaitu kebahagiaan akherat. Diantara godaan, ada yang datangnya sepanjang waktu, ada yang datangnya sesaat atau pada saat-saat tertentu saja. Kita bisa selamat dari godaan yang kontinyu tetapi kadang kita terjebak pada godaan yang sesaat tersebut. Godaan bisa kita temui di mana saja, kapan saja, oleh apa dan siapa saja. Orang yang bisa selamat dari godaan itu adalah orang yang selalu waspada, keimanannya kuat, selalu berorientasi pada tujuan yaitu kebahagiaan akherat. Tidak selalu orang yang selamat itu adalah or ang yang kuat, pintar, kadang orang semacam itu bisa saja terperdaya oleh kekuatannya atau kepandaiannya. Terkadang yang tidak memiliki hal hal yang memadai (tidak begitu pintar, tidak begitu kuat, dll) malah selamat dari godaan tersebut karena selalu waspada. Kewaspadaan adalah kepandaian dalam membayangkan sebuah situasi dan kondisi. Coba bayangkan betapa kuat godaan itu, dan bagaimana kita tidak akan tergoda kalau (misalnya ada wanita yang merayu kita mengajak berbuat zina) : • Dia (wanita) menawarkan diri gratis, tidak mbayar, higienis (tidak membawa penyakit aids / virus HIV) • Dia tidak menyiarkan kepada orang banyak atau keluarga kita tentang perselingkuhan kita (pria) • Tubuhnya geboy, sensual, seksi, dan menarik perhatian dan kita sangat tertarik kepada dia • Dia mengajak kita dengan bahasa yang halus tidak kasar • Perselingkuhan kita (zina) tidak bisa hamil / tidak ada bekasnya, tidak bisa menjadikan bayi. • Kondisi kita sedang masa pubertas, sangat membutuhkan wanita • Selama ini tidak ada satupun wanita yang bisa menerima kita (tidak mau dengan kita) • Kehormatan kita tidak akan tercemar kepada masyarakat, kepada keluarga kita, kepada kolega kita, resiko semacam ini tidak ada.
• Kita termasuk orang yang sangat mampu mengabulkan permintaan wanita itu jika dia meminta (katakanlah meminta imbalan, dll) • Kalaupun perselingkuhan kita diketahui oleh keluarga (istri misalnya) kita, mereka tidak membenci kita bahkan mereka mendorong (bahkan memfasilitasi) kita agar kita berbuat demikian. • Apalagi kalau pihak keluarga wanita itu juga memfasilitasi perbuatan perselingkuhan itu. • Belum lagi kalau perselingkuhan itu mendatangkan keuntungan bagi kita, misalnya perselingkuhan kita dibiayai oleh negara baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. • Bahkan frekwensi perselingkuhan itu mempengaruhi besarnya pendapatan kita dari negara. • Bahkan perselingkuhan kita bisa kita lakukan kapan saja, dimana saja, cukup kita sebut nama dia 3x dia datang • Apalagi kalau perselingkuhan kita selalu bisa mendatangkan kepuasan bagi dia dan kita • Apalagi kalau dengan selingkuh itu kita menjadi sehat, dan justru kalau tidak selingkuh kita malah sakit-sakitan. Begitulah butir-butir yang saya turunkan dari konsep betapa mudahnya kita tergoda atau sulitnya kita menahan godaan. Orang yang selamat dari godaan adalah orang yang selalu berorientasi pada tujuan, keimanannya untuk kebahagiaan akherat kuat, tidak terlintas keinginan untuk tergoda (selingkuh). Dengan melihat butir-butir itu, saya kadang merasa kawatir terhadap diri kita, keluarga kita, anak-anak dan generasi kita. Kadang-kadang kita tidak merasa memiliki daya untuk selamat dari godaan itu kalau tidak bersandar kepadaNya, Allah yang menguasai diri kita. Dengan melihat betapa mudah kita tergoda, saya bersedih, menangis njegugruk, bagaimana kita bisa selamat ya. Saya teringat sekali keluhan Muadz bin Jabal saat dinasehati rasul mengenai amal hamba yang dinaikkan kel langit oleh malaikat Hafadzah. Betapa sulit amal itu melewati tujuh pintu langit yang setiap pintu dijaga oleh para malaikat, untuk dinaikkan ke Hadirat Illahi. Muadz berkeluh kesah kepada Rasul, sambil menangis “Ya Rasul, bagaimana aku bisa selamat ?. Rasul berkata “Ikutilah Nabimu dalam hal keyakinan”. Muadz berkata :“Engkau adalah seorang
Nabi, dan aku hanya seorang Muadz bin Jabbal. Bagaimana bisa lepas dari bahaya itu?. Nabi berkata “Jika kamu lengah, jagalah mulutmu, jangan kasar, jangan riya’ (pamer), mengungkit (jasa dan perbuatanmu), jangan menghancurkan pribadi orang lain”. Wassalam Nov 2008 **************