Evapro_silvana Oktaviana_g4a017042_pkm Ii Cilongok.docx

  • Uploaded by: Anonymous HPmfOqdw
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Evapro_silvana Oktaviana_g4a017042_pkm Ii Cilongok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,912
  • Pages: 30
LAPORAN EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS PELAKSANAAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM DESA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II CILONGOK

Pembimbing Lapangan: dr. Amrina Ayu Floridiana

Disusun Oleh: Silvana Oktaviana

G4A017042

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2018

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS ” Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM Desa) Di Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok”

Disusun untuk memenuhi syarat dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:

Silvana Oktaviana

G4A017042

Telah dipresentasikan dan disetujui Tanggal

Desember 2018

Pembimbing Lapangan

dr. Amrina Ayu Floridiana

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Tujuan........................................................................................................ 3 C. Manfaat ...................................................................................................... 3

II. ANALISIS SISTEM DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS A. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas II Cilongok ................................ 5 1. Keadaan Geografis .............................................................................. 5 2. Keadaan Demografis ........................................................................... 6 3. Keadaan Sosial Ekonomi …………………………………………..7 4. Petugas Kesehatan ............................................................................... 7 5. Pelayanan Kesehatan ........................................................................... 9 6. Pembiayaan Kesehatan ……………………………………………..10 B. Analisis Sistem pada Program Kesehatan ................................................. 10 C. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT) ............................................... 15 III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Aspek Isu Strategis ............................................................... 20 B. Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................ 23 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................. 25 B. Saran ........................................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasal 28H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu, Undang-Undang (UU) nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan kesehatan (Depker RI, 2009). Penyakit Tidak Menular PTM) menjadi penyebab permasalahan utama dan merupakan penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi pada negara yang sedang berkembang. Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020 (Kemenkes RI, 2014). Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis secara khusus sehingga pasien datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5% (Kemenkes RI, 2014). Penyakit tidak menular dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM. Salah satu strategi

1

pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM (Kemenkes RI, 2014). Posbindu PTM merupakan wujud salah satu program pengendalian PTM dengan mengusung peran serta masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat (Kemenkes RI, 2014). Program Posbindu merupakan program yang sesuai dengan 3 pilar utama Program Indonesia Sehat, yaitu paradigma sehat, dengan strategi penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. Program ini juga termasuk salah satu sasaran Program Indonesia Sehat, yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011, Posbindu PTM pada tahun 2013 telah berkembang menjadi 7225 Posbindu di seluruh Indonesia. Hal ini masih jauh dari target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 20152019 yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/menkes/52/2015 yang menyatakan bahwa persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM sebesar 50% (Kemenkes RI, 2015). Sementara itu di Kabupaten Banyumas yang tercantum dalam Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas, pada Tahun 2015 hanya ada 34 posbindu yang tersebar di 27 kecamatan (Dinkes Banyumas, 2016).

2

Salah satu hal yang menjadi masalah di Puskesmas II Cilongok adalah program Posbindu PTM yang belum aktif di seluruh desa. Program Posbindu sudah dimulai sejak tahun 2016, namun baru 1 desa yang aktif menjalankan program Posbindu PTM dari 9 desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok, yaitu Desa Panusupan. Hal ini dapat menjadi masalah karena program ini berfungsi untuk deteksi dini terhadap PTM di masyarakat. PTM merupakan penyakit yang menimbulkan beban sosial ekonomi besar bagi penderita, keluarga dan negara. Keterlambatan dalam penanganan sehingga muncul komplikasi yang berat dapat penurunan produktivitas dan kematian lebih dini. Berdasarkan masalah di atas maka perlu dianalisa ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program puskesmas terutama program Posbindu PTM Desa di Puskesmas II Cilongok.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok. b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Posbindu PTM Desa di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok. c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Posbindu PTM Desa di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok. d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program Posbindu PTM Desa di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok.

C. Manfaat Penulisan 1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin masih ada dalam program Posbindu PTM Desa di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok.

3

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang program kerja Posbindu PTM Desa dalam melakukan evaluasi dalam kinerja program Posbindu PTM Desa di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok. 3. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja Posbindu PTM Desa kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok.

4

II.

ANALISIS SISTEM DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Gambaran Umum Puskesmas II Cilongok 1. Keadaan Geografi Puskesmas II Cilongok merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah kurang lebih 42 km2 atau 3,25% luas Kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas II Cilongok terbagai dalam 9 desa, sedangkan desa yang mempunyai wilayah paling luas adalah Panusupan dengan luas ± 8,64 km2 yang paling sempit adalah desa Sudimara dengan luas ± 1,87 km2, Kecamatan Cilongok merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas di Kabupaten Banyumas yaitu sekitar 10.534 Ha. Letak geografi Puskesmas II Cilongok terletak diantara 1050 dan 1090 30 garis bujur timur dan sekitar 70 30 garis lintang selatan, berbatasan dengan wilayah beberapa Kecamatan yaitu : 1. Di sebelah Utara

: Wil. Puskesmas I Cilongok

2. Di sebelah Selatan

: Wil. Kecamatan Patikraja

3. Di sebelah Barat

: Wil. Kecamatan Ajibarang & Purwojati

4. Di sebelah Timur

: Wil. Kecamatan Karanglewas

Topografi Puskesmas II Cilongok lebih dari 45 % merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di Puskesmas II Cilongok sebagian besar berada pada kisaran 25 – 150 M dari permukaan laut. Luas Penggunaan Lahan di Wil. Puskesmas II Cilongok dapat diperinci sebagai berikut : 1. Tanah sawah

: 1106,17 Ha ( 25,6 % )

2. Tanah Pekarangan

: 648,15 Ha ( 15,0 % )

3. Tanah Tegalan

: 769,14 Ha ( 17,8 % )

4. Tanah Perkebunan

: 384,57 Ha ( 8,9 % )

5. Tanah Hutan

: 1261,73 Ha ( 29,2 % )

6. Kolam/ Tambak

: 4,43 Ha ( 0,1 % )

7. Lain-lain

: 146,91Ha ( 3,4 % )

5

2. Keadaan Demografi a) Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Cilongok, hasil Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2017 Jumlah Penduduk wil Puskesmas II Cilongok tahun 2017 adalah 57.940 jiwa yang terdiri 29.170 jiwa laki-laki (50,34 %) dan 28.770 jiwa perempuan (49,65 %) tergabung dalam 16.939 Rumah tangga / KK. Jumlah penduduk tahun 2017 yang tertinggi di desa Pageraji sebanyak 11.016 jiwa sedangkan terendah di desa Cipete sebanyak 4.375 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata dari tahun 2010 – 2017 dari hasil susenas sebesar 1.92 %. Laju pertumbuhan penduduk menurut desa cukup bervariasi, laju pertumbuhan yang tertinggi di desa Jatisaba sebesar 2.95 % sedangkan yang terendah di desa Panusupan yaitu 0,57 %. b) Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, Penduduk berumur 15-44 tahun adalah kelompok umur tertinggi yaitu sebesar 23.458 jiwa atau 40,48% maka penduduk wilayah kerja Puskesmas II Cilongok tergolong pada penduduk usia muda/ usia produktif . Sedangkan jumlah penduduk berumur 0-4 tahun sebanyak 3.737 jiwa atau 6,44%, sedangkan umur 5 -14 tahun sebanyak 9.085 jiwa atau 15,68%, umur 15-44 tahun sebanyak 23.458

jiwa atau

40,48% umur 45 – 64 tahun sebanyak 16.339 jiwa atau 28,19%, ≥ 65 tahun sebesar 5.321 jiwa atau sebesar 9,18%. c) Kepadatan Penduduk Penduduk di wil Puskesmas II Cilongok untuk tahun 2017 belum menyebar secara merata, sebagian wilayah di desa Batuanten, Jatisaba dan Panusupan terdiri dari hutan Jati dan Pinus milik Perhutani. Kepadatan penduduk di wil Puskesmas II Cilongok sebesar 1.373 jiwa setiap kilometer persegi, dan desa terpadat adalah desa Sudimara dengan tingkat kepadatan sebesar 2.464 jiwa setiap kilometer persegi,

6

sedang kepadatan penduduk terendah di desa Kasegeran sebesar 862 jiwa setiap kilometer persegi. 3. Keadaan Sosial Ekonomi Tingkat Pendidikan Dari hasil pendataan tahun 2017 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan usia 10 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang tidak/ belum pernah sekolah sebesar 7.641 orang (14,32%), tidak/ belum tamat SD sebesar 7.715 orang atau (14,46%), tamat SD/ MI/ Sederajat sejumlah 24.357orang (45,67%), tamat SLTP/ MTS/ Sederajat sejumlah 8.563 orang (16,06%), tamat SMU /MA/ Sederajat 4.074 orang (7,63%), tamat D III/Akademi sebesar 479 orang (0,90%), sedangkan untuk pendidikan Sarjana/ Universitas sebanyak 541 orang (1,01%). Data tersebut dapat dilihat pada lampiran tabel 5 untuk jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok. 4. Petugas Kesehatan a. Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk memacu

keberhasilan

pembangunan

dibidang

kesehatan.

keseluruhan jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas II Cilongok

Secara pada

tahun 2018 menurut jenisnya, sesuai dengan tupoksi yang diikuti oleh tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: 1) Dokter atau dokter layanan primer Jumlah dokter umum yang ada di Puskesmas, sebanyak 2 orang, rasio dokter umum terhadap penduduk sebesar 3,5 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga dokter umum per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga dokter umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga dokter umum di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS.

7

2) Dokter gigi Jumlah dokter gigi yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang, rasio dokter gigi terhadap penduduk sebesar 1,73 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga dokter gigi per 100.000 penduduk adalah 11 tenaga dokter gigi. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga dokter gigi di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS. 3) Tenaga Perawat Jumlah tenaga perawat yang ada di Puskesmas, sebanyak 5 orang, rasio tenaga perawat terhadap penduduk sebesar 8,63 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga perawat per 100.000 penduduk adalah 117,5 tenaga perawat. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga perawat di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS. 4) Bidan Jumlah tenaga bidan yang ada di Puskesmas, sebanyak 24 orang, rasio tenaga bidan terhadap penduduk sebesar 41,42 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah 100 tenaga bidan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga bidan di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS. 5) Tenaga Kesehatan Masyarakat Jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang ada di Puskesmas, sebanyak 2 orang, rasio tenaga kesehatan masyarakat terhadap penduduk sebesar 3,5 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga kesehatan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS. 6) Tenaga Kesehatan Lingkungan Jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang, rasio tenaga kesehatan lingkungan terhadap

8

penduduk sebesar 1,73 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga kesehatan lingkungan per 100.000 penduduk adalah 40 tenaga kesehatan lingkungan Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS. 7) Tenaga Gizi Jumlah tenaga gizi yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang, rasio tenaga gizi terhadap penduduk sebesar 1,73 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga gizi per 100.000 penduduk adalah 22 tenaga gizi. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga gizi di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS. 8) Tenaga Kefarmasian Jumlah tenaga kefarmasian yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang, rasio tenaga kefarmasian terhadap penduduk sebesar 1,73 per 100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk adalah 10 tenaga kefarmasian. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga kefarmasian di Puskesmas II Cilongok belum memenuhi standar IIS.

5. Pelayanan Kesehatan a.

Sarana Kesehatan Dasar Jumlah sarana kesehatan dasar di wilayah Puskesmas II Cilongok pada tahun 2018 sejumlah 13 sarana kesehatan dasar baik itu milik Pemerintah maupun swasta. Adapun sarana Kesehatan dasar yang ada adalah sebagai berikut : 1)

Puskesmas= 1

2)

Puskesmas Pembantu=1

3)

PKD= 9

b.

Pelayanan Persalinan=2

9

6. Pembiayaan Kesehatan Sumber anggaran kesehatan Pukesmas II Cilongok terdiri atas APBD Kabupaten Banyumas sebesar 4.325.918.275 dan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) sebesar 550.000.000. APBD terdiri atas Dana Belanja langsung dan Dana Belanja Tidak langsung. Pengeluaran puskesmas sebesar 2.233.463.137 sampai bulan Oktober 2018.

B. Analisis Sistem pada Program Kesehatan Analisis sistem memiliki cara pendekatan terhadap suatu masalah dilihat dari permasalahan terkait, kemudian mengamati aspek mana dari sistem tersebut yang tidak menguntungkan sehingga dapat dicari solusinya. Analisis sistem kesehatan dimulai dari penilaian input, process (upaya kesehatan), dan output (status kesehatan). Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber dana), methode (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan), minute (waktu) dan market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi manajemen yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (perencanaan), P2 (penyelenggaraan) dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan penilaian). 1. Input a. Man (Tenaga Kesehatan) Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan dalam wilayah Puskesmas II Cilongok adalah sebagai berikut: 1) Dokter atau dokter layanan primer Jumlah dokter umum yang ada di Puskesmas, sebanyak 2 orang. 2) Dokter gigi Jumlah dokter gigi yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang. 3) Tenaga Perawat Jumlah tenaga perawat yang ada di Puskesmas, sebanyak 5 orang. 4) Bidan Jumlah tenaga bidan yang ada di Puskesmas, sebanyak 24 orang.

10

5) Tenaga Kesehatan Masyarakat Jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang ada di Puskesmas, sebanyak 2 orang. 6) Tenaga Kesehatan Lingkungan Jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang. 7) Tenaga Gizi Jumlah tenaga gizi yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang. 8) Tenaga Kefarmasian Jumlah tenaga kefarmasian yang ada di Puskesmas, sebanyak 1 orang. No. Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Ratio/100.000

1.

Target IIS/100.000

Kesehatan

Kesehatan

penduduk

penduduk

Dokter

2

3,5

40

Umum 2.

Dokter Gigi

1

1,73

22

3.

Perawat

5

8,63

117,5

4.

Bidan

24

41,42

100

5.

Kesehatan

2

3,5

40

1

1,73

40

Masyarakat 6.

Kesehatan Lingkungan

7.

Gizi

1

1,73

22

8.

Farmasi

1

1,73

10

Tabel 1. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di Puskesmas II Cilongok, tahun 2018

Program kerja Posbindu di Desa Panusupan Puskesmas II Cilongok menggunakan tenaga medis yaitu dokter umum sejumlah satu orang, bidan Puskesmas II Cilongok satu orang, dan bidan Desa Panusupan satu orang. Selain itu, dalam pelaksanaan program kerja dibantu oleh sembilan kader Posbindu.

11

2) Money (Pembiayaan Kesehatan) Program kerja posbindu diselenggarakan dengan menggunakan dana dari masyarakat berupa biaya operasional yang diperoleh dari iuran peserta Posbindu setiap kali kunjungan sebesar Rp 2.500,00 / orang. Selain itu peserta Posbindu juga membayar Rp 10.000,00 setiap kali cek gula, asam urat dan membayar Rp 20.000,00 setiap cek kolesterol. 3) Material (Sarana Kesehatan) Jumlah sarana kesehatan dasar di wilayah Puskesmas II Cilongok pada tahun 2018 sejumlah 13 sarana kesehatan dasar (1 Puskesmas, 1 Puskesmas Pembantu, 9 PKD, 2 Pelayanan Persalinan). Program kerja Posbindu PTM di wilayah kerja puskesmas II Cilongok berjumlah 1 yang dilakukan di Desa Panusupan. Puskesmas telah memiliki 1 set alat posbindu yang berisi alat cek gula, kolesterol, dan asam urat beserta stick, body mass analyze yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Selain itu, tersedia pula tensimeter, stetoskop, alat penimbang berat badan manual, alat pengukur tinggi badan dan lingkar perut yang digunakkan untuk mengukur IMT. Alat yang sudah ada belum memiliki jadwal kalibrasi yang rutin. 4) Method Metode

pelaksanaan

posbindu

menggunakan

metode

pendampingan oleh pihak puskesmas. Kegiatan yang dilakukan pada Posbindu antara lain : 1) Pendaftaran oleh kader, dilakukan pendataan secara manual. 2) Wawancara riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta oleh kader. 3) Pengukuran Indeks Massa Tubuh, lingkar perut oleh kader. 4) Pengukuran tekanan darah dan body mass analyze oleh kader. 5) Pemeriksaan gula darah, asam urat,dan kolesterol total darah oleh petugas puskesmas. 6) Konseling faktor risiko PTM oleh petugas puskesmas.

12

7) Rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan prarujukan. Kegiatan ketrampilan kader Posbindu PTM diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Puskesmas II Cilongok. Pelatihan diadakan setiap 1 tahun sekali. Pelatihan Posbindu PTM juga pernah dilakukan 1x oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh dokter dan perawat. 5) Minute Program dilaksanakan rutin sebulan sekali. Waktu pelaksanaan sesuai jadwal posbindu yaitu pada hari selasa minggu kedua di Aula Balai Desa Panusupan. 6) Market Penduduk usia 15 tahun ke atas yang tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas II Cilongok dapat menjadi sasaran program kerja ini. 2. Proccess a. Perencanan (P1) Perencanaan program posbindu dilakukan setiap tahunnya melalui rapat koordinasi yang terdiri dari perangkat desa, kepala puskesmas, dokter puskesmas, pemegang program dan bidan desa Panusupan untuk pengembangan Posbindu. Standar Operasional menggunakan Pedoman Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular dari Kemenkes. Perencanaan program sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019. Puskesmas II Cilongok belum memiliki SOP untuk pelaksanaan Posbindu PTM Desa. b. Pengorganisasian (P2) Program Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok diselenggarakan melalui kerja sama antara perangkat desa, dokter puskesmas, pemegang program posbindu PTM dari puskesmas dan bidan desa. Di Desa Panusupan sudah terdapat struktur organisasi pelaksanaan Posbindu.

13

c. Penggerakan dan Pelaksanaan Program Tim Puskesmas II Cilongok bekerjasama dengan masyarakat khususnya kader untuk pelaksanaan Posbindu untuk membantu kelancaran program ini. Program dilaksanakan di Balai Desa Panusupan sesuai jadwal tiap bulan yaitu pada hari selasa di minggu ke-2 pada pukul 08.00-12.00 WIB. d. Pengawasan, Pemantauan, dan Penilaian (P3) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 dijabarkan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program di wilayahnya dengan melakukan pelatihan tenaga kesehatan dan penyediaan faskes yang dilakukan paling sedikit dua kali setahun. Pemantauan dan Pengawasan program dilakukan

mulai dari

Kepala Puskesmas II Cilongok hingga Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Rapat rutin dilakukan 1 tahun sekali untuk mengevaluasi program yang dihadiri oleh perangkat desa, kepala puskesmas, dokter puskesmas, pemegang program dan bidan desa Panusupan. 3. Output Berdasarkan data Puskesmas II Cilongok pada tahun 2018 terdapat 1 desa (11,11%) yang memiliki posbindu PTM. Angka ini belum mencapai target indikator pencapaian sasaran dalam Renstra Kemenkes tahun 20152019 yaitu minimal 50% desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. 4. Outcome Dampak program yang diharapkan adalah meningkatnya angka pelayanan kesehatan usia produktif dan usia lanjut Angka pelayanan kesehatan pada usia produktif dan usia lanjut di Puskesmas II Cilongok pada tahun 2018 masing masing sebesar 2.98 % dan 12.99 %. Angka ini didapatkan sesuai rumus kinerja dari permenkes no.43 tahun 2016 mengenai standar pelayanan minimal. Angka ini masih jauh dari target SPM tahun 2018 sebesar 100 %.

14

Dengan bertambahnya posbindu yang aktif di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan yaitu

meningkatnya

pemberdayaan

upaya

masyarakat,

peningkatan

promosi

meningkatnya

kesehatan

pencegahan

dan dan

penanggulangan penyakit tidak menular, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. Lingkungan Faktor lingkungan yang berpengaruh yaitu tempat pelaksanan posbindu yang dilaksanakan di Aula Balai Desa Panusupan, sehingga dapat memakai fasilitas tempat yang luas untuk menampung banyak orang yang datang, tempat duduk yang memadai, dan dilengkapi dengan speaker untuk penunjang audio. Adapun pengaruh yang lain yang timbul karena lokasi di Aula Balai Desa Panusupan adalah sulitnya akses ke tempat tersebut bagi masyarakat yang terletak di RT dan RW yang jauh dari balai desa, sehingga tidak semua masyarakat Desa Panusupan dapat datang. Hal ini dikarenakan Desa Panusupan merupakan desa terluas di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok yang memiliki 9 RW dan 63 RT sehingga sangat sulit untuk menjangkau daerah-daerah yang letaknya jauh.

C. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT) Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja) mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah tersebut dapat kita analisis berdasarkan input dan proses dengan menggunakan metode Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT).

15

Analisis SWOT merupakan analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu suatu program kesehatan secara berkelanjutan. 1. Strength Kelebihan yang menjadi titik tumpu keberhasilan program Posbindu dijabarkan sebagai berikut: a.

Input 1) Man Pada kegiatan posbindu ini sumber daya manusia yang bertanggung jawab terhadap kegiatan adalah dokter umum, bidan desa dan 9 kader desa Posbindu yang terpilih dan terlatih. 2) Money Posbindu mendapatkan dana dari masyarakat berupa biaya operasional yang diperoleh dari iuran peserta Posbindu setiap kali kunjungan sebesar Rp 2.500,00/orang. Selain itu peserta Posbindu juga membayar Rp 10.000,00 setiap kali cek gula, asam urat dan membayar Rp 20.000,00 setiap cek kolesterol, sehingga dapat menjadi kas kegiatan Posbindu. 3) Material a) Puskesmas sudah memiliki posbindu kit yang lengkap sesuai panduan

posbindu

dari

Dinas

Kesehatan

Kabupaten

Banyumas. b) Puskesmas memiliki peralatan yang untuk cek gula, kolesterol, asam urat, pengukuruan Body Mass Analyze (BMA), tensimeter, stetoskop, alat penimbang berat badan manual, alat pengukur tinggi badan dan lingkar perut. 4) Method a) Pemegang program aktif dalam sosialiasi Posbindu dalam kegiatan di masyarakat Desa dan mendampingi posbindu PTM, baik secara langsung maupun melalui bidan desa.

16

b) Terdapat bantuan dan pendampingan dokter umum untuk konseling dan pengobatan saat pelaksanaan Posbindu PTM Desa dari pihak puskesmas 5) Minute Program posbindu PTM Desa Panusupan sudah memiliki jadwal rutin tiap bulannya yaitu dilaksanakan setiap hari selasa pada minggu ke dua. b.

Proses 1) Perencanaan (P1) Diadakannya rapat koordinasi setiap setahun sekali yang terdiri dari perangkat desa, kepala puskesmas, dokter yang bertanggung jawab di lapangan, petugas puskesmas pemegang program, bidan desa Panusupan dan 9 kader Posbindu. 2) Pengorganisasian (P2) Terjalin kerja sama antara pemegang program posbindu PTM dari puskesmas dengan petugas posbindu lainnya. 3) Penggerakan dan pelaksanaan program Terdapat beberapa petugas dari pihak puskesmas yang membantu pelaksanaan, antara lain satu orang dokter, petugas puskesmas pemegang program posbindu PTM dan bidan desa Panusupan. 4) Pengawasan, Pemantauan, dan Penilaian (P3) a) Adanya pemantauan program secara berkala setiap setahun sekali dalam rapat evaluasi program Posbindu antara pihak desa dengan pihak puskesmas. b) Adanya pembinaan dan pengawasan program oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Kepala Puskesmas II Cilongok dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

2. Weakness a. Input 1) Man Kurangnya tenaga medis dari Puskesmas sehingga apabila petugas puskesmas sedang mengikuti acara Posbindu sedangkan di Balai

17

Pengobatan sedang banyak pasien, maka petugas puskesmas akan sedikit kerepotan untuk mencari penggantinya. 2) Money a) Belum dikabulkannya penurunan dana untuk pengadaan rencana anggaran Posbindu untuk Desa lainnya. b) Tidak Adanya anggaran dana tambahan untuk kegiatan Posbindu dari Desa selain Posbindu kit atau dari Puskesmas. 3) Material a) Belum adanya spanduk, poster maupun leaflet mengenai posbindu PTM. b) Terbatasnya jumlah posbindu kit milik puskesmas. 4) Method Pelatihan kader Posbindu hanya dilakukan 1 kali setiap tahun dan baru berjalan dua kali. a. Proses 1) Perencanaan (P1) Puskesmas belum memliki target capaian program yang jelas secara tertulis dalam Sistem Pelayanan Minimum (SPM). 2) Penggerakan dan pelaksanaan program Belum ada SOP yang dikeluarkan oleh puskesmas II Cilongok untuk teknis pelaksanaan posbindu. Selain itu, kegiatan posbindu yang terkesan masih monoton. 3) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3) Belum adanya pengawasan dan kunjungan langsung dari pihak kepala puskesmas selama posbindu PTM. 3. Opportunity 1. Adanya petunjuk pelaksanaan posbindu dari Kemenkes. 2. Adanya bantuan alat-alat kesehatan untuk penyelenggaraan Posbindu dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 3. Adanya forum masyarakat desa yang diadakan untuk mengevaluasi program-program desa, termasuk program kesehatan puskesmas. 4. Posbindu sudah memiliki struktur organisasi yang resmi dengan SK

18

5. Adanya dukungan dari masyarakat yang turut berperan serta sebagai kader Posbindu dan bantuan dari Pemerintah Desa Panusupan dengan memfasilitasi Balai Desa sebagai tempat pelaksanaan Posbindu. 6. Posbindu meruapakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat sehingga ada dukungan keuangan dari masyarakat berupa iuran/biaya operasional setiap kali datang ke acara Posbindu PTM. 7. Adanya pelatihan dari Dinas Kesehatan untuk penyelenggaraan Posbindu. 4. Threat a. Kondisi geografis Desa Panusupan yang merupakan desa terluas di Cilongok sehingga menimbulkan kendala transportasi bagi masyarakat desa yang terletak jauh dari Balai Desa Panusupan sehingga membuat masyarakat tidak datang ke posbindu. b. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke Posbindu. c. Kesibukan masyarakat dimana tidak semua masyarakat memiliki waktu kosong pada jadwal pelaksanaan Posbindu d. Kebanyakan masyarakat yang datang adalah golongan lansia, yang seharusnya golongan umur >15 tahun e. Kader belum sepenuhnya paham mengenai teknis penggunaan posbindu kit.

19

III. PEMBAHASAN ISU DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis Dalam wilayah kerja Puskesmas II Cilongok, program posbindu PTM baru aktif di 1 desa (11,11%), yaitu Desa Panusupan. Angka ini belum mencapai target indikator pencapaian sasaran dalam Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 yaitu minimal 50% desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Hal ini dapat menyebabkan belum sepenuhnya masyarakat Cilongok dapat mendeteksi PTM lebih dini. Rendahnya angka pelayanan kesehatan pada usia produktif dan usia lanjut di Puskesmas II Cilongok pada pada tahun 2018 masing masing sebesar 2.98 % dan 12.99 %. Angka ini didapatkan sesuai rumus kinerja dari permenkes no.43 tahun 2016 mengenai standar pelayanan minimal. Angka ini masih jauh dari target SPM tahun 2018 sebesar 100 %. Berdasarkan hasil kajian, terdapat beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam program Posbindu, antara lain: Puskesmas kurang giat dalam mempromosikan atau mensosialisasikan kegiatan Posbindu PTM di acara-acara desa, kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat mengenai PTM, belum adanya anggaran dana untuk kegiatan Posbindu PTM di desa lainnya, peran kader untuk mempromosikan kegiatan posbindu masih kurang, pelatihan kader Posbindu hanya dilakukan 1 kali setiap tahun, belum adanya spanduk, poster maupun leaflet kegiatan Posbindu PTM, puskesmas belum memliki Sistem Pelayanan Minimum (SPM) dan SOP, tempat Posbindu yang jauh dari beberapa RT/RW di Desa Panusupan, belum adanya pengawasan dan kunjungan langsung dari pihak kepala puskesmas selama posbindu PTM dan kegiatan Posbindu yang monoton. Pelaksana kegiatan posbindu yaitu 1 dokter umum, 1 petugas puskesmas pemegang program, 1 bidan desa Panusupan dan 9 kader dari masyarakat. Dokter umum dan petugas pemegang program yang bertugas untuk kegiatan posbindu tidak selalu hadir, sehingga peran bidan dalam kegiatan ini sangat penting. Adapun seperti pemberian obat, konsultasi penyakit dilakukan oleh bidan jika dokter umum tidak hadir.

20

Saat ini baru Desa Panusupan saja yang melaksanakan Posbindu PTM. Hal ini dikarenakan belum dikabulkannya rencana anggaran Posbindu untuk desa lainnya. Adapun dari segi anggaran puskesmas belum memiliki anggaran dana untuk pengadaan posbindu kit sebagai bentuk inisiasi program pada desa yang belum memiliki posbindu PTM. Hal ini kemungkinan karena masih banyak anggaran lain yang dirasa lebih mendesak bagi puskesmas. Sosialisasi lintas sektoral perlu dilakukan kembali agar seluruh pemerintah desa di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok memahami mengenai program posbindu. Pemerintah kecamatan Cilongok diharapkan dapat melakukan pendekatan pada pihak desa dan menjelaskan mengenai program posbindu. Desa yang belum aktif melakukan

posbindu

diharapkan

segera

membentuk

posbindu

dan

berpartisipasi dalam pelaksanaan pencegahan penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif Dalam hal menyampaikan dan mempromosikan kegiatan ini masih kurang. Hal ini dikarenakan belum adanya spanduk, poster maupun leaflet kegiatan Posbindu

PTM

sebab

dengan

menggunakan

media

tersebut

dapat

mempengaruhi kesadaran masyarakat tetang posbindu PTM. Selama ini penyampaian kegiatan hanya dari mulut ke mulut atau saat kumpul warga saja. Kepala desa pun kurang ikut berperan menggerakan masyarakat untuk hadir di kegiatan ini. Dengan adanya poster atau spanduk mengenai posbindu PTM, diharapkan dapat menambah kesadaran warga dan perangkat desa mengenai pentingnya posbindu PTM. Dukungan masyarakat sudah cukup baik untuk menjadi kader kesehatan, namun beberapa kader belum bisa menggunakan posbindu kit. Hal ini kemungkinan karena pelatihan kader yang dilakukan setahun sekali dan baru berjalan 2 kali. Oleh karena itu, pelatihan kader perlu ditingkatkan dari segi kuantitas dan kualitas serta dilakukan inovasi. Kader Posbindu di desa Panusupan yang terpilih dan terlatih berjumlah 9 orang, diharapkan dengan jumlah yang cukup banyak ini mampu untuk mempromosikan kegiatan ini dari desa ke desa, namun karena kesibukan para kader sehingga untuk mensosialisasikan dan menggerakan kegiatan ini masih kurang.

21

Ketiadaan standar operasional prosedur menjadi masalah bagi pelaksanaan Posbindu di desa Panusupan. Puskesmas II Cilongok hanya menggunakan buku panduan dari Dinas Kesehatan, sedangkan standar operasional yang sesuai dengan kondisi desa Panusupan dari Puskesmas II Cilongok belum ada. Selain itu, rapat evaluasi program Posbindu PTM dilakukan hanya setahun sekali sehingga perlunya jadwal yang lebih sering lagi sehingga dapat memecahkan program Posbindu PTM. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas perlu tingkatkan pula. Selain itu belum adanya target program yang tertulis dalam SPM juga membuat pendataan kurang sistematis. Puskesmas perlu mencanangkan capaian target secara tertulis untuk program pelaksanaan posbindu. Sehingga pemegang program dan pihak terkait memiliki kenaikan target yang terarah setiap tahunnya. Puskesmas juga diharapkan menyusun SOP posbindu PTM sebagai panduan kader dalam melaksanakan posbindu PTM. Posbindu merupakan kegiatan berbasis masyarakat yang dapat diinovasi dengan selingan-selingan kegiatan lain seperti berolahraga bersama atau diisi dengan pengajian ataupun kegiatan masyarakat lainnya. Pada Posbindu di Desa Panusupan kegiatannya masih monoton sehingga membuat peserta merasa bosan. Tidak ada kegiatan olahraga seperti senam, karena masyarakat yang datang tidak sesuai jadwal. Sehingga untuk terlaksananya senam sangat tidak memungkinkan. Masyarakat masih belum menyadari bahwa program ini merupakan program yang penting sehingga masyarakat masih lebih memilih melakukan aktivitas masing-masing pada saat pelaksanaan Posbindu, sehingga belum ada inisiatif dari masyarakat untuk giat datang ke Posbindu. Selain itu, dominasi pengunjung yang datang adalah lansia, padahal posbindu untuk masyarakat >15 tahun sehingga penyuluhan tentang posbindu ke masyarakat masih diperlukan. Permasalahan lain muncul dari segi geografi dimana luas wilayah Desa Panusupan yang luas dan tempat pelaksanaan Posbindu yang jauh dari sebagian rumah warga, sehingga peserta yang datang sebagian besar berasal dari daerah yang dekat dengan lokasi Posbindu. Masyarakat di desa

22

Panusupan tidak semuanya memiliki kendaraan dan tidak ada sarana transportasi di daerah tersebut. Peserta harus berjalan jauh atau menggunakan jasa ojek untuk sampai di tempat Posyandu.

B. Alternatif Pemecahan Masalah Beberapa alterantif pemecahan masalah yang kami ajukan sebagai berikut: 1. Pihak Puskesmas II Cilongok melakukan edukasi dan sosialisasi program baru pemerintah yaitu Posbindu PTM dengan berbagai cara seperti masuk ke dalam acara – acara di desa atau dengan cara lainya. 2. Melakukan penyuluhan di setiap acara masing-masing RT, RW atau dusun terkait sasaran dan tujuan dari Posbindu PTM sehingga masyarakat akan sadar akan pentingnya memeriksakan diri. 3. Pengadaan posbindu di tiap desa agar para peserta lebih aktif lagi untuk memeriksakan kesehatannya dengan pembuatan perencanaan anggaran Posbindu PTM Desa. 4. Penggiatan kader Posbindu dalam mempromosikan Posbindu dan menggerakan masyarakat untuk datang Posbindu. 5. Pelatihan kader dilakukan lebih giat lagi minimal 2 kali dalam setahun terkait keterampilan penggunaan Posbindu kit, pengetahuan dan pelaksanaan

Posbindu

PTM

lebih

mendalam,

sehingga

dapat

menggantikan apabila terdapat pihak Puskesmas berhalangan hadir. 6. Pemasangan spanduk, poster, leaflet tentang Posbindu PTM di setiap RT/RW agar masyarakat tidak lupa hadir dalam kegiatannya. 7. Pembuatan standar operasional prosedur untuk pelaksanaan Posbindu Desa. 8. Puskesmas perlu membuat target capaian program secara tertulis seperti yang tercantum dalam SPM. 9. Melakukan inovasi berupa Posbindu keliling dimana Posbindu dilakukan di masing-masing dusun atau RT/RW di Desa Panusupan sehingga jarak tidak terlalu jauh dan kondisi geografis yang sulit dapat teratasi.

23

10. Melakukan pengawasan langsung ke kegiatan Posbindu oleh Kepala Puskesmas atau Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, agar dapat menilai keadaan di lapangan secara langsung. 11. Melakukan inovasi untuk kegiatan Posbindu sehingga kegiatan Posbindu tidak monoton seperti melakukan kegiatan penyuluhan, menyisipkan kegiatan pengajian, arisan, pertemuan desa atau kegiatan – kegiatan kemasyarakatan lainnya. Dengan melaksanakan program Posbindu secara konsisten dan kontinu, diharapkan angka penyakit tidak menular dapat ditekan seminimal mungkin.

24

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan pencapaiannya adalah kunjungan peserta Posbindu Desa Panusupan di wilayah kerja Puskesmas II Cilongok pada tahun 2018 yang masih rendah dan di dominasi oleh lansia. 2. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut antara lain: a.

Puskesmas

kurang

giat

dalam

mempromosikan

atau

mensosialisasikan kegiatan Posbindu PTM di acara-acara desa b.

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat bahwa kegiatan posbindu diadakan untuk individu usia >15 tahun, bukan hanya untuk lansia

c.

Belum adanya anggaran dana untuk kegiatan Posbindu PTM di desa lainnya

d.

Peran kader untuk mempromosikan kegiatan posbindu masih kurang

e.

Pelatihan kader Posbindu hanya dilakukan 1 kali setiap tahun

f.

Belum adanya spanduk, poster maupun leaflet kegiatan Posbindu PTM

g.

Puskesmas belum memliki target capaian program yang jelas secara tertulis dalam Sistem Pelayanan Minimum (SPM).

h.

Belum ada SOP yang dikeluarkan oleh puskesmas II Cilongok untuk teknis pelaksanaan posbindu.

i.

Tempat Posbindu yang jauh dari beberapa RT/RW di Desa Panusupan.

j.

Belum adanya pengawasan dan kunjungan langsung dari pihak kepala puskesmas selama posbindu PTM.

k.

Kegiatan Posbindu yang monoton.

25

B. Saran 1. Pihak Puskesmas II Cilongok melakukan edukasi dan sosialisasi program baru pemerintah yaitu Posbindu PTM dengan berbagai cara seperti masuk ke dalam acara – acara di desa atau dengan cara lainya. 2. Melakukan penyuluhan di setiap acara masing-masing RT, RW atau dusun terkait sasaran dan tujuan dari Posbindu PTM sehingga masyarakat akan sadar akan pentingnya memeriksakan diri. 3. Pengadaan posbindu di tiap desa agar para peserta lebih aktif lagi untuk memeriksakan kesehatannya dengan pembuatan perencanaan anggaran Posbindu PTM Desa. 4. Penggiatan kader Posbindu dalam mempromosikan Posbindu dan menggerakan masyarakat untuk datang Posbindu. 5. Pelatihan kader dilakukan lebih giat lagi minimal 2 kali dalam setahun. 6. Pemasangan spanduk, poster, leaflet tentang Posbindu PTM di setiap RT/RW agar masyarakat tidak lupa hadir dalam kegiatannya. 7. Pembuatan target capaian program yang jelas secara tertulis dalam Sistem Pelayanan Minimum (SPM) Puskesmas. 8. Pembuatan SOP Posbindu PTM Desa oleh puskesmas II Cilongok untuk teknis pelaksanaan posbindu. 9. Pembentukan Posbindu keliling yang dilakukan di masing-masing dusun atau RT/RW di Desa Panusupan yang jauh dari Balai Desa. 10. Pengawasan langsung ke kegiatan Posbindu oleh Kepala Puskesmas atau Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 11. Melakukan inovasi untuk kegiatan Posbindu sehingga kegiatan Posbindu tidak monoton seperti melakukan kegiatan penyuluhan, menyisipkan kegiatan pengajian, arisan, pertemuan desa dan sebagainya.

26

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Republik Indonesia, Jakarta.

Dinas Kesehatan Banyumas. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2015. Banyumas: Dinkes Banyumas.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Mnular. 2014. Pedoman Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.

Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI.

Puskesmas II Cilongok. 2015. Profil Puskesmas II Cilongok. Cilongok : Puskesmas II Cilongok

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 Ayat 1, Republik Indonesia, Jakarta.

27

Related Documents

Ii
November 2019 113
Ii
July 2020 97
Ii
November 2019 117
Ii
October 2019 134
Ii
November 2019 80
Ii
May 2020 98

More Documents from "Muhammad Asghar Khan"