Latar Belakang Kode Etik bagi profesi Notaris sangat diperlukan untuk menjaga kualitas pelayanan hukum kepada masyarakat oleh karena hal tersebut, Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai satu-satunya organisasi protesi yang diakui kebenarannya sesuai dengan UU Jabatan Notaris No.30 Tahun 2004, menetapkan Kode Etik bagi para anggotanya. Jabatan notaris adalah merupakan jabatan kepercayaan. Undang-undang telah memberi kewenangan kepada para Notaris yang begitu besar untuk membuat alat bukti yang otentik, karenanya ketentuan-ketentuan dalam UU Jabatan Notaris begitu ketatnya dan penuh dengan sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana tanpa mengurangi kemungkinan diterapkannya sanksi pemberhentian sementara sampai ke pemecatan. Kode etik notaris sendiri sebagai suatu ketentuan yang mengatur tingkah laku notaris dalam melaksanakan jabatannya, juga mengatur hubungan sesama rekan notaris. pada Pada hakekatnya Kode Etik Notaris merupakan penjabaran lebih lanjut dari apa yang diatur dalam Undang Undang Jabatan Notaris. Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu profesi dimana seseorang dapat menyelesaikan masalah-masalah hukurn yang dihadapinya yaitu salah satunya dengan menghadap kepada seorang Notaris. Notaris adalah suatu protesi kepercayaan dan berlainan dengan profesi pengacara, dimana Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak memihak. Oleh karena itu dalam jabatannya kepada yang bersangkutan dipercaya untuk rnernbuat alat bukti yang mempunyai kekuatan otentik. Dengan demikian, peraturan atau undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris telah dibuat sedemikian ketatnya sehingga dapat menjamin tentang otentisitasme akta-akta yang dibuat dihadapannya. Untuk menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka Asosiasi Profesi Notaris seperti lkatan Notaris Indonesia membuat Kode Etik yang berlaku terhadap para anggotanya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Etika Menurut Bertens (1994), Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Arti etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat. B.
Kode Etik Profesi Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional. Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
dan sekaligus menjamin mutu moral itu di mata masyarakat. Apabila salah satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh karena itu, kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode etik profesi merupakan tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya. Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam bukunya tentang Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum mengemukakan alasannya : 1. sebagai sarana kontrol sosial 2. sebagai pencegah campur tangan pihak lain 3. sebagai pencegah kesaJahpahaman dan konflik Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok anggota profesi atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat. C.
Profesi Notaris Dalam kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu ketentuan yang mengatur pembuktian terjadinya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum, sehingga dalam hukum keperdataan dibutuhkan peran penting akta sebagai dokumen tertulis yang dapat memberikan bukti tertulis atas adanya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum tersebut yang menjadi dasar dari hak atau suatu perikatan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat
umum dan atau suatu lembaga yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga dimaksudkan sebagai lembaga notariat. Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat Akta Otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosee, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undangundang. ( Pasal 1 Juncto 15 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris) Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "notariat' ini muncul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti dalam hubungan hukum keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka. Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam mengatur pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti mengenai hubungan keperdataan di antara mereka". Oleh karenanya kekuasaan umum (openbaar gezaag) berdasarkan perundang-undangan memberikan tugas kepada petugas yang bersangkutan untuk membuatkan alat bukti yang tertulis sebagaimana dikehendaki oleh para pihak yang mempunyai kekuatan otentik. Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas dalam profesi hukum tidak dapat dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi serta peranan hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur segala perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi sebagai alat untuk pembaharuan masyarakat. Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan profesi hukum di dalam melaksanakan jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu sendiri, sehingga terhadapnya diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di dalam pelayanannya kepada masyarakat, dua hal yang perlu mendapat perhatian
di dalam rangka menjalankan profesinya tersebut. Adanya kemampuan untuk menjunjung tinggi profesi hukurn yang mensyaratkan adanya integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat dijabarkan. 1.
Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan umum yaitu memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn yang baik dan tanggap. berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat dan perbuatan yang sesuai bagi seorang pengabdi hukum yang baik.
2.
Keluar. kemampuan untuk berlaku tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan
lingkungannya,
menjunjung
tinggi
kepentingan
urnurn,
mampu
mengakomodir, menyesuaikan serta mengembangkan norma hukum serta aplikasinya sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan teknologi. Di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Ketchem, Sekretaris dari College Van Scepenen di Jacatra, diangkat sebagai notaris pertama di Indonesia, yang pengangkatannya berbeda dengan pengangkatan notaris pada saat ini dimana di dalam pengangkatannya dimuat sekaligus secara singkat yang menguraikan pekerjaan dalam bidang dan wewenangnya. D.
Kode Etik Notaris Notaris dalam menjalankan jabatannya selain mengacu kepada UndangUndang Jabatan Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya. Etika profesi adalah seikap etis yang dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam mengemban profesinya. Etika profesi berbeda-beda menurut bidang keahliannya yang diakui dalam masyarakat. Etika profesi diwujudkan secara formal ke dalam suatu kode etik. Kode etik adalah segala yang tertulis dan disepakati kekuatan hukumnya oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga kode etik dalam hal ini adalah hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat profesi tertentu dalam menjalankan profesinya. Para Notaris yang berpraktek di Indonesia bergabung dalam suatu perhimpunan organisasi yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). INI merupakan
kelanjutan dari De Nederlandsch-Indische Notarieele Vereeniging, yang dahulu didirikan di Batavia pada tanggal 1 Juli 1908 yang mendapat pengesahan sebagai badan hukum dengan Gouvernements Besluit (Penetapan Pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9. Nama Belanda kemudian diganti atau diubah menjadi Ikatan Notaris Indonesia yang hingga sekarang merupakan satu-satunya wadah organisasi profesi di Indonesia. Kemudian mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri kehakiman RI pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1011.HT.01.06 Tahun 1995, dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor 1/P-1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana dimaksud dalam UUJN nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 117. Menurut Pasal 1 angka (5) UUJN, menyebutkan bahwa Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang terbentuk perkumpulan yang berbadan hukum. Notaris dengan organisasi profesi jabatannya menjabarkan etika profesi tersebut kedalam Kode Etik Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh anggota profesi itu sendiri damn mengikat mereka dalam mempraktekkannya. Dengan demikian Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat umum khususnya dalam bidang pembuatan akta. Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari kewajiban, larangan maupun sangsi serta penegakan hukum agar tujuan dari terbentuknya kode etik maupun Uridang-Undang Jabatan Notaris dapat berjalan tertib. Menurut Pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, uraian mengenai Kode
Etik Notaris meliputi antarlain: Etika Kepribadian Notaris, Etika melakukan tugas jabatan, etika pelayanan terhadap klien, etika hubungan sesama rekan Notaris, dan etika pengawasan terhadap Notaris. 1.
Etika Kepribadian Notaris Sebagai pejabat umum, notaris harus: a. Berjiwa Pancasila; b. Taat pada hukum, sumpah jabatan dan Kode Etik Notaris; c. Berbahasa Indonesia yang baik. Sebagai profesional, Notaris harus: a. Memiliki perilaku profesional; b. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum; c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris. Yang dimaksud dengan perilaku profesional ( Professional behaviour ), adalah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a.
Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi;
b.
Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai kemasyarakatan, sopan santun, dan agama;
c.
Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga kepada diri sendiri;
d.
Tidak semata-mata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian, tidak membedakan antara orang mampu dan tidak mampu;
e.
Berpegang teguh pada kode etik profesi karena di dalamnya ditentukan segala perilaku yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang sempurna.
2.
Etika melakukan tugas jabatan
Notaris sebagai pejabat umum dalam melakukan tugas jabatan harus: a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan penuh rasa tanggung jawab; b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang, tidak mengadakan kantor cabang perwakilan, dan tidak menggunakan perantara; c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi; d. Harus memasang tanda papan nama menur ut ukuran yang berlaku. 3.
Etika pelayanan terhadap klien Sebagai pejabat umum, notaris harus:
a.
Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya;
b.
Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang bersangkutan dengan tegas mengatakan akan menyerahkan pengurusannya kepada Notaris yang bersangkutan dan klien telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan;
c.
Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan pengumumam, dan atau mengirim kepada atau menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau Berita Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan;
d.
Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan kewajiban sebagai warga negara dan anggota masyarakat;
e.
Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma-Cuma;
f.
Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu membuat akta pada Notaris yang menahan berkas itu;
g.
Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata menandatangani akta buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris yang bersangkutan;
h.
Dilarang mengirim kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani oleh klien atau klien-klien yang bersangkutan;
i.
Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien membuat akta padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari Notaris lain;
j.
Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris Indonesia dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga secara khusus/ekslusif, apalagi menutup kemungkinan anggota lain untuk berpartisipasi.
4.
Etika hubungan sesama rekan Notaris Sebagai sesama pejabat umum, Notaris harus:
a.
Saling menghormati dalam suasana kekeluargaan;
b.
Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris, baik moral maupun material.
c.
Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif. Dalam
penjelasan
diatas,
maksud
menghormati
dalam
suasana
kekeluragaan artinya, Notaris tidak mengeritik, menyalahkan akta-akta yang dibuat rekan notaris lainnya dihadapan klien atau masyarakat. Notaris tidak membiarkan rekannya berbuat salah dalam jabatannya dan seharusnya memberitahukan kesalahan rekannya dan menolong memperbaikinya. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan dalam arti tidak menarik karyawan Notaris lain secara tidak wajar, tidak menggunakan perantara yang mendapat upah, tidak menurunkan tarif jasa yang telah disepakati. Menjaga dan membela kehormatan dan nama baik, dalam arti tidak mencampurkan usaha lain dengan jabatan Notaris, memberikan informasi atau masukkan mengenai klienklien yang nakal setempat. 5. a.
Etika Pengawasan Etika pengawasan terhadap Notaris melalui pelaksanaan Kode Etik Notaris dilakukan oleh Majelis Kehormatan Daerah dan atau Majelis Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia;
b.
Tata cara pelaksanaan kode etik, sanksi-sanksi dan eksekusi diatur dalam peraturan tersendiri;
c.
Tanpa mengurangi ketentuan mengenai tata cara maupun pengenaan tingkatan sanksi-sank si berupa peringatan dan teguran, maka pelanggaran-pelanggaran yang oleh Pengurus Pusat secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian
sementara sebagai anggota Ikatan Notaris Indonesia disertai usul Pengurus Pusat kepada Kongres untuk memecat anggota yang bersangkutan adalah pelanggaranpelanggaran yang disebut dalam Kode Etik Notaris dan Peraturan Jabatan Notaris yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
F.
Penegakan Hukum Kode Etik Notaris Pengertian
Penegakan
hukum
dapat
dirumuskan
sebagai
usaha
melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan hukum yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan penindakan hukum menurut urutan berikut: a.
Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi;
b.
Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda);
c.
Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu);
d.
Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati). Dalam pelaksanaannya tugas penegakan hukum, penegak hukurn wajib menaati norma-norma yang telah ditetapkan. Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali. Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu dari Pasal 6 sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi : Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi dalarn Pelanggaran Kode Etik.
G. Pengawasan Pengawasan Notaris dimaksud diharapkan oleh pembentuk Undangundang Jabatan Notaris merupakan lembaga pembinaan agar para Notaris dalam
menjalankan jabatannya dapat leblh meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam Pasal 67 ayat (5) UUJN, yang harus diawasi adalah Perilaku Notaris dan Pelaksanaan Jabatan Notaris. Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tug as Notaris sebagai pejabat umum. Fungsi Preventif dilakukan oleh Negara sebagai pemberi wewenang yang I dilimpahkan pada instansi pemerintah. Fungsi represif dilakukan oleh organisasi profesi jabatan Notaris dengan acuan kepada UUJN dan Kode Etik Notaris.1[8] Pengawasan Notaris diatur dalam Pasal 67-81 UUJN, yang intinya pengawasan dilakukan oleh Menteri dan dalarn rnelaksanakan pengawasan tersebut Menteri menunjuk Majelis Pengawas, yang terdiri dari Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat. Majelis Pengawas terdiri dari 3 unsur yaitu unsure dari Pemerintah, organisasi Notaris dan akademisi. 1.
MPD (Majelis Pengawas Daerah) Melakukan pengawasan secara berkala 6 bulan sekali dengan melakukan pemeriksaan protocal notaris, memberikan izin cuti selama 6 bulan dan pemeriksaan adanya laporan atau pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris. Apabila ada pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik maupun pelanggaran Undang-Undang jabatan Notaris, maka MPD berwenang menyelenggarakan Sidang tertutup untuk umum, MPD akan memeriksa dan mendengar keterangan pelapor, tanggapan terlapor, memeriksa bukti yang diajukan pelapor dan terlapor, kemudian hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara pemeriksaan (BAP) dan wajib diberikan kepada MajeJis Pengawas Wilayah dalam waktu 30 hari dengan tembusan kepada notaris yang bersangkutan, pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Pusat MPD tidak berwenang membenkan penilaian pembuktian terhadap fakta-fakta hukum dan juga tanpa kewenangan untuk menjatuhkan sanksi. 1[8]
http://www.academia.edu/6276509/BAB_I_MAKALAH_NOTARIS
2.
MPW (Majelis Pengawasan Wilayah) MPW berwenang meberikan cuti untuk 6 bulan sampai 1 tahun. Berdasarkan BAP yang telah diberikan kepada MPW melalui MPD, MPW berwenang melakukan Sidang Pemeriksaan Tertutup untuk umum dan Sidang Pengambilan Keputusan yang terbuka untuk umum. Blla dalam sidang pemeriksaan MPW Netarts tidak terbukti rnelakukan pelanggaran, maka laporan BAP ditolak dan Notaris direhabilitasi nama baiknya. Bila Notaris terbukti melanggar, putusan harus memuat alasan dan pertimbangan yang cukup yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan. MPW membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi, yang kemudian disampaikan kepada Mennteri, pelapor, teriapor, MPD, MPP dan pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia. Apabila Notaris terlapor keberatan alas putusan sidang MPW, maka Notaris dapat mengajukan banding pad a tingkat Majelis Pengawas Pusat.
3.
Majelis Pengawas Pusat (MPP) Berwenang memberi cuti notaris untuk jangka waktu 1 tahun lebih. Menindaklanjuti Notaris yang melakukan banding yang disampaikan melalui MPW. MPP wajib melakukan Sidang Pemeriksaan dan Sidang Pengambilan Putusan yang terbuka untuk umum.
H. Pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris dalam pembuatan akta-akta Notaris, yaitu : 1.
Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksi-saksi, padahal di dalam akta itu sendiri disebut dan dinyatakan "dengan dihadiri saksi-saksi".
2.
Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris.
3.
Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak diketahui oleh Notaris yang bersangkutan
4.
Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.
5.
Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu yang bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah kesemua akta tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan. Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut tidak otentik dan akta itu hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan apabila ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa diajukan oleh masyarakat kepada Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan UUJN. Dalam UUJN ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris. Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris Indonesia (INI) merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang diakui dan telah mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka (9) yaitu : Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau disiplin organisasi.
I.
Sanksi Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6, Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :2[10] a.teguran 2[10]
http://situscoplug.blogspot.co.id/2011/12/makalah-etika-profesi-notaris.html
b. peringatan c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan d. onzetfing ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan. Penjatuhan senksi-senksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota. Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin organisasi. Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing (termuat dalam Pasal B). Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara langsung mengontrol Notaris yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik Notaris. Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebagai suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan dalam Perkumpulan yang bertugas untuk: a.
Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi Kode Etik
b.
Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etii: yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan rnasyarakat secara langsung.
c.
rnemberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris Dewan Kehormatan memeriksa dan
mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat 8 bagian a). Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar keterangan dan pembefaan diri dari keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan kehormatan daerah terbukti adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus "menentukan sanksi" terhadap pelanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan oleh Dewan Kehormatan Daerah tidak wajib
konsultasi
pemberhentian
dahulu
sementara
demgan
Pengurus
(schorsing)
atau
Daerahnya, pemecatan
tetapi
sanksi
(onzetting)
adri
keanggotaan diputusakan dahulu dengan pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah (Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau
pemecatan (onzetting) dari
keanggotaan perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah yang bersangkutan belum dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut merupakan keputusan tingkat banding. Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pada tingkat terakhir dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan pada tingkat terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan
Kehormatan Daerah, dewan Kehorrnatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat dilaksanakan oleh Penqurus Daerah. Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13. Dalam hal pengenaan sanksi pemecatan sementara (schorsing) demikian juga sanksi onzetting maupun pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
J.
Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Notaris Diantara berbagai profesi, notaris termasuk profesi yang cukup prestius. Orang yang berprofesi ini adalah pejabat umum yang dipercaya pemerintah untuk membuat akta otentik. Namun seperti profesi lainnya ada juga notaris nakal yang dengan sengaja melanggar jabatan dan menyimpang dari aturan kode etik dalam menjalankan pekerjaannya demi keuntungan pribadi. Akibatnya tidak sedikit masyarakat dirugikan akibat ulah notaris nakal. Contohnya, lihat saja apa yang terjadi di Kalimantan Timur (Kaltim) terhadap perusahaan PT Daisy Timber (DT). Menurut Ketua Pansus Evaluasi Perusahaan Daerah DPRD Kaltim Andi Harun, banyak terjadi keanehan didalam perubahan saham di PT DT. Semula 60 persen saham perusahaan HPH ini dimiliki PT DT dan 40 persennya dimiliki masyarakat. Sebanyak 40 persen itu dibagi ke Perusda Kehutanan Silva Kaltim Sejahtera (SKS) sebesar 10 persen, Pondok Pesantren Al Banjari Balikpapan 10 persen, KUD Mufakat Biduk-biduk 10 persen, dan Koperasi Karyawan PT DT 10 persen. Tapi, tiba-tiba komposisi saham telah berubah menjadi 85 persen saham dikuasai PT DT, sedangkan sisanya 15 persen yang dimiliki unsur masyarakat, di luar Perusda Kehutanan SKS yang justru tidak memiliki lagi saham di PT DT.
Hal inilah yang kemudian digugat oleh DPRD Kaltim dengan membentuk pansus. Diduga hilangnya sebagian saham milik unsur masyarakat Kaltim dan hilangnya seluruh saham milik Perusda SKS terjadi melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 2007 yang tanpa dihadiri unsur masyarakat. Sedang dari PT TS diwakili Indra Wargadalem selaku kuasa hukum pemegang saham mayoritas di PT DT. Apa yang terjadi di PT DT mengenai kasus hilangnya kepemilikan saham dari unsur masyarakat Kaltim memang bukan merupakan satu-satunya. Karena masih banyak kasus yang sama terjadi yaitu hilangnya kepemilikan saham seperti pada kasus sengketa pengelolaan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Padahal sebagai seorang yang dipercaya dan diberikan kewenangan penuh oleh pemerintah menjadi pejabat umum untuk membuat akta-akta otentik, tugas seorang notaris dalam memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang membutuhkan jasanya tentu harus hati-hati dan cermat. Dia pun harus mematuhi rambu-rambu yang diatur dalam Undang Undang (UU) Nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Masalahnya akta-akta otentik yang dibuat notaris adalah juga merupakan dokumen negara dan bisa menjadi alat bukti di persidangan. Sehingga jika terjadi kesalahan atau penyimpangan sekecil apapun dalam pembuatannya oleh notaris tentu bisa berdampak sangat luas dan bisa merugikan pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan keberadaan akta-akta itu.
PENUTUP
A. Kesimpulan Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan Notaris , mengingat Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya. Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang merupakan satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN. Artinya seluruh notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.
B.
Saran Berdasarkan uraian tentang kewajiban dan larangan sebagaimana terinci di atas, diharapkan notaris dalam menjalankan jabatannya senantiasa bercermin pada
etika moral profesi yang diembannya, taat asas, serta tunduk dan patuh pada setiap peraturan yang mengatur jabatannya tersebut sehingga masyarakat dan semua kalangan benar-benar dapat memaknai profesi notaris sebagai salah satu profesi yang mulia dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Http://cyberlawncrime.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-etika-kode-etikdan-fungsi.html Http://mkn-unsri.blogspot.co.id/2012/08/tinjauan-terhadap-kode-etiknotaris.html Http://situscoplug.blogspot.co.id/2011/12/makalah-etika-profesinotaris.html Http://www.academia.edu/6276509/BAB_I_MAKALAH_NOTARIS Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1995
Diposting oleh Enita Wahyuni di 01.41 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest 1 komentar:
1. Sell Tiket19 September 2016 00.20 Tiket Pesawat Murah Online, dapatkan segera di SELL TIKET Klik disini: selltiket.com Booking di SELLTIKET.COM aja!!! CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!
Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??
Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas. Bergabung segera di agen.selltiket.com
INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI : No handphone : 085365566333 PIN : D2E26405
Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!! Balas Muat yang lain... Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) Arsip Blog
▼ 2015 (14) o
▼ Oktober (2)
Akhlak Pergaulan Muslim dan Muslimah
ETIKA PROFESI NOTARIS
o
► Agustus (2)
o
► Mei (1)
o
► April (2)
o
► Maret (4)
o
► Februari (3)
Label
Bengkulu
hukum
Hukum Islam
Hukum Perdata Islam
Kebudayaan
penyimpangan
Peradilan Agama
pidana
psikologi hukum
Sejarah
sosial
Syari'ah
Tabot
Tradisi
KPM DUSUN SAWAH
Absen dulu...hihi, dari berdiri kiri : Dwi Tuningsari, Juwita Sari, Yolanda Octa Vinara,Rosmala Dewi, Enita Wahyuni J, Titin Sumarni, Ayu Silvi Oktarida, Jupri Sukamto, Hairul Muslimin, Ferry Agustian KPM KELOMPOK 3
Perpisahan dengan siswa/i kelas 5 SDN 02 Curup Utara Desa Dusun Sawah
UJIAN AKHIR SEMESTER 6
antara KPM dan UAS, hihi.. Alhamdulillah nya ujian kita berjalan lancar sesuai dengan perjuangan kita melangkah dari lokasi KPM masing-masing :-D DDS 2015
Kegiatan donor darah sukarela diselenggarakan oleh UKM KSR PMI STAIN Curup Tahun 2015 terselenggara dengan lancar dengan bekerja sama dengan PMI Kab. Rejang Lebong dan team UDD RSUD Curup
MY RE
Kita kuat bersama di bangku kuliah dan organisasi (Mahasiswi Peradilan Agama STAIN Curup).. lokasi : Villa Danau Mas Curup Bhakti Sosial HMJ-S STAIN CURUP
ini foto team games bola pingpong bersama adik-adik manis.. kegiatan ini dalam rangka menjalin silahturahmi dengan adik-adik di Panti Asuhan Anak Sholeh Mahasiswa diwaktu Senggang
foto diambil di lokal perkuliahan Peradilan Agama STAIN Curup, waktu kosong pasti ada saja diisi dengan sharing pendapat, berbagi lelucon, dan saling mengingatkan... semoga kita sukses semua.. AMIN
Peradilan Agama 5A STAIN Curup
Foto bersama mahasiswa program studi peradilan agama STAIN Curup di hari terakhir ujian semester tahun 2015. lokasi : ruang perkuliahan 15 DIKLAT UKM KSR PMI STAIN CURUP ANGKATAN 4
Lokasi di Sumber Urip, ini sesi foto setelah acara penutupan.. semoga UKM KSR PMI STAIN Curup jaya selalu Pelatihan Kepenghuluan
Foto bersama peserta pelatihan bersama Ketua Prodi Peradilan Agama, Ketua Lab Peradilan Agama & staf STAIN Curup usai acara penutupan. Lokasi : Aula Syari'ah STAIN Curup
Orientasi Pengenalan Prodi Peradilan Agama 2014
Panita Orientasi Pengenalan Prodi PA STAIN Curup. Lokasi : Gedung Aula Rektorat STAIN Curup Medical Team OPAK STAIN Curup 2014
Lokasi : Gedung aula rektorat Lt. I STAIN Curup saat pembekalan mahasiswa baru STAIN Curup dalam kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik Kampus Syariah go to Sumatera Barat 2014
lokasi : istana pagaruyung, Bukittinggi. Diambil bersama mahasiswa Prodi Peradilan Agama dan Perbankan Syariah STAIN Curup beserta Dosen STAIN Curup, ibu Elkhairati., MA
Syariah STAIN Curup dan STAIN Batu Sangkar
Dalam rangka study tour yang diadakan HMJ-S STAIN Curup 2014 - Kunjungan mahasiswa syariah STAIN Curup ke STAIN BatuSangkar Bukittinggi Donor Darah Sukarela UKM KSR PMI STAIN Curup 2013
Salam Humanis... Salah satu kegiatan kemanusiaan Donor darah massal yang diadakan oleh UKM KSR PMI STAIN Curup Tahun 2013 dengan melibatkan PMI Kab R/L dan UTD RSUD Curup Seminar Pengenalan Prodi Peradilan Agama 2013
Panitia pelaksana pengenalan prodi yang dipusatkan pada mahasiswa/i baru STAIN Curup khususnya prodi Peradilan Agama. Lokasi : Aula Islamic Centre, Sukowati
MUSKAB PMI KAB R/L
Lokasi : Aula Wisma Hotel Kaba, Sukowati. Foto diambil saat acara musyawarah kabupaten PMI Rejang Lebong, UKM KSR PMI STAIN Curup bersama Bupati Rejang Lebong, Bapak Suherma., SE, MM Pelantikan Anggota Baru
Peresmian anggota baru UKM KSR PMI STAIN Curup angkatan II Tahun 2012. Foto bersama Wakil Ketua III STAIN Curup. Lokasi : Lap. Basket STAIN Curup DIKLAT Ruangan
Kegiatan belajar para peserta anggota baru dalam DIKLAT UKM KSR PMI STAIN Curup Tahun 2012, materi disampaikan oleh relawan PMI. Lokasi : Ruang Kuliah 1 STAIN Curup
OPAK 2012
Foto pertama bersama mahasiswa Peradilan Agama STAIN Curup pada acara OPAK. Lokasi : Jenggalu Outbound Camp, Bengkulu Mengenai Saya
Enita Wahyuni Lihat profil lengkapku Cari Blog Ini