ESENSI ALAM SEMESTA DALAM PRESPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Mohammad Budi UTomo, S.Thi
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Membahas alam semesta berarti membahas secara universal dan komprehensif atas segala aspek dan unsur kehidupan yang ada di dunia dan seisinya, juga yang ada di langit dan di atasnya. Pembahasan Alam semesta berkaitan dengan segala sesuatu yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta Allah SWT. Baik yang berupa benda yang tampak dan berwujud (fisika) ataupun yang tidak tampak oleh mata (metafisika) yang menjadi dasar bukti keberadaan Sang Khaliq. Abuddin Nata menyataan dalam bukunya bahwa masalah Alam Semesta telah dibahas oleh agama-agama besar di dunia, khususnya Islam, yang secara menyeluruh membahas dari segi asal usul kejadiannya, proses penciptaannya, sampai karteristik Penciptanya dan juga tujuan dan manfaatnya1 Sehingga kita mengenal alam semesta sebagai wujud penciptaan Sang Maha Kuasa dengan tujuan yang tidak sia-sia, tetapi agar dimanfaatkan, dipelajari, dikaji secara mendalam, agar bisa diambil manfaatnya untuk mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan dari segi teori dan prakteknya. Dalam hal ini, pemakalah akan membahas alam semesta yang diciptakan dengan tujuan untuk dimanfaatkan oleh manusia yang menjadi pengemban amanat sebagai Khalifah dimuka bumi yang bertugas mengelola alam semesta, agar dapat menjadikan alam semesta sebagai objek kajian dan penelitian segala ilmu pengetahuan.
1
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2012) h. 96
1
2. Rumusan Masalah Makalah ini akan membahas tentang: a. Apakah Hakekat Alam Semesta? b. Apakah Proses penciptaan Alam Semesta? c. Apakah Tujuan penciptaan Alam Semesta? d. Apakah Implikasi Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam? 3. Tujuan Pembahasan Sedangkan tujuan pembahasan makalah ini adalah: a. Mengetahui Hakekat Alam Semesta b. Mengetahui Proses penciptaan Alam Semesta c. Mengetahui Tujuan penciptaan Alam Semesta d. Mengetahui Implikasi Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam
B. PEMBAHASAN 1. Hakekat Alam Semesta dalam Islam Asal dari kata “Alam” seperti dikutip Abdul Haris dari Nurcholis Majid, berasal dari bahasa Arab ْال َعلَ ُمsatu akar kata dengan ( ْال ِعلَ ُمPengetahuan) dan ُ ْال َعالَ َمة (Pertanda). Disebut demikian karena jagad raya ini adalah pertanda adanya Sang Maha Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Alam dalam bahasa Yunani disebut dengan cosmos, yang berarti “serasi, harmonis”, karena ala mini ada dalam keserasian dan keharmonisan berdasarkan hukum-hukum yangn teratur.2 Alam Semesta adalah segala sesutu yang ada selain Allah SWT. Maka menurut hemat pemakalah dapat dipahami bahwa seluruh yang ada dimuka bumi seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan segala yang terkandung dalam perut bumi. Termasuk yang ada di langit, planet-planet, segala bintang, planet dan asteroid, baik yang punya garis orbit maupun yang tidak adalah termasuk kategori Alam 2
Abdul Haris, dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2012) h.
90
2
Semesta. Bahkan yang tidak terlihat oleh mata manusia seperti alam Jin, syetan dan malaikat juga masuk dalam istilah Alam Semesta. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Al’alamina bentuk Jama’ dari ‘Alamun, artinya semua yang ada selain Allah SWT. Dan lafadz ‘Alamun sendiri adalah bentuk Jama’ yang tidak ada bentuk tunggal dari lafadz aslinya,sedangkan lafadz Al ‘Awalim artinya berbagai macam makhluk yang ada di langit, di daratan, dan di laut, dan setiap generasi dari setiap makhluk tersebut dinamakan ‘alam pula. Didalam riwayat Sa’id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari ibnu Abbas, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rabbul ‘Alamin ialah Tuhan Jin dan Manusia3 Islam senantiasa merujuk kepada sumber Al Qur’an dan Al Hadits dalam mencapai pengetahuan tertentu, termasuk dalam mengkaji dan membahas tentang konsepsi maupun hakekat dari Alam semesta. Al Rasyidin mencatat dalam bukunya, bahwa dalam Al Qur’an kata Alam hanya ditemukan dalam bentuk Jama’ َ ْال َعالَ ِم ْينyang terulang sebanyak 73 kali dan tersebar pada 30 Surah. Hal ini mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beraneka ragam sesuai dengan konsepsi Islam bahwa hanya Allah yang Tunggal (Ahad).4 Beberapa ayat yang dikutip pemakalah dari Al Quran adalah sebagai berikut: 5
َب ْال َعالَ ِم ْين ِ ا َ ْل َح ْمدُ للِ َر
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” 6
َار َك للاُ َرب ْال َعالَ ِم ْين َ َت َب
“Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” 3 Abu FIda’ Isma’il Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir edisi terjemah (Bandung: Algesindo, 2000) h. 112 4 Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (Bandung:Cita Pustaka, 2008) h. 3 5 Al Qur’an, Surat Al Fatihah Ayat: 2 6 Al Qur’an, Surat Al A’raf Ayat: 54
3
7
َاف للاَ َرب ْال َعالَ ِم ْين ُ ِإنِ ْي أ َ َخ
“Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam” 8
َض َرب ْال َعالَ ِم ْين ِ فَ ِلل ِه ْال َح ْمدُ َرب الس َم َاوا ِ ت َو َرب ال َ ْر
"Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam" 9
َس ْو َل للاِ َرب ْال َعالَ ِم ْين ُ فَقَا َل ِإنِ ْي َر
“Sesungguhnya au adaah utusan dari Tuhan seru sekalian alam” Dari sudut pandang tauhid dan konsepsi Islam tentang alam semesta, alam semesta merupakan ciptaan dan diurus oleh kehendak dan perhatian Allah. Jika Allah sekejap saja tidak memberikan perhatian, maka seluruh alam semesta pasti binasa seketika itu juga. Alam semesta ini diciptakan tidak sia-sia atau bukan untuk senda-gurau. Dalam penciptaan manusia dan dunia tersirat banyak keuntungan. Segala yang diciptakan tidak sia-sia. Sistem yang ada pada alam semesta adalah sistem yang paling baik dan paling sempurna. Sistem ini memanifestasikan keadilan dan kebenaran, dan didasarkan pada serangkaian sebab dan akibat. Setiap akibat merupakan konsekuensi logis dari sebab, dan setiap sebab melahirkan akibat yang khusus. Takdir Allah mewujudkan sesuatu melalui sebab khususnya saja, dan serangkaian sebablah yang merupakan takdir Allah untuk sesuatu. Kehendak Allah selalu bekerja di alam semesta dengan bentuk hukum atau prinsip umum. Hukum Allah tidak berubah. Bila terjadi perubahan, maka selalu sesuai dengan hukum. Baik dan buruk di alam semesta ini berkaitan dengan perilaku manusia sendiri dan perbuatannya sendiri. Perbuatan baik dan buruk, selain mendapat balasan di akhirat, mendapat reaksi juga di alam semesta ini. Evolusi bertahap
Al Qur’an, Surat Al Hasyr Ayat: 16 Al Qur’an, Surat Al Jatsiyah Ayat: 16 9 Al Qur’an, Surat Az Zukhruf Ayat: 46 7 8
4
merupakan
hukum
Allah.
Alam
semesta
ini
merupakan
tempat
bagi
perkembangan manusia.
2. Proses Penciptaan Alam Semesta Penciptaan alam semesta adalah penciptaan yang kompleks dan membutuhkan proses bertahap, tidak hanya terjadi pada satu waktu sekaligus. Al Qur’an dalam surat Al Mu’min ayat: 40 menyatakan bahwa penciptaan alam semesta (langit dan bumi) lebih besar dari penciptaan manusia. Terdapat perbedaan antara pendapat Ulama tentang penciptaan alam semesta, perbedaan tersebut ada pada asal penciptaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa alam diciptaan dari sesuatu yang tidak ada ال ْي َجاد ُ ِمنَ ْال َعدَ ِم ِ ْ dan pendapat kedua menyatakan bahwa alam diciptakan dari sesuatu yang sudah ada ال ْي َجاد ُ ِمنَ الش ْي ِء ِ ْ . seperti air, tanah udara, dan asap. Pendapat pertama mengacu pada pemahaman kata َ َخلَقKhalaqa yang berarti menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.10 Hal ini juga di pahami dari Firman Allah Surat Yasiin Ayat: 82 “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia Sedangkan pendapat kedua dapat dipahami dari Firman Allah yang terdapat dalam dua Surat yang berbeda yaitu Al Anbiya’ 21 :”Dan apakah orangorang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Kemudian Surat Al Fushilat 41 “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati."
10
Al Rasyidin, op. cit. h. 6
5
Al Farabi sebagai Filosof Musim terkenal mempunyai teori penciptaan yang dikenal dengan istilah “Teori Emanasi” teori ini menyatakan bahwa alam semesta tercipta dari pancaran sang Khaliq yang Esa. Dalam pemikiran Al Farabi, alam semesta ini terjadi kerena limpahan dari ‘Aql atau yang Esa. Wujud Tuhan lah ْال ُو ُج ْود ُ ْال َو ُلyang melimpahkan wujud alam semesta.11 Teori ini kemudian disempurnakan oleh Ibnu Sina. Yang menyatakan bahwa proses terjadinya pancaran tersebut ialah ketika Allah ْال ُو ُج ْود ُ ْال َو ُلsebagai ‘Aql langsung memikirkan (berta’aqqul) terhadap Dzat-NYA yang menjadi objek pemikiran NYA maka memancarlah Akal pertama, dari akal pertama ini memancarlah akal kedua, Jiwa Pertama, dan langit pertama. Demikianlah seterusnya sampai akal kesepuluh yang sudah lemah dayanya dan tidak dapat menghasilkan akal sejenisnya, dan hanya menghasilkan Jiwa ke sepuluh, bumi, roh, materi pertama yang menjadi dasar bagi keempat unsurepokok: air, udara, api dan tanah12 Perbedaan antara teori Emansi Al Farabi dan Ibnu Sina sebagaimana ditulis Abuddin Nata, adalah pada saat wujud-wujud tersebut berpikir tentang dirinya ada dua bagian, yaitu berpikir tentang dirinya sebagai اجبُ ْال ُو ُج ْود ِ َوyang menghasilkan iwa-jiwa, dan ketika wujud tersebut berpikir tentang dirinya sebagai ُم ْم ِكنُ ْال ُو ُج ْودmaka dalam teori tersebut terdapat XI wujud, X akal dan IX Planet.13 Walaupun dalam filsafat Yunani telah lahir pemikiran Platonisme, yang menyatakan bahwa seluruh alam semesta ini berasal dari sesuatu Yang Esa sebagai prime causa yang menjadi penggerak pertama kemudian menggerakkan yang lainnya sehingga terjadilah Alam Semesta, Al Farabi dan Ibnu Sina merubah Prime Causa atau penyebab utama sebagai Pencipta yang Yang Maha Esa. Dengan demikian jelaslah bahwa memang Alam Semesta ini diciptaan dengan dahsyatnya kekuasaan Allah SWT. Melalui proses sedemikan rupa, dan
11
Ibid, h. 7 Sirajuddin, Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004) h. 100 13 Abuddin Nata, op.cit, h. 104 12
6
pada akhirnya kita sebagai manusia banyak belajar, dan mendalami hal tersebut agar kita senantiasa mengingat Allah dan semakin dekat dengan NYA.
3. Tujuan Penciptaan Alam Semseta Jika kita betul-betul merenungi hakekat Alam Semesta dan Proses bagaimana terciptanya, maka kita pasti berpikir bahwa memang Alam semesta ini diciptakan tidak dengan sia-sia atau tanpa tujuan belaka, melainkan semua itu diciptakan dengan tujuan khusus yang harus kita ketahui, kita dalami, dan kita aplikasikan dalam segala aspek kehidupan kita. Pemakalah merumuskan tujuan penciptaan Alam semesta secara garis besar menjadi dua tujuan utama: yaitu tujuan IPTEK dan tujuan IMTAQ. a. Tujuan IPTEK Tujuan ini mengarah pada eksploitasi dan aplikasi manusia terhadap Alam Semesta untuk digunakan sebagai objek dalam pengembangan Imu Pengetahuan demi kemaslahatan manusia di masa yang akan datang menuju kehidupan yang lebih baik. Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim Ayat: 32 – 34: 32. “Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” 33. “Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.”
7
34. “Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Dengan demikian, manusia dapat memanfaatkan Alam Semesta untuk keperluannya. Tenaga panas matahari, panas bumi, untuk berbagai keperluan industri, material yang terkandung dalam perut bumi digunakan untuk membangun gedung, mengembangkan transportasi,14 dan masih banyak lagi contoh pemanfaatan kekayaan alam untuk kepentingan kehidupan manusia. Tanpa adanya akal manusia untuk berpikir dan adanya Alam Semesta sebagi objek pengembangannya, mustahil adanya pemanfaatan tersebut, jadi memang tujuan penciptaan Alam semesta secara khusus ditundukkan untu manusia sebagai khalifah yang mengelola, memelihara dan memanfaatkan kekayaan Alam. b. Tujuan IMTAQ Tujuan ini bersifat lebih khusus dan menjadi tujuan utama dalam penciptaan Alam semesta menurut prespektif Islam seperti yang tercantum dalam Al Qur’an. Yaitu penciptaan alam semesta bertujuan agar manusia sampai pada kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Al Rasyidin menguraikan bahwa adanya alam semesta ini mewajibkan adanya Dzat yang mewujudkannya. Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya Sang Pencipta yang menciptakan keduanya, mustahil jika yang menciptakan langit dan bumi adalah manusia, bila hal itu terjadi pasti sudah banyak langit dan bumi yang bermacam-macam adanya seperti ciptaan manusia pada umumnya, ciptaan NYA tidak dapat di duplikasi apalagi ditandingi oleh manusia.15
14 15
Abuddin Nata, op. cit. h. 110 Al Rasyidin, op. cit. h. 9
8
Manusia sebagai makhluk yang sempurna karena memiliki akal untuk berpikir, membedakan antara yang Haq dan Bathil, telah dipilih oleh Allah SWT sebagai khalifah atau pemimpin yang mengemban tugas untuk memelihara, mengelola dan memanfaatkan Alam Semesta yang diciptakan memang khusus untuk manusia. Disamping itu, manusia harusnya berpikir bahwa tiada daya dan upaya yang bisa menciptakan Alam Semesta kecuali Allah Yang Maha Kuasa. Sehingga ia memperoleh kemudahan dalam menjalankan hidupnya lalu bersyukur atas segala hal tersebut dengan memanfaatkan Alam Semesta dengan sebaik-baiknya, tidak dengan mengeksploitasi harta kekayaan Alam dengan serakah sehingga merusak tatanan dan kelangsungan hidup Alam, jika itu yang terjadi, maka apa bedanya manusia dengan penghuni Bumi sebelumnya?
4. Implikasi Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Implikasi berarti keterlibatan atau keadaan terlibat.16 Dalam hal ini berarti wujud Alam Semesta yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan Islam. Baik dari segi rancangan pendidikan dari interen pelaksana maupun dari segi perananya dalam pembentukan watak, sifat dan karakter peserta didik sesuai dengan yang diharapkan penyelenggara pendidikan. Secara garis besar pemakalah membagi implikasi Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam menjadi dua bagian, yaitu Internal dan Eksternal. Implikasi Internal dari dalam proses Pendidikan mengarah pada pembentukan system Pendidikan, rancanan Kurikulum, visi misi, dan arah Pendidikan itu sendiri untuk menjadikan Alam semesta sebagai objek studi atau Ilmu Pengatahuan.
16
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) h. 548
9
Al Rasyidin menyatakan Pendidikan Islami merupakan kunci guna menemukan, menangkap dan memahami Alam dengan seluruh fenomena dan noumenanya. Upaya itu pada akhirnya akan mengantarkan manusia pada keberadaan dan kemahakuasaan Allah SWT. Karenanya manusia dihantarkan oleh Pendidikan Islam pada pengakuan (Syahadah) akan keberadaan Allah SWT. Sebagai Tuhan Pencipta, Pemelihara dan Pendidik Alam Semesta.17 Sedangkan Implikasi Eksternal mengarah pada Manusia sebagai peserta didik dari Pendidikan Islam yang akan diharapkan mempunyai wawasan, keterampilan dan tanggung jawab dalam mengelola alam semesta.18
Dengan
demikian diharapkan Pendidikan Islami dapat melahirkan manusia yang memiliki karakteristik sebagai khalifah yang memimpin, memelihara, dan mengelola Alam Semesta dengan baik.
C. PENUTUP 1. Kesimpulan Alam Semesta adalah segala sesuatu selain Allah SWT. Baik yang ada di alam Syahadah atau yang dapat dilihat mata seperti langit dan apa yang ada diatasnya, bumi dan seisinya, ataupun alam Ghaib yang tidak dapat dilihat mata seperti Malaikat, Jin dan Syetan. Penciptaan Alam Semesta oleh Sang Maha Kuasa bukan hal sia-sia tanpa tujuan, melainkan dengan tujuan khusus untuk manusia sebagai Khalifah agar mencapai pengetahuan akan keberadaan Sang Pencipta Yang Maha Esa. Oleh karenanya implikasi Alam Semeta terhadap Pendidikan Islam, adalah menjadikannya sebagai instrument untuk menemukan, menangkap dan memahami Alam dengan seluruh fenomena dan noumenanya yang akan mengantarkan manusia pada keberadaan dan kemahakuasaan Allah SWT serta membawanya
17 18
Al Rasyidin, op. cit. h. 11-12 Abuddin Nata, Op. cit. h. 124
10
pada pengakuan (Syahadah) akan keberadaan Allah SWT. Sebagai Tuhan Pencipta, Pemelihara dan Pendidik Alam Semesta. 2. Penutup Semoga pembahasan pemakalah yang sederhana ini dapat membawa manfaat pada diskusi dan proses pembelajaran kita kali ini. Masukan dan koreksian sangat diharapkan dari kawan-kawan mahasiswa, khusus nya dari Bapak Dosen Pembimbing agar pembahasan ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 Abdul Haris, dan Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2012 Abu FIda’ Isma’il Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir edisi terjemah, Bandung: Algesindo, 2000 Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Bandung: Cita Pustaka, 2008 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya , Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004
11