Efrida Jurnal.docx

  • Uploaded by: Efridasari10
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Efrida Jurnal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,003
  • Pages: 6
HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI PROLANIS DENGAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MILITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG TUA KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2018

Efrida Sari Dongoran 1, Nefonafratilova Ritonga 2, Hennyati Harahap 3 1

Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan 2 Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan 3 Program Studi S1 Keperawatan STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan

ABSTRAK Diabetes mellitus tipe II merupakan gejala yang sering di jumpai. Umumnya ini tidak di rasakan oleh penderitanya. Sehingga penyakit Diabetes mellitus tipe 2 ini disebut juga dengan penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti prolanis dengan pencegahan komplikasi diabetes militus tipe II. Metode penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan studi cross sectional. Desain penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara. Sampel penelitian sebanyak 40 orang yang mengalami diabetes militus tipe II. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan “total sampling”. Analisa data yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan keaktifan prolanis dengan pencegahan komplikasi diabetes militus tipe II p=0.002 (p < 0,05). Disarankan kepada lansia untuk mengikuti penyuluhan petugas kesehatan Puskesmas Gunung Tua agar para lansia mengetahui cara menghindari atau mencegah terjadinya penyakit diabetes militus tipe II dan mau mengikuti kegiatan prolanis serta menjaga kesehatan dan pola makannya sehingga kadar gula darah tetap stabil dan hidup lebih sehat lagi. Kata Kunci : Keaktifan mengikuti Prolanis, Pencegahan, Komplikasi Diabetes Militus Tipe II ABSTRACT Type II diabetes mellitus is a common symptom. Generally this is not felt by the sufferer. So that type 2 diabetes mellitus is also called degenerative disease. The purpose of this study was to determine the relationship between prolanis activity and the prevention of type II diabetes mellitus complications. This research method is an analytical survey with a cross sectional study design. The research design was carried out in the Gunung Tua Public Health Center, Padang Bolak District, North Padang Lawas Regency. The study sample consisted of 40 people who had type II diabetes militus. The sampling technique uses "total sampling". Data analysis used is Chi Square. The results showed a significant relationship between prolanis activity and prevention of complications of type II diabetes militus p = 0.003 (p <0.05). Suggested to the elderly to follow health workers counseling Old Mountain Health Center so that the elderly know how to avoid or prevent the occurrence of diabetes mellitus type II and to follow the activities of prolanis and maintain good health and diet to keep blood sugar levels stable and healthy life again. Keywords: Prolanis activity, Prevention, Complications of Diabetes Militus Type II

Faktor gaya hidup berperan penting dalam peningkatan kejadian DM (IDF, 2015). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO IDF pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan

PENDAHULUAN Prevalensi Diabetes Mellits (DM) meningkat di seluruh dunia dan banyak negara sedang mengimbangi kecepatan peningkatan ini. Saat ini, ada 382 juta orang yang hidup dengan diabetes. Lebih dari 316 juta dengan gangguan toleransi glukosa berisiko tinggi untuk terjadinya penyakit ini-jumlah yang dikhawatirkan akan mencapai 592 juta pada tahun 2035. Data-data dari IDF (International Diabetes Foundation) Diabetes Atlas menyebutkan bahwa 80% dari penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah, menengah, dan kurang beruntung secara sosial di negara yang paling rentan terhadap penyakit.

1

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Konsensus, 2011). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9% yang mana prevalensi DM yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 2.1% selebihnya adalah DM yang tidak terdiagnosis. Proporsi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi, tetapi berdasarkan tempat hampir sama antara proporsi DM di perkotaan (6,8%) dan pedesaan (7,0%). Penderita terbanyak berada pada umur 55-75 tahun. Prevalensi DM yang terdiagnosis di Sumatera Utara adalah 2,3% lebih tinggi dari rerata nasional, sementara di Kota Medan prevalensi DM sebanyak 1,5% (Riskesdas, 2013). Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha penatalaksanaan DM. DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1. Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita DM. Umumnya berusia diatas 45 tahun. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan (PERKENI, 2011). Berdasarkan prevalensi DM yang tinggi maka berbagai Negara mengembangkan program pencegahan diabetes antara lain Diabetes Prevention Program (DPP) di Amerika. Studi DPP terhadap pasien-pasien prediabetes (Toleransi Glukosa Terganggu) menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup melalui penurunan berat badan sebanyak 7% dan melakukan aktifitas fisik 150 menit per minggu selama 6 bulan, secara signifikan menurunkan prevalensi DM sebesar 58% dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapat obat oral antidiabetes dengan penurunan prevalensi DM sebesar 31% (INFODATIN, 2014). Program pencegahan diabetes di Asia seperti China Da Qing Diabetes Prevention Study (CDQDPS) meneliti pengaruh diet dan olahraga pada pasien prediabetes yang berusia 45 tahun ke atas. Studi ini menyatakan bahwa dengan diet saja dapat menurunkan risiko terjadinya DM tipe 2 sebesar 31% sedangkan aktifitas fisik saja menurunkan 46%, kombinasi dari keduanya

menurunkan prevalensi DM sebesar 42% (PERKENI, 2011). Program pencegahan DM di Indonesia disebut Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) khususnya DM dan Hipertensi, yang dikelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Prolanis bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan mencapai kualitas hidup yang baik dengan pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional. Namun program ini tidak berjalan optimal. Jumlah peserta terdaftar prolanis mengalami peningkatan setiap tahun, namun persentase peserta yang melakukan kunjungan rutin justru mengalami tren penurunan. Pada tahun 2012 peserta prolanis dari 8,5 juta hanya 222.430 peserta aktif prolanis, dan tahun 2013 mencapai 14,7 juta hanya 109.549 (BPJS, 2014). Di Sumatera Utara Puskesmas Pantai Labu Deli Serdang Medan, studi potong lintang evaluasi Prolanis periode 2010 hingga 2013 dijumpai hanya 7 peserta dari 100.302 peserta (kurang dari 1%) yang memanfaatkan program ini sebagaimana mestinya (Idris, 2014). Diabetes melitus dan hipertensi merupakan penyakit yang saling berkaitan yang mempengaruhi seorang individu menjadi penyakit aterosklerotik. Penyakit jantung adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien diabetes. Diperkirakan 35-75% dari komplikasi diabetes, penyakit kardiovaskular dan ginjal dapat dikaitkan dengan hipertensi (Sari, 2012). Manfaat diet bagi penderita komplikasi DM tipe II dapat menurunkan kadar gula darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, memperbaiki koagulasi darah dan mencegah komplikasi (Isniati, 2009). Meskipun keteraturan diet sangat bermanfaat bagi penderita komplikasi DM Tipe II, tidak semua penderita komplikasi DM tipe II mengikuti pola makan yang dianjurkan. Penelitian yang dilakukan oleh Putro dan Suprihatin (2012) pasien komplikasi diabetes mellitus tipe II pada 60 responden menunjukan hasil bahwa sebanyak 73,3% tidak melakukan diet tepat jadwal, dan sebanyak 58,3% pasien tidak melakukan diet tepat jenis. Terdapat hubungan yang kuat antara pola diet dengan kadar gula darah karena kerja metabolisme gula darah dalam tubuh dipengaruhi oleh jumlah atau kalori yang dikonsumsi oleh penderita komplikasi DM tipe II. Jika jumlah kalori terlalu banyak dan dikonsumsi secara terus menerus maka kerja metabolisme tubuh tidak akan berjalan dengan baik (Putro & Suprihatin, 2012). Hasil laporan dari Dinas Kesehatan Padang Lawas Utara Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2017, jumlah kasus yang mederita DM type II sebanyak 591 orang dan yang menderita komplikasi DM type II sebanyak 118 orang. Hasil survey awal Wilayah Kerja Puskesmas

2

Gunung Tua, pada tanggal 16 Januari 2018 peneliti memperoleh data dari Rekam Medik tahun 2016 jumlah DM sebanyak 119 orang, penderita komplikasi DM tipe II sebanyak 38 orang dari 59 penderita DM tipe II. Capaian prolanis yang aktif sebanyak 29 orang penderita komplikasi DM tipe II dari 59 penderita DM tipe II. Pada tahun 2017 didapat sebanyak 51 orang penderita komplikasi DM tipe II dari 85 penderita DM tipe II, jumlah DM di tahun 2017 sebanyak 154 orang. Capaian prolanis yang aktif sebanyak 30 orang penderita DM tipe II dan prolanis yang tidak aktif sebanyak 10 orang. Jadi jumlah yang terdaftar di prolanis 2017 adalah 40 0rang DM tipe II dari 85 penderita DM tipe II.

prolanis 4 kali dalam sebulan) sebanyak 18 orang (45%). Tabel 2. Hasil Uji Bivariat Prola Pencegahan nis Komplikasi Diabetes Militus Tipe II Ya Aktif Tidak aktif Total

METODE

%

18 22 40

45 55 100

Tidak

n 17

% 42,5

n 1

% 2,5

n 18

% 45

10

25

12

30

22

55

27

67,5

13

32,5

0,00 1

PEMBAHASAN Berdasarkan tabel dapat diketahui pendidikan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (32,5%) dan minoritas berpendidikan tidak sekolah sebanyak 7 orang (17,5%). Dalam penelitian ini, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memiliki status ekonomi menengah ke bawah sehingga mereka menganggap pendidikan bukanlah sebuah prioritas. Lansia dahulunya juga menganggap pendidikan bukanlah merupakan hal yang penting. Menurut Wawan dan Dewi (2011), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang 44nilaitersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai yang baru diperkenalkan. Sebagian dari lansia yang masih bekerja hanya sekedar menjaga mereka agar tetap mandiri dan tidak tergantung pada orang lain (Suardiman, 2011).

HASIL. Tabel 1. Hasil Uji Univariat n

Pvalu e

Berdasarkan tabel 2 analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti prolanis dengan pencegahan komplikasi diabetes militus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2018.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti prolanis dengan pencegahan komplikasi diabetes militus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2018 Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross secsional. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2018. Variabel penelitian ini adalah variabel dependen (Keaktifan mengikuti prolanis) dan variabel independen (Pencegahan Komplikasi Diabetes Militus Tipe II) pengumpulan data diperoleh dari rekam medik. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes millitus tipe II yang terdaftar di prolanis di wilayah kerja puskesmas gunung tua kecamatan padang bolak kabupaten padang lawas utara. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Dan jumlah sampel sebanyak 40 orang. Data dianalisa menggunakan analisis bivariat dan univariat dengan uji Fisher’s Exact Test dengan kepercayaan 95% (P=0,005).

Keaktifan Mengikuti Prolanis Aktif Tidak aktif Total

Total

5.2. Keaktifan Mengikuti Prolanis Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak aktif mengikuti prolanis (jika responden mengikuti prolanis <4 kali dalam satu bulan) sebanyak 22 orang (50%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar lansia penyakit diabetes tidak melaksanakan fungsi pemeliharaan kesehatan

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa mengikuti prolanis mayoritas tidak aktif mengikuti prolanis (jika responden mengikuti prolanis <4 kali dalam satu bulan) sebanyak 22 orang (50%), dan minoritas aktif mengikuti prolanis (jika responden mengikuti

3

dengan baik. Menurut Ina (2015), Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangkapemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatanyang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Peserta Prolanis harus sudah mendapat penjelasan tentang program dan telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta. Peserta Prolanis adalah peserta BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa diabetes militus tipe II dan atau Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingkat Lanjutan. Peserta yang telah terdaftar dalam Prolanis harus dilakukan proses entri data dan pemberian tanda aktif dan tidak aktif pada peserta di dalam aplikasi Kepesertaan. Demikian pula dengan Peserta yang keluar dari program. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer (P-Care). Kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir kejadian Penyakit tidak menular, dimana pembiayaan untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit kronis. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Prolanis ini adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit diabetes militus tipe II dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014). Menurut penelitian Puspita (2011), kegiatan prolanis lebih menyasar penyandang penyakit diabetes militus tipe II dan hipertensi dikarenakan penyakit tersebut dapat ditangani ditingkat primer dan dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan Prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit, Reminder SMS gateway, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan.

Komplikasi akut dari diabetes mellitus tipe 2 yang umum yaitu terjadi hiperosmolar hiperglikemia non ketogenik (HHNK) tetapi bila mana mendapatkan stresor yang berlebihan, dapat juga mengalami diabetic ketoacidosis (DKA) meskipun sangat kecil kemungkinannya (Lewis, 2010). Menurut penelitian Suraioka (2015), penderita komplikasi diabetes mellitus tipe 2 yang kadar glukosanya tidak terkontrol respon imumnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes mellitus tipe 2 banyak tersumbat atau menyempit. Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan perkembangan komplikasi diabetes militus tipe 2 adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60% (Depkes RI, 2015). 5.4. Hubungan Keaktifan Mengikuti Prolanis Dengan Pencegahan Komplikasi Diabetes Militus Tipe II Hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Musfirah Ahmad, Nurwahyuni Munir (2018) dengan judul Korelasi antara pelaksanaan prolanis dengan pengendalian kadar gula darah penderita diabetes militus tipe II di Puskesmas Antang dan Pampang Kota Makassar. Prolanis dengan pencegahan komplikasi diabetes militus tipe II biasanya diet yang diberikan adalah mengatur pola makan dengan pola makan seimbang, mempertahankan berar badan ideal, agar kadar gula darah mendekati normal. Penderita komplikasi diabetes militus II dapat melakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan di Puskesmas. Pada saat ini Puskesmas mempunyai Program Pengendalian Penyakit Kronis (Prolanis) yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan untuk area fasilitas kesehatan (faskes) pertama yang bekerjasama dengan BPJS (BPJS, 2014). Senam Prolanis pada penderita komplikasi diabetes militus tipe II dengan frekuensi senam Prolanis satu kali per minggu dan tiga kali per minggu. Serta pengaruh latihan zumba pada peserta program Prolanis terhadap kadar hemoglobin dengan hasil terjadi penurunan kadar hemoglobin setelah melakukan latihan zumba selama dua minggu Dengan adanya prolanis dapat mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal, peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas tingkat pertama memiliki

5.3. Pencegahan Komplikasi Diabetes Militus Tipe II Diabetes mellitus tipe II pankreas tidak bisa sama sekali menghasilkan insulin, diabetes mellitus tipe 2 pun menyerang semua organ tubuh yang dapat menyebabkan berbagai macam keluhan (Novita, 2012). Diabetes Tipe 2 merupakan tipe yang sering dijumpai yaitu sekitar 90 % dari jumlah penderita diabetes militus. Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan karena penurunan

4

hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap komplikasi penyakit diabetes militus tipe II, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit komplikasi tersebut (Sari, 2012). Menurut Green & Kreuter (2010), aktivitas klub merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta Prolanis dengan aktivitas fisik. Dengan adanya kebiasaan, model dan dukungan dari lingkungan dalam hal ini fasilitas pelayanan kesehatan maka akan membentuk perilaku positif dan penderita diabetes militus tipe II yang dimaksudkan adalah kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan,dan aktivitas fisik yang rutin, serta konsultasi medis dan semua itu bisa diperoleh jika peserta aktif dalam mengikuti kegiatan Prolanis.

http://penyakitdalam.konsensuspengelolaaln-dan-pencegahan-diabetsmelitus-tipe-2-di-indonesia Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Putro & Suprihatin. (2012).Hubungan Indeks Glikemik Asupan Makanan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo. Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu Gizi , Fakultas Kesehatan Masyarakat. Makassar: Universitas Hasanuddin

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara keaktifan mengikuti prolanis dengan pencegahan komplikasi diabetes millitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Gunug Tua Kecanatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2018. Disarankan kepada petugas kesehatan puskesmas gunung tua agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengikuti prolanis dengan memberikan penyuluhan dan promosi tentang Prolanis khususnya kepada penderita diabetes millitus Tipe II.

Riset Kesehatan Dasar Tahun. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2013. Jakarta: Riskesdas Riyadi & Sukarmin. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu

DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sari, R, N. (2012). Diabetes Militus (Dilengkapi Dengan Senam DM). Yogyakarta: Medika Book

BPJS. (2014). Panduan klinis prolanis DM tipe 2 BPJS kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan

Suardiman, Siti P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Depkes RI. (2015). Hasil Riskesdas Tahun 2013. Diperoleh tanggal 15 Januari 2017, dari http// www. depkes.go id

Suiraoka. (2015). Penyakit Yogyakarta: Nuha Medika

Hidayat, R. (2008). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Degeneratif.

Wawan dan Dewi. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

IDF. (2015). Atlas diabetes seventh edition 2015. Vancouver. International Diabetes Federation INFODATIN. (2014). Situasi dan analisis diabetes. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Konsensus. (2011). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Diperoleh tanggal 11 Januari 2017, dari

5

6

Related Documents

Efrida Jurnal.docx
November 2019 6

More Documents from "Efridasari10"

Feb.docx
November 2019 11
Des Lpd Tb Paru.docx
November 2019 19
Efrida Jurnal.docx
November 2019 6
Uraian Tugas Efi.docx
November 2019 19