Ed50.docx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ed50.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,637
  • Pages: 15
MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOLOGI “Menentukan ED50( Effective Dose) Diazepam Pada Tikus”

DOSEN PEMBIMBING: Dr. dr. Fathiyah Safithri, M.Kes

DISUSUN OLEH: Ilfi Alfiani Alfitra Salsabillah Putri F Muhammad Haris Firdausi Aviva Martha Tilana Waldiyansyah Rizkyfi Makky Vini Da’watu Al Haqq AS Cerelia Iftina Nugroho Achmad Rivaldy Ibrahim M. Alwan Al Khawarizmi Rifita Rahma Virawati Seftiana Khaerun Nisa

(201810330311079) (201810330311076) (201810330311089) (201810330311107) (201810330311098) (201810330311037) (201810330311025) (201810330311067) (201810330311071) (201810330311125) (201810330311059)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada penguasa seluruh alam semesta dan isinya Allah SWT, yang telah memberikan nikmat, karunia serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah laporan praktikum farmakologi dengan baik. Makalah ini disusun untuk membantu pengembangan pemahaman pembaca terhadap mulai kerja dan respon pada obat Diazepam yang diberikan secara intraperitonial, dan juga untuk menyelesaikan tugas praktikum farmakologi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr.dr. Fathiyah Safitri, M.Kes selaku dosen pembimbing praktikum farmakologi Universitas Muhammadiyah Malang, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak

Malang, 16 Desember 2018

Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................................i Daftar Isi ................................................................................................................ii Bab I Pendahuluan ................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2 1.3 Tujuan ...................................................................................................2 1.4 Manfaat..................................................................................................2 Bab II 2.1 Landasan Teori.....................................................................................3 Bab III Pembahasan................................................................................................5 3.1 Alat.........................................................................................................5 3.2 Bahan..................................................................................................... 5 3.3 Prosedur Kerja........................................................................................5 3.4 Hasil Penelitian………………………………………………….......…6 Bab IV Penutup.......................................................................................................12 4.1 Kesimpulan...........................................................................................12 4.2 Saran.......................................................................................................12 Daftar Pustaka...........................................................................................................12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Obat dalam bahasa Inggris disebut drug yang berasal dari bahasa Perancis droque yang berarti “rempah kering”. Dari segi farmakologi obat didefinisikan sebagai substansi yang digunakan untuk pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit pada manusia maupun binatang. Menurut SK MenKes No.125/Kaab/B.VII/71 tgl. 9 Juni 1971, yang dimaksud dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia. Dalam farmakologi, proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses farmakokineik ialah absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, sesuatu obat harus terdapat dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Essential List of Medicines edisi 19. Namun tidak semua golongan benzodiazepin termasuk dalam obat essensial. Terdapat tiga senyawa benzodiazepin yang termasuk esensial yaitu diazepam, lorazepam, dan midazolam (WHO,2015) Diazepam merupakan obat dari golongan benzodiazepin. Hampir semua efek dari golongan obat ini merupakan hasil kerja pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Hanya dua efek yang merupakan kerja golongan pada jaringan perifer yaitu vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi secara IV, dan blokade neuromuscular yang terjadi pada pemberian dosis tinggi. Diazepam pemberian secara interperitonial digunakan untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% atau separuh dari jumlah yang diamati. ED50 ( Effective Dose 50 ) adalah dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu. Pemberian diazepam secara intraperitonial digunakan untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individu atau separuh dari jumlah individu yang di amati member respon tidur. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh onset of action (mula kerja) dari perubahan perilaku?

2. Bagaimana penentuan ED50 (dosis tidur) dari data seluruh kelas (6 Kelompok)? 3. Bagaimana grafik kurva dosis-efek dengan menggunakan persamaan regresi y = ax + b dalam ED50? 1.3 Tujuan Mengetahui pengaruh pemberian dosis diazepam yang berbeda pada perubahan perilaku tikus pertama, kedua, dan ketiga secara intraperitonial.

1.4 Manfaat

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu memperhitungkan dosis obat yang tepat agar terjadi respon. Serta mengetahui pengaruh pemberian dosis yang berbeda terhadap perubahan tingkah laku pada tikus pertama, kedua, dan ketiga secara intraperitonial.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. ED50 ED50 ( Effective Dose 50 ) adalah dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu. 2.2. Intraperitoneal Injeksi intraperitoneal atau injeksi IP merupakan cara pemberian obat dengan menyuntikan zat ke dalam peritoneum (rongga tubuh). Injeksi IP lebih sering diterapkan pada hewan daripada manusia. Secara umum, penggunaannya dianjurkan ketika sejumlah besar cairan pengganti darah yang diperlukan berkurang, atau ketika tekanan darah rendah atau masalah lain yang menyebabkan pembuluh darah tidak cocok untuk injeksi intravena. Pada hewan, injeksi IP digunakan terutama dalam pengobatan dan pengujian untuk pemberian obat sistemik dan cairan karena kemudahan administrasi dibandingkan dengan metode parenteral lainnya. Pada manusia, metode ini banyak digunakan untuk mengelola obat kemoterapi untuk mengobati beberapa jenis kanker, kanker ovarium tertentu. Meskipun kontroversial, penggunaan khusus ini telah direkomendasikan sebagai standar perawatan. Cara ini banyak dilakukan di laboratorium tetapi jarang dipakai di klinik karena adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneum. 2.3. Diazepam

Diazepam merupakan obat dari golongan benzodiazepine yang berkhasiat sebagai sedatif dan terutama digunakan sebagai antiansietas. Sedatif berfungsi menurunkan aktifitas mengurangai ketegangan dan keresahan, serta menenangkan penggunanya. Golongan benzodiazepine dapat menekan system saraf pusat dengan khasiat sedative dan hipnotisnya. Jika penggunaannya terus menerus untuk jangka lama (lebih dari 2-4 minggu) dapat menimbulkan kebiasaan serta ketergantungan fisik dan psikis. Pada sebagian penderita (dengan kebiasaan penyalah gunaan obat), penggunaan benzodiazepine dapat menimbulkan ketergantungan obat. Oleh karena itu, di beberapa negara semua senyawa benzodiazepine dimasukan kedalam undang undang narkotik (Opium Wet)

Disamping itu diazepam

juga berdaya sebagai anti konvusif. Berdasarkan khasiat ini diazepam di gunakan untuk epilepsi. Diazepam dapat menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang di sertai

nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesic. Efek yang lazim untuk diazepam yakni, mengantuk pusing dan kelemahan otot. Sedangkan efek samping berat dan berbahaya yang menyertai penggunaan diazepam yaitu dapat terjadi depresi napas sampai henti nafas, hipotensi dan henti jantung.

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Alat 1. Kain 2. Spuit 3. Kasa 4. Klem 5. Kandang tikus 6. Kapas 3.2. Bahan 1. Tikus putih 3 ekor I. 183 g II. 152 g III. 146 g 2. Diazepam (dosis 5 mg/kgBB, 7,5 mg/kgBB, 15 mg/kgBB) 3. Alkohol

3.3 Prosedur Kerja 1. Bersihkan permukaan abdomen tikus dengan kapas alkohol, 2. Suntikkan pada masing-masing tikus: Diazepam dengan dosis 5mg/kgBB, 7,5mg/kgBB, dan 15mg/kgBB secara intraperitonial Dosis : Diazepam : 2mL/10mg = 1mL/5mg Tikus I : 183 g = 0,183 Kg

Tikus II : 152 g = 0,152Kg

0,183 x 5ml = 0,915 mg

0,152 x 7,5ml = 1,14 mg

1 𝑥 = = 0,183 𝑚𝑙 5 0,915

1 𝑥 = = 0,228 𝑚𝑙 5 1,14

Tikus III : 146 g = 0,146Kg 0,146 x 15ml = 2,19 mg 1 𝑥 = = 0,438 𝑚𝑙 5 2,19

3. Amati perubahan perilaku tikus (seperti yang tertera pada lembar pengamatan) dengan seksama.

3.4 Hasil Penelitian MEN IT

NOMOR EXPERI MEN

POST UR TUBU H

AKTIVI TAS MOTOR

ATAK SIA

RIGHTI NG REFLE

TES KASA

ANALG ESIA

PTO SIS

5

1 2 3

+++ +++ +++

+++ ++++ ++++

+++ +++ +++

+ + +++

++++ ++++ ++++

+ ++ ++

+ + +

10

1 2 3

+++ +++ +++

+++ ++++ ++++

+++ +++ +++

+ + +++

++++ +++ ++++

++ ++ ++

+ + ++

15

1 2 3 1 2 3

+++ +++ +++ ++ ++ +++

+++ ++++ ++++ ++ ++++ ++++

+++ +++ +++ +++ +++ +++

+ + +++ + + +++

++++ ++ ++++ ++ ++ ++++

++ ++ ++ + + ++

+ + ++ + + ++

1 2 3

+ + ++

++ ++++ ++++

+++ +++ +++

+ + +++

++ + ++++

+ + ++

+ + +++

30

60

Keterangan : 1. Postur Tubuh +

= Jaga

= Kepala dan punggung tegak

++

= Ngantuk

= Kepala tegak, punggung mulai datar

+ + + = Tidur

= Kepala dan punggung datar

2. Aktivitas Motorik +

= Gerak spontan

++

= Gerak spontan bila dipegang

+++

= Gerak menurun saat dipegang

3. Antaxia +

= Inkoordinasi terlihat jarang-jarang

++

= Inkoordinasi jelas terlihat

MA TI

+++

= Tidak dapat berjalan lurus

4. Righting Refleks +

= Diam pada satu posisi miring

++

= Diam pada dua posisi miring

+++

= Diam pada waktu terlentang

5. Test Kasa +

= Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang

++

= Jatuh apabila kasa dibalik

+++

= Jatuh apabila kasa 90°

++++

= Jatuh apabila kasa 45°

6. Analgesia +

= Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit

++

= Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit

7. Ptosis +

= Ptosis kurang dari 1/2

++

= 1/2

+++

= seluruh palpebra tertutup

Dicatat causa kematian respirasi atau cardio arrest

1. Prinsip Kerja diazepam  Prinsip kerja obat pada reseptor Prinsip kerja utama diazepam yaitu inhibisi neuron dengan asam gamma aminobitirat (GABA)sebagai mediator pada SSP. Kerja benzodiazepin sebagian besar efeknya muncul melalui interaksinya dengan reseptor neurotransmitter inhibitori yang langsung diaktivasi oleh GABA. Reseptor GABA dibagi menjadi dua subtype reseptor yang terdapat di membrane, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA bertanggung jawab atas sebagian besar neurotransmisi inhibitori SSP. Sebaliknya reseptor GABAB metabotropik dipasangkan pada mekanisme transduksi sinyalnya oleh protein G. Benzodiazepin dan analog GABA berikatan pada tempatnya masing-masing pada membrane otak dengan afinitas nanomolar.

Benzodiazepin memodulasi ikatan GABA dan GABA mengubah ikatan benzodiazepine secara alosterik.

 Mekanisme sinyal transduksi Diazepam s.d. timbul efek tidur 2. Efek pemberian diazepam  Postur tubuh dan seterusnya (sesuaikah dengan teori) Postur Tubuh o Test ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran dari hewan coba (tikus). Pada tikus pertama dosis yang diberikan adalah 0,183mg/kg BB yang dimulai dari menit ke-5 sampai menit ke-30 menunjukkan posisi tidur dan mulai mengantuk pada menit ke 30 dan akhirnya terjaga pada menit ke-60. Sedangkan pada tikus kedua dosis yang diberikan adalah 0,228mg/kg BB yang dimulai dari menit ke-5 sampai menit ke-60 menunjukkan posisi tidur dan mulai mengantuk pada menit ke 30 dan akhirnya terjaga pada menit ke-60. Pada tikus ketiga dosisi yang diberikan yaitu sebanyak 0,483mg/kg BB yang dimulai dari menit ke-5 sampai menit ke-60 hanya menunjukkan bahwa tikus berada pada posisi tidur. Aktivitas Motor o Test aktivitas motorik ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan hewan coba dalam merespon suatu rangsangan. Pada tikus pertama, dari menit ke-5 sampai menit ke-60 menunjukkan adanya suatu aktivitas motorik berupa gerakan menurun dan gerakan spontan pada 30 menit terakhir. Pada tikus kedua, dari menit ke-5 sampai menit ke-60 tidak menunjukkan adanya perubahan motorik. Sama seperti pada tikus kedua, pada tikus ketiga selama menit ke-5 sampai menit ke-60 tidak menunjukkan adanya perubahan motorik Ataksia o Test ketiga ini bertujuan untuk melihat gerakan berjalan yang inkoordinasi. Pada semua tikus tidak dapat berjalan secara koordinasi dari menit ke-5 sampai menit ke-60. Righting Reflex o Righting refleks ini bertujuan untuk melihat gerak refleks tubuh dari tikus apabila dimiringkan baik secara telentang maupun miring. Pada tikus pertama dan tikus kedua dari awal pemberian diazepam hingga menit ke-60 masing-

masing tikus memperlihatkan refleks berupa diam pada satu posisi miring. Sedangkan pada tikus ke tiga memberikan efek diam pada posisi telentang. Tes Kasa o tes ini bertujuan untuk melihat gerak refleks hewan coba saat diletakan pada bidang yang miring atau terbalik. Hewan coba pertama sudah tidak menunjukkan gerak refleks pada saat ditempatkan pada bidang miring denagan posisi kasa 45 derajat dari menit ke-5 sampai dengan menit ke-15 dan tidak jatuh dari kasa yang terbalik saat menit ke-30 sampai dengan menit ke60. Hewan coba kedua juga sudah tidak menunjukkan gerak refleks pada menit ke-5 saat posisi kassa miring 45 derajat, menit ke10 sampai menit ke-15 jatuh pada posisi kasa miring 90 derajat, dan pada menit ke-30 jatuh saat kasa terbalik lalu pada menit ke-60 hewan coba sudah tidak jatuh walau kasa terbalik sepenuhnya. Sedangkan untuk hewan coba ketiga jatuh saat posisi kasa miring 45 derajat pada menit ke-5 sampai dengan menit ke-30, dan pada menit ke-60 jatuh saat posisi kasa terbalik. Analgesia o Tes ini bertujuan untuk melihat efek pemberian obat diazepam pada hewan coba. Hewan coba pertama merespon ada rasa nyeri pada menit ke-5 Lalu pada menit ke-10 sampai dengan menit ke-15 hewan coba sudah tidak merespon terhadap nyeri yang diberikan, lalu pada menit ke-30 sampai menit ke-60 respon hewan coba terhadap nyeri kembali berkurang. Pada hewan coba kedua tidak memberikan respon nyeris dari menit ke-5 sampai degngan menit ke-15, memasuki menit ke-30 sampai dengan menit ke-60 respon hewan coba berkurang saat kaki dijepit. Sedangkan pada hewan coba ketiga pada saat menit ke-5 sampai menit ke-30 tidak memberikan respon nyeri, lalu saat menit ke-60 efek obat mulai berkurang pada hewan coba ketiga. Ptosis o Tes ini bertujuan untuk melihat palpebra hewan coba saat obat mulai bereaksi. Hewan coba pertama dari menit ke-5 sampai dengan menit ke-60 ptosis kurang dari setengah. Pada hewan coba kedua juga ptosis kurang dari setengah dari menit ke-5 sampai menit ke-60. Sedangkan pada hewan coba katiga ptosis kirang dari setengah pada menit ke-5, lalu menutup setengah pada menit ke-10 sampai menit ke-30 setelah itu kembali lagi ptosis kurang dari setengah pada menit ke-60.

 Faktor-faktor yang menyebabkan efek bervariasi antar indvidu 3. Penentuan ED 50 diazepam  Hasil praktikum

Dosis 5 mg/kgBB 7,5 mg/kgBB 15 mg/kgBB

Kelompok 9 10

11

12

% efek

-

-

-

16,7

-

+

-

+

50

+

+

+

+

100

7

8

-

+

-

-

+

+

+

Dosis % Efek Diazepam 100 80 60 40

20 0 dosis 5 mg/kg BB

dosis 7,5 mg/kg BB

dosis 15 mg/kg BB

16.7

50

100

Dosis % Efek

y = ax + b y1 = 16,7 ; x1 = 5 ; y2 = 50 ; x2 = 7,5 ; y3 = 100 ; x3 = 15 ; y1 = ax1 + b y2 = ax2 + b

16,7 50 33,3 A

= 5a + b = 7,5a + b = 2,5a = 13,32

y2 = ax2 + b

50 50 50

= 7,5a + b = 7,5 (13,32) + b = 99,9 +b

b

= -49,9

untuk menentukan ED50 maka : y = 50 ; a = 13,32 ; b = -49,9 y = ax + b 50 = 13,32x – 49,9 99,9 = 13.32x x = 7,5 Jadi dosis yang dibutuhkan untuk mencapai ED 50 pada pemberian diazepam adalah 7,5 mg/kgBB

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , diketahui bahwa pada pemberian diazepam dengan dosis 5 mg/kgBB (I) menimbulkan efek pada 16,7 % polulasi. Sementara itu pada pemberian diazepam dengan dosis 7,5 mg/kgBB (II) menimbukan efek pada 50 % populasi dan pada dosis 15 mg/kgBB (III) menimbulkan efek pada 100% populasi. Pemberian diazepam dengan dosis (I) belum bisa mencapai nilai ED50, pada pemberian dosis (II) telah mencapai nilai ED50 dan pemberian dosis (III) mendapatkan hasil melampaui nilai ED50. Dari praktikum yang dilakukan dapat langsung ditemukan besar nilai ED50, tapi apabila dari hasil praktikum tidak langsung ditemukan ED50 maka dapat digunakan persamaan regresi y = ax + b seperti perhitungan di atas. Dari hasil praktikum ini dapat diketahui bahwa pada dosis diazepam sebesar 7,5 mg/kgBB telah mampu memberikan efek pada 50 % populasi. Sehingga dosis untuk mencapai ED50 untuk diazepam adalah 7,5 mg/kgBB.  Definisi ED 50, kegunaan penentuan ED 50 ED50 (effective Dose 50) adalah dosis yang menimbukkan efek terapi pada 50% individu. Pemberian Diazepam secara interperitoneal digunakan untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individu atau separuh dari jumlah individu yang diamati. Benzodiazepine meningkatkan kerja GABA di system syaraf pusat. Diazepam bekerja disemua sinaps GABAa, tetapi kerjanya dalam mengurangi spastisitas sebagai mediasi di medulla spinalis. Karena itu Diazepam dapat juga digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja, termasuk trauma otot lokal. Tetapi, obat ini menyebabkan sedasi pada dosis yang diperlukan untuk mengurangi tonus otot.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa pemberian diazepam dengan dosis 7,5 mg dan 10 mg mencapai ED50, karena pada tikus 2 dan 3 pemberian diazepam telah mempengaruhi lebih dari 50% populasi. Sedangkan pemberian diazepam dengan dosis 5 mg tidak mencapai ED50, karena hanya memberi efek pada 1/6 populasi. Maka semakin tinggi dosis, semakin tinggi pula obat mencapai ED50. 4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi UI, Terapi FK UI Edisi 6 tahun 2016 Priyanti W, N. 2016. Jurnal “Berapa Kebutuhan Diazepam untuk Memenuhi Pelayanan Kesehatan di Indonesia? Studi Kasus Konsumsi Diazepam di Indonesia”.