Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
1
Sapa Redaksi
Visi dan misi PERUM PERHUTANI
VISI Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia
MISI
1. Mengelola hutan tropis dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari bersama Masyarakat. 2. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan nilai sumberdaya hutan. 3. Mengoptimalkan manfaat hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan serta potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat (sekitar hutan). 4. Membangun sumberdaya manusia perusahaan yang bersih, berwibawa dan profesional. 5. Mendukung dan berperanserta dalam pembangunan wilayah dan perekonomian nasional.
PEMIMPIN UMUM: Dr. Ir. Transtoto Handadhari SHA, MSc. WAKIL PEMIMPIN UMUM: Drs. Sondang MH Gultom, MSc. PEMIMPIN REDAKSI / PENANGGUNG JAWAB: Ir. Audy Arthur Pattiruhu, MeD. SEKRETARIS REDAKSI: Ir. Wibowo Hadi HS, MM. DEWAN REDAKSI: Ir. Darman E Purba, Ir. Yopita Sari. REDAKTUR PELAKSANA: Marison Guciano, Henny Elevianty. DESIGN GRAFIS: T3ddy Octavin. PERWAKILAN: Ir. Dadang Ishardiyanto. (Jawa Tengah dan Yogyakarta), Ir. Murgunadi, MM (Jawa Timur), Ir. Ronald G. Suitela, M.Si, (Jawa Barat dan Banten), STAF REDAKSI: A. Soenarwoko (Foto), Idayati (Bendahara), Aristus Luhur (Data), Guritno, Nanang (Sirkulasi) KONTRIBUTOR: Bambang Sulaksano. adalah majalah bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani. Opini yang dituangkan oleh penulis dalam majalah ini tidak semuanya mencerminkan pendapat Perum Perhutani. Redaksi menerima tulisan yang sejalan dengan visi dan misi majalah ini. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal 5 halaman kwarto. Dikirim ke alamat: Gedung Manggala Wanabakti Blok VII lantai 9, Jalan Gatot Subroto Senayan Jakarta Pusat. Telp: 021 - 5721282, Fax: 021 - 5732451, atau e-mail:
[email protected], humas@ perumperhutani.com.
2
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
3
4
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
5
6
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
7
8
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
9
Laporan Utama gen Unit III tampil perkasa di cabang ini. Untuk putra, juara I dan II berhasil direbut kontingen dari Unit III sedangkan perunggu diraih Kantor Pusat. Untuk putri, medali emas berhasil direbut kontingen Unit I. Untuk medali perak dan perunggu, semuanya disabet kontingen dari Unit III. Golf yang mempertandingkan beregu dan perorangan di dilangsungkan di Merapi Golf, Cangkringan, Yogyakarta. Untuk beregu, medali emas diperoleh kontingen dari Unit II, perak diraih Unit I dan Kantor Pusat memperoleh perunggu. Untuk golf perorangan, overall best gross diraih kontingen Unit II. Overall Best Nett diraih Kantor Pusat. Best Gross A Flight, emas dan perak diraih Unit I. Perunggu diraih Unit II. Best Gross B Flight, emas dan perunggu diraih Kantor Pusat sedangkan perak diraih Unit II. Pertandingan bulutangkis dilangsungkan Lembah Hijau, Kompleks UGM Yogyakarta. Unit III berhasil memperoleh medali emas. Perak berhasil diraih kontingen Unit I dan perunggu diraih Unit II. Karaoke dan vocal group dilangsungkan di Caesar Cafe, Plasa Ambarukmo Yogyakarta. Untuk karaoke, Unit I berhasil memperoleh medali emas dan perunggu. Perak diraih kontingen Unit III. Untuk vocal group, medali emas, perak dan perunggu, masing-masing diraih Unit II, Unit I dan Unit III. Pada Porseni kali ini, Jawa Barat sebagai juara bertahan ternyata tidak dapat mempertahankan gelarnya dan harus mengakui keunggulan Jawa Tengah. Kontingen Jawa Tengah tampil sebagai juara Porseni dan berhak atas Piala Bergilir dengan mengumpulkan medali terbanyak dengan memperoleh 6 medali emas, 6 perak dan 2 perunggu. Urutan kedua ditempati Jawa Barat dengan mengumpulkan 5 medali emas, 4 perak dan 4 perunggu. Kontingen Jawa Timur menempati posisi ketiga dengan memperoleh 3 medali emas, 5 perak dan 4 perunggu. Dengan materi pemain yang terbatas, Kantor Pusat harus puas berada pada peringkat terakhir dengan perolehan 2 medali emas dan 5 perunggu. “Yang penting ikut menyemarakkan Porseni” kata salah seorang pemain Kantor Pusat.
10
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Jalan Sehat dan Lomba Khas Kehutanan Hari masih pagi, di sejumlah hotel sudah terlihat karyawan Perhutani memakai kaos putih siap menuju Graha Sabha Pramana UGM. Pukul 06.00 WIB bendera start sudah dikibarkan oleh Direktur Keuangan Cipta Purwita didampingi Ketua Panitia Miftahudin Affandi. Rute yang ditempuh adalah keliling kampus UGM dan finish kembali ke Graha Sabha Pramana. Setelah acara jalan sehat, diadakan lomba khas kehutanan terdiri dari tarik tambang, balap karung, memotong balok kayu dan membelah kayu. Suasana jadi penuh dengan gelak tawa dengan tingkah peserta yang lucu-lucu. Lomba memotong dan membelah kayu diikuti oleh Administratur atau Kepala Biro sehingga buat mereka yang tidak biasa cukup merepotkan. Menjadi juara I dalam lomba memotong dan membelah kayu ini adalah
Tardi, Kepala Biro Agraria Kantor Pusat. “Saya sampai digotong Pak Cipta, Pak Fachrodji, Pak Arthur dan Pak Heru Sis,” kata Pak Tardi gembira. Selain perlombaan juga dilaksanakan Bhakti Sosial kepada masyarakat sekitar. Dirut Perhutani sebagai Pembina Snake Hunter membuka acara bakti sosial tersebut. Banyak masyarakat yang berdatangan untuk mendapatkan pengobatan dengan serum ular. Berbagai macam penyakit konon dapat disembuhkan dengan serum tersebut. Ada yang dengan digigit ular langsung untuk tingkatan lanjutan. Ada juga penonton yang takut ketika melihat berbagai jenis ular digunakan untuk pengobatan tersebut. (Yopita sari)
Laporan Utama
Penghargaan Perhutani Yang Berprestasi, Menfasilitasi Perhutani dengan Masyarakat dan Aktif Mengkritisi Pembangunan Kehutanan Nasional Pada acara pembukaan Ratna dan Porseni 2007 di Jogyakarta, Perum Perhutani memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi. Mereka yang berprestasi dan mendapat penghargaan terdiri dari karyawan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH), Lembaga Swadaya masyarakat (LSM), dan rimbawan senior. Bagi karyawan Perum Perhutani yang berprestasi berhak mendapatkan kenaikan pangkat istimewa 1 (satu) tingkat terhitung mulai tanggal 1 Juni 2007 sebagaimana diatur dalam
Keputusan Direksi Perum Perhutani No.1951/Kpts/Dir/1998. Bagi Pekerja Pelaksana yang mendapatkan penghargaan, berhak mendapatkan peningkatan status kepegawaian dengan pangkat sesuai latar belakang yang dimiliki dengan maksimal golongan I/4 terhitung mulai 1 Juni 2007, dan bagi PKWT berhak mendapatkan peningkatan status menjadi Pekerja Pelaksana terhitung mulai 1 Juni 2007. Inilah mereka yang berprestasi, yang mendapat penghargaan:
DAFTAR KARYAWAN BERPRESTASI PERUM PERHUTANI YANG MENDAPATKAN PENGHARGAAN TAHUN 2007 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUTANI NO NAMA JABATAN 1 DEDI, S.Hut Asisten Peneliti Laboratorium Biologi Seluler 2 SUKAHARJA Kepala Urusan KBS Pinus Sempolan, Jember 3 ARIS WIBOWO, S.Hut, MP Pekerja Pelaksana
PENGHARGAAN BIDANG Peneliti tingkat Asper/KSS Peneliti tingkat Kepala Urusan Peneliti tingkat Staf Pelaksana
PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH NO NAMA JABATAN PENGHARGAAN BIDANG 1 TARWUD Mandor Tanam KPH Balapulang Tanaman Tingkat Mandor 2 SUDARNO KRPH Klanunggal KPH Pemalang Tanaman Tingkat KRPH 3 KARMIDI Asper/KBKPH Linggapada KPH Balapulang Tanaman Tingkat Asper 4 SAMIDJAN Mandor Tebang pada KPH Cepu Produksi Kayu Tingkat Mandor 5 SARDJONO KRPH Selogender KPH Randublatung Produksi Kayu Tingkat KRPH 6 TONI KUSPUJA H, S.Hut Asper/KBKPH Subah KPH Kendal Produksi Kayu Tingkat Asper 7 KARSENO Mandor Sadap KPH Banyumas Timur Produksi Non Kayu Tingkat Mandor 8 DARTAM KRPH Tambak Serang KPH Pekalongan Barat Produksi Non Kayu Tingkat KRPH 9 SULARSO Asper/KBKPH Majenang KPH Banyumas Barat Produksi Non Kayu Tingkat Asper 10 HERMAN HARSONO Mandor PHBM pada KPH Kedu Selatan PHBM Tingkat Staf 11 TOTOK RIYANTO KRPH Bangleyan KPH Randublatung PHBM Tingkat KRPH 12 AMAT KSS PHBM & Binling KPH Kendal PHBM Tingkat KSS 13 SUGIANTO Operator SS Sar KBM Industri Kayu Cepu Industri Kayu Tingkat Operator 14 ACHMAD SUYUTI Kaur KBM Industri Kayu Cepu Industri Kayu Tingkat Kaur 15 ARISNO Asman KBM Industri Kayu Cepu Industri Kayu Tingkat Asman 16 ROMDHONI Operator Scabbing PGT Winduaji KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Operator 17 JUNAEDI Kaur Produksi PGT Cimanggu KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Kaur 18 SOEGITO Asman Penjualan Dalam Negeri KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Asman 19 MUKHAMAD JAENUDIN Mandor TPK Jatirogo KBM Pemasaran Kayu II Pemasaran Tingkat Mandor 20 EKO YULI WIBOWO Kaur Hasil Hutan KBM Pemasaran Kayu I Pemasaran Tingkat Kaur 21 BN. KAHONO Asman Persediaan Kayu Kendal KBM Pemasaran Kayu I Pemasaran Tingkat Asman 22 MOCHAMAD ACHDHORI Mandor Polter KPH Kebonharjo Keamanan Tingkat Mandor 23 SUKARLAN KRPH pada KPH Kendal Keamanan Tingkat KRPH 24 ASEP RUSKANDAR, BScF Asper/KBKPH Ngandang KPH Kebonharjo Keamanan Tingkat Asper 25 RUDI PURNAMA, SE Staf Pelaksana Humas Kantor Unit Hukamas Tingkat Staf 26 A. ROMDHON, SM.HK Kaur pada KPH Pekalongan Barat Hukamas Tingkat Kaur 27 LUCKYARTO, S.Hut Asper/KBKPH Wonosobo KPH Kedu Utara Hukamas Tingkat Asper 28 BUDI SANTOSO Staf Pelaksana Ukur Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf 29 IMAM ACHMADI Operator SIGPDE Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf 30 SIDIQ SUDJATMIKO Staf Pelaksana Perisalah Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf 31 JUMILAH Juru Gambar pada Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf 32 NUGROHO Operator SISDH pada Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf 33 TULUS SUHADI Kaur Wilayah Kedu Selatan Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Kaur 34 WINARDI KSS Wilayah Surakarta Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat KSS 35 E. VERYANTO Staf Pelaksana Umum Kantor Unit Ketatausahaan Tingkat Staf 36 A. ENDANG WARSITI Kaur SDM KPH Semarang Ketatausahaan Tingkat Kaur 37 MOCH. YAF ALI KSS Sarpra & Optimalisasi Aset KPH Kedu Selatan Ketatausahaan Tingkat KSS PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR NO NAMA JABATAN 1 HERI KINANTO Mandor RPH Glundengan BKPH Wuluhan KPH Jember
PENGHARGAAN BIDANG Tanaman Tingkat Mandor
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
11
Laporan Utama 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
RIFAI KRPH Kayumas BKPH Prajekan KPH Bondowoso Tanaman Tingkat KRPH DJOKO SUDARSO Asper/KBKPH Karangan KPH Kediri Tanaman Tingkat Asper SUNTORO Mandor RPH Sumbar Kepuh BKPH Munung KPH Jombang Produksi Kayu Tingkat Mandor SARJU KRPH Tawun BKPH Bahoro KPH Jatirogo Produksi Kayu Tingkat KRPH BOB EDWARD Asper/KBKPH Dungus KPH Madiun Produksi Kayu Tingkat KRPH SUMARNO Mandor RPH Gombeng BKPH Ketapang KPH Bany.i Utara Produksi Non Kayu Tingkat Mandor SUNOTO HADI KRPH Sumberjati BKPH Sempolang KPH Jember Produksi Non Kayu Tingkat KRPH HERI ARGORO, SP Asper/KBKPH Trenggalek KPH Kediri Produksi Non Kayu Tingkat Asper SUKAMTO Mandor/TPM Pajaran KPH Saradan PHBM Tingkat Mandor SUDIYANTO KRPH Gedangan BKPH Gedangan KPH Jombang PHBM Tingkat KRPH MUHAMAD FITRI, BScF KSS PHBM & Binling KPH Bojonegoro PHBM Tingkat Asper SUPARLAN Operator PGM Jatirogo KBM Industri Kayu Gresik Industri Kayu Tingkat Operator SUJAT Kaur Produksi PGM Gresik KBM Industri Kayu Gresik Industri Kayu Tingkat Kaur MAJAR SISWANTO Asman Eksport KBM Industri Kayu Gresik Industri Kayu Tingkat Asman SARMANTO Operator PGT Sukun KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Operator HARIYANTO Kaur Produksi PMKP Sukun KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Kaur HABIB ISA ANSORI, SE Asman Penjualan KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Asman Drs. BASUKI Staf Pelaksana KBM Pemasaran Kayu II Bojonegoro Pemasaran Tingkat Staf SARIP Kep. TPK (C) Selating Jem. KBM Pem. Kayu III Probolinggo Pemasaran Tingkat Kaur IMAN SISWANTO Asman Hasil Hutan KBM Pemasaran Kayu I Madiun Pemasaran Tingkat Asman ASMIRAN Mandor Keamanan KPH Banyuwangi Selatan Keamanan Tingkat Mandor SUPRIYADI Dandur Keamanan KPH Jombang Keamanan Tingkat KRPH SUPRIYANTO Asper/KBKPH Dongko KPH Kediri Keamanan Tingkat Asper ROMI YULIANTO, SP Staf Pelaksana Humas KPH Blitar Hukamas Tingkat Staf MISADI Kaur Humas KPH Banyuwangi Utara Hukamas Tingkat Kaur DANDIT PUDYANTORO, SH KSS Agraria Biro Hukamas Unit II Jawa Timur Hukamas Tingkat KSS DRS. ANANG KUAT SANTOSO Staf Pel. Perisalah SPH II Madiun Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Staf WARIMAN Staf Pelaksana Juru Ukur Biro Perencanaan SDM Perencanaan Tingkat Staf MARNI Staf Pelaksana Operator SIGPDE Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Staf PUDJIYATNO Staf Pel. Operator SISDH SPH I Bojonegoro Biro Per. SDH Perencanaan Tingkat Staf HARI PURWANTO, SE Staf Pelaksana Juru Gambar Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Staf NGA’AT Kaur Perencanaan SPH III Jombang Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Kaur UTOMO KSS Perencanaan SPH I Bojonegoro Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat KSS ANIKE KARTIKA, SE Staf Pelaksana Akuntansi Biro Keuangan Ketatausahaan Tingkat Staf R. PRASETYO EDI WICAKSONO Kaur Keuangan KBM Pemasaran II Bojonegoro Ketatausahaan Tingkat Kaur SUPARDI KSS Kerumahtanggan Biro SDM dan Umum Ketatausahaan Tingkat KSS
PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN 1 WARTONI Asper/KBKPH Ciledug KPH Kuningan Tanaman Tingkat Asper 2 OKIM KRPH Cijangkar BKPH Cipeundeuy KPH Purwakarta Tanaman Tingkat KRPH 3 ENDU Man. Tanam RPH Gadung BKPH Banjar Utara KPH Ciamis Tanaman Tingkat Mandor 4 H. BUNYAMIN Asper/KBKPH Sagaranten KPH Sukabumi Produksi Kayu Tingkat Asper 5 CUCU SUHENDAR KRPH Gadung BKPH Banjar Utara KPH Ciamis Produksi Kayu Tingkat KRPH 6 HARIDIN Man. Tebang RPH Gadung BKPH Banjar Utara KPH Ciamis Produksi Kayu Tingkat Mandor 7 CECEP MAHPUDIN Asper/ KBKPH Ciamis KPH Ciamis Produksi Non Kayu Tingkat Asper 8 SUHLI KRPH Lembang/ BKPH Lembang KPH Bandung Utara Produksi Non Kayu Tingkat KRPH 9 ACA SUJANA Man. Sadap RPH Rc Kalong BKPH Manglayang Tim. KPH Sum. Produksi Non Kayu Tingkat Mandor 10 AHMAD FAUZAN KSS PHBM KPH Kuningan PHBM Tingkat KSS 11 DODOY SUWANDI KRPH Gonggang Selatan KPH Sukabumi PHBM Tingkat KRPH Man. PHBM RPH Pangalengan BKPH Pangalengan KPH Band. Sel. PHBM Tingkat Mandor 12 RUKIMAN 13 Ir. ISNIN MUHAROM Asman PGT dan KOPAL pada KBM Industri Pemasaran Tingkat Asman 14 ADE SUKENDAR Kaur Pelayanan Sukabumi & Bogor KBM Pemasaran Kayu Pemasaran Tingkat Kaur 15 SYARIF HIDAYAT Staf Obyek Wisata Cilember Pemasaran Tingkat Staf 16 RAHMAT, BSCF Asper/ KBKPH Telukjambe KPH Purwakarta Keamanan Tingkat Asper 17 ACENG MAS’UD KRPH Cicapar BKPH Banjar Selatan KPH Ciamis Keamanan Tingkat KRPH 18 ERYANTO Man. Jatimunggul Selatan SKPH Jatimunggul KPH Indramayu Keamanan Tingkat Mandor 19 DADANG SUPARMAN KSS Dokumen dan Informasi Hukamas Tingkat KSS 20 SUMARNA Kaur Humas KPH Cianjur Hukamas Tingkat Kaur 21 BUDHI TRIANA Staf Humas dan Informasi Hukamas Tingkat Staf 22 NANANG HILMAN KSS Wilayah IV Cirebon Perencanaan Tingkat KSS 23 AGUS HERYANTO Kaur SIGPDE SPP dan PPH Perencanaan Tingkat Kaur 24 AHMAD MEMED Staf Tehnik SPH I Bogor Perencanaan Tingkat Staf 25 DARSONO Staf Ukur SPP dan PPH Perencanaan Tingkat Staf 26 MUNGYATNO Staf/ Operator SIGPDE SPP dan PPH Perencanaan Tingkat Staf 27 ITA ROSITA Staf/ Operator SISDH SPH I Bogor Perencanaan Tingkat Staf 28 KUNDANG Staf Gambar dan PPH Perencanaan Tingkat Staf 29 PUJI PRIYONO KTU pada KPH Purwakarta Ketatausahaan Tingkat KSS 30 DAYAT KOSWARA Kaur Instalasi Ketatausahaan Tingkat Kaur 31 NANA CAHRUNA Staf Perlengkapan/ Barang dan Jasa Ketatausahaan Tingkat Staf 32 M. EDWIN H KSS PHBM KPH Bandung Selatan PHBM Tingkat KSS 33 ITA Mandor Sukadanda KPH Sumedang PHBM Tingkat Mandor 34 SUPARYO KSS Pengadaan SDM Ketatausahaan Tingkat KSS
12
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Laporan Utama Penghargaan kepada Lembaga Masyarakat Desa Hutan dalam mengimplementasikan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai berikut : · Sinardi, LMDH Wana Tani Makmur, Unit I Jawa Tengah. · Suparno, LMDH Argomulyo, Unit II Jawa Timar. · Dadung, LMDH Sukamanah, Bandung Selatan, Unit III Jawa Barat& Banten. Penghargaan kepada Lembaga / Organisasi yang telah berperan aktif membantu Perhutani memfasilitasi masyarakat dalam proses pengelolaan Sumberdaya Hutan sebagai berikut : 1. Dr. Ir. San Afri Awang, MSc., Direktur Pusat Kajian Hutan Rakyat Universitas Gajah Mada. 2. Ir. Indro Tjahjono, Koordinator LSM SKEPHI. 3. Elfian Efendi, Direktur Eksekutif LSM Greennomics. 4. Drs. Wawan Setiawan, Advisor PHBM, Unit III Jawa Barat & Banten. 5. Ir. Dudi Kurniadi, LSM Kembara Tani, Unit II Jawa Timur Rimbawan Senior Perum Perhutani yang mendapat penghargaa atas jasa-jasanya: · Ir. Djamaludin Suryohadikusumo penghargaan dalam bidang Pembinaan Kelembagaan Perum Perhutani. · Prof. Ir. Soekiman Atmosoedarjo (Alm) penghargaan dalam bidang perintis prosperity approach (pendekatan kesejahteraan). · Ir. Hartono Wirjodarmodjo, MA penghargaan dalam bidang Pemuliaan Jati di Perum Perhutani. Penghargaan kepada Sdri. Dra. SOESIJATI jabatan Kepala Seksi Perpajakan pada Kantor Pusat Perum Perhutani, atas prestasi kerjanya melakukan restitusi uang pajak Perum Perhutani.
PELATIHAN PHBM BAGI LMDH • Biaya per orang Rp 1,7 juta (Perhutani) / Rp. 1,9 juta (Non Perhutani) • Peserta per kelas 25 - 30 orang dengan durasi 4 hari efektif (48 jam pelajaran) • Tempat Pusdiklat SDM Perum Perhutani
Pelatihan PHBM bagi LMDH ditujukan untuk Pengelola Hutan (Mandor Perhutani), Anggota LMDH maupun Petugas Pengelola Hutan.
Hubungi : Pusdiklat SDM Perum Perhutani Jl. Rimba Mulya No. 11 Madiun Contact Person : Seksi Perencanaan & Assessment; ext. 22
Telp / Fax : (0351) 453094 / (0351) 453093
PEMASANGAN IKLAN DI Majalah Duta Rimba Iklan memuat jenis produk dan alamat atau kontak person. Lebih baik lagi bila disertai harga dan stok barang Selain barang dapat ditawarkan bermacam-macam bentuk kerja sama dengan pihak eksternal. Iklan dikirim ke Biro Humas Kantor Pusat via email atau faximile. Fax : 021 - 5733616 Email :
[email protected] *) Berlaku untuk PT. PAK, PT. PALAWI, Seluruh KPH dan KBM Perum Perhutani, Pusdiklat SDM Cepu.
Madiun, Puslitbang
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
13
Laporan Utama
Fieldtrip Perum Perhutani Dari Agroforestry, Porang, hingga Jati Plus Bagi sebagian peserta, fieldtrip pada 12-13 Mei 2007 terasa sangat berkesan. Acara yang mengawali Ratna dan Porseni yang dimulai dari Surabaya dan berakhir di Jogjakarta tersebut telah membawa mereka melintasi batas-batas ruang dan waktu. Ketika masih muda, gagah, dan berani, puluhan tahun lalu, mereka berada di tempat yang sama, di tempat yang kini mereka singgahi.
kepada masyarakat pada 2006 sebesar Rp. 134 miliar yang berasal dari komoditas tanaman palawija, seperti jagung, kacang tanah, dan ketela pohon. Keberhasilan KPH Kediri dalam mengelola hutan, diakui Soewarno, tak terlepas dari dukungan pihak eksternal. Salah satu bentuk dukungan diberikan Bupati Kediri dengan mengeluarkan kebijakan pemberian bonus dalam bentuk uang sebesar Rp 1 juta kepada polisi yang berhasil menangkap para pencuri kayu. Selain dari Bupati Kediri, dukungan juga datang dari kabupaten tetangga, seperti Kabupaten Nganjuk, Tulungagung, dan Trenggalek.
Oleh Darman Efendi Purba dan Marison Guciano Raut muka haru nampak jelas pada mantan orang-orang nomor satu di Perum Perhutani, seperti Wardono Saleh, Hendarsun, dan Abas TS, yang kehadirannya masing-masing didampingi istri. Hadir pula mantan Menteri Kehutanan Sumohadi beserta istri dan tokoh-tokoh lembaga swadaya masyarakat seperti Indro Tjahyono dan San Afri Awang. Sejak keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, kehadiran para sesepuh kehutanan tersebut disambut hangat oleh Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari. Dirut bahkan memilih untuk duduk bersama-sama mereka dan peserta fieldtrip lainnya di kelas ekonomi dalam penerbangan Jakarta-Surabaya. Di Bandara Juanda Surabaya, Dirut dalam sambutannya mengatakan sangat membutuhkan nasehat-nasehat para sesepuh kehutanan untuk terus memperbaiki kinerja perusahaan yang dipimpinnya. Maka, kata Dirut, bila dalam fieldtrip nanti terlihat kelemahan implementasi dari berbagai program Perhutani, ia sangat berharap diberi tahu dan diberi masukan yang membangun.
Agroforestry
Dari Surabaya, bus yang membawa rombongan meluncur ke Kediri menuju petak 130 RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri. Di sana, rombongan melihat-lihat agroforestry. Di bawah tegakan pohon sengon yang berdiri
14
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
kokoh tinggi menjulang, tumbuh subur tanaman nanas. Menurut mantan Administratur KPH Kediri yang kini menjabat Kepala Biro Pembinaan dan Konservasi Sumberdaya Hutan Unit I Soewarno, tanaman nanas yang tumbuh dibawah tegakan pohon sengon tersebut telah beberapa kali dipanen masyarakat. Nanas tersebut sebagian di jual langsung ke pasaran dan sebagian lagi diolah menjadi jus nanas dan dijual dalam bentuk kemasan. Menurut Soewarno, saat ini KPH Kediri telah menandatangani kerjasama PHBM dengan 189 LMDH dari 214 desa sekitar hutan. Sisanya, ia berharap dapat rampung tahun ini. Pada 2006, KPH Kediri telah menyerahkan sharing produksi getah pinus sebesar Rp. 450 juta dan sharing produksi kayu sebesar Rp. 11 juta pada beberapa LMDH. Sedangkan sumbangan pangan yang diberikan KPH Kediri
Porang
Usai istirahat dan makan siang di Kediri, rombongan menuju pendopo Kabupaten Nganjuk. Di pendopo, rombongan disambut Bupati Nganjuk Siti Nurhajati dan Administratur KPH Nganjuk Oscar Salmon Maukar. Di pendopo, diperlihatkan beberapa penghargaan yang diterima LMDH Argomulyo dari Nganjuk, diantaranya penghargaan Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat CBFM Award dari Menteri Kehutanan. Selain penghargaan, Bupati juga menjelaskan pengembangan tanaman porang yang sekarang sedang diintensifkan di Nganjuk. Budidaya porang, kata Bupati, tidak membutuhkan biaya yang besar, hanya kurang lebih Rp. 2 juta per hektarnya. Pada tahun kedua, umbi porang yang ditanam sudah bisa dipanen tanpa memerlukan perawatan
Laporan Utama khusus. Dikatakan Bupati, permintaan porang saat ini cukup tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri. Didalam negeri, porang dari Jombang dipasarkan ke PT. Agro Alam Raya di Jombang dan PT. Ambiko di Pasuruan, Jawa Timur. Sedangkan dari luar negeri, permintaan datang dari Jepang, Taiwan, Korea, dan beberapa negara di Eropa. Porang yang sekarang sedang intensif dikembangkan di Nganjuk dimanfaatkan untuk bahan lem pesawat, jeli, mie, tahu, perekat tablet, pembungkus kapsul, penguat kertas, dan lainlainnya. Dalam kesempatan ini, Bupati Nganjuk berkali-kali menyatakan terima kasih kepada Perhutani atas bantuannya menyejahterakan masyarakat sekitar hutan.
Pertukaran siswa
Dari Pendopo Kabupaten Nganjuk, rombongan menuju Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Perhutani di Madiun dan bermalam di sana. Di Pusdiklat, rombongan diterima Kepala Pusdiklat Sadhardjo Siswamartana yang kini menjabat KSPI. Usai makan malam, Sadhardjo mengungkapkan bahwa Pusdiklat Perhutani kini tidak lagi menjadi cost center, tetapi profit center. Kemajuan Pusdiklat tersebut tercapai berkat kemampuan menjual program dan mengembangkan kerjasama dengan semua pihak. Dirut mengarahkan, kedepan, kerjasama Pusdiklat diharapkan tidak hanya dengan lembaga dari dalam negeri, tetapi diperluas hingga ke luar negeri. Salah satu bentuk kerjasama luar negeri yang diharapkannya adalah melakukan pertukaran siswa.
Pegawai Puslitbang Cepu sedang menjelaskan Tahapan Mikropropagasi Tanaman dalam kegiatan fieldtrip
JPP
Pagi harinya, pukul 07.00 WIB, dari Madiun rombongan bertolak menuju Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hutan (Puslitbang SDH) Cepu. Kepala Puslitbang SDH Soedarsono dalam presentasinya mengatakan, Jati Plus Perhutani (JPP) yang merupakan temuan terbesar Puslitbang mampu tumbuh tiga kali lebih cepat dari jati biasa. Kesimpulan tersebut didapat melalui uji klon unggulan di Petak 40a, RPH Klapanunggal, BKPH Bantarsari, KPH Pemalang. Penelitian menunjukkan, pada umur 3 tahun, JPP telah berdiamater rata-rata 14 cm dan tinggi rata-rata 15 meter dengan kondisi pertumbuhannya merata. Sedangkan tegakan jati dari APB sendiri tingkat kesuburannya (bonita) pada umur 10 tahun baru mencapai 5,5 ke atas dengan diameter 16,6 cm dan tinggi 13,6 m. Dengan demikian, tanaman JPP pada umur 3 tahun telah mampu mencapai diameter dan tinggi yang setara dengan jati APB umur 10 tahun. Tanaman JPP yang diuji cobakan tersebut adalah tanaman tahun 2003 yang ditanam pada Februari 2004 lalu. Selain mempresentasikan keunggulan JPP, rombongan juga diajak untuk melihat jutaan bibit JPP. Dijelaskan Soedarsono, produksi bibit Puslitbang Cepu sebesar 3 juta bibit per tahun. Direncanakan, Puslitbang akan membangun kebun pangkas JPP di beberapa tempat dari hasil pengembangan kultur jaringan. Dari Puslitbang, perjalanan dilanjutkan menuju Pasar Sore dan Monumen Jati Alam di KPH Kediri. Di Pasar Sore, rombongan dibuat tertawa sejenak oleh ulah Petruk dan Gareng dalam pertunjukan gamelan tradisional Cepu sebelum melihat-lihat hasil tanaman JPP di petak 61, RPH Sidolaju, BKPH Kd. Galar, KPH Ngawi. Ketika acara di KPH Ngawi usai, maka usai pula fieldtrip 1213 Mei 2007. Di suatu kesempatan, mantan Menteri Kehutanan Sumohadi mengatakan, “Saya yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan dukungan Pemda Perhutani mampu mewujudkan
Mantan Menteri Kehutanan Sumohadi bernyanyi di sela-sela fieldtrip: “Saya yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan dukungan Pemda Perhutani mampu mewujudkan tekad dan program-programnya yang baik”.
Direktur Keuangan Tjipta Purwita (kiri) sedang mengukur diameter pohon JPP
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
15
Wawancara
Dodit Artanto Dari Rugi Menjadi Untung Ketika dilantik menjadi Direktur Utama PT Perhutani Anugerah Kimia (PT PAK) beberapa waktu lalu, Dodit Artanto, dengan semangat tinggi bertekad mengubah neraca keuangan PT PAK dari rugi menjadi untung. Dengan pengetahuan yang luas di bidang industri, tekad tersebut dirasakan banyak pihak tidak berlebihan. Menurut Dodit, banyak persoalan PT PAK yang harus diselesaikan saat ia menerima jabatan Dirut, seperti kondisi perusahaan yang merugi dan memiliki hutang yang cukup besar, namun, sebagai karyawan Perhutani, ia harus siap ditempatkan dimanapun juga. “Saya harus tetap melanjutkan hidup perusahaan ini,” katanya. Berikut petikan wawancara Yopita Sari dan Aristus Luhur dari Duta Rimba dengan Dodit beberapa waktu lalu di kantornya di bilangan Jakarta Selatan. Kalau merugi terus, mengapa PT. PAK perlu diteruskan? PT. PAK merupakan perusahaan patungan dengan PT. BAIK dimana Perhutani memiliki saham 55 persen. Awal semangat berdirinya PT. PAK adalah untuk menghasilkan nilai tambah lebih banyak daripada sekedar gondorukem dan terpentin. Ide itu sangat bagus dan memang harus ke sana. Seperti dikatakan Dirut Perhutani, bahwa semua pabrik gondorukem dan terpentin harus dikembangkan untuk menghasilkan derivative. Gondorukem merupakan step a head dari getah. Bila sampai disini saja, sama saja dengan meracik tembakau untuk rokok. Perusahaan yang bergerak dalam industri derivative akan terus berkembang dan saat ini telah banyak perusahaan yang direlokasi ke Cina, Vietnam dll. Dapat dibayangkan bila pasar sudah dibanjiri produk-produk derivative dalam jumlah banyak dan murah
16
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
Dodit Artanto
serta proses produksi lebih cepat dan mudah maka pabrik-pabrik yang tadinya memproses sendiri gondorukem atau terpentin akan beralih ke derivative karena lebih murah dan efisien. Berarti, Perhutani mulai kehilangan pasar. Perhutani harus berpikir ke sana. Mau tidak mau, sedapat mungkin mempersiapkan diri dan secara cepat berpacu dengan industri-industri tersebut. Ekspor gondorukem memang menghasilkan devisa namun impor produk derivative juga menghabiskan devisa yang lebih besar. Selain itu yang muda-muda harus bangga dengan rasa berbangsa dan bernegara. Kebutuhan dalam negeri sedapat
Wawancara Produk-produk derivative yang dihasilkan PT. PAK antara lain oGlycerineRosinEsters(GE5085,GE 5095) oPentaRosinEsters(PE4100,PE5100, PE 5110) o Maleic Penta modified rosin esters (MEP 5130) o Maleic Glycerin modified rosin esters (MEG 5130) o Stabilized Gum Rosin (RS 1000) oDisproportionatedGumRosin(RS 2000) Selain itu juga akan dikembangkan produk dari terpentin : o Alpha Pinene o Pine Oil o Terpineol o Camphene o Isolongifolene
mungkin dicukupi dari dalam negeri. Karena alasan itulah PT. PAK perlu diteruskan keberadaannya. Apa permasalahan yang membuat PT. PAK terus merugi? Saya tidak ingin mencari kesalahan yang lalu-lalu. Namun yang lalu harus dijadikan pelajaran. Di awal masa jabatan, saya menginventarisir semua permasalahan dan menemukan hampir di semua aspek perlu pembenahan, baik manajemen maupun operasional perusahaan. Tadinya, saya pikir masalahnya ada di sumberdaya manusia (SDM) dan pasar. Namun, setelah diinventarisir, ternyata pasar sangat besar dan bagus, SDM muda-muda dengan semangat tinggi. Yang kurang manajemen sistemnya yang perlu diimprove. Ketika pasar oke, SDM cukup, kemudian ternyata perusahaan merugi, hal ini terjadi karena kegiatan operasional di bawah skala ekonomi yang ada. Artinya, perusahaan menghasilkan atau menjual produk di bawah kapasitas minimal/BEP/ impas. Ternyata pula, income tidak cukup untuk menutupi semua biaya perusahaan. Lalu, bagaimana jalan keluarnya
agar PT PAK untung? Untuk mengatasi masalah PT. PAK, saya perlu memastikan dulu apa dan berapa jenis produk yang akan dihasilkan. Produk yang dihasilkan haruslah sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, pabrik juga harus mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup. Di pabrik, setelah saya cek, ternyata ada masalah di instalasi pabrik yang perlu dilakukan improve serius. Di PT. PAK, dulu baru ada satu reaktor sebagai wajan pemasak. Kemudian ditambah satu lagi, menjadi dua reaktor. Tetapi kompornya atau boilernya tidak mampu dioperasikan untuk 2 reaktor sehingga harus bergantian. Dengan kondisi ini pabrik tetap tidak bisa menghasilkan produk dalam jumlah cukup. Tanpa ada suntikan dana dari Perhutani sebagai induk perusahaan PT. PAK, apa yang bisa Anda lakukan? Saya harus tetap running. Langkah yang akan saya ambil adalah memasukkan modal bagi pembayaran hutang dan kewajiban perusahaan serta perbaikan pabrik dengan melakukan trading. Trading
yang dilakukan adalah trading gondorukem karena PT. PAK juga agen. Pengalaman memang sedikit karena alokasi sedikit. Bila agen lain mampu mengapa PT. PAK tidak? Saya yakin dapat memasarkan gondorukem berapapun jumlah yang dialokasikan oleh Perhutani. Tahun ini, minimal saya minta dialokasikan 8000 ton gondorukem. Ada kekhawatiran sebagian pihak dengan melakukan trading, PT. PAK menjadi tidak fokus dalam kegiatan manufacturing? Saya jamin hal tersebut tidak akan terjadi. Bahkan manufacturing akan terus dibesarkan dan tidak akan dibiarkan. Sampai dengan Maret 2007, PT. PAK telah membukukan pendapatan dari trading dan manufacturing sebesar Rp. 8,867 miliar. Terjadi kenaikan 235 persen dibanding triwulan I tahun 2006 sebesar Rp.3,77 milyar.
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
17
Wawancara
San Afri Awang Implementasikan PHBM Jilid Dengan menguasai 2,4 juta hektar kawasan hutan di Pulau Jawa, Perhutani memiliki tanggung jawab sosial terhadap 23,5 juta orang yang menggantungkan hidupnya langsung pada sumberdaya hutan. Hingga kini, tanggung jawab sosial itulah yang terus disoroti banyak pihak.
“Di Jerman yang tidak ada masalah kependudukan, ngapain kita bicara sosial forestry, tetap timber management. Namun, untuk Pulau Jawa yang persoalan kependudukannya kompleks, kita harus bicara sosial forestry,” kata San Afri Awang dari Pusat Kajian Hutan Rakyat Universitas Gadjah Mada. Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang diharapkan menjadi jalan keluar persoalan kemiskinan masyarakat sekitar hutan, kata San Afri, sudah baik, namun, “spirit di tingkat lapangan masih harus terus diperbaiki”. Berikut perbincangan San Afri dengan Darman Effendi Purba, Yopita Sari dan Marison Guciano dari Duta Rimba di sela-sela Pembukaan Rapat Paripurna dan Pekan Olahraga dan Seni (Ratna dan Porseni) di Jogjakarta, Senin (14/5), lalu. Sampai saat ini, dari pengamatan Anda, apakah Perum Perhutani sudah berada dalam trek yang benar dalam mengelola hutan di Pulau Jawa? Gagasan dari pihak di luar Perhutani sebetulnya menginginkan apa yang disebut access right terhadap sumberdaya alam dalam rangka menegakkan pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Sejak dulu, Perhutani saya nilai berbeda sekali dengan BUMN-BUMN yang lain, seperti BUMN perkebunan, yang pemberdayaan masyarakatnya memang kurang. Pada Perhutani, gagasan pemberdayaan masyarakat sudah ada sejak tahun 1972 yang bermetamorfosa menjadi PMDH, kehutanan sosial, dan sekarang PHBM. Ini adalah rangkaian pemberdayaan masyarakat yang sejak lama dicita-citakan. Saat ini, PHBM oleh PHT adalah senjata pamungkas Perhutani untuk memberdayakan masyarakat. Kalau ini gagal, mungkin Perhutani dilikuidasi karena rakyat akan lebih berontak lagi. Kelebihan PHBM adalah sudah benar-benar melakukan access right terhadap sumberdaya alam. Itu sudah luar biasa. Nyaris tidak kita temui di negara yang lain. Dan yang lebih luar biasa, satu LMDH memangku kawasan sampai 3000 hektar. Itu spektakuler bagi saya. Ini yang didorong oleh LSM sejak tahun 1992. Makanya, tekanan LSM ke Perhutani sekarang sudah relatif berkurang. Dan saya sudah
18
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
Wawancara meyakinkan kawan-kawan jaringan saya se-Jawa, kita wait and see. Sudah berhenti dulu nekan karena sekarang sudah ada perubahan. Berarti, Perhutani telah lebih luas mengakomodasi kepentingan masyarakat? Sistem PHBM yang dipakai kan sistem per wakilan melalui LMDH. Itu tidak jelek. Yang saya permasalahkan adalah bagaimana mendistribusikan sharing dari level pengurus ke forest user groupnya. Karena sejak 1972, yang jadi persoalan, ya, yang grass rootnya ini. Ini yang harus diperhatikan PHT. Kritik saya sejak tahun 1972 sampai sekarang adalah bagaimana Perhutani bisa menyejahterakan masyarakat miskin. Yang harus diperhatikan adalah kelembagaan PHBM, anggota LMDH adalah harus benarbenar masyarakat miskin.
laksanakan PHBM jilid 2. Jilid 2 itu improve. Kalau Pak Dirut mengatakan itu PHBM Plus. Istilah saya jilid 2. Yang plus itu apa? Plusnya adalah kesejahteraan itu masuk ke tingkat bawah, bukan di elit. Kalau pendekatan ke masyarakat, saya lihat, sampai saat ini OK. Namun, penguatan kelembagaan di lapangan yang masih kurang. Karena
Persoalan pokok yang hendak Anda sampaikan adalah bagaimana sharing PHBM bisa langsung menyentuh kepada orang miskin? Ya. Kenapa? Hipotetik Perum Perhutani selama ini adalah orang miskin yang mencuri kayu. Saya bilang tidak. Orang miskin itu tidak mencuri. Mereka mencuri itu karena keadaan yang memaksanya dan ada penadahnya. Tapi, kalau sharing PHBM yang sudah Rp. 15 miliar per tahun tidak juga menyentuh mereka, ya, nyuri lagi. Angka gangguan hutan itu turun, menurut saya, ada dua sebab, satu orang sadar, dua, tidak ada lagi kayu yang mau dicuri. Kritikan Anda terkait dengan persoalan kelembagaan PHBM. Namun, pada LMDH, bukankah sudah ada AD/ART dimana seluruh anggota bisa melakukan monitoring dan evaluasi untuk membenahi kelemahan tersebut? AD/ART LMDH se-Jawa ini kan hampir sama semua. Begini, saya mengatakan pelaksanaan PHBM saat ini dengan PHBM jilid 1. That’s OK. Karena Perhutani dikejar target sudah cukup 6000 LMDH. Saya minta,
PHBM jilid 1 mengejar target, maka jilid 2 adalah mengejar kualitas. Bila PHBM Jilid 2 telah diimplementasikan, berarti wacana landreform sudah tidak layak lagi? Kemaslah oleh Perum Perhutani apa yang disebut wengkon atau hutan pangkuan desa. Kemas secara cerdik
dan menyentuh masyarakat. Lalu katakan, Perhutani setuju landreform, tapi landreform kami ini bentuknya. Boleh dong orang punya konsep kita punya konsep? Mengapa kita harus takut sama konsep orang. Karena landreform itu teorinya banyak, mulai dari Amerika Latin sampai Eropa. Untuk Jawa, kita punya konsep landreform sendiri dan imposible bila kita melakukan handed over. Di luar Jawa, ya, monggo. Karena yang dipahami para pengkritik reclaiming, itu adalah landreform yang handed over, tanah negara yang bila rakyat butuh diberikan. Dan itu dijamin oleh UU No. 560. That’s OK kalau tanahnya mungkin. Kalau tidak mungkin, kita punya cara lain dan kita bisa perdebatkan konsep para pengkritik itu. Seringkali banyak pihak terjebak pada pemikiran bahwa sumbangan Perhutani kepada rakyat hanya pada sharing. Padahal, ada multiplier efek dari berbagai program yang diimplementasikan Perhutani. Bagaimana menurut Anda? Persis. Yang salah, ya, Perhutani sendiri. Karena yang diomong dimana-mana itu cuma sharing, bukan pengelolaannya. Itu juga sudah saya kritik dua tahun yang lalu. Jaman PMDH, yang jadi jargon adalah charity, bagi-bagi kambing, bagi-bagi modal. Jaman perhutanan sosial yang jadi jargonnya buah-buahan, terus PUKK. Jaman manajemen rezimnya Pak Simon di Madiun, jargonnya plong-plongan tanah. Dan jaman PHBM sekarang, yang jadi jargon adalah sharing. Di setiap jaman, selalu ada ikon. Itu tidak salah. Ikon itu penting agar orang bisa ingat. Sekarang, Perhutani harus secara detil menyampaikan bahwa PHBM itu sistem pengelolaan, bukan sistem bagi hasil. Ini kesalahan dari kawan-kawan di Perhutani sendiri, karena pada waktu itu tidak cukup trust pada diri sendiri untuk melansir program ini. Makanya, saya bilang PHBM jilid 2 ini perbaikilah PHBM dengan mengubah citra. Sharing itu ngomongnya di belakang saja, pada waktu extension. Terus posisi Perum perhutani jangan jadi tenaga
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
19
Fokus
Pusdiklat Tidak lagi Menjadi Cost Centre
Dirut ingin ada pertukaran siswa Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Perum Perhutani di Madiun kini tidak lagi menjadi cost center, tetapi profit center. Kemajuan Pusdiklat tersebut tercapai berkat kemampuan menjual program dan mengembangkan kerjasama dengan semua pihak.
Sadhardjo Siswamartana
Ke depan, kerjasama Pusdiklat diharapkan tidak hanya dengan lembaga dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Bentuk kerjasama yang diharapkan salah satunya adalah melakukan pertukaran siswa. Keinginan agar Pusdiklat melaku-
20
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
kan pertukaran siswa dilontarkan Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari kepada Kapusdiklat yang baru Haryoto dalam jamuan makan malam dengan sesepuh kehutanan di Pusdiklat Madiun, Minggu (13/5). Acara tersebut termasuk dalam rangkaian fieldtrip
yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan Rapat Paripurna dan Pekan Olahraga dan Seni (Ratna dan Porseni) 12-16 Mei lalu. Sebelumnya, di tempat yang sama, Kepala Pusdiklat Perum Perhutani Sadhardjo Siswamartana yang saat ini menjabat KSPI mengatakan, pihaknya telah melakukan terobosan untuk mengubah Pusdiklat dari cost centre menjadi profit centre, salah satunya dengan membuka kursus untuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang biayanya diambil tidak dari Perum Perhutani, tetapi dari pemerintah daerah asal LMDH. “Kami juga telah memberanikan diri membuat modul PHBM yang berisi bagaimana agar LMDH bisa bekerja bersama-sama Perum Perhutani dalam mengelola hutan di Pulau Jawa ini. Program ini sudah kita tawarkan ke berbagai pihak, termasuk ke Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI),” terang Sadhardjo. Program lain yang ditawarkan Pusdiklat adalah kursus pengukuhan dan perencanaan hutan. Hal tersebut dilatar belakangi oleh keinginan para rimbawan untuk belajar kehutanan pada Perum Perhutani. “Sampai saat ini, di luar Jawa, jangankan terbentuk Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dengan benar, batas hutan pun nyaris tidak diketemukan,” jelas Sadhardjo. Dikatakan Sadhardjo, saat ini Pusdiklat juga sedang mengkaji untuk melaksanakan kursus-kursus yang menyangkut pengujian, baik itu pengujian kayu bulat dan kayu persegi, juga pengujian kopal dan gondorukem. Kurikulum pendidikan pengujian produk non hutan lainnya, seperti cengkeh dan rotan, akan segera menyusul dilaksanakan menunggu pengesahan dari Kapusdiklat Dephut. Selain materi-materi kursus, materi lain yang ditawarkan Pusdiklat adalah outbond, yang terdiri dari berbagai matra, seperti air, darat, dll. Biasanya, sebelum masuk kepada materi utama, para peserta kursus selalu diikutkan dalam outbond. Kegiatan outbond dilakukan untuk menggalang persatuan dan kes-
Fokus
Bencana Alam dan Cabuk lilin Ancam Potensi Sadapan Pinus Jatim Bencana alam dan serangan hama cabuk lilin kini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan produksi getah pinus di wilayah Perum Perhutani Unit II Jatim. Demikian dikatakan Kepala Biro Produksi Unit II Jatim, Ir. Heru Lutfi, dalam sambutannya pada Pelatihan Sadapan Getah Pinus yang diikuti oleh para pemasok getah di wilayah Unit II Jatim di Pasuruan akhir Maret lalu.
Menurut Heru, trend potensi tegakan pinus yang menurun menjadikan target produksi getah pinus tahun 2007 sebanyak 31.584 ton menjadi lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 32.830 ton. Hingga Maret 2007, jelas Heru, sebab utama turunnya produksi getah pinus tahun ini karena bencana alam. Pemungutan kayu dari pohon yang roboh karena bencana alam (tebangan D) diperkirakan mencapai 111 ribu meter kubik, dengan jumlah pohon sebanyak kurang lebih 165 ribu batang. Pohon pinus yang rusak paling banyak terdapat di KPH Banyuwangi Barat sebanyak 106 ribu pohon akibat angin puting beliung yang melanda daerah itu beberapa waktu lalu, disusul KPH Kediri sebanyak 21 ribu pohon, KPH Bondowoso 14.700 pohon, KPH Jember 14.500 pohon dan KPH Lawu DS sebanyak 8.200 pohon.
Sedangkan untuk hama cabuk lilin, saat ini bukan saja sudah menyerang tegakan-tegakan produktif untuk sadapan, tetapi sudah merambah pada pembibitan, seperti yang terjadi pada KPH Lawu DS beberapa waktu lalu. Getah pinus adalah bahan baku gondorukem dan terpentin yang saat ini merupakan andalan pendapatan terbesar kedua Perhutani setelah produksi kayu bundar jati. Kalau gondorukem dan terpentin produksinya turun karena adanya suplai bahan baku yang tidak lancar, maka lambat atau cepat akan megncaman perolehan penghasilan yang pada gilirannya mengganggu eksistensi Perhutani.
Menurut Heru Lutfi, dengan asumsi kebutuhan getah pinus akan terus meningkat dan harga gondorukem di pasaran dunia yang saat ini cukup baik, sekitar US $ 700 per ton, ini bisa dijadikan peluang untuk memposisikan gondorukem menjadi primadona non kayu di masa mendatang. Namun sayangnya, jelas Heru, dalam rangka memenuhi target itu di lapangan banyak ditemukan penyadap yang melanggar kaidah-kaidah penyadapan. Karena itu, Heru berharap target yang dibebankan Direksi kepada Unit yang selanjutnya akan dibebankan kepada KPH saat ini perlu ditinjau ulang agar target yang dibebankan kepada KPH ini benar-benar tidak melanggar kaidah-kaidah sadapan, terutama kedalaman quare dan pemakaian cairan asam stimulansia (CAS) yang dapat mengakibatkan pohon mati. “Untuk mengintensifkan dan mengoptimalkan sadapan getah diperlukan adanya review ulang pada kawasankawasan yang belum tersentuh sadapan, contoh kasus seperti di BKPH Trenggalek KPH Kediri, ada sekitar 80 ha yang semestinya sudah masuk sadap lanjutan namum belum pernah disadap,” tutur Heru. (Djaelani/Tuti)
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
21
Fokus Menteri Kehutanan MS Kaban dan Iwan Fals menanam pohon di Pacitan
Menanam Pohon di Pacitan Bersama Iwan Fals Terinspirasi oleh kegigihan perjuangan Jenderal Besar Sudirman, legendaris musikus Iwan Fals dan beberapa seniman lokal melakukan konser musik bersama aksi penanaman pohon di Monumen Jenderal Sudirman, Sabtu (5/5), di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. Konser yang bertemakan aksi penanaman pohon tersebut dilakukan sebagai upaya kampanye Indonesia Menanam dan Puncak Aksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Propinsi Jawa Timur. “Saya terinspirasi oleh Pak Dirman, yang dalam keadaan sakit beliau masih gigih berjuang, dan singgah selama tiga hari di Desa ini,” kata Iwan Fals. Kampanye Indonesia Menanam merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran, peran serta, dan kepedulian masyarakat dalam pelestar-
ian sumberdaya alam hutan dan lingkungan. Selain itu, untuk menggugah serta menggerakkan swadaya masyarakat dalam memperbaiki lingkungan hidup dengan menanam pohon, serta memperbanyak ruang terbuka hijau, khususnya daerah perkotaan. Kampanye Indonesia Menanam dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kondisi lingkungan hidup yang semakin rusak, dengan berbagai akibat bencana alam yang berturut-turut, seperti banjir, tanah longsor yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Sebelum acara konser musik, diserahkan bibit secara simbolis kepada 9 Bupati di sekitar Pacitan, yaitu Bupati Trenggalek, Ponorogo, Ngawi, Magetan, Madiun, Gunung kidul, Wonogiri, Karanganyar oleh Menteri Kehutanan, MS. Kaban. Secara simbolis diserahkan 25 ribu bibit pohon yang langsung di drop di Kabupaten masing-masing. Sedangkan kepada Bupati Pacitan, secara simbolis MS. Kaban menyerahkan 100 ribu bibit jati, pinus, dan sengon. Kedatangan Iwan Fals bersama keluarga disambut tepukan meriah oleh masyarakat sekitar yang memadati areal monumen Jenderal Besar Sudirman, termasuk hadirin peserta aksi penanaman pohon dan penggemarnya yang tergabung dalam kelompok Orang Indonesia (OI), yang sudah menunggunya sejak pagi. Sebelum konser musik, Iwan fals mendampingi Menteri Kehutanan MS. Kaban melakukan penanaman pohon di areal lokasi Monumen Jenderal Sudirman. Usai penanaman, Iwan Fals didapuk segera tampil ke atas panggung. Penonton yang sudah menunggu sejak pagi rupanya sudah tak sabar untuk menyaksikan penampilan sang legendaris. Tepukan dan teriakan terus bergema saat pertama kali Iwan Fals menyanyikan lagu yang berjudul Desa, sapaan akrab pun terdengar dari Iwan kepada para penggemarnya, OI, yang mengacung-acungkan bendera, hingga Iwan fals memintanya untuk menurunkan bendera karena yang belakang tidak kelihatan. Konser musik selama satu jam lebih dengan lagu-lagu kritik sosial yang sudah akrab di telinga membuat para penonton terhipnotis dan terbawa emosi untuk ikut menyanyikan lagu tersebut. Hingga konser berakhir pun penonton tak beranjak dari tempatnya seolah ingin konser diteruskan. Malam harinya, Iwan Fals berkolaborasi dengan dalang terkenal Ki Anom Suroto pada pagelaran wayang kulit yang digelar semalam suntuk di alunalun Kabupaten Pacitan, sebagai puncak acara aksi penanaman pohon di Pacitan. (Tuti/Djaelani/Humas Unit II Jatim)
“Saya terinspirasi oleh Pak Dirman, yang dalam keadaan sakit beliau masih gigih berjuang, dan singgah selama tiga hari di Desa ini,” kata Iwan Fals.
22
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
Fokus
Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dan Kepala BPKP Perwakilan Propinsi DKI Jakarta I, Irsan Gunawan menandatangani kesepakatan bersama dalam rangka GCG disaksikan Kepala BPKP Didi Widayadi
bersama ini merupakan tindak lanjut dari MOU Menteri BUMN dan Kepala BPKP nomor MoU-03/MBU/2006 dan MoU-199/K/05/2006 tentang Kerjasama Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Lingkungan BUMN. “Perhutani ingin menjadi contoh untuk sistem pengelolaan hutan yang baik di Indonesia bahkan`di dunia sesuai dengan visi Perum Perhutani yang baru,” ujar Transtoto. Pelaksanaan GCG di Perhutani bisa dipercepat dengan adanya penandatanganan ini. Perhutani akan berusaha memperbaiki diri untuk membangun sistem kerja yang maju dan sehat. “Penerapan GCG di Perhutani sangat strategis. Selain karena adanya perputaran uang di dalam perusahaan, Perhutani mampu mengentaskan kemiskinan masyarakat di sekitar hutan,” kata Didi Widayadi. “Untuk itu harus ada perubahan paradigma. Akuntan mempunyai peranan yang penting
Penerapan Good Corporate Governance di Perum Perhutani Perum Perhutani akan menerapkan praktek-praktek Good Corporate Governance (GCG) untuk mewujudkan Perum Perhutani yang bersih, sehat, maju dan berkembang. Penerapan GCG akan membuat tata kelola dan perilaku dalam bekerja menjadi lebih baik. Dalam rangka penerapan praktek GCG tersebut, Perhutani dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKP, Selasa (22/5), mengadakan kesepakatan bersama tentang layanan jasa akuntan negara BPKP pada Perum Perhutani. Kesepakatan bersama ini ditandatangani Direktur Utama Perum Perhutani, Transtoto Handadhari, dan Kepala BPKP Perwakilan Propinsi DKI Jakarta I, Irsan Gunawan. Kesepakatan bersama tersebut meliputi kegiatan Diagnostic Assessment penerapan praktik-praktik GCG di Perum Perhutani. BPKP akan melakukan pendampingan sosialisasi untuk teknis penyusunan pedoman tata kelola perusahaan (Code of Corporate Governance) dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct). BPKP akan melakukan bimb-
ingan teknis penerapan manajemen resiko serta pendampingan internalisasi prinsipprinsip GCG ke dalam proses bisnis Perum Perhutani Penandatangan kesepakatan bersama itu dilakukan di Kantor BPKP Perwakilan DKI Jakarta I. Acara tersebut dihadiri seluruh Direksi Perum Perhutani, Ketua Dewan Pengawas Perhutani, Kepala BPKP, Didi Widayadi, pejabat Perhutani yang terkait serta pejabat d a r i B P K P. Pe n a n datangan kesepakatan
dalam suatu perusahaan,” lanjutnya. Penerapan GCG ini secara tidak langsung akan meningkatkan citra Perum Perhutani. Jika Perum Perhutani mampu menerapkan GCG dengan baik maka Perum Perhutani dapat menjadi contoh bagi pengelola-pengelola hutan Indonesia yang lain.
Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dan Kepala BPKP Perwakilan Propinsi DKI Jakarta I, Irsan Gunawan berjabat tangan usai menandatangani kesepakatan bersama dalam rangka
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
23
Fokus
Perhutani Unit II Rekrut 178 Anggota Polhutmob Untuk menekan angka pencurian pohon yang ditargetkan turun 50 persen pada tahun ini, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dipastikan akan menambah kekuatan pengamanan hutan, khususnya di kawasan yang tingkat kerawanannya cukup tinggi.
Kepala Seksi (Kasi) Keamanan Perum Perhutani Unit II Jatim, Arif Herlambang mengatakan, pihakya telah menggelar penerimaan Polisi Hutan (Polhut) khusus Polhut Mobil (Polhutmob). Dari 209 peserta yang mengikuti test psikologi, jasmani maupun kelengkapan administrasi di tingkat Unit, Senin (9/4) lalu, 178 orang telah dinyatakan lulus dan kini sedang menjalani pendidikan di Lembaga Pendidikan Brimob Simongan, Semarang. Dikatakan Arif, sebelum calon Polhutmob itu dinyatakan lulus di tingkat Unit, mereka telah mengikuti serangkaian seleksi di tingkat Kes-
24
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
atuan Pemangkuan Hutan (KPH). “Mereka umumnya adalah pekerja kontrak waktu terbatas (PKWT) di KPH-KPH tapi telah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam serangkaian seleksi calon Polhutmob di KPH,” ujarnya. Arif berharap, penambahan personel Polhutmob ini dapat diandalkan untuk membantu memperkuat pengamanan kawasan hutan di tiap-tiap KPH yang tingkat kerawanannya cukup tinggi. Berdasarkan data terakhir (Januari s/d Februari 2007), Perhutani telah mengalami kerugian sebesar Rp. 2,3 Milyar akibat sebanyak 9.593 pohon tercuri. Pencurian pohon tertinggi pertama terjadi di KPH Saradan dengan jumlah
pohon hilang sebanyak 2.322 batang, kedua pada KPH Parengan sebanyak 1.001 pohon dan ketiga pada KPH Bojonegoro sebanyak 746 pohon. Dibandingkan dengan data Februari 2006, angka kerugian tahun ini masih 48 persen lebih rendah. “Pada tahun 2006, kami memang telah berhasil menurunkan angka gangguan keamanan hutan khususnya pencurian pohon hingga 54 persen dari tahun 2005. Kalau pada 2006, nilai kerugian akibat pencurian pohon masih Rp. 18 Milyar, tahun ini kami upayakan bisa turun hingga 50 persen dari tahun 2006,” ungkap Arif. (Tuti/Djaelani)
Fokus
Polhutmob Harus Miliki Komitmen, Disiplin, Keberanian, dan Moral yang Tinggi Polisi hutan mobil (Polhutmob) diharapkan tidak hanya mampu menangkal kerusakan hutan, tetapi juga dapat diandalkan sebagai petugas yang memiliki komitmen, disiplin, keberanian, dan moral yang tinggi didalam mengemban tugas negara yang sangat berat ini.
Dirut menyematkan tanda peserta Diklat kepada salah satu Polhutmob Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dalam sambutannya pada acara Pembukaan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Polhutmob di Markas Komando Brimob Simongan Semarang, Senin (7/5), Polhutmob akan menjadi bagian kunci di dalam pengamanan hutan yang dilakukan bersama polisi. Pada Januari 2006 lalu, Perum Perhutani bersama POLRI telah melakukan kegiatan Operasi Hutan Lestari (OHL). Dari OHL tersebut, berhasil ditetapkan tersangka pencuri kayu sebanyak 872 orang. Namun, yang menjadi keprihatinan, vonis para pencuri kayu tersebut sangat ringan, hanya antara 3 bulan sampai 1,5 tahun, meskipun UU lingkungan mengatakan vonis bisa sampai 5-10 tahun. “Ke depan, ini harus kita kawal. Saya ingin sampaikan bahwa Perum Perhutani ke depan akan terus melakukan pengamanan hutan dengan mencanangkan Perhutani Hijau 2010.
Sebelum 2010, tanah Jawa yang dikuasai Perum Perhutani harus sudah hijau. Demikian pula hutan-hutan yang ada harus sudah aman. Untuk itulah kita menggelar OHL Tanpa Batas, yaitu operasi yang tidak ada hentinya tetapi dilakukan dengan program-program yang sangat komprehensif, terpadu, berjangka, dan bersifat arif. Ini harus saudara kawal,” kata Transtoto di depan 253 Polhutmob yang ikut menjalani Diklat. Saat ini, jelas Transtoto, Perum Perhutani memiliki 7700 Polhut, dimana 7000 Polhut bersifat teritorial dan 700 Polhut bersifat mobile. Ke depan, kemampuan Polhut akan terus dilipatgandakan, mengikuti 253 orang yang saat ini sedang mengikuti Diklat. Menurut Transtoto, dalam pengamanan hutan, Perum Perhutani
tidak mengutamakan tindakan represi, tetapi kegiatan yang dilakukan bersifat pendekatan kesejahteraan, pendidikan, penyadaran hukum, dan sebagainya. “Namun, bila di luar pendekatan tadi masih terjadi juga pencurian kayu, Polhutmob adalah pasukan pemukul yang harus siap memutari Pulau Jawa ini dalam rangka mengamankan hutan bersama 7700 Polhut yang kita miliki,” tuturnya. Salah satu bentuk pengamanan hutan bersifat komprehensif yang dimaksud Transtoto adalah Program PHBM, dimana dalam PHBM masyarakat bukan hanya menjadi penonton dan pemanfaat lahan hutan, tetapi juga ikut mengolah dan mengamankan hutan. Angka kerusakan hutan yang dikuasai Perum Perhutani sendiri tiap tahun mengalami penurunan tajam. Pada 2004, Perhutani merugi Rp. 130 miliar, 2005 Rp. 73 miliar, 2006 Rp. 23 miliar, dan 2007, hingga April, kerugian berhasil ditekan sampai Rp 1-2 miliar./Marison
Polhutmob siap mengemban tugas
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
25
Rekaman Lensa
Kalah Menang Tidak Penting
Karo Hugra Tardi digotong beramai-ramai
Dirsar ayunkan stik golf
Suporter kontingen kantor pusat
Pasangan bulutangkis Unit II Jatim, Wakanit Edy Purnomo dan Karo Industri Heru Lutfi
26
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
Tim Volly Jabar paling diminati
Rekaman Lensa
g, yang Penting Kebersamaan
Santai: Audi Arthur Pattiruhu dengan kawan-kawan
Dirkeu: melompat lebih tinggi
Tarik tambang
Papan skor menunjukkan kemenangan Unit III Jabar
Suporter Unit III Jabar
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
27
Fokus
Jagung: sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai industri berbasis produk LMDH
Mengembangkan Industri Berbasis Produk LMDH Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat atau PHBM yang diperkenalkan melalui S.K. Dewan Pengawas Perum Perhutani No. 136/Tahun 2001 dan diimplementasikan di seluruh wilayah Perum Perhutani mengandung sepuluh prinsip yang sangat bagus dan bermuara pada prinsip kebersamaan antara Perum Perhutani dengan masyarakat dalam upaya melestarikan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan agar secara terus menerus memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial. Oleh Dahono Irianto
tersebut telah terwujud pada berbagai produk andalan LMDH, mulai dari ketela pohon, jagung, kacang tanah, porang, cim cau, sharing produksi kayu, dan lain-lain. Namun, dibalik itu, hasil penelusuran penulis menemukan persoalan yang seringkali munncul adalah: 1. Apakah produk-produk LMDH sudah di inventory dan dikonsolidasi menjadi kekuatan bahan baku industri yang bisa dikembangkan/mencukupi untuk sebuah industri. 2. Sudahkah dirancang alur, pengumpulan bahan baku industri dan siapa yang menangani produk-produk LMDH sebagai bahan baku industri andalan. 3. Apakah produktivitas produk-produk LMDH sudah cukup menjadi satu kekuatan kapasitas bahan baku pada tingkat kapasitas industri tertentu. 4. Mungkinkah Produk-produk LMDH dapat diolah menjadi output/ keluaran yang bisa diproses dan bersaing dalam masalah harga dan kualitas produknya. 5. Bagaimana dampak positif dan negatif yang timbul sebagai akibat didirikannya industri yang berbasis produk LMDH.
Industri Berbasis Produk LMDH
Bahan baku produk LMDH dan pelaksanaan PHBM sangatlah beragam, tetapi ada produk-produk yang sudah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah industri, antara lain jagung, ketela pohon, porang, nanas, dan kacang-kacangan. Tampilan produksi yang dikelompokkan oleh Direktorat Produksi ditampilkan dalam tabel 1 di bawah ini: Dari data di atas dapat di analisa
Tabel 1 : Produk-produk LMDH (Tahun 2000 – 2006) Kelembagaan PHBM salah satunya diwujudkan dalam wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang terbentuk di tingkat desa. Selain ikut mengelola dan memelihara hutan, LMDH juga melakukan kegiatan ekonomi produktif guna mendukung perekonomian mereka. Tiga faktor yang seringkali dinilai banyak pihak paling menentukan keberhasilan kegiatan ekonomi produktif LMDH adalah space (lahan garap), waktu pemanfaatan ruang/space, dan jenis yang dikembangkan. Kegiatan
28
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
No. Tahun Jenis Produk (Ton) Padi Jagung Kacang-kacangan 1. 2001 94.611,96 152.294,13 65.152,55 75.911,41 2. 2002 71.017,81 171.447,80 27.554,40 3. 2003 86.076,29 182.027,94 16.787,67 108.762,43 4. 2004 76.185,61 136.972,32 23.352,50 26.682,20 5. 2005 70.043,83 140.667,67 34.584,48 103.963,90 6. 2006 99.818,22 197.811,69 33.783,06 390.118,54 Jumlah 497.753,72 981.221,55 201.214,66
Lain-lain 30.546,62
735.985,10
Sumber: Data laporan Direktorat Produksi Direksi Perum Perhutani.
Fokus bahwa potensi produk LMDH yang bisa digunakan sebagai sumber bahan baku industri alternative Perum Perhutani adalah Jagung. Kesimpulan tersebut diambil dari kenyataan bahwa jagung, dalam lima tahun terakhir, menjadi produksi primadona dan paling banyak dihasilkan oleh berbagai LMDH. Maka, Perhutani harus memprioritaskan pengembangan industri jagung sebagai upaya mengembangkan industri berbasis produk LMDH. Jagung bisa dikembangkan untuk berbagai industri -antara lain- tepung maizena, brondong, marning, dan pakan ikan. Hasil industri tersebut tergantung jenis jagung yang diproduksi, pengelolaan bahan baku, dan perhitungan bisnis (L/R) dan rancangan investasi industri yang direncanakan. Kepentingan perwujudan industri berbasis produk LMDH memiliki beberapa kelebihan antara lain: - Menjamin kepastian produksi petani desa hutan, yang tergabung dalam wadah LMDH. - Meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat desa hutan karena terjalinnya hubungan usaha yang lebih baik dengan Perum Perhutani. - Memberikan lapangan kerja bagi LMDH dan keluarganya. - Menumbuhkan usaha-usaha lain disekitarnya, antara lain packing, transporting, kuliner, dan lain-lain. - Menambah value added bagi Perum Perhutani di sektor Industri Non Kayu.
Harapan Dari uraian di atas, Perhutani perlu segera melakukan proses bisnis, analisis potensi, penyusunan studi kelayakan dan rendable untuk mewujudkan pendirian industri berbasis produk LMDH. Kita tentu sangat berharap kepedulian seluruh jajaran manajemen untuk menciptakan usaha-usaha lain yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan konsumen. Dahono Irianto;
Sekilas Budidaya Tanaman Porang Tanaman porang (Amorphallius Onohopillus) merupakan satu komoditi hasil hutan non kayu. Di Perhutani KPH Nganjuk, dengan Program PHBM, beberapa LMDH sudah menanam tanaman porang sejak tahun 2003, dan saat ini luasnya mencapai 750 Ha. Areal tanaman porang seluas 750 Ha ditanam oleh 8 LMDH, antara lain : 1. LMDH Arto Moro di RPH Jeruk BKPH Tritik 2. LMDH Tri Mulyo di RPH Bendosewu BKPH Tritik 3. LMDH Sumber Rejeki di RPH Kedungrejo BKPH Tritik 4. LMDH Argo Mulyo di RPH Cabean BKPH Wengkal 5. LMDH Jati Makmur di RPH Wedegan dan Tamanan BKPH Tamanan 6. LMDH Jati Mulyo di RPH Nguyu BKPH Wengkal 7. LMDH Wono Mulyo di RPH Senggoar BKPH Wengkal 8. LMDH Jati Lestari di RPH Wengkal BKPH Wengkal Keuntungan tanaman porang bisa mencakup 3 aspek, yaitu aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Dilihat dari aspek ekologi, tanaman porang membutuhkan naungan seperti jati, mahoni dan sono. Apabila porang dikelola dengan baik, tanaman hutan akan terjaga hingga sampai akhir daur karena porang juga tidak tahan dengan kebakaran, termasuk penggembalaan liar. Jadi secara otomatis, masyarakat akan menjaga hutan. Dari aspek ekonomi, penanaman dan pemeliharaan tanaman porang sangat mudah sehingga tidak memakan biaya tinggi. Dengan sekali tanam, tanaman akan berkembang sampai masa akhir daur tanaman pokok tanpa memerlukan perawatan khusus. Bagi masyarakat yang paham tanaman porang pasti akan menggebu-gebu mencari pengembangan tanaman porang, karena harga jual panennya yang sangat menarik. Kalau dilihat dari waktu tanam pertama sampai dengan panen
memang lama, yaitu lebih kurang 3 tahun. Kemudian untuk berikutnya, setiap tahun porang bisa dipanen dengan hasil yang bertingkat. Hasil panen yang pertama masih berbentuk umbi gelondong, kurang lebih 5 ton per hektar dengan harga jual Rp. 800 per kg. Apabila diolah dalam bentuk kripik, harganya meningkat lagi menjadi Rp. 8.000 per kg. Ini masih bisa diolah ke bentuk lainnya seperti tepung yang siap dimasak dengan harga Rp. 70.000 per kg. Dari aspek sosial, tanaman porang dapat menyerap tenaga petani hutan, sehingga nantinya bisa menambah kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar hutan. Dampaknya, menanam porang akan menurunkan biaya keamanan hutan. Masyarakat ikut terlibat langsung dalam pengamanan hutan. LMDH Argo Mulyo merupakan salah satu contoh. LMDH ini mengelola tanaman porang paling luas. Sampai dengan tahun ini, seluas 269 Ha dan hasilnya sudah mencapai 2 ton lebih. Apabila mau belajar dengan tekun dan meneliti dengan baik tanaman porang, serta dapat mempertahankan mutu panennya dan produk yang diolah, pasti ke depan akan memperoleh hasil yang baik pula. Seperti yang dikerjakan oleh LMDH Argo Mulyo. Sekarang, saldo kas LMDH Argo Mulyo sudah ratusan juta rupiah. Di samping itu, kerja sama yang baik dengan Perhutani KPH Nganjuk, termasuk ikut dalam bidang pengamanan hutan setempat. Keamanan ini bukan hanya dikerjakan oleh bapaknya saja, tetapi juga ibu-ibunya yang keluarganya sudah ikut menjadi anggota-anggota LMDH. Inilah sekilas tentang tanaman porang di wilayah KPH Nganjuk. Selamat mencoba membudidayakan tanaman porang dan semoga berhasil. (Wied En/Humas Nganjuk)
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
29
Fokus
Tantangan di Gunung Penanjakan Hamparan tanah di gunung Pananjakan yang luas terbentang dengan balutan didominasi warna hijau diselingi warna coklat khas tanah pegunungan. Diantara dua bukit nampak sebuah lembah yang kelihatan jelas melalui garis batas yang membelah di tengah lembah. “Saya merasa tertantang untuk mengusahakan keberhasilan tanaman di petak ini,” ujar Lukman, KRPH Penanjakan sambil menahan hawa dingin yang menusuk di pagi itu. “Lokasi tanaman ini berbatasan dengan kawasan Taman Nasional yang tanamannya selalu gagal,” lanjutnya. Tanaman seluas 256 hektar yang dilaksanakan sejak tahun 2004, 2005, hingga tahun 2006 yang digarap dengan sistem tumpangsari itu memang memberikan pemandangan yang berbeda dengan kawasan TN Bromo Tengger Semeru, yang ditanami dengan cara cemplongan. Pandangan hijau yang dipenuhi tanaman kentang Grand Kembang itu merupakan lokasi tanaman dengan lahan yang nampak jelas
30
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
dan larikan hijau tua dari tanaman pohon jenis cemara yang meski samar, memancarkan harapan kekuatan tekad sang KRPH. Lokasi yang berada pada bukit yang mengelilingi pasir yang terkenal itu memang tidak terlalu mudah untuk di datangi. Topografi yang berat, hawa dingin yang menyergap setiap saat menjadi batu ujian tekad Lukman yang baru setahun memangku jabatan KRPH.
Buah Simalakama
Tanah yang subur menjadi buah simalakama bagi tekad ayah dua anak itu untuk menumbuhkan tanaman yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional BTS yang dalam proses
penyerahan dari Perum Perhutani ke Departemen Kehutanan. Seakan bukan rahasia lagi, bahwa suburnya lahan yang semestinya menunjang kesuburan tanaman itu, banyak yang malah menjadi faktor penghambat keberhasilan tanaman hutan. Hambatan keberhasilan bukan berarti tanamannya tidak jadi, tanaman yang seakan tidak juga membesar adalah salah satu gejala yang mungkin dijumpai. Dugaan adanya keinginan tumpangsari abadi yang melatar belakangi kejadian tersebut tidaklah berlebihan. Betapa tidak, pengakuan salah seorang mitra kerja yang turut melaksanakan penanaman dengan tumpangsari kentang di lokasi itu, sempat membeberkan bahwa dari lahan tumpangsarinya seluas 1 hektar, setiap masa panen, tak kurang dari Rp. 18 Juta bersih mengisi kantongnya. Saat ini, harus dipikirkan alternative komoditas yang secara proposional dapat menggantikan kentang atau jenis lain yang menimbulkan problem semacam itu. Untuk mengatasi persoalan klise pada lahan-lahan subur tapi tanamannya hampir tak pernah berhasil.
Peningkatan Status
Belum hilang kabut yang menyelimuti bukit pagi itu, setelah berbincangbincang dengan Lukman, sang KRPH, nampak sosok berbalut baju tebal, terseok mengusung keranjang penuh anakan acacia decuren menuju lokasi tanaman tahun 2006. “Bibit ini untuk mengganti tanaman pengisi yang mati pak,” demikian jelasnya setelah mengucap sapa. Bapak dua anak yang sudah 16 tahun tercatat sebagai Tenaga Borong di RPH itu kemudian mengungkap kekhawatiran akan nasibnya. “Bagaimana nasib saya nanti pak, untuk peningkatan status ada tes tertulis yang bagi saya cukup berat menyelesaikannya. Saya pasti kalah dengan yang muda-muda,” katanya beruneg-uneg yang diucapkan dalam dialeg Tengger yang kental. Nampaknya, lelaki yang sudah mulai kelihatan tua itu, belum memahami benar bahwa point penilaian tidak hanya hasil tes. Disamping masa kerja, juga dipertimbangkan tantangan di hadapannya juga cukup memberikan peluang untuk menaikkan statusnya kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan menghasilkan penghargaan atas prestasinya. Penghargaan atas prestasi seseorang yang juga mempunyai nilai yang berarti untuk meraih peningkatan
Fokus
Kapusdiklat Perhutani Haryoto (paling kiri) bersama Jajaran pengurus Sekar saat beraudiensi dengan Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari.
Audiensi Pengurus Sekar dengan BOD Serikat Karyawan (Sekar) menyampaikan terima kasih atas dukungan Manajemen Perum Perhutani dalam pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) II Sekar Perum Perhutani dan berharap dukungan yang sama agar Manajemen Perum Perhutani hadir dalam Pembukaan Musyawarah Wilayah yang akan dilaksanakan oleh masing-masing Dewan Pengurus Wilayah (DPW). Pernyataan ini disampaikan saat Audiensi Pengurus Sekar dan BOD (Direktur Utama Perum Perhutani) pada tanggal 12 April 2007 di Hotel JW Marriot, Surabaya. Acara ini dihadiri oleh Direktur Utama Perum Perhutani, Kepala Unit II, Asisten Direktur Pemasaran, Asisten Direktur SDM, dan seluruh pengurus Sekar. Panitia Mubes II melaporkan hasil Mubes, susunan pengurus Sekar periode 2007 – 2009 serta struktur organisasinya kepada Manajemen Perum Perhutani. Pada saat Mubes II lalu terpilih Adrian Bestari sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Sekar Perum Perhutani Periode 2007 – 2009 dan Beddi Taviffudin sebagai Sekretaris Jenderal. Ketua Umum merupakan koordinator dan Sekretaris Jenderal merupakan “motor” organisasi. Sekar
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan. Untuk mengambil keputusan atau kebijakan pengurus dilakukan rapat pleno. Sedang untuk keputusan tertinggi dilakukan di Mubes Sekar. Saat audiensi, Direktur Utama Perum Perhutani menginginkan agar Sekar dapat berperan sebagai mitra manajemen dan membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk itu, diharapkan terjalin komunikasi yang baik antara Sekar dengan Manajemen (BOD). Di satu sisi, Sekar berharap kepada manajemen, agar dalam penunjukkan atau pengangkatan pejabat Perum Perhutani jangan berdasarkan apakah yang diangkat merupakan pengurus atau anggota Sekar melainkan harus berdasarkan kepada kompetensi pejabat
yang akan diangkat tersebut. Pada saat audiensi tersebut juga dihasilkan beberapa keputusan. Manajemen Perhutani bersama Sekar akan sesegera mungkin melakukan sosialisasi Perjanjian Kerja Bersama (PKB) serta melaksanakan implementasinya. BOD juga menerbitkan surat kepada segenap Satuan Unit Kerja untuk memfasilitasi dan memberikan ijin pemasangan plang nama Sekar dan penggunaan ruang kantor untuk sekretariat Sekar. Dari hasil audiensi tersebut tercapai kesepakatan bahwa Manajemen dan Sekar akan melakukan sosialisasi ke seluruh karyawan Perum Perhutani bahwa acara Rapat Paripurna (Ratna) dan Porseni tidak bersifat hura-hura tetapi mempunyai sasaran output dalam rangka peningkatan produktivitas bagi karyawan. Inti kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni (Porseni) adalah meningkatkan tali silaturahmi agar bisa saling berkomunikasi dan menciptakan suasana kondusif untuk mewujudkan kesuksesan tugas Perhutani tahun ini yaitu mereboisasi lahan seluas 201 ribu hektar. Manajemen juga menghembuskan berita “angin segar”. Manajemen Perum Perhutani telah memperhitungkan kemungkinan kenaikan gaji dan premi dalam bentuk bantuan pendidikan bagi seluruh karyawan. Besarnya kenaikan dan waktu pelaksanaannya akan diproses lebih lanjut dengan memperhatikan kemampuan perusahaan. Semoga “angin segar” tersebut benar-benar berhembus./Aristus
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
31
Fokus
Sertifikat Ekolabel, Tingkatkan Gairah Pasar Kayu Untuk meningkatkan gairah pembelian kayu, khususnya di pasar internasional, Direktur Pemasaran Perum Perhutani, Ahmad Fachrodji, memotivasi seluruh unit kerja Perhutani yang ada di Jawa dan Madura untuk secepatnya mendapatkan sertifikat ekolabel sebagai pengakuan telah melakukan Pengelolaan Hutan lestari (PHL). “Ini cukup berat, tapi kita harus memprioritaskan untuk membantu jajaran sertifikasi agar semua unit manajemen dapat sertifikat ekolabel,” ungkapnya dalam rapat evaluasi Produksi dan Pemasaran di Graha Perum Perhutani Unit II, Surabaya, Kamis (3/5) lalu. Menurut Fachrodji, kondisi pasar khusus industri kayu banyak yang menunggu hasil sertifikasi. Begitu pun untuk permintaan ekspor kayu bundar Jati. Rata-rata meminta agar bersertifikat sebagai tanda telah memenuhi prinsip-prinsip Forest Stewardship Council (FSC). “Contoh, untuk pembelian kayu hasil industri khusus order dari Jerman dan Belanda kita dideadline bulan Juni sudah harus bersertifikasi. Makanya, saya mendorong agar semua pihak membantu jajaran sertifikasi,” pintanya. Dikatakan Fachrodji, posisi pendapatan Perum Perhutani yang telah mencapai Rp 600 Miliar per 30 April, sebenarnya telah menjadi bukti sinergi yang sangat baik antara direktorat produksi, pemasaran dan keuangan. “Tapi ini harus kita tingkatkan lagi karena target pencapaian Perhutani tahun ini cukup tinggi, Rp. 2,4 triliun atau dua kali lipat dari target tahun 2005. Oleh karena itu, semua pihak harus meningkatkan kerjasama dan saling membantu mempercepat proses agar semua unit manajemen mendapatkan sertifikasi, karena kondisi pasar internal maupun eksternal menghendaki
32
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
agar semua produk bersertifikat,” pintanya lagi. Berkaitan dengan itu, di tempat terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Humas dan Informasi Perum Perhutani Unit II, Murgunadi mengatakan, untuk Jawa Timur semua Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) telah mempersiapkan diri untuk mem-
peroleh sertifikat ekolabel. “Tahun ini dua KPH yaitu KPH Madiun dan KPH Banyuwangi Utara sedang dilakukan full assesment dan diharapkan tahun 2008 dapat mengantongi sertifikat ekolabel. Menyusul tahun berikutnya, KPH
Bojonegoro, Jatirogo dan Saradan,” ujarnya sembari menambahkan, Perhutani Unit II menargetkan pada 2015 nanti, 23 KPH yang ada di Jatim sudah bersertifikat. Pada bagian lain, Fahroji juga menjelaskan, kondisi pasar Internal juga menghendaki agar Perum Perhutani meningkatkan produksi kayu non Jati. Ini terkait dengan tingginya permintaan kayu non Jati khususnya Accacia mangium, Gmelina arborea untuk faber castell dan Sono. Tantangan Perhutani kedepan juga semakin berat. Sebab selain sertifikat ekolabel, Perhutani juga diperhadapkan dengan kondisi pasar eksternal yang diantaranya, menempatkan Cina sebagai pesaing
dalam pengembangan produk vineer jati dengan harga lebih murah dan dominasi pasar gondorukem. (Tuti/ Djaelani/Humas Unit II)
PERNIK
Rosela, dari Biji hingga Daunnya Bermanfaat Tanaman rosela (Hibiscus Sabdariffa) bisa berfungsi sebagai obat tradisional. Seluruh bagian dari tanaman ini mempunyai manfaat.
Daun atau kelopak bunganya bisa direbus dengan air dan dibuat sirup yang berkhasiat menurunkan tekanan darah. Bijinya dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan gangguan pencernaan. Minyak biji rosela mempunyai kandungan yang menyerupai biji jarak, sehingga dapat dipakai sebagai pengganti minyak jarak kasar. Karena seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan, maka banyak investor yang ingin masuk ke bidang ini. Salah satu investor mengatakan bahwa prospek rosela bisa melebihi tanaman jarak. Hasil pendapatan dari pengembangan rosela diyakini bisa lebih tinggi dari jarak. KPH Purwodadi bahkan ingin mengembangkan tanaman ini sebagai tanaman tumpang sari di salah satu petaknya. Rosela memiliki efek antikanker. Menurut hasil penelitian di Institut Pertanian Bogor, kandungan anti oksi-
dan rosela lebih tinggi dibanding kumis kucing dan terbukti secara klinis meluruhkan batu ginjal. Dengan adanya antioksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel dapat dihilangkan. Yang lebih berperan adalah antosianin pigmen tumbuhan yang berperan menjaga dari kerusakan sel akibat penyerapan sinar ultraviolet yang berlebih. Rosela berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi, terutama bagian kelopak bunganya. Menurut Planta Medical Journal, kelopak rosela besifat hipotensif, antihipertensi, dan antikejang pernapasan. Rosela mulai masuk ke Indonesia, ketika budak dari Afrika masuk dan bekerja di Indonesia serta membawa bibitnya. Di Jamaika, rosela dimakan mentah sebagai salad. Di Indonesia, rosela disajikan sebagai minuman tradisonal. Direbus, didinginkan semalaman lalu disajikan dengan es dan
ditambahkan pemanis. Padahal, awal pembudidayaan rosela ditujukan untuk memperoleh serat batang yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tali. Tapi, karena adanya bahan plastik, maka serat alami rosela mulai jarang digunakan. Rosela merupakan tanaman tahunan yang tingginya bisa mencapai 0.5 – 3 meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Setiap bunga terdiri ats 8 – 11 helai kelopak daun. Bunga ini yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan dan minuman. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Rosela dapat ditanam dengan menyemaikan biji secara langsung di lahan penanaman. Supaya mendapatkan kelopak yang besar perlu diberi pupuk, yang diperlukan adalah pupuk kandang. Kualitas bunga rosela dipengaruhi oleh adanya sinar matahari. Jika kurang mendapatkan sinar matahari, maka bunga yang dihasilkan akan berkualitas rendah. Pemanenan pertama dapat dilakukan setelah 4–5 bulan waktu penanaman. Kelopak bunga yang masih segar dipanen saat bijinya sudah masak. Setelah dipanen, biji harus segera dipisahkan dari kelopaknya. Proses pemanenan sebaiknya dilakukan secara manual dan kelopak bunga sebaiknya jangan bersentuhan dengan tanah atau permukaan kotor supaya mengurangi kontaminasi. Jika tidak digunakan dalam bentuk segar, maka kelopak rosela sebaiknya dikeringkan. Sebelum dikeringkan, kelopak bunga biasanya dipotongpotong terlebih dahulu agar proses pengeringan bisa berlangsung dengan cepat. Pemotongan ini sangat baik bila rosela ingin disajikan seperti teh yang diseduh dengan air panas. Pegeringan yang bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti diangin-anginkan, dijemur langsung bahkan dengan oven listrik. Rosela dapat disajikan sebagai bahan minuman serta dapat digunakan untuk pengobatan. Sebagai bahan minuman, biasanya rosela disajikan seperti teh, sirup bahkan sebagai selai. Tanaman rosela kaya akan vitamin C dan protein. Kandungan gizi rosela untuk 100 gram kelopak segar, vitamin C sebesar 14 mg dan protein sebesar 1,6 gram. Kandungan kalorinya sebesar 44 kal. Tertarik untuk mencobanya? (Aristus)
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
33
IPTEK
Perum Perhutani dan Informasi Teknologi Maharseto Kukuh S, B.Comp, MIT Teknologi Informasi. Kita sering mendengar istilah tersebut di berbagai media cetak maupun media informasi lainnya. Tapi, apakah kita paham arti dan makna dari kata Teknologi Informasi tersebut? Dan, apakah kita betul-betul dapat memanfaatkan teknologi tersebut secara maksimal? Pertanyaan-pertanyaan mendasar itulah yang ingin saya jawab dalam tulisan ini. Karena dalam pergaulan sehari-hari, saya sering mendengar suara-suara sumbang mengenai sulitnya penggunaan Teknologi Informasi. Tidak ada salahnya kita tetap berpandangan seperti itu, tetapi, jika kita tidak mau belajar, peradaban kita akan terus jauh tertinggal dibelakang. Saya ingat betul pada saat masih kuliah S2 di Australia pengajar saya mengatakan, ”If we want to be able to success and compete in a cyber world and technology, we have to open our mind through changes”. Pada perinsipnya, tidak ada yang susah and “there is no mission impossible if we want to try”. Tidak bisa kita tahan dan pungkiri, perkembangan teknologi di dunia selalu mengalami kemajuan dari hari ke hari. Kehidupan kita saat ini pun sarat dan sungguh sangat dibantu dengan teknologi informatika, sebagai contoh TV, Radio, Komputer, Internet, HSPDA, WiMAX, LAN, WAN, Wi-Fi, dan yang baru-baru ini sering kita dengar adalah istilah 3G. 3G adalah singkatan dari generasi ketiga, suatu istilah untuk standar teknologi internasional yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja Sistem Informasi Teknologi. Jadi, intinya, 3G dapat meningkatan aplikasi yang ada sekarang sehingga aktivitas browsing di internet bisa lebih cepat, kualitas pengiriman data lebih
34
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
instan, dan masih banyak lagi contohcontoh lainnya. Teknologi Informasi, bila dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Mudahnya, teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga informasi menjadi lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
Sejarah Informasi Agar lebih mudah memahaminya, kita lihat perkembangan teknologi informasi. Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya. Setelah ucapan itu selesai maka informasi berada ditangan si penerima. Selain itu, jangkauan suara juga terbatas. Sampai jarak tertentu meskipun masih terdengar informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali. Setelah itu, teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar, jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Melalui gambar,
informasi yang ada bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan jaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia sekarang dapat -mencoba- memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya. Adanya alfabet dan angka arabik memudahkan penyampaian informasi dari yang sebelumnya satu gambar mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau penulisan angka yang tadinya MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi ini memudahkan penulisan informasi. Teknologi percetakan memungkinkan pembuatan pintu informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer bahkan membuat informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.
Kebutuhan Perum Perhutani sebagai perusahaan negara pengelola hutan di Pulau Jawa dan Madura sangat membutuhkan suatu rancangan Teknologi Informasi yang canggih dan dapat dihandalkan serta dapat meningkatkan kinerja dan penghasilan perusahaan. Dengan luas wilayah kerja yang tersebar di seluruh Pulau Jawa dan Madura, sudah jelas Perum Perhutani mempunyai pekerjaan rumah yang sangat berat di dalam bidang Teknologi Informatika, mulai dari sistim pelaporan yang harus tepat waktu, hilangnya istilah pekerjaan kertas (Paper work), sampai kepada komunikasi antar satuan-satuan kantor yang tidak pernah putus. Beberapa waktu lalu, Perum Perhutani melalui Biro SIM/PDS (Sistem Informasi Management dan Pengelolaan Data Statistik) nya telah melakukan beberapa upaya pembenahan Sistem Informasi Teknologinya. Salah satunya dengan memperbaiki OS (Operating Sytem), yang sampai sekarang masih ada beberapa OS yang masih menggunakan Sistim UNIX bahkan DOS, sistem yang sudah tidak proporsional lagi
untuk suatu perusahaan besar seperti Perum Perhutani yang membutuhkan kecepatan waktu dalam sistim pelaporannya. Saat ini, perbaikan sistem Teknologi Informasi Perum Perhutani tengah dilakukan. Perbaikan ini menyentuh Sistem Server yang sekarang masih terpecah di beberapa lantai agar menjadi satu Sistem Server. Komunikasi melalui penggunaan sistim jaringan LAN & WAN (Local Area Network & Wide Area Network) juga sedang diperbaharui agar dapat lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya. Pembenahan lainnya adalah pada
”If we want to be able to success and compete in a cyber world and technology, we have to open our mind through changes”. Pada perinsipnya, tidak ada yang susah and “there is no mission impossible if we want to try” System Cyber Security nya serta merencanakan agar seluruh Informasi Teknologi di Perum Perhutani dapat segera ON-Line. Saat ini, pengiriman data dari satuan kantor yang berada di daerah sudah dapat dilakukan melalui sistim cyber-net. Sudah jelas, hal tersebut sangat membanggakan kita karena hal tersebut dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Tidak cukup sampai disitu saja tugas yang harus di laksanakan untuk dapat menjadi kan Perum Perhutani sebagai suatu perusahaan yang mengadopsi Sistem Informasi yang canggih, masih
banyak lagi tugas-tugas yang menghadang seperti halnya pembenahan pada sektor Hardware, Software serta Brainware nya yang sudah pasti akan menelan biaya yang cukup besar serta waktu yang tidak sebentar. Namun, kita semua percaya hal tersebut dapat segera kita atasi bersama dengan dukungan dan komitment penuh dari manajemen. Paling tidak, ketika kita membuka Web site www. perumperhutani.com, tidak muncul tampilan error atau data yang sudah tidak up of date. Padahal, alamat web tersebut telah di launch diberbagai profil perusahaan, buku-buku pedoman, bahkan di stiker-stiker. Cukup ironis bila kita membuka website perusahaan sebesar ini dengan visi yang mendunia mempunyai tampilan data yang sudah kadaluwarsa. Namun, sekarang timbul pertanyaan, apakah Perum Perhutani mampu untuk dapat melakukan segala perubahaan di bidang Informasi Teknologi nya agar dapat menjadi suatu perusahaan kehutanan dengan teknologi canggih walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan teknologi bukanlah core business kita? Jawabannya adalah mampu dan harus segera dilaksanakan “What ever the consequences are” although Technology is not our Core Business. Because if we are not doing the changes, we will always be left behind and never be the number one Forestry Company who is ready to competent with others in the world. Just like our Vision “Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia”. Maharseto Kukuh S, B.Com, MIT; bekerja pada Biro SIM/PDS Perum Perhutani.
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
35
Dharma Wanita
Arie Sulistyawatie, Ketua DPC Gerakan Nasional Anti Narkoba atau GRANAT Jawa Timur
Keluarga Harmonis Cegah Penyalahgunaan Narkoba Ketidakharmonisan hubungan dalam keluarga menjadi faktor dominan penyebab seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Seorang anak yang brokenhome, jauh dari kasih sayang dan pengawasan orang tua, akhirnya lebih memilih narkoba sebagai alternatif penyelesaian masalah yang membelitnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Arie Sulistyawatie, aktivis yang juga Ketua DPC Gerakan Nasional Anti Narkoba atau GRANAT Jawa Timur, hasil investigasinya banyak sekali menemukan kasus-kasus penyalahgunaan narkoba yang para pengguna nya berasal dari keluarga yang tidak bahagia meskipun ia cukup
36
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
secara ekonomi. “Berawal dari pelarian, seorang gadis cantik terjerumus dalam penggunaan putaw, salah satu jenis barang haram yang mematikan. Itu saya temukan dalam kasus penyalahgunaan narkoba di Surabaya,” kata Arie yang siang itu didaulat menjadi pembicara dalam
seminar “Penanggulangan Bahaya Narkoba dalam Keluarga”, Senin (14/5), di Gedung Graha Sabha Universitas Gadjah Mada. Seminar hasil kerjasama antara Perum Perhutani, DPC GRANAT Surabaya, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut merupakan rangkaian acara yang digelar dalam Rapat Paripurna dan Pekan Olahraga dan Seni (Ratna dan Porseni) yang berlangsung 14-16 Mei 2007 di Jogjakarta. Dikatakan Arie, saat ini, 3,2 juta orang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, dengan proporsi laki-laki 79 persen dan perempuan 21 persen. Pada tahun 2004, biaya ekonomi sosial penyalahgunaan narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai Rp. 23, 6 triliun. Sedangkan angka kematian pecandu narkoba mencapai 15 ribu orang per tahunnya. Menurut Endang Ekowarni, staf pengajar dari Universitas Gadjah Mada, keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah tidak akan mampu berbuat banyak untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba apabila tidak ada sinergi diantara lembaga tersebut. “Penyalahgunaan narkoba yang merebak saat ini tidak mungkin diatasi dengan pendekatan satu sistem saja,” katanya. Dikatakan Endang, ada beberapa lembaga yang perlu ditingkatkan fungsi dan perannya untuk memerangi narkoba, misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tidak hanya harus mengurus balita maupun ibuibu peserta Keluarga Berencana (KB), tetapi juga memberikan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Selain Posyandu, Lembaga ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), karang taruna, dan PKK dapat merupakan support group bagi keluarga selain LSM yang lebih terkoordinasi secara profesional. Selain tidak harmonisnya hubungan dalam keluarga, faktor lain yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba antara lain pengendalian diri yang rendah, suka mencari sensasi, ikut dengan tokoh idola, keinginan coba-coba, bergaul dengan penyalahguna narkoba, dan rendah penghayatan spiritualnya. Sedangkan bahaya narkoba bagi kesehatan antara lain gangguan fungsi otak, gangguan fungsi pernafasan, gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, gangguan fungsi pencernaan, dan yang paling mematikan tertular penyakit HIV/AIDS melalui penggunaan jarum
Didaktika sungguh bangga ternyata kegiatan ini mendapat sambutan luar biasa dari semua unsur, termasuk Walikota Madiun yang hadir menyaksikan langsung,” kata Tabana. Lomba yang digelar di GOR Wilis yang berkapasitas 3.000 tempat duduk ini tak mampu menampung penonton yang ingin menyaksikan laga drum band Gita Taman Kanak-Kanak.
Tampil di urutan nomor sebelas, Gita Tunas Rimba Perhutani Madiun tampil memukau dengan Uniform warna hijau daun dipadu balutan aksesoris kuning. Tepukan suporter yang umumnya dari keluarga para peserta itu semakin riuh saat lagu pertama maju tak gentar mulai di tabuh oleh anak-anak. Tepukan suporter seolah mengikuti setiap langkah dan irama lagu tersebut.
Display & showmanship yang di usung oleh Gita Tunas Rimba dengan latar belakang hutan mampu menyedot
TK Tunas Rimba Perhutani Madiun Sabet Lima Trophi TK Tunas Rimba Perhutani Madiun sabet lima trophi kejuaraan pada lomba Drum Band TK se-Eks Karesidenan Madiun (29/4). Tiga Trophi kejuaraan itu dari jenis lomba Uniform, Gitapati dan Analisa Musik. Sedang dua trophi lainnya adalah sebagai suporter terbaik dan trophi partisipasi. Lomba yang digelar di GOR Wilis Madiun ini memperebutkan enam kejuaraan dari jenis lomba, yaitu analisa musik, displai & showmanship, general efect, mayoret, gitapati, dan uniform. Lomba drum band menyambut hari Bhayangkara ke 61 ini dibuka oleh Kapolres Madiun AKBP Tabana Bangun. Dalam sambutannya Tabana mengatakan, generasi penerus harus kita siapkan sejak dini agar kelak mereka menjadi generasi yang berprestasi, berdedikasi tinggi, dan memiliki kepedulian terhadap bangsa dan negara. Senada dengan Tabana, ketua panitia Ali Imron mengatakan, lomba drumband ini untuk melatih keberanian anak-anak tampil di depan umum. Selain itu juga sebagai upaya membantu
perhatian penonton, tampilan display bernuansa hutan dengan pohon-pohon yang rindang yang menggambarkan visi Perhutani adalah sebagai upaya untuk mengkampayekan Perhutani Hijau 2010. (Jaelani/Patuh)
program pemerintah dalam pembinaan generasi muda dan memberikan wadah untuk berkreasi dan b e r ko m p e t i s i s e cara sehat sehingga anak-anak memiliki jiwa sportivitas dan tanggung jawab yang baik. L omba diikuti oleh 14 satuan drum band dengan peserta sebanyak 743 anak dan 149 orang official ini merupakan lomba yang pertama kali diadakan di Kota Madiun. ”Saya
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
37
KOLOM
Spirit Rimbawan Ali Rahman Mendampingi perjalanan silaturahmi ketua dewan pengawas ke semua unit Perhutani merupakan perjalanan sarat makna. Dalam tiga kesempatan, presentasi tentang spirit rimabawan, tergambar jelas tentang revitalisasi makna rimbawan ditengah karut marutnya kondisi kehutanan Indonesia pada umumnya. Karena disadari atau tidak, Jawa (hutan Jawa) merupakan holistic of miniature tentang perilaku social terhadap hutan itu sendiri. Laju kerusakan hutan di Indonesia yang konon kabarnya akan masuk dalam guiness book of record memiliki dua dimensi pemaknaan. Pertama, bisa sebagai pembunuhan karakter terhadap komunitas kehutanan Indonesia, dan kedua, sebagai feed back atau peringatan kuat agar semua pemangku kepentingan kehutanan di Indonesia bahu membahu membenahi kondisi hutan.
Spirit rimbawan
Pemaknaan kembali terhadap peran dan kontribusi rimbawan dalam mengelola hutan terasa sangat penting sebagai upaya refleksi dalam menata mindset tentang bagaimana seharusnya seorang rimbawan memperlakukan hutan. Dalam sebuah buku yang sangat menarik untuk dikaji kalangan rimbawan, yang berjuduk The secret life of Plant, dikatakan bahwa sesungguhnya tanaman itu mampu merespon dan mengerti apa yang dilakukan, bahkan niat baik atau buruk manusia dan makhluk lainnya sekali pun. Di beberapa negara Eropa dan Jepang, penggunaan tanaman sebagai lie detector sudah mulai banyak dipergunakan di lembaga peradilan atau pihak kepolisian. Ini artinya aplikasi biomimikiri sudah mulai diaplikasikan dalam membantu kehidupan manusia. Kembali ke spirit rimbawan, kalau semua komponen dalam hutan memiliki respon terhadap apa yang dilakukan manusia sebagai pengelola hutannya, maka menjadi sangat penting pola sikap rimbawan dalam mengelola hutan. Pola sikap dibentuk oleh pola pikir yang komponennya adalah niat baik, pikiran positif, hati yang jernih merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh seorang rimbawan dalam
38
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
mengelola hutan. Pernah dalam suatu kunjungan kerja ke Probolinggo, saya mendapat pembelajaran yang sangat luar biasa dan semakin memperkuat keyakinan tentang interaksi kita dengan makhluk hidup lainnya. Seorang menuturkan, ketika memprilakukan kutu lak kita dalam kondisi jiwa yang tidak baik (misalnya sedang gundah gulana karena gaji tidak cukup atau anak belum membayar SPP Sekolah) maka hasil seedlak tidak akan optimal. Akan tetapi ketika kondisi batin sedang baik dan dikerjakan dengan riang gembira maka hasil seedlaknya akan melebihi dari perkiraan minimal yang diharapkan. Sungguh luar biasa!
Sembilan karakter rimbawan
Sungguh menjadi sangat relevan ketika membedah 9 karakter rimbawan seperti yang disampaikan dalam makalah dari Ketua Dewan Pengawas Muslimin Nasution. Kesembilan karakter tersebut adalah seorang rimbawan harus memiliki keterikatan dengan tuhan secara hakiki, artinya cinta/mahabah kepada sang pencipta. Kedua, tanggung jawab dan mandiri, artinya seorang rimbawan harus bersikap sebagai seorang kesatria yang selalu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya dan mandiri dalam mentukan pola sikap dan perilakunya. Ketiga, kejujuran, merupakan sikap yang sangat relevan didalam budaya yang serba pragmatis seperti sekarang ini. Budaya pragmatis yang selalu berujung pada korupsi dan kolusi. Keempat, adalah hormat dan santun, merupakan etika dasar untuk membangun good corporate governance. Sehingga mekanisme
hubungan antar level management dan karyawan melalui mekanisme yang santun dan produktif tanpa menutup kreativitas dan apa adanya. Kelima, adalah kasih sayang dan kepedulian, merupakan ruh dalam membangun kedekatan secara permanen. Bagaimana seorang direktur berinteraksi dengan karyawan harus dilandasi oleh spirit kasih sayang dan memiliki empati yang tinggi bahwa karyawan merupakan representasi dari sebuah keluarga besar perusahaan. Keenam, adalah percaya diri dan kreatif, merupakan sikap mental yang harus dimiliki oleh seorang rimbawan. Dengan memiliki kepercayaan diri yang dibangun oleh kultur perusahaan secara kondusif maka kreativitas pasti akan muncul dan berkembang sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dan pemberdayaan karyawan akan terwujud. Ketujuh, keadilan dan kepemimpinan, merupakan kondisi yang harus diciptakan oleh seorang pemimpin.
Dengan berlandaskan pada asas keadilan semua kontribusi, saran, gagasan dan kreativitas akan mendapat tempat yang proporsional. Ini akan memiliki implikasi pada etos kerja semua lapisan karyawan sehingga tidak akan ada lagi dalam proses carier planing terjadi pola like and dislike, tetapi yang akan terjadi akibat etos dan prestasi kerja yang ditampilkan oleh karyawan. Kedelapan, rendah hati, merupakan spirit rimbawan akibat kedalaman ilmu dan pemahaman akan kehidupan yang serba relatif dan temporer sehingga seorang rimbawan yang memiliki jabatan tertentu akan paham bahwa jabatan adalah amanah dan gantungan harapan karyawan. Kesembilan, seorang rimbawan harus memiliki sifat toleransi dan cinta damai. Bahwa dalam kehidupan ada kalanya kita harus memberi kesempatan kepda orang lain dalam menunaikan hak dan kewajibannya. Ketika kesembilan karakter tersebut mamapu diinternalisasikan oleh
seorang rimbawan, maka dampak nyata yang akan muncul berupa sikap yang adil dan kreatif (gema kaizen – perbaikan secara terus menerus). Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana upaya internalisasi karakter tersebut? Hal ini berpulang kepada kedewasaan individu dan keteladanan seorang pemimpin. Seorang pemimpin merupakan tokoh yang akan selalu diacu oleh karyawan dalam setiap gerak langkah dalam menjalankan roda perusahaan. Ali Rahman ; Tenaga Ahli Dewan Pengawas Perum Perhutani
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
39
Dirut Perum Perhutani Trantoto Handadhari berjabat tangan dengan Bupati Bogor Agus Utara Effendi usai penandatanganan MoU
Perum Perhutani dan Kab. Bogor
Kerjasama Kelola Sampah Warga Bogor Berterima kasih
Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari dan Bupati Bogor menandatangani Nota Kesepahaman Tempat Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Terpadu (TPST) Nambo yang terletak di kawasan hutan Blok Cibedil, RPH GN. Karang, BKPH Jonggol, KPH Bogor, seluas 100 hektar. Kawasan yang merupakan hasil ruislag dengan PT. Semen Gresik tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah di Kab. Bogor dan sekitarnya, termasuk Jakarta. Dikatakan Transtoto, keadaan tanah di kawasan TPST Nambo juga sangat tandus dan telah dicoba ditanami accacia mangium namun gagal. Agar termanfaat secara maksimal, kawasan tersebut kemudian didayagunakan sebagai tempat pengelolaan sampah
40
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
dengan harapan tanahnya menjadi subur dan sampah yang dikelola dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan sumber tenaga listrik. “TPST Nambo juga akan dimanfaatkan pengumpul barang bekas untuk meningkatkan penghasilan mereka,” tambah Transtoto. Sedangkan Bupati Bogor Agus Utara Effendi mengatakan, warga Bogor sangat berterima kasih dan menyambut baik kerjasama ini. Penanganan persampahan di wilayah perkotaan, terutama Kab. Bogor sebagai daerah
hinterland ibukota negara, kata Bupati, merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Peningkatan kebutuhan pemukiman, jelas Agus, telah menyebabkan Kab. Bogor mengalami pengurangan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah akibat kelangkaan lahan. Pada sisi lain, jumlah penduduk di Kab. Bogor senantiasa meningkat. Dijelaskan Agus, konsep TPPST Nambo yang dikelola secara korporasi akan menjadi solusi yang tempat untuk mengatasi masalah persampahan di Kab. Bogor. “Dengan teknologi ramah lingkungan dan menerapkan beberapa metode secara simultan, diharapkan dampak dan sisa pembuangan dapat ditekan,” katanya. Menurut Administratur KPH Bogor Hezlisyah Siregar, berbagai kegiatan fisik di TPPST Nambo telah dilakukan, terutama tata batas kawasan, seperti pengadaan, pemasangan, pemancangan dan penomoran pal batas. “Gunanya untuk memastikan kawasan yang akan di pakai di Nambo tersebut,” tuturnya. (Darman/Marison)
L
Penjelasan mengenai cacat kayu dilapangan yang dilanjutkan dengan pembuktian cacat kayu di KBM Industri kayu Randublatung ( Foto : Andan. S )
Pelatihan Pengenalan Cacat Doreng Cacat doreng selama ini menjadi kendala utama pelaksana lapangan dalam menaksir kualitas pohon jati karena cacat doreng tidak bisa diketahui dengan kasat mata apabila sebuah pohon masih berdiri tegak. Cacat doreng baru diketahui setelah adanya perlakuan cutting pada sebuah pohon jati. Dengan adanya cacat doreng pada sebuah pohon jati, tentunya berdampak pada degradasi mutu yang ada karena semula sebuah pohon dicalonkan Vineer (Vi) setelah diketahui ada cacat doreng bisa menjadi Hara Doreng (HDR) atau bahkan kualitas lokal apabila doreng tersebut merata. Namun, bila jati terkena cacat doreng masih dalam batasan wajar, bagi kalangan industri kayu, khususnya di Perhutani, hal tidak menjadi masalah karena cacat tersebut bisa siasati pada waktu pengolahan kayu. Untuk lebih mengenal cacat doreng, dilakukan pelatihan bersama antara para mandor tebang dan penguji kayu gelondong dari tiga KPH, yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu
dan KPH Blora, yang pelaksanaannya dilakukan di KPH Randublatung beberapa waktu lalu. Kepala Seksi Produksi dan Pengujian Kayu Perhutani Jawa Ten-
I
N
T
A
S
K
gah Agus Priantono yang ditemui disela–sela pelaksanaan pelatihan tersebut mengatakan, pentingnya pengenalan cacat doreng bagi pelaksana lapangan adalah untuk menyamakan persepsi, karena tidak menutup kemungkinan dari sekian banyaknya mandor tebang yang ada di tiga KPH (KPH Randublatung, KPH Blora dan KPH Cepu) tersebut tidak mengetahui betul tentang cacat doreng. Sebab, di lapangan bisa jadi alur hitam ataupun cacat kebiruan bisa dikatakan doreng. Untuk melakukan pembuktian mengenai cacat doreng dilakukan di PGM Randublatung dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut masih menyatu dengan KPH Randublatung. Pembuktian dilakukan setelah kayu mengalami proses penggergajian dengan menentukan bahwa ada kemungkinan cacat doreng yang ada pada potongan kayu (deel) di lapangan, apabila masih dalam batas toleransi, bisa dimasukkan dalam kualitas kayu penghara (H). Dengan adanya pelatihan ini, para peserta pelatihan diberikan wawasan dan kesamaan cara pandang kepada para mandor tebang tentang pemahaman cacat pada kayu, khususnya dalam menentukan cacat doreng sehingga mereka tidak akan ragu lagi untuk menilai mana yang doreng, mana yang alur hitam, dan sebagainya sehingga prakiraan mutu kayu dari lapangan bisa ditentukan lebih akurat lagi. ( Andan. S)
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007
41
L
I
N
T
A
S
K
Karo Binhut Unit II Jawa Timur sedang mempraktekkan penyilangan agloenema
Dwiono Rahardjo Kawin Silangkan ‘Sri Rejeki’ Seperti biasanya, menghadapi suatu kunjungan, pasti terjadi kesibukan yang luar biasa. Terlebih yang berkunjung Direktur Utama Perum Perhutani. Kesibukan itu pula yang terjadi di KPH Ngawi pada Minggu pertengahan Mei kemarin saat Dirut Perhutani Transtoto Handadhari beserta rombongan berencana singgah dalam perjalanannya dari Cepu ke Jogyakarta. Meskipun jadwal kedatangan sampai Ngawi di atas pukul 14.00 Wib, namun sejak pukul 09.00 Wib sudah nampak berbagai persiapan penyambutan di Kantor KPH Ngawi. Di petak 61 A RPH Sidolaju, tempat Dirut berkunjung kesibukan bahkan terlihat sudah sejak malam. Selain para pejabat dan karyawan KPH Ngawi, nampak pula pejabat Kantor Unit II, Administratur (Adm), serta Waka Adm dari beberapa KPH di Jawa Timur dan Madura. Salah satu pejabat di Kantor Unit II Jawa Timur yang ikut bergabung dengan kesibukan di
42
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
KPH Ngawi adalah Kepala Biro Binhut, Dwiono Rahardjo. Beliau inilah yang memberi nuansa lain saat menunggu kedatangan Dirut. Karena menurut kabar terakhir Dirut memasuki wilayah Cepu dan diperkirakan masih sekitar 2–3 jam lagi masuk wilayah Ngawi, untuk menghilangkan kejenuhan Pak Dwiono berbagi ilmunya dengan ‘Tim Penyambutan’. Yang dibagi, bukan ilmu bidang kehutanan, meski masih terkait dengan tanaman, yaitu ilmu tentang perkawinan silang jenis bunga agloenema atau yang lebih dikenal dengan bunga Sri
Rejeki. Kebetulan di depan ruang Adm Ngawi memang terdapat pot bunga yang berisi beberapa jenis bunga agloenema seperti Donacarmen, Silver dan Snow Rain. Sambil mengajak ‘timnya’, Pak Dwiono kemudian memetik salah satu tangkai bunga agloenema silver. “Begini caranya membuat persilangan untuk menghasilkan jenis baru,” kata beliau sembari mempraktekkan ilmunya. Mula-mula bunga yang sudah masak dikupas kelopaknya kemudian serbuk bunga pada pangkal biji yang telah terkupas dioles-oleskan pada putik bunga agloenema jenis lainnya. “Tapi harus satu varietas dan upayakan dari jenis yang berdaun tebal dengan yang memiliki warna bagus supaya menghasilkan varietas unggul,” tambahnya. Dengan bercanda Adm Ngawi menimpali, “Wah…, jangankan mengawin silangkan bunga, Pak. Saya sendiri aja nggak sempat…”. Hal ini membuat semua orang yang ada di sekitar Pak Dwiono tertawa terpingkal-pingkal. Ya, meskipun kalimat Pak Adi Pradana tidak selesai, namun semua sudah tahu kalau beliau hanya seminggu sekali bertemu keluarganya yang sampai saat ini tinggal di Boyolali. Artinya…? ya
P
erjalanan
Ke Yogyakarta Aku Kan Kembali... “Yogyakarta adalah ‘magic land’, siapa yang pernah ke Yogyakarta pasti terkesan dan ingin kembali lagi”.
Transtoto Handadhari
Terkesan dengan kalimat Yogyakarta adalah ‘magic land’, saat waktu luang di tengah kegiatan acara Rapat Paripurna dan Porseni yang begitu padat pun saya melangkahkan kaki menyusuri sudutsudut kota Yogya, mencoba mencari makna ‘magic land’ itu sendiri. Memang, tidak salah apa yang diucapkan Pak Dirut, banyak hal di kota budaya ini yang membuat saya tercengang, suasana kota yang tentram, keramah-tamahan warga Yogya, membuat serasa ada ‘atmosfer’ lain di kota ini. Jalan-jalan di Yogya? Ternyata
nyaman juga dengan lalu lintas yang sungguh sangat jauh berbeda dengan Jakarta. Di Yogya, saya tidak merasakan ‘kemrungsung’, Padahal, di lingkungan tempat saya tinggal sekarang, tetangga menjuluki saya P6 (Pergi Paling Pagi Pulang Paling Petang) meskipun jarak rumah saya dengan kantor hanya sekitar 20 km. Arus lalu lintas yang sangat macet, membuat saya harus menempuh perjalanan lebih kurang 2 jam. Soal memanjakan lidah? Wah, ternyata Yogya memang tempat-
nya. Berbekal buku panduan yang diterbitkan panitia, saya kunjungi pula gudeg Yu Djum Barek, Bakmi Kadin yang khas dengan ayam kampungnya, Sate Karang Alunalun Kotagede, Spesial Udang Mang Engking, Jl. Godean, dan yang jelas saya tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk memanjakan lidah di Yogya. Bagi yang gemar belanja juga tidak perlu khawatir, wisata belanja di kota ini ternyata juga menarik, selain sepanjang jalan malioboro yang begitu unik, ada pula Plaza Ambarukmo, Galeria Mall, dll. Ada hal unik lain yang saya rasakan. Ketika saya tiba di alunalun selatan, saat menikmati ronde sambil lesehan, saya melihat orangorang di sekitar saya banyak yang berjalan dengan mata tertutup kain hitam mencoba berjalan diantara kedua pohon beringin. Namun, sedikit sekali orang yang berhasil sampai di pohon beringin tersebut. “Wah begitu aja kok nggak bisa,” kata saya membatin. Tapi, meskipun kelihatan mudah, ternyata setelah saya coba saya juga tidak berhasil ... he... he... he... Ada satu keinginan saya yang belum terwujud, yakni belajar membatik di lingkungan kraton, tapi tidak perlu khawatir, karena ke Yogyakarta aku kan kembali.../(Henny Elevianty)
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
43
HUKUM
Aanslibbing Bambang Eko Supriyadi PENDAHULUAN
”Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, ....... dan seterusnya”
“Aanslibbing” berarti penambahan tanah. Suatu bentuk mendapatkan hak milik (karena alam). Penambahan tanah di tepi sungai dan danau, juga di tepi pantai lautan adalah menjadi hak milik pemilik tepi tersebut. Demikian menurut Kamus Istilah Hukum Belanda - Indonesia Fockema Andreae. Dalam kosa kata bahasa Indonesia, aanslibbing dikenal dengan berbagai istilah, antara lain : tanah timbul; tanah pembawaan lumpur; tanah lambiran, dan sebagainya, yaitu tanah yang terbentuk karena endapan lumpur, baik di pantai maupun di muara sungai. Tanah timbul, demikian seterusnya akan kita namakan, merupakan fenomena alam biasa yang dapat terjadi di beberapa daerah yang berbatasan dengan laut, danau, atau sungai, yaitu adanya tanah yang perlahan-lahan timbul ke permukaan air yang berasal dari endapan lumpur dan lamakelamaan menjadi suatu pulau atau merupakan suatu perluasan dari suatu pantai atau tepian sungai. Fenomena alam ini berubah menjadi fenomena hukum tatkala kemudian tanah hasil endapan lumpur tersebut menjadi ajang perebutan atau bertumbuknya berbagai klaim. Secara kebetulan, tanah timbul ada yang berimpit (lèngkèt) dengan kawasan hutan, biasanya hutan Bakau/Mangrove. Dapat disebutkan disini beberapa kasus Tanah Timbul yang terjadi di beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yaitu : di wilayah Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah di KPH Banyumas Barat, wilayah Unit II Jawa Timur di KPH Banyuwangi Selatan; dan juga dapat ditemukan di KPH Indramayu, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Pertanyaannya, siapa yang paling berwenang menguasai/memiliki tanah timbul tersebut ?
LANDASAN PENGATURAN
Terhadap permasalahan Tanah Timbul, belum banyak ditemukan landasan hukumnya. Peraturan yang ada saat ini berupa Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 593/Kep.518/Hak/88 tentang Penggunaan, Peruntukan dan Peng-
44
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
gunaan Tanah Pantai di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor : 410-1293 tanggal 9 Mei 1996, yang ditujukan kepada para Kakanwil BPN dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, dan terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 593/Kep.518/Hak/88 tersebut pada intinya dinyatakan bahwa Tanah Timbul dikuasai oleh negara dan berada di bawah pengawasan Gubernur, yang dalam pelaksanaan sehari-hari dilakukan dan dipertanggungjawabkan kepada Bupati/Walikotamadya. Sesuai SK Gubernur tersebut, khusus untuk Tanah Timbul yang berimpit dengan kawasan hutan langsung menjadi kawasan hutan, dan berada dalam pengelolaan Kehutanan dan atau Perhutani. Apabila Tanah Timbul yang berada di kawasan hutan diperlukan untuk suatu proyek baik Pemerintah maupun Swasta, harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya Bupati/Walikotamadya, sebagai kepala wilayah berkewajiban mengawasi dan mengamankan Tanah Timbul yang ada di dalam kawasan hutan. Dalam Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 410-1293 disebutkan bahwa tanah-tanah timbul secara alami seperti delta, tanah pantai, tepi danau/situ, endapan tepi sungai, pulau timbul dan tanah timbul secara alami lainnya dinyatakan menjadi tanah yang langsung dikuasai Negara. Selanjutnya penguasaan/pemilikan dan penggunaannya diatur oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan dalam PP. 16 Tahun 2004 pada pasal 12 dinyatakan bahwa tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh Negara.
VERSI KUH PERDATA
Dalam Buku Kedua Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUH Perdata) terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang cara mendapatkan hak milik, diantaranya berupa penambahan dan pendamparan tanah (aanslibbing dan aanspoeling). Sebagai contoh dalam Pasal 589 disebutkan : “Pulau besar dan pulau kecil, yang terdapat di sungai yang tidak dapat dilayari atau diseberangi dengan rakit, begitu pula beting yang timbul dari endapan lumpur di sungai seperti itu, menjadi milik si pemilik tanah di tepi sungai tempat tanah timbul itu terjadi. Bila tidak berada pada salah satu dari kedua belah sungai, maka pulau itu atau beting itu menjadi milik semua pemilik tanah di kedua tepi sungai dengan garis yang menurut perkiraan ada di tengah-tengah sungai sebagai batas”. Selanjutnya di pasal 596 alinea kedua dinyatakan : “Pertambahan menjadi keuntungan pemilik tanah di tepi sungai, tanpa membedakan, apakah dalam akta tanah disebutkan luas tanah itu atau tidak; tetapi hal itu tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam undangundang atau peraturan umum mengenai jalan bagi pejalan kaki atau jalan bagi pemburu”. Terkait dengan dua pasal tersebut, dalam pasal 597 kemudian dinyatakan : “ketentuan dalam alinea kedua pasal yang lalu berlaku juga bagi pertambahan yang terjadi pada tanah di tepi telaga yang dapat dilayari dengan perahu; dan akhirnya berlaku juga terhadap pertambahan tanah akibat damparan dari laut di pantai dan di tepi sungai yang mengalami pasang naik dan pasang surut, baik tanah tepian itu milik negara, maupun milik perorangan atau persekutuan”. Jadi dalam KUH Perdata cukup jelas diatur siapa yang kemudian menjadi pemilik dari tanah timbul.
POSTA BERLAKUNYA UUPA
Dengan berlakunya UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960 tentang ”Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria”, atau yang lebih dikenal dengan nama Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), maka pasal-pasal dalam Buku II KUH Perdata yang mengatur mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, termasuk yang mengatur masalah aanslibbing dan aanspoeling ikut dinyatakan dicabut dan tidak berlaku. UUPA sendiri secara tegas menganut konsepsi hukum adat sebagaimana disebut dalam pasal 5 yang menyatakan : ”Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, ....... dan seterusnya”. Menurut hukum adat, selain melalui cara pembukaan tanah (ontginning), hak milik juga dapat diperoleh atas tanah pembawaan lumpur, yang timbul di tepi sungai. Pada umumnya di Jawa, tanah yang timbul karena pembawaan lumpur adalah hak orang yang mempunyai tanah, dimana tambahan tanah itu terjadi. Bila tanah lama di tepi sungai itu adalah hak milik, maka pemilik itu akan mendapat hak milik pula atas tanah tambahan itu (Ardiwilaga, 1962 : 71). B. Ter Haar, seorang Profesor Hukum Adat Hindia Belanda, dalam bukunya ”Beginselen en Stelsel van Het Adatrecht”, menulis bahwa hukum adat mengakui adanya hak terdahulu atas tanah (voorkeursrecht op grond), yaitu ”een rechtsverhouding tot den grond, welke de aanspraak meebrengt, een bepaald bouwveld door (verdere) bewerking tot het zijne te maken (in inlands bezit te brengen)” - suatu hubungan hukum yang memberi hak untuk mengerjakan tanah itu (terus-menerus) dan untuk memilikinya (dengan ”hak milik”). Hak ini juga berlaku bagi pemilik tanah pertanian atas tanah pembawaan lumpur (aanslibbing) pada tanah pertaniannya; het voorkeursrecht van den bouwveldbezitter op aan zijn bouwveld aanslibbenden grond, demikian dinyatakan oleh Ter Haar (1950 : 74-75). UUPA dalam pasal 22 ayat (1) me-
nyatakan bahwa terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah, namun PP tersebut hingga saat ini belum pernah terbit. Dalam Rancangan UU tentang Hak Milik Atas Tanah yang pernah dibuat pada tahun 1997, pada pasal 12 ayat (2) disebutkan bahwa orang atau badan hukum yang mempunyai hak milik atas tanah yang berbatasan langsung dengan tanah timbul yang merupakan tanah negara mempunyai kesempatan lebih dahulu untuk mengajukan permohonan hak atas tanah timbul tersebut.
PENUTUP
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 UUPA, maka sudah pada ghalibnya Tanah Timbul menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Apalagi hingga saat ini Peraturan Pemerintah yang mengatur terjadinya hak milik menurut hukum adat belum pernah diterbitkan. Dan karenanya barangsiapa berkeinginan untuk menguasai atau memilikinya, dapat mengajukan permohonan kepada BPN sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal Departemen Kehutanan atau Perhutani memerlukan sebidang tanah timbul yang berimpit dengan kawasan hutan dalam rangka efektivitas pengelolaan hutan, maka perlu mengajukan permohonan. Mengacu pasal 5 UUPA, secara hukum Departemen Kehutanan atau Perhutani memiliki hak prioritas penguasaan atas dasar hak terdahulu (voorkeursrecht) yang memang diakui dalam hukum adat - hukum asli bangsa Indonesia - hukum yang menjadi dasar UUPA. Dalam rangka penyelesaian kasus-kasus tanah timbul yang berimpit dengan kawasan hutan dengan Instansi-instansi terkait, SK Gubernur Jawa Barat dimaksud dapat dijadikan petunjuk atau rujukan. Bambang Eko Supriyadi; Kasie Hukum Kantor Pusat Perum Perhutani
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
45
KOLOM
C I N T A A R Septiana Konon ada dua metode untuk membangkitkan motivasi seseorang sehingga dapat bekerja lebih, yaitu dengan: ‘menakut-nakuti’ dan ‘mengimingimingi’. Bahasa kerennya: Stick and Carrot System atau Reward and Punishment System, seperti yang mulai digandrungi Perhutani sekarang ini. Menakut-nakuti artinya membuat seseorang takut bila tak dapat melakukan atau mencapai target sesuai yang ditetapkan si pemberi perintah. Contohnya, seorang boss mengancam akan memecat salesnya bila tak dapat mencapai target pejualan tertentu. Ketakutan akan ancaman itu membuat si sales mengerahkan segenap daya upaya yang dimilikinya untuk mencapai target yang ditetapkan. Menakut-nakuti mungkin adalah metode pembangkit motivasi paling primitif dan efektif yang dikenal manusia. Pernah dengar anekdot tentang seseorang yang tiba-tiba bisa melompati sungai yang sangat lebar, hanya karena ngeri dikejar anjing? Atau pernah nonton film Forrest Gump, si lumpuh yang tiba-tiba bisa berlari kencang karena takut dijailin teman-temannya? Itu bukti keampuhan metode ini. Mengapa begitu ampuh? Karena dia merangsang timbulnya potensi paling besar dalam diri manusia yang kerap tersembunyi: daya untuk survive. Tak ada yang lebih keras pada manusia selain upayanya dalam bertahan untuk hidup. Makanya, meski kuno, teknik ini masih banyak dianut dalam ilmu manajemen modern. Tetapi ada kekurangan dalam metode ini. Karena sifatnya yang menekan, maka akan selalu ada perasaan terpaksa mengiringi pelaksanaannya. Ini berimplikasi pada beberapa kemungkinan. Misalnya, hanya efektif bila dilakukan pengawasan ketat. Bila tidak diawasi, maka dia akan berlaku seperti semula, atau malah lebih parah. Persis bunyi iklan: Patuh Karena Ada yang
46
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
Lihat. Pada kasus lain bisa terjadi keberhasilan yang dicapai hanyalah keberhasilan semu. Karena menghindari sanksi yang menakutkan, maka dilakukan rekayasa sedemikian rupa sehingga seakan-akan target benar-benar berhasil diraih. Yang penting selamat pada saat dilakukan pemeriksaan. Ketika sang pemeriksa pulang, baru kelihatan aslinya yang ancur-ancuran. Kondisi tertekan, pada satu titik, juga bisa menimbulkan sikap antipati, lebih jauhnya bisa menimbulkan perasaan dendam, sehingga tidak bagus untuk hubungan antar personal. Serta kekurangan-kekurangan lain yang bisa diidentifikasi lebih lanjut. Karena itu, para ahli kemudian menyarankan untuk lebih mengedepankan metode kedua -meskipun dengan tidak harus meninggalkan yang pertama-, yaitu dengan ’mengiming-imingi’. Dia tidak memaksa, tetapi berusaha membuat seseorang menginginkannya. Pada dasarnya, dia mengeksploitasi sifat manusia yang tak pernah puas. Agar seseorang tergugah motivasinya, maka ditawarkan atau dijanjikan bermacam-macam imbalan, baik berupa materil maupun yang sifatnya honouristic bila dapat mencapai apa yang ditetapkan. Jadi metode ini lebih bersifat positif. Meski kekuatannya kadang tak sedahsyat yang pertama -karena tak ada konsekuensi yang menakutkan meski tak tercapai- tetapi metode mengiming-imingi juga efektif untuk membangkitkan motivasi selain
relatif lebih ’manusiawi’. Pernah menonton film mengharukan karya sutradara Iran Abbas Kiarostami yang mengisahkan perjuangan seorang anak untuk memenangi sebuah perlombaan lari karena menginginkan hadiah sepasang sepatu buat adiknya yang ia hilangkan? Iming-iming ternyata juga memiliki kekuatan tersendiri untuk mengerakkan potensi tersembunyi seseorang. Tapi, metode ini juga tak lepas dari kekurangan. Selain kurang ’dahsyat’ -lari seseorang yang mengejar hadiah seratus ribu perak tentu kalah cepat dari lari seseorang yang dikejar anjing, misalnya-, teknik ini juga menyimpan potensi masalah. Misalnya, persaingan untuk mendapatkan penghargaan/imbalan menjadi rawan konflik dan menjadi arena sikut-sikutan. Apalagi bila ternyata parameternya tak jelas dan quotanya yang sangat terbatas. Orientasi imbalan juga bisa mendidik orang menjadi lebih materialistis dan pamrih. Bila tak ada iming-iming hilanglah motivasi kerja. Maka, timbul kasus-kasus dimana orang enggan melaksanakan tugas hanya karena tak ada uangnya, dsb.dsb. Namun demikian, meski masingmasing memiliki kekurangan dan menyimpan potensi problem, metode atau sistem ’menakut-nakuti dan mengiming-imingi’ ini banyak diterapkan dalam manajemen perusahaan modern. Ini dikarenakan efektifitasnya yang teruji dalam mencapai tujuan serta dampak positif lain yang dihasilkannya, seperti terpenuhinya rasa keadilan dimana orang yang bekerja baik tentu saja penghargaannya tidak boleh disamakan dengan yang bekerja asal-asalan. Untuk mengurangi efek negatifnya biasanya dilakukan berbagai variasi dan kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan. Ketika Perhutani menyatakan akan -dan sudah mulai- menerapkan sistem reward and punishment (terutama Reward-nya) secara konsisten
dan konsekuen, ini tentu saja adalah langkah maju, dan karenanya patut didukung. Hal Ini berarti manajemen Perhutani sudah mulai menyadari akan pentingnya upaya melakukan ’manajemen motivasi’ dalam menunjang kinerja perusahaan, yaitu dengan mendorong karyawannya untuk mau bekerja lebih. Dan dampaknya sudah cukup kelihatan, minimal itu saya lihat di lingkungan kecil kerja saya. Dalam bidang tanaman, misalnya, semenjak di terapkan sistem reward-punishment, para mandor nampak lebih serius dalam memperhatikan lokasi tanamannya, meski juga sedikit menjadi lebih sensitif. Mereka juga bersuka cita ketika mendapatkan uang reward, meski
nilainya tak terlalu besar. Nampak jelas, mereka kini merasa kerja kerasnya lebih dihargai. Namun, cukupkah semua itu memperbaiki keadaan? Cukupkah cara itu untuk menggerakkan motivasi segenap komponen rimbawan sehingga dapat menghasilkan daya juang yang dibutuhkan untuk membangun kembali hutan seperti yang dilakukan pendahulu-pendahulu kita? Mungkin belum. Ada satu hal yang nampaknya tidak kita miliki dibanding kakek-nenek kita dulu. Satu hal yang sangat mendasar dan merupakan penggugah motivasi paling dahsyat, tanpa pamrih dan zonder paksaan. Apakah itu? Cinta.
Ya, Cinta. Apapun tak kan berhasil tanpa Cinta, ujar Morihei Ueshiba. Dengan Cinta, kita akan tetap bekerja lebih meski tanpa diawasi. Tetap mencurahkan segenap kemampuan meski tanpa imbalan yang tinggi. Tetap antusias meski di tengah segala keterbatasan. Dan Cinta itu t’lah lama hilang. Ketika Bang Mus (Dr. Muslimin Nasution) berpesan jadilah Rimbawan Mujtahid, Mujaddid dan Mujahid dalam acara Mubes Sekar di Madiun kemarin, sebenarnya beliau mengingatkan kita akan hal ini, meski dengan bahasa yang lebih religius. Ikhlaslah, serunya, karena kita adalah yang terpilih sebagai pemegang amanah menyangga kehidupan manusia untuk generasi sekarang dan generasi mendatang, kita adalah Khalifatullah Fil’ardh itu. Kita membutuhkan Cinta. Sayang, kita hidup di sebuah zaman yang tak ramah untuk spesies yang satu ini. Terjangan angin materialisme dan kerasnya persaingan hidup telah menggebah mereka entah kemana. Dan kini, di hari-hari ini, di setiap kertas yang kita tulis, setiap bibit yang kita tanam, setiap gram getah yang kita sadap, kita pun bertanya-tanya: dimana dia... dimana dia... Rajamandala, 15 Maret 2007
AR Septiana; Asper/KBKPH Rajamandala
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
47
Wisata
Wisata
Curug Cilember Ramai Dimanfaatkan Foto Pre Wedding
Wana Wisata (WW) Curug Cilember sering dimanfaatkan foto out door pre wedding bagi pasangan calon pengantin yang ingin naik ke pelaminan. Foto–foto calon pengantin itu biasanya dimanfaatkan untuk mempercantik kartu undangan perkawinan maupun dipajang pada gedung pesta perkawinan sehingga tamu undangan dapat menikmati sepotong perjalanan cinta pengantin yang tengah bahagia di pelaminan. Nah, kini pemotretan di luar ruangan menjadi trend dan diminati oleh banyak calon pengantin. Seperti pada siang waktu lalu (25/4), sepasang kekasih sedang mengambil pemotretan out door pre wedding. Berbagai sudut alam curug Celember dimanfaatkan sebagai latar, seperti air terjun dan teras penginapan. Suasana alamnya sangat mendukung untuk diabadikan sebagai momen yang spesial. Mereka bergaya dengan berbagai pose di depan kamera sesuai arahan stylish dari foto studio. Menurut petugas WW Curug Cilember, trend pemotretan pasangan sebelum upacara perkawinan (pre wedding)
48
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
di Curug Cilember sudah berlangsung sejak tiga–empat tahun terakhir ini. “Trendnya terus meningkat,” jelas Idang, panggilan akrab Syarif Hidayatullah. Awal mula WW Curug Cilember dimanfaatkan sebagai pemotretan out door pre wedding itu berasal dari salah satu Foto Studio, Art Foto, dari Jakarta. Mereka datang, kemudian mengambil gambar. Setelah itu, datang lagi foto studio lain. “Begitulah. Informasinya hanya dari mulut ke mulut. Akhirnya, WW Curug Cilember sering dimanfaatkan untuk pengambilan foto calon pengantin,” jelasnya. Menurut penuturan Idang, pada awalnya mereka itu gratis. Akan tetapi, karena makin lama banyak, maka kami lapor ke KPH Bogor. Maka diputuskan, pengambilan foto
pre wedding dikenakan biaya. “Nah, pengambilan gambar di luar ruangan sebelum upacara ini menjadi sumber pendapatan yang cukup signifikan bagi Wana Wisata Curug Cilember,” ungkapnya. Idang menyebut, angka nominal sekitar Rp 100 juta pada tahun 2006. Awalnya, tarif pengambilan foto pre wedding di Wana Wisata Curug Celember Rp 250 ribu, kemudian dinaikkan menjadi Rp 275 ribu rupiah. Akhirnya, pada tahun 2005 dinaikkan lagi menjadi Rp 300 ribu. “Uang sebesar itu hanya untuk ijin pengambilan foto di lokasi Wana Wisata Curug Cilember. Kru foto studio, pasangan pengantin, dan anggota rombongan lainnya tetap harus membeli karcis tanda masuk yang sekarang besarnya Rp 5000 per orang,” jelas tokoh pemuda dari desa Jogjokan yang direkrut KPH Bogor menjadi petugas WW Curug Celember itu. Hampir tiap minggu, pemotretan pre wedding terus berlangsung. Begitu banyak animo yang memanfaatkan Curug Celember, lantas apakah tarif ijin pemotretan tidak dinaikkan oleh pihak pengelola? “Pertanyaan itu pernah dilontarkan oleh GM Wisata beberapa waktu lalu, tapi saya jawab, ‘tak usah,Pak. Soalnya nanti, mereka pindah ke lokasi lain. Karena di sekitar sini banyak saiangannya.’ Itulah jawaban saya pada GM Wisata, Pak Teguh Purwanto,” kilahnya. Oh, ya, WW Curug Celember sekarang sudah lepas dari KPH Bogor dan dikelola oleh KBM Wisata dan Usaha Lain Unit III Jawa Barat dan Banten. Sampai sekarang, ada 16 Foto Studio dari Jakarta yang sudah menjadi langganan. Antara lain AA Foto King Foto A, King Foto B, Lesvi Foto, dan Faiyu Foto. Nah, bagi Anda yang mau menikah (lagi) atau mantu (lagi), sekali – kali mencoba untuk mengabadikan momen sebelum prosesi perkawinan di WW Curug Cilember. Siapa bermi-
Sosok
Sosok
DWI WITJAHYONO Rimbawan yang Concern di Bidang Seni Tari Alunan gamelan mengiringi lembut langkah kaki puluhan penari berparas ayu dalam acara penutupan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Perum Perhutani, yang dipusatkan Rabu (16/5) lalu di lapangan Akademi Angkatan Udara (AAU) Maguwo, Jogyakarta.
Gerakan-gerakan indah namun penuh arti yang dilakoni para penari itu membuat ratusan penontonnya, termasuk Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari terpesona. Oleh penciptanya, Administratur Kedu Selatan Dwi Witjahyono, sendratari berdurasi sekitar sepuluh menit itu diberi judul Bangkit Bela Wanantara (BBW). Dwi yang mantan Kepala Seksi Perencanaan Hutan (KSPH) Jogya itu mengatakan, tarian ini merupakan susunan baru yang menggambarkan tekad, semangat serta gelora dalam menata alam semesta. “Melalui tarian ini, saya mau mengatakan bahwa hutan adalah nafas dan paru kehidupan untuk keabadian sempurna. Menyapa mesra tetumbuhan dan seisi hutan adalah tugas suci seluruh umat bumi. Siapapun yang mencoba menjarah, merusak dan menodai hutan adalah musuh-musuh yang harus dilindas tuntas,” papar Dwi yang akrab disapa dengan nama Yoyok. Makanya, kata Dwi, meski gerakangerakan dalam tarian ini cenderung lembut, namun ada kombinasi gerakan tegas seakan-akan mau menunjukkan pembelaan diri. Misalnya ada gerakan memainkan keris. “Itu artinya, kita selalu siap untuk melindas siapapun yang mencoba merusak hutan. Rawerawe rantas malang-malang putung. Satu tekad bersama. Bangkit, jaga, bela dan pertahankan kelestarian hutan
nusantara,” ujarnya. Menurut rimbawan yang juga “concern” di bidang seni tari ini, mempersiapkan sendratari BBW bukanlah hal yang sulit. Bahkan awalnya tidak terpikirkan untuk menampilkan tarian ini dalam acara penutupan Porseni. “Terus terang ketika pembukaan, saya melihat kegiatan ini kok kurang meriah. Terpikirkanlah untuk menciptakan tarian ini dengan harapan dapat disajikan dalam acara penutupan,” ceritanya.
Dengan dibantu sang istri yang juga aktif di bidang seni tari, tarian BBW dapat dipersiapkan dalam waktu yang sangat singkat. BBW bukanlah tarian pertama yang diciptakan Yoyok. Sebelumnya, Yoyok sudah sering menciptakan tarian dengan beragam tema. Diantaranya pernah menciptakan tarian untuk panen raya padi di Randublatung. “Bersama istri, saya akan terus berkarya dengan menciptakan tari,” pungkasnya. (Tuti/Humas Unit
“Melalui tarian ini, saya mau mengatakan bahwa hutan adalah nafas dan paru kehidupan untuk keabadian sempurna. Menyapa mesra tetumbuhan dan seisi hutan adalah tugas suci seluruh umat bumi. Siapapun yang mencoba menjarah, merusak dan menodai hutan adalah musuh-musuh yang harus dilindas tuntas,” Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
49
Sosok
Sosok
Maka dari itu, peran mandor tanaman untuk menanam dan memelihara tanaman sangat besar. Di antara mandor tanaman yang punya peran besar itu adalah Pepe Sudiana. Dedikasinya dalam bidang tanaman boleh diacungi jempol. Karena seluruh waktu yang dimilikinya diwakafkan untuk mengurusi tanaman. “Kalau ditanya kenapa saya berhasil? Jawabnya, bekerja tanpa pamrih, tidak mengenal jam dan hari, dan tidak mengenal waktu libur, otomatis jangan segan–segan tiap hari ke lapangan,” jawab laki–laki kelahiran Ciamis, 1 Februari 1965 itu, ketika ditanya apa kiatnya agar tanaman yang menjadi tanggung jawabnya itu bagus. Selain jawaban bersifat non teknis kehutanan, Pepe Sudiana mengemukakan juga, bahwa tanaman dapat tumbuh dan berkembang bagus, apabila memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya, persemaiannya harus baik. Jika persemaian pohon itu baik, maka tanamannya pun biasanya dapat tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Untuk memperoleh bibit yang baik, menurut Pepe Sudiana, ada beberapa cara yang dilakukan. Seperti sebelum bibit ditanam harus dilakukan penyapihan agar memeliki tinggi yang sama, seumpama 30 cm. Kemudian, bibit daun jati itu dibersihkan ketika masih dipolibag. Setelah itu baru ditanam. “Kalau daun jati tidak dibersihkan dikawatirkan apabila turun hujan, daunnya itu menggayut ke tanah dan pada akhirnya batang akan terpengaruh dalam pertumbuhannya,” jelas laki–laki kurus, trengginas dan prigel ini. Pepe Sudiana, bapak 3 anak yang hidupnya penuh warna. Sebelum bekerja di Perhutani, ia pernah bekerja di perkebunan coklat, Pangandaran. Kemudian melanglang buana ke Jakarta. Di ibukota, Pepe Sudiana berhasil menyunting gadis pujaannya asal Yogjakarta. Dari Jakarta, mereka kembali ke Ciamis, tepatnya Karang Nini, yang baru dibuka sebagai obyek wisata, tahun 1985. Pepe, yang sebagai juara III mandor tanaman tingkat Direksi, mengaku memperoleh total hadiah sebesar Rp 23 juta, antara lain dari unit III dan dari Dirut ketika jalan–jalan di Gedung Manggala Wanabakti. Hadiah sebanyak itu, ternyata tidak dinikmati Pepe sendiri. “Selain bagi–bagi rizki dengan pesanggem, juga saya wujudkan dalam bentuk TV yang bertengger di kantor Asper/KBKPH Pangandaran,” ujarnya bangga. (MU)
50
Edisi 15/ 16 /Th. Th.22//Mei Juni2007 2007
Pepe Sudiana Bagi-bagi Rezeki Mandor tanaman merupakan ujung tombak Perum Perhutani. Perusahaan menjadi berkembang, kemudian maju, dan sehat, salah satunya ditentukan oleh mandor tanam. Apa pasal, karena core bisnis Perhutani adalah kayu, maka plances (baik jati maupun rimba) yang ditanam harus tumbuh dan berkembang sampai pada akhir daur.
Sinardi Terharu
Perhutani Telah Berbuat Banyak Menyejahterakan Masyarakat Sinardi, Ketua LMDH Wana Tani Makmur, Desa Nglebur Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, adalah salah satu orang yang paling berbahagia dalam acara pembukaan Ratna dan Porseni di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (14/5). Sinardi adalah satu dari sekian orang yang mendapat penghargaan dari Perum Perhutani siang itu. Sinardi, dengan semangat membara, bercerita tentang kesuksesan LMDH yang dipimpinnya, yang terbentuk melalui sistem pemilihan langsung masyarakat pada 27 Oktober 2002. Dalam kurun waktu lima tahun, katanya, dengan menerapkan azas keterbukaan dalam berorganisasi, LMDH Wana Tani Makmur mampu menyumbang 25 persen
pendapatannya untuk desa, 2 persen untuk Forum Komunikasi PHBM Kecamatan, 3 persen untuk PHBM Desa, 5 persen untuk manajemen fee, dan 65 persen untuk kegiatan operasional LMDH. Untuk menjalankan usaha produktifnya, LMDH Wana Tani Makmur telah membentuk Koperasi Sumber Tani Makmur yang bergerak mulai dari pembuatan tahu-tempe hingga usaha furniture. Menurut Sinardi, LMDH adalah wadah yang tepat bagi masyarakat untuk mengaplikasikan programprogram PHBM. “Terus terang ada ketakutan warga desa bila program PHBM berhenti, karena warga kami sudah banyak merasakan keuntungan dari PHBM ini, misal un-
tuk mengsupport dana pendidikan tingkat sekolah dasar (SD) telah kami serahkan Rp. 5 juta untuk 5 SD. untuk Taman Kanak-kanak, kami berikan Rp. 750 ribu per TK untuk 2 TK. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), kami berikan Rp. 1 juta. Sumbangan ini sudah kami lakukan sejak tahun 2004,” tutur Sinardi. Selain itu, dalam bidang sosial, LMDH Wana Tani Makmur juga bertanggung jawab pada warga desa yang fakir dan cacat. “Saat ini ada 4 orang warga kami yang fakir dan cacat yang menjadi tanggung jawab kami. Setiap bulan kami santuni 20 kilogram beras dan uang Rp. 250 ribu per orang per bulan,” katanya. Atas itu semua, Sinardi merasa terharu. “Ternyata Perum Perhutani memperhatikan kinerja kami sebagai mitra dan ada kepedulian terhadap kami,” katanya. “Dan saya yakin, Perhutani telah berbuat banyak menyejahterakan masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar hutan,” tambahnya. /(Henny)
Edisi Edisi 16 15// Th. Th. 22 // Juni Mei 2007
51
52
Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007