Dokumentasi

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dokumentasi as PDF for free.

More details

  • Words: 12,949
  • Pages: 81
.Konsep Dasar Dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang. Disebelah atas, melekat pada iga. Di bagian bawah melekat pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam lapisan kulit yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutan dan fasia superfisialis ( Fasia scarpa ). Kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus abdominis externus, m. oblikus abdominis internus, m. tranfersus abdominis dan ahirnya lapis preperitoneum. Peritoneum, yaitu fasia tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba. Dinding perut membentuk rongga perut yang melindung isi di dalamnya. Integritas lapisan muskulo aponeuresis sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan, dapatan maupun iatogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada waktu pernafasan, juga pada saat berkemih, dan buang air besar dengan meninggikan tekanan intra abdomen. Vaskularisasi dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kranio dorsal diperoleh pendarahan dari cabang aa. Intercostalis VI s/d XII dan a epigastrika superior. Dari kaudal terdapat a. iliaka sirkum fleksa superfisialis, a pudenta externa dan a epigastrika inferior. Kekayaan vaskularisasi ini memungkinkan sayatan perut horisontal maupun vertical tanpa menimbulkan gangguan pendarahan. Persyarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh n. torakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I. Patofisiologi Kelainan kongenital Omfalokel dan Gastrischisis Embriogenesis Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis. Diagnosis Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong. II.Pengobatan Paliatif Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hati di dalam kantong akan menentukan cara pengobatan. Bila kantong omfalokel kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi omfalokel biasanya terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak bisa dimasukkan ke dalam rongga perut. Jika dipaksakan maka karena regangan dinding perut diafragma terdorong ke atas dan terjadi gangguan pernafasan. Obstruksi vena cava inferior juga dapat terjadi karena penekanan tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian ada kesempatan terjadinya epitelisasi dari tepi sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3 – 4 bulan.

Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berusia 5 – 10 tahun. Pada gastroschisis operasi koreksi untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lobang harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem. Komplikasi Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis. Diposkan oleh z.syarifudin di 10:09 0 komentar 010009000003f30300000000c80200000000c802000026060f008605574d464301000000000001 00e7cf0000000001000000640500000000000064050000010000006c0000000000000000000000 11000000110000000000000000000000c10100001b02000020454d4600000100640500000f0000 0001000000000000000000000000000000000500002003000040010000f0000000000000000000 00000000000000e2040080a90300460000002c00000020000000454d462b014001001c00000010 0000000210c0db010000006000000060000000460000008001000074010000454d462b22400400 0c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000030400200100000 00040000000000803f214007000c0000000000000008400005cc000000c00000000210c0db0100 0000000000000000000000000000000000000100000047494638396112001200e30000d0c7bbaa 6a34545350e5a325000000161616100903d08f29493512b98817e2a353281506332606ffc131fcb6 23d0c7bb21f9040100000f002c000000001200120000044ff0c949abbd9360bc8cde1411041e2815 ca31961ba300c00a224ea328c287218d33a8ba0bcf774814400c073181001906cbe686902006a418 d172610a005281e0a50083892f84f2794c20604df04a04003b00000840010824000000180000000 210c0db01000000030000000000000000000000000000001b40000040000000340000000100000 002000000000000bf000000bf000090410000904103000000000080b3000080b3ffff8f41000080b 3000080b3ffff8f412100000008000000620000000c00000001000000150000000c000000040000 00150000000c00000004000000460000001400000008000000544e50500601000051000000c800 00000000000000000000110000001100000000000000000000000000000000000000120000001 200000050000000300000008000000048000000000000008600ee0012000000120000002800000 01200000012000000010001000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f 800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000400ff000000005100000090010000 00000000000000001100000011000000000000000000000000000000000000001200000012000 0005000000068000000b8000000d800000000000000c6008800120000001200000028000000120 00000120000000100040000000000000000000000000000000000100000000000000000000000f fffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300bbc7d000123549002 3b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b9001111111111111111110101011500a11111111111 11050000109990111111111111010101159999011111111111000101114967401111111111010 0001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa11111110101011111 18bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a010111111111abc66 d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111111111110443011 0100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111111111111000101 460000001400000008000000544e5050070100004c000000640000000000000000000000110000 0011000000000000000000000012000000120000002900aa0000000000000000000000803f0000 0000000000000000803f0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000

000000220000000c000000ffffffff460000001c00000010000000454d462b024000000c000000000 000000e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000 000050000000c0212001200030000001e000400000007010400040000000701040049000000410 b8600ee00120012000000000012001200000000002800000012000000120000000100010000000 000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c000 0ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80 ff001f00ff000e00ff000400ff00000000ad000000410bc6008800120012000000000012001200000 00000280000001200000012000000010004000000000000000000000000000000000010000000 0000000000000000ffffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300 bbc7d0001235490023b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b90011111111111111111101010 11500a111111111111105000010999011111111111101010115999901111111111100010111496 74011111111110100001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa1 111111010101111118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a0 10111111111abc66d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111 1111111104430110100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111 1111111110001010c00000040092900aa000000000000001200120000000000040000002701ffff 030000000000

Omfalokel Omfalokel

DEFINISI Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).

PENYEBAB Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung. GEJALA Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol; tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput peritoneum. PENGOBATAN Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel.

LAPORAN KASUS hernia umbilikalis inkarserata pada neonatus ABSTRAK Dilaporkan satu kasus hernia umbilikalis inkarserata pada neonatus umur 2 hari dan berat 2000 gr. Terdapat pembengkakan di daerah pusat waktu lahir, perut bertambah besar. Pada pemeriksaan terdapat tanda-tanda ileus obstruksi di pusat pembengkakan penampang 3 cm ditutup kulit dan di atasnya terdapat potongan tali pusat. Dilakukan operasi, dalam kantong hernia terdapat sekum dan appendiks. PENDAHULUAN Pada daerah pusat terdapat beberapa bentuk hernia; sesuai dengan bentuk dan terjadinya dibedakan: 1) Hernia umbilikalis pada bayi dan anak Adalah penonjolan melalui defek fasia rektus ditutup sikatriks tali pusat, terjadi setelah lahir karena tekanan intra-

abdomen meninggi (1) . 2) Hernia para umbilikalis : menyerupai hernia umbilikalis, penonjolan melalui defek fasia transversal di atas atau di bawah pusat tertutup oleh kulit; frekuensinya 3%, sedangkan hernia umbilikalis bayi 97%. 3) Kongenital yaitu hernia dengan penonjolan waktu lahir yang tertutup kulit dan di atasnya terdapat tali pusa (2) ; disebut juga hernia tali pusat Hernia ini jarang sekali ditemukan. 4) Omfalokel yaitu hernia umbilikalis inkomplet terdapat waktu, lahir ditutup oleh peritonium, selai Warton dan selaput amnion. Makalah ini melaporkan hernia umbilikalis kongenital pada satu neonatus umur 2 hari yang mengalami inkarserasi; kasus ini baru pertama kali ditemukan di RSAM Bukittinggi. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Hernia umbilikalis kongenital adalah hernia utuh ditutup kulit yang terdapat waktu lahir. Hernia ini dapat menonjol kedalam tali pusat, disebut hernia ke dalam tali pusat (3,4) . Diduga hernia ini terjadi dari omfalokel kecil yang mengalami epitelisasi intrauterin (1) . Hernia berbentuk oval atau bulat dengan penampang 23 cm, lehernya sempit dan berisi mid gut (4) . Setelah tali pusat dipotong dan diikat puntungnya dipuntir perlahan-lahan supaya usus yang mungkin ada dalam tali pusat tereposisi. Kemudian puntung ini difiksasi dengan plester ke dinding perut untuk mencegah puntiran terlepas. Setelah tali

pusat nekrosis terdapat luka granulasi yang menutup beberapa minggu kemudian. Adhesi usus dalam kantong hernia dapat terjadi sehingga reposisi gagal. Bila ini terjadi perlu dilakukan tindakan operasi segera. Hernia umbilikalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilikus dan manifestasinya terjadi setelah lahir. Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui tali pusat. Setelah pengikatan, puntung tali pusat sembuh dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari pinggir kulit sekitarnya. Waktu lahir banyak bayi dengan hernia umbilikalis karena defek yang tidak menutup sempurna (5,6,7) dan linea alba tetap terpisah (2,8,9) . Pada bayi prematur defek ini lebih sering ditemukan (6,7) . Defek ini cukup besar untuk dilalui peritoneum; bila tekanan intraabdomen meninggi, peritoneum dan kulit akan menonjol dan berdekatan (10) . Penampang defek kurang 1 cm, 95% dapat sembuh spontan, bila defek lebih 1,5 cm jarang menutup spontan (7) . Defek kurang 1 cm waktu lahir dapat menutup spontan pada umur 12 tahun (9) . Pada kebanyakan kasus, cincin hernia mengecil setelah umur beberapa tahun, hernia hilang spontan (10,11) dan jarang se-

kali residif. Penutupan defek terjadi perlahan-lah kira-kira 18% setiap bulan (12) . Bila defek lebih besar, penutupan lebih lama dan beberapa hernia tidak hilang spontan. Hernia yang besar se* Dipresentasikan pada Pertemuan Ilmiiah Tahunan X IKABI. Bali 1011 Maret 1995 Cermin Dunia Kedokteran No. 115, 1997 60 (9) . Hernia umbilikalis biasanya tanpa gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Diagnosis tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilikus (8) . Diagnosis banding bila ada defek supraumbilikus dekat dengan defek umbilikus dengan penonjolan lernak preperitonial yang dirasakan tidak enak (8) . Pengobatan adalah expectant therapy. Defek kecil dengan penonjolan minimal pada semua anak sebaiknya diamati sampai umur prasekolah atau sampai timbulnya gangguan emosional. Pada hernia yang besar tanpa gangguan emosional pada anak atau orang tua dapat ditunggu sampai sembuh spontan, atau dioperasi. Pengobatan konservatif dengan strapping masih belum disepakati. Menurut Rains dan Ritchie penyembuhan spontan lebih cepat dengan memakai Strapping plester melingkari perut untuk mendekatkan kulit dan otot (4) . Sedangkan menurut Swenson sulit menentukan apakah strapping umbilikus dapat membantu proses penutupan defek secara alamiah

(10) . Biasanya penderita merasa tidak enak dengan masuknya usus ke dalam kantong hernia. Paling tidak hal ini dapat dicegah dengan strapping. Menurut Kottinier strapping tidak bermanfaat untuk mencegah herniasi, malah dapat menutupi tanda-tanda inkarserasi dan menimbulkan iritasi ku1it (6) . KOMPLIKASI Hernia umbilikalis jarang mengalami inkarserasi (3,4,7-10) . Kalau terjadi, kerusakan usus lebih cepat dibanding pada hernia inguinal karena cincin umbilikus kurang elastis dibanding hernia inguinal (8) . Reposisi spontan seperti hernia inguinal tidak dianjurkan (9) . Pada beberapa kasus yang mengalami inkarserasi, dalain kantong terdapat usus tidak mengalami nekrosis, hanya ada satu kasus dengan nekrosis omentum (10) . Mestel dan Burns melaporkan 3 kasus inkarserata satu kasus menjalani reseksi usus karena gangren (1) . Jarang sekali terjadi ruptur kulit dengan eviserasi organ intra abdomen (10) . INDIKASI OPERASI

Operasi dianjurkan bila terdapat keadaan berikut: · Defek fasia lebih dari 1 cm, umur pada wanita lebih 2 tahun (4) dan pada pria Iebih dari 4 tahun (7) . · Bila terjadi inkarserasi atau strangulasi (5,6,7,9) . · Bila defek hernia 1 jan longgar pada usia 6 tahun. · Bila kantong besar dan kulit tipis dipertimbangkan operasi karena kemungkinan ruptur (10) . · Bila anak sering kesakitan waktu hernia menonjol, sedangkan Strapping tidak mungkin karena ada kelainan kulit atau ada riwayat inkarserasi (10) . · Hernia yang besar sekali mengganggu ibu dan anak (9) . · Bila selama observasi defek membesar atau menetap atau bertambah besar setelah umur 4 tahun (6) . KASUS

Seorang bayi wanita umur 2 hari, lahir di rumah bidan dengan berat badan 2000 g, anak ke enam dengan persalinan. normal. Mekonium keluar hari pertama dan terdapat pembengkakan pada daerah pusat. Kencing jernih. Pada pemeriksaan ditemukan keadaan umum lemah sedikit dehidrasi. Jantung dan paru-paru dalam batas normal. Ekstremitas dan genitalia tidak tampak kelainan. Abdomen tampak gembung dan mengkilat. Pada daerah pusat tampak pembengkakan dengan penampang 3 cm ditutup kulit. Di atas pembengkakan terdapat potongan tali pusat. Pada perabaan abdomen tegang dan tanda cairan tidak ada. Pembengkakan teraba lunak dan tidak hilang dengan penekanan. Anus dan rektum tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan foto polos abdomen tampak usus melebar dan di daerah pusat terdapat masa. Udana bebas tidak tampak. Batas udara cairan tidak jelas. Hb 15 g%dan lekosit darah 9100/mm Urine dalain batas normal. Dilakukan nesusitasi cairan, pemasangan pipa lambung dan kateter. Pada pemeriksaan Rontgen terdapat pelebanan usus-usus, batas udara cairan tidakjelas dan udara bebas tidak tampak. Pada daerah pusat terdapat bayangan massa. Ditegakkan diagnosis ileus obstruksi kemungkinan karena hernia umbilikalis inkaserata. Dilakukan operasi dengan sayatan melingkardi bawah pusat pada hernia; dalam kantong hernia terdapat sekum dan appendik terjepit pada cincin hernia dengan ganis tengah 1,5 cm. Sekum tidak terisi udara dan masih vital, kemudian direposisi. Kolon bagian distal tidak terisi udara. Dilakukan herniorafi dan luka operasi ditutup. Pasca bedah berjalan baik dan penderita dipulangkan pada hari ke 6. KESIMPULAN Dilaporkan satu kasus hernia umbilikalis inkanserata pada satu neonatus berumur 2 hari.

KEPUSTAKAAN 1. Mestel, Burns dikutip oleh Swenson. 2. Maingot R. Umbilical hernia. Dalam: Maingot R. (ed). Abdominal operations Maingot. ed 7. Vol. II. New York: Appleton Century Croft, 1980. hal. 1618. 3. Morton JH. Abdominal wall hernias. Dalam: Schwartz SI. Principles of Surgery ed. 5. New York: McGraw-Hill, 1988. hal. 1529. 4. Rains AJH, Ritchie MD. Bailey and Loves Short Practice of Surgery, ed 19. London: H.K. Lewis & Co. 1984. hal. 1093. 5. Giles GR. The Abdominal Wall and Hernias. Dalam: Cushieri dkk. Essential Surgical Practice. Bristol: P.S.G. 1982. hal. 882. 6. Kottimier PK. Pediatric Surgical Emergencies. Dalam: Shaftan GW, Gardner B. Surgical Emergencies. Philadelphia: Lippincot Co. 1974. hal. 54950. 7. de LonnierHA, Hamson MR. Pediatric Surgery. Dalam: Dunphy JE, Way LW. Surgical Diagnosis and Treatment. ed 4. Los Altos: Lange Med Publ. 1979. hal. 106667. 8. Fillton HC. Pediatric Surgery. Dalam: Sabiston. Textbook of Surgery, Vol II. ed. 10. Tokyo: Igaku-Shoin 1986. hal. 1295. 9. Guzzetta PC dkk. Pediatric Surgery. Dalam: Schwartz SI (Cd). Principle of Surgery. ed. 5. New York: Mc Graw-Hill Co. 1988. hal. 1712. 10. SwenvnO. Umbilical anomalies. Dalarn: Swenson 0. Pediatric Surgery, Vol. I. ed 3. New York: Appleton Century-Croffs. 1969. hal. 542-47. 11. Sibley dikutip oleh Swenson. 12. Heifetz dkk. dikutip oleh Maingo

Diposkan oleh z.syarifudin di 08:46 0 komentar 010009000003f30300000000c80200000000c802000026060f008605574d464301000000000001 00e7cf0000000001000000640500000000000064050000010000006c0000000000000000000000 11000000110000000000000000000000c10100001b02000020454d4600000100640500000f0000 0001000000000000000000000000000000000500002003000040010000f0000000000000000000 00000000000000e2040080a90300460000002c00000020000000454d462b014001001c00000010

0000000210c0db010000006000000060000000460000008001000074010000454d462b22400400 0c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000030400200100000 00040000000000803f214007000c0000000000000008400005cc000000c00000000210c0db0100 0000000000000000000000000000000000000100000047494638396112001200e30000d0c7bbaa 6a34545350e5a325000000161616100903d08f29493512b98817e2a353281506332606ffc131fcb6 23d0c7bb21f9040100000f002c000000001200120000044ff0c949abbd9360bc8cde1411041e2815 ca31961ba300c00a224ea328c287218d33a8ba0bcf774814400c073181001906cbe686902006a418 d172610a005281e0a50083892f84f2794c20604df04a04003b00000840010824000000180000000 210c0db01000000030000000000000000000000000000001b40000040000000340000000100000 002000000000000bf000000bf000090410000904103000000000080b3000080b3ffff8f41000080b 3000080b3ffff8f412100000008000000620000000c00000001000000150000000c000000040000 00150000000c00000004000000460000001400000008000000544e50500601000051000000c800 00000000000000000000110000001100000000000000000000000000000000000000120000001 200000050000000300000008000000048000000000000008600ee0012000000120000002800000 01200000012000000010001000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f 800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000400ff000000005100000090010000 00000000000000001100000011000000000000000000000000000000000000001200000012000 0005000000068000000b8000000d800000000000000c6008800120000001200000028000000120 00000120000000100040000000000000000000000000000000000100000000000000000000000f fffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300bbc7d000123549002 3b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b9001111111111111111110101011500a11111111111 11050000109990111111111111010101159999011111111111000101114967401111111111010 0001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa11111110101011111 18bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a010111111111abc66 d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111111111110443011 0100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111111111111000101 460000001400000008000000544e5050070100004c000000640000000000000000000000110000 0011000000000000000000000012000000120000002900aa0000000000000000000000803f0000 0000000000000000803f0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 000000220000000c000000ffffffff460000001c00000010000000454d462b024000000c000000000 000000e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000 000050000000c0212001200030000001e000400000007010400040000000701040049000000410 b8600ee00120012000000000012001200000000002800000012000000120000000100010000000 000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c000 0ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80 ff001f00ff000e00ff000400ff00000000ad000000410bc6008800120012000000000012001200000 00000280000001200000012000000010004000000000000000000000000000000000010000000 0000000000000000ffffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300 bbc7d0001235490023b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b90011111111111111111101010 11500a111111111111105000010999011111111111101010115999901111111111100010111496 74011111111110100001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa1 111111010101111118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a0 10111111111abc66d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111 1111111104430110100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111 1111111110001010c00000040092900aa000000000000001200120000000000040000002701ffff

030000000000

Senin, 12 Mei 2008 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA KEPALA 1. Prinsip - Prinsip pada Trauma Kepala •

Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi adanya pukulan.



Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur.



Berat/ringannya cedera tergantung pada :

1. Lokasi yang terpengaruh : •

Cedera kulit.



Cedera jaringan tulang.



Cedera jaringan otak.

2. Keadaan kepala saat terjadi benturan. •

Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)



TIK dipertahankan oleh 3 komponen :

1. Volume darah /Pembuluh darah (± 75 - 150 ml). 2. Volume Jaringan Otak (± . 1200 - 1400 ml). 3. Volume LCS (± 75 - 150 ml).

Trauma kepala

Kulit Tulang kepala Jaringan otak

Fraktur - Komusio



Fraktur linear. - Edema



Fraktur comnunited - Kontusio



Fraktur depressed - Hematom



Fraktur basis

TIK meningkat •

Gangguan kesadaran



Gangguan tanda-tanda vital



Kelainan neurologis

2. Etiologi 1. Kecelakaan 2. Jatuh 3. Trauma akibat persalinan. 3. Patofisiologi

Cidera Kepala

Cidera otak primer Cidera otak sekunder



Kontosio



Laserasi Kerusakan sel otak Respon biologik

Sembuh Gangguan aliran darah otak TIK meningkat : •

Edema



Hematom



Metabolisme anaerobik



Hipoximia

Respon biologik

Gejala : 1. Jika klien sadar ----- sakit kepala hebat. 2. Muntah proyektil. 3. Papil edema. 4. Kesadaran makin menurun. 5. Perubahan tipe kesadaran. 6. Tekanan darah menurun, bradikardia. 7. An isokor. 8. Suhu tubuh yang sulit dikendalikan.

Trauma Kepala

Gangguan auto regulasi

TIK meningkat Aliran darah otak menurun

Edema otak Gangguan metabolisme •

O2 menurun.



CO2 meningkat.

Asam laktat meningkat

Metabolik anaerobik

Tipe Trauma kepala : 1. Trauma kepala terbuka. 2. Trauma kepala tertutup.

Trauma kepala terbuka : Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk kedalam jaringan otak dan melukai : •

Merobek duramater -----LCS merembes.



Saraf otak



Jaringan otak.

Gejala fraktur basis : •

Battle sign.



Hemotympanum.



Periorbital echymosis.



Rhinorrhoe.



Orthorrhoe.



Brill hematom.

Trauma Kepala Tertutup : 1. Komosio 2. Kontosio. 3. Hematom epidural. 4. Hematom subdural. 5. Hematom intrakranial.

Komosio / gegar otak : •

Cidera kepala ringan



Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.



Hilang kesadaran sementara , kurang dari 10 - 20 menit.



Tanpa kerusakan otak permanen.



Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.



Disorientasi sementara.



Tidak ada gejala sisa.



MRS kurang 48 jam ---- kontrol 24 jam I , observasi tanda-tanda vital.



Tidak ada terapi khusus.



Istirahat mutlak ---- setelah keluhan hilang coba mobilisasi bertahap, duduk --- berdiri -pulang.



Setelah pulang ---- kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.

Kontosio Cerebri / memar otak : •

Ada memar otak.



Perdarahan kecil lokal/difus ---- gangguan lokal --- perdarahan.



Gejala :



Gangguan kesadaran lebih lama.



Kelainan neurologik positip, reflek patologik positip, lumpuh, konvulsi.



Gejala TIK meningkat.



Amnesia retrograd lebih nyata.

Hematom Epidural : •

Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.



Lokasi tersering temporal dan frontal.



Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.



Katagori talk and die.



Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).

- Penurunan kesadaran ringan saat kejadian ----- periode Lucid (beberapa menit - beberapa jam) ---- penurunan kesadaran hebat --- koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positip.

Hematom Subdural : •

Perdarahan antara duramater dan arachnoid.



Biasanya pecah vena --- akut, sub akut, kronis.



Akut :



Gejala 24 - 48 jam.



Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.



PTIK meningkat.



Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.



Sub Akut :



Berkembang 7 - 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK meningkat --- kesadaran menurun.



Kronis :



Ringan , 2 minggu - 3 - 4 bulan.



Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.



Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.

Hematom Intrakranial : •

Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.



Selalu diikuti oleh kontosio.



Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi - deselerasi mendadak.



Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.

Pengaruh Trauma Kepala : •

Sistem pernapasan



Sistem kardiovaskuler.



Sistem Metabolisme.

Sistem Pernapasan : TIK meningkat

Hipoksemia, hiperkapnia Meningkatkan rangsang simpatis

Peningkatan hambatan difusi O2 - Co2.

Edema paru Meningkatkan tahanan vask. sistemik dan tek darah

Meningkatkan tek, hidrostatik Kebocoran cairan kapiler

Sistem pembuluh darah pulmonal tek. rendah.

Karena adanya kompresi langsung pada batang otak ---- gejala pernapasan abnormal : •

Chyne stokes.



Hiperventilasi.



Apneu.

Sistem Kardivaskuler : •

Trauma kepala --- perubahan fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tek. Vaskuler.



Perubahan saraf otonoom pada fungsi ventrikel :



Disritmia.



Fibrilasi.



Takikardia.



Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis --- terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel. ---- curah jantung menurun --- menigkatkan tahanan ventrikel kiri --- edema paru.

Sistem Metabolisme : •

Trauma kepala --- cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah nitrogen.



Dalam keadaan stress fisiologis.

Trauma

ADH dilepas

Retensi Na dan air

Out put urine menurun Konsentrasi elektrolit meningkat



Normal kembali setelah 1 - 2 hari.



Pada keadaan lain :

Fraktur Tengkorak Kerusakan hipofisis Atau hipotalamus

Penurunan ADH Diabetes Mellitus

Ginjal

Ekskresi air Dehidrasi

Hilang nitrogen meningkat ------------ respon metabolik terhadap trauma.

Trauma

Tubuh perlu energi untuk perbaikan

Nutrisi berkurang

Penghancuran protein otot sebagai sumber nitrogen utama.

] Pengaruh Pada G.I Tract. : 3 hari pasca trauma --- respon tubuh merangsang hipotalamus dan stimulus vagal.

Lambung hiperacidi

Hipotalamus ------ hipofisis anterior

Adrenal Steroid

Peningkatan sekresi asam lambung

Hiperacidi Trauma

Stress Perdarahan lambung

Katekolamin meningkat. Pengkajian Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persyarafan sehubungan dengan trauma kepala adalah sebagi berikut : 1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama/suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan pasien dengan penagnggung jawab, dll. 2. Riwayat Kesehatan : Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah tidak simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi spuntum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan adanya kejang. Riwayat penyakit dahulu : Haruslah diketahui baik yang berhubungan dnegan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi pronosa pasien. 3. Pemeriksaan Fisik : Aspek Neurologis : Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15, disorentasi orang/tempat dan waktu, adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital, adanya gerakan decebrasi atau dekortikasi dan kemungkinan didapatkan kaku kuduk dengan brudzinski positif. Adanya hemiparese. Pada pasien sadar, dia tidak dapat membedakan berbagai rangsangan/stimulus rasa, raba, suhu dan getaran. Terjadi gerakan-gerakan involunter, kejang dan ataksia, karena gangguan

koordinasi. Pasien juga tidak dapat mengingat kejadian sebelum dan sesuadah trauma. Gangguan keseimbangan dimana pasien sadar, dapat terlihat limbung atau tidak dapat mempertajhankana keseimabangan tubuh. Nervus kranialis dapat terganggu bila trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau pendarahan otak. Kerusakan nervus I (Olfaktorius) : memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia bilateral. Nervus II (Optikus), pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan gejala penglihatan. Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trokhlearis) dan Nervus VI (Abducens), kerusakannya akan menyebabkan penurunan lapang pandang, refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor. Nervus V (Trigeminus), gangguannya ditandai ; adanya anestesi daerah dahi. Nervus VII (Fasialis), pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior lidah. Nervus VIII (Akustikus), pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya pendengaran dan kesimbangan tubuh. Nervus IX (Glosofaringeus). Nervus X (Vagus), dan Nervus XI (Assesorius), gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila trauma mengenai saraf tersebut. Adanya Hiccuping (cekungan) karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang otak. Cekungan yang terjadi, biasanya yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial. Nervus XII (hipoglosus), gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan menelan. Aspek Kardiovaskuler : Didapat perubahan tekanan darah menurun, kecuali apabila terjadi peningkatan intrakranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradikardi, kemudian takhikardia, atau iramanya tidak teratur. Selain itu pengkajian lain yang perlu dikumpulkan adalah adanya perdarahan atau cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, mata. Adanya hipereskresi pada rongga mulut. Adanya perdarahan terbuka/hematoma pada bagian tubuh lainnya. Hal ini perlu pengkajian dari kepalal hingga kaki. Aspek sistem pernapasan : Terjadi perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes, ataxia brething), bunyi napas ronchi, wheezing atau stridor. Adanya sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan terhadap hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh. Aspek sistem eliminasi : Akan didapatkan retensi/inkontinen dalam hal buang air besar atau kecil. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia. Pada sistem gastro-intestinal perlu dikaji tanda-tanda penurunan fungsi saluran pencernaan

seperti bising usus yang tidak terdengar/lemah, aanya mual dan muntah. Hal ini menjadi dasar dalam pemberian makanan.

Glasgow Coma Scale : I.Reaksi Membuka Mata. 4. Buka mata spontan. 3. Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara. 2. 2. Buka mata bila dirangsang nyeri. 1.Tidak reaksi dengan rangsangan apapun.

II.Reaksi Berbicara 4. Komunikasi verbal baik, jawaban tepat. 3. Bingung, disorentasi waktu, tempat dan person. 2. 2. Dengan rangsangan, reaksi hanya berupa kata tidak membentuk kalimat. 1. Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun.

III.Reaksi Gerakan Lengan / Tungkai 6. Mengikuti perintah. 5. Dengan rangsangan nyeri dapat mengetahui tempat rangsangan. 2. 4. Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan. 3. 3. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal. 2. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi extensi abnormal. 1. Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi

4. Pengkajian Psikologis : Dimana pasien dnegan tingkat kesadarannya menurun, maka untuk data psikologisnya tidak dapat dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat kesadarannya agak normal akan terlihat adanya gangguan emosi, perubahan tingkah laku, emosi yang labil, iritabel, apatis, delirium,

dan kebingungan keluarga pasien karena mengalami kecemasan sehubungan dengan penyakitnya. Data sosial yang diperlukan adalah bagaimana psien berhubungan dnegan orang-orang terdekat dan yang lainnya, kemampuan berkomunikasi dan peranannya dalam keluarga. Serta pandangan pasien terhadap dirinya setelah mengalami trauma kepala dan rasa aman.

4. Data spiritual : Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup pasien serta keTuhanan yang diyakininya. Tentu saja data yang dikumpulkan bila tidak ada penurunan kesadaran.

4. Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa medis adalah : •

X-Ray tengkorak.



CT-Scan.



Angiografi.

4. Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala : Obat-obatan : •

Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.



Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.



Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.



Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.



Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apaapa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.



Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-

3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya. •

Pembedahan.

Prioritas Diagnosa Keperawatan : 1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan peredaran darah karena adanya penekanan dari lesi (perdarahan, hematoma). 2. Potensial atau aktual tidak efektinya pola pernapasan, berhubungan dengan kerusakan pusat pernapasan di medulla oblongata. 3. Potensial terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak. 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dnegan penurunan produksi anti diuretik hormon (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus. 5. Aktual/Potensial terjadi gangguan kebutuhannutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan berkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat menurunnya kesadaran. 6. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi, aturan terapi untuk tirah baring. 7. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan penurunan daya penangkapan sensoris. 8. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak. 9. Gangguan rasa nyaman : Nyeri kepala berhubunagn dengan kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak/peningkatan tekanan intrakranial. 10. Gangguan rasa aman : Cemas dari keluarga berhubungan dengan ketidakpastian terhadap pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan krisis.

Intervensi : 1. Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab coma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK. R/ Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan. 2. Monitor GCS dan mencatatnya.

R/ Menganalisa tingkat kesadaran dan kemungkinan dari peningkatan TIK dan menentukan lokasi dari lesi. 3. Memonitor tanda-tanda vital. R/ Suatu kedaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregulator kebanyakan merupakan tanda penurun difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diatolik) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intra kranial. Hipovolumik/hipotensi merupakan manifestasi dari multiple trauma yang dapat menyebabkan ischemia serebral. HR dan disrhytmia merupakan perkembangan dari gangguan batang otak. 4. Evaluasi pupil. R/ Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatik dan parasimpatik merupakan respon reflek nervus kranial. 5. Kaji penglihatan, daya ingat, pergerakan mata dan reaksi reflek babinski. R/ Kemungkinan injuri pada otak besar atau batang otak. Penurunan reflek penglihatan merupakan tanda dari trauma pons dan medulla. Batuk dan cekukan merupakan reflek dari gangguan medulla.Adanya babinski reflek indikasi adanya injuri pada otak piramidal. 6. Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan. R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan ICP. 7. Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa. R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH. 8. Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang banyak pada kepala. R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena cerebral dan meningkatkan ICP. 9. Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif. 10. Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis dan

memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah. 11. Bantu pasien jika batuk, muntah. R/ Aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak/tekanan dalam torak dan tekanan dalam abdomen dimana akitivitas ini dapat meningkatkan tekanan ICP. 12. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari. R/ Tingkah non verbal ini dpat merupakan indikasi peningkatan ICP atau memberikan reflek nyeri dimana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatakan ICP. 13. Palpasi pada pembesaran/pelebaran blader, pertahankan drainage urin secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi. R/ Dapat meningkatkan respon automatik yang potensial menaikan ICP. Kolaborasi : 14. Naikkan kepala pada tempat tidur/bed 15 - 45 derajat sesuai dengan tolenransi/indikasi. R/ Peningkatan drainage/aliran vena dari kepala, mengurangi kongesti cerebral dan edema/resiko terjadi ICP. 15. Berikan cairan intra vena sesuai dengan yang dindikasikan. R/ Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk menguransi edema cerebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan ICP. 16. Berikan Oksigen. R/ Mengurangi hipoxemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi cerebral dan volume darah dan menaikkan ICP. 17. Berikan obat Diuretik contohnya : mannitol, furoscide. R/ Diuretik mungkin digunakan pada pase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema cerebral dan ICP. 18. Berikan Steroid contohnya : Dextamethason, methyl prednisolone. R/ Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan. 19. Berikan analgesik dosis tinggi contoh : Codein. R/ Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada ICP tetapi dapat digunakan dengan sebab untuk mencegah. 20. Berikan Sedatif contoh : Benadryl.

R/ Mungkin digunakan untuk mengontrol kurangnya istirahat dan agitasi. 21. Berikan antipiretik, contohnya : aseptaminophen. R/ Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.P. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed.2. Jakarta : EGC.

Komite Keperawatan RSUD Dr. Soedono Madiun. (1999). Penatalaksanaan Pada Kasus Trauma Kepala. Makalah Kegawat daruratan dalam bidang bedah. Tidak dipublikasikan.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Kperawatan). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.

Reksoprodjo, S. dkk. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina rupa Aksara.

Rothrock, J.C. (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC.

Tucker, S.M. (1998). Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Ed. 1 . Jakarta : ECG. Diposkan oleh z.syarifudin di 21:20 0 komentar 010009000003f30300000000c80200000000c802000026060f008605574d464301000000000001 00e7cf0000000001000000640500000000000064050000010000006c0000000000000000000000 11000000110000000000000000000000c10100001b02000020454d4600000100640500000f0000 0001000000000000000000000000000000000500002003000040010000f0000000000000000000 00000000000000e2040080a90300460000002c00000020000000454d462b014001001c00000010 0000000210c0db010000006000000060000000460000008001000074010000454d462b22400400 0c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000030400200100000 00040000000000803f214007000c0000000000000008400005cc000000c00000000210c0db0100 0000000000000000000000000000000000000100000047494638396112001200e30000d0c7bbaa 6a34545350e5a325000000161616100903d08f29493512b98817e2a353281506332606ffc131fcb6 23d0c7bb21f9040100000f002c000000001200120000044ff0c949abbd9360bc8cde1411041e2815 ca31961ba300c00a224ea328c287218d33a8ba0bcf774814400c073181001906cbe686902006a418

d172610a005281e0a50083892f84f2794c20604df04a04003b00000840010824000000180000000 210c0db01000000030000000000000000000000000000001b40000040000000340000000100000 002000000000000bf000000bf000090410000904103000000000080b3000080b3ffff8f41000080b 3000080b3ffff8f412100000008000000620000000c00000001000000150000000c000000040000 00150000000c00000004000000460000001400000008000000544e50500601000051000000c800 00000000000000000000110000001100000000000000000000000000000000000000120000001 200000050000000300000008000000048000000000000008600ee0012000000120000002800000 01200000012000000010001000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f 800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000400ff000000005100000090010000 00000000000000001100000011000000000000000000000000000000000000001200000012000 0005000000068000000b8000000d800000000000000c6008800120000001200000028000000120 00000120000000100040000000000000000000000000000000000100000000000000000000000f fffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300bbc7d000123549002 3b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b9001111111111111111110101011500a11111111111 11050000109990111111111111010101159999011111111111000101114967401111111111010 0001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa11111110101011111 18bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a010111111111abc66 d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111111111110443011 0100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111111111111000101 460000001400000008000000544e5050070100004c000000640000000000000000000000110000 0011000000000000000000000012000000120000002900aa0000000000000000000000803f0000 0000000000000000803f0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 000000220000000c000000ffffffff460000001c00000010000000454d462b024000000c000000000 000000e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000 000050000000c0212001200030000001e000400000007010400040000000701040049000000410 b8600ee00120012000000000012001200000000002800000012000000120000000100010000000 000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c000 0ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80 ff001f00ff000e00ff000400ff00000000ad000000410bc6008800120012000000000012001200000 00000280000001200000012000000010004000000000000000000000000000000000010000000 0000000000000000ffffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300 bbc7d0001235490023b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b90011111111111111111101010 11500a111111111111105000010999011111111111101010115999901111111111100010111496 74011111111110100001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa1 111111010101111118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a0 10111111111abc66d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111 1111111104430110100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111 1111111110001010c00000040092900aa000000000000001200120000000000040000002701ffff 030000000000

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA KEPALA 1. Prinsip - Prinsip pada Trauma Kepala •

Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi adanya pukulan.



Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur.



Berat/ringannya cedera tergantung pada :

1. Lokasi yang terpengaruh : •

Cedera kulit.



Cedera jaringan tulang.



Cedera jaringan otak.

2. Keadaan kepala saat terjadi benturan. •

Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)



TIK dipertahankan oleh 3 komponen :

1. Volume darah /Pembuluh darah (± 75 - 150 ml). 2. Volume Jaringan Otak (± . 1200 - 1400 ml). 3. Volume LCS (± 75 - 150 ml).

Trauma kepala

Kulit Tulang kepala Jaringan otak

Fraktur - Komusio •

Fraktur linear. - Edema



Fraktur comnunited - Kontusio



Fraktur depressed - Hematom



Fraktur basis

TIK meningkat •

Gangguan kesadaran



Gangguan tanda-tanda vital



Kelainan neurologis

2. Etiologi 1. Kecelakaan 2. Jatuh 3. Trauma akibat persalinan. 3. Patofisiologi

Cidera Kepala

Cidera otak primer Cidera otak sekunder



Kontosio



Laserasi Kerusakan sel otak Respon biologik

Sembuh Gangguan aliran darah otak TIK meningkat : •

Edema



Hematom



Metabolisme anaerobik



Hipoximia

Respon biologik

Gejala : 1. Jika klien sadar ----- sakit kepala hebat. 2. Muntah proyektil. 3. Papil edema. 4. Kesadaran makin menurun. 5. Perubahan tipe kesadaran. 6. Tekanan darah menurun, bradikardia. 7. An isokor. 8. Suhu tubuh yang sulit dikendalikan.

Trauma Kepala

Gangguan auto regulasi

TIK meningkat Aliran darah otak menurun

Edema otak Gangguan metabolisme •

O2 menurun.



CO2 meningkat.

Asam laktat meningkat

Metabolik anaerobik

Tipe Trauma kepala : 1. Trauma kepala terbuka. 2. Trauma kepala tertutup.

Trauma kepala terbuka : Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk kedalam jaringan otak dan melukai :



Merobek duramater -----LCS merembes.



Saraf otak



Jaringan otak.

Gejala fraktur basis : •

Battle sign.



Hemotympanum.



Periorbital echymosis.



Rhinorrhoe.



Orthorrhoe.



Brill hematom.

Trauma Kepala Tertutup : 1. Komosio 2. Kontosio. 3. Hematom epidural. 4. Hematom subdural. 5. Hematom intrakranial.

Komosio / gegar otak : •

Cidera kepala ringan



Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.



Hilang kesadaran sementara , kurang dari 10 - 20 menit.



Tanpa kerusakan otak permanen.



Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.



Disorientasi sementara.



Tidak ada gejala sisa.



MRS kurang 48 jam ---- kontrol 24 jam I , observasi tanda-tanda vital.



Tidak ada terapi khusus.



Istirahat mutlak ---- setelah keluhan hilang coba mobilisasi bertahap, duduk --- berdiri -pulang.



Setelah pulang ---- kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.

Kontosio Cerebri / memar otak : •

Ada memar otak.



Perdarahan kecil lokal/difus ---- gangguan lokal --- perdarahan.



Gejala :



Gangguan kesadaran lebih lama.



Kelainan neurologik positip, reflek patologik positip, lumpuh, konvulsi.



Gejala TIK meningkat.



Amnesia retrograd lebih nyata.

Hematom Epidural : •

Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.



Lokasi tersering temporal dan frontal.



Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.



Katagori talk and die.



Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).

- Penurunan kesadaran ringan saat kejadian ----- periode Lucid (beberapa menit - beberapa jam) ---- penurunan kesadaran hebat --- koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positip.

Hematom Subdural : •

Perdarahan antara duramater dan arachnoid.



Biasanya pecah vena --- akut, sub akut, kronis.



Akut :



Gejala 24 - 48 jam.



Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.



PTIK meningkat.



Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.



Sub Akut :



Berkembang 7 - 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK meningkat --- kesadaran menurun.



Kronis :



Ringan , 2 minggu - 3 - 4 bulan.



Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.



Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.

Hematom Intrakranial : •

Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.



Selalu diikuti oleh kontosio.



Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi - deselerasi mendadak.



Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.

Pengaruh Trauma Kepala : •

Sistem pernapasan



Sistem kardiovaskuler.



Sistem Metabolisme.

Sistem Pernapasan : TIK meningkat

Hipoksemia, hiperkapnia Meningkatkan rangsang simpatis

Peningkatan hambatan difusi O2 - Co2.

Edema paru Meningkatkan tahanan vask. sistemik dan tek darah

Meningkatkan tek, hidrostatik

Kebocoran cairan kapiler

Sistem pembuluh darah pulmonal tek. rendah.

Karena adanya kompresi langsung pada batang otak ---- gejala pernapasan abnormal : •

Chyne stokes.



Hiperventilasi.



Apneu.

Sistem Kardivaskuler : •

Trauma kepala --- perubahan fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tek. Vaskuler.



Perubahan saraf otonoom pada fungsi ventrikel :



Disritmia.



Fibrilasi.



Takikardia.



Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis --- terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel. ---- curah jantung menurun --- menigkatkan tahanan ventrikel kiri --- edema paru.

Sistem Metabolisme : •

Trauma kepala --- cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah nitrogen.



Dalam keadaan stress fisiologis.

Trauma

ADH dilepas

Retensi Na dan air

Out put urine menurun Konsentrasi elektrolit meningkat



Normal kembali setelah 1 - 2 hari.



Pada keadaan lain :

Fraktur Tengkorak Kerusakan hipofisis Atau hipotalamus

Penurunan ADH Diabetes Mellitus

Ginjal

Ekskresi air Dehidrasi

Hilang nitrogen meningkat ------------ respon metabolik terhadap trauma.

Trauma

Tubuh perlu energi untuk perbaikan

Nutrisi berkurang

Penghancuran protein otot sebagai sumber nitrogen utama.

] Pengaruh Pada G.I Tract. : 3 hari pasca trauma --- respon tubuh merangsang hipotalamus dan stimulus vagal.

Lambung hiperacidi

Hipotalamus ------ hipofisis anterior

Adrenal Steroid

Peningkatan sekresi asam lambung

Hiperacidi Trauma

Stress Perdarahan lambung

Katekolamin meningkat. Pengkajian Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persyarafan sehubungan dengan trauma kepala adalah sebagi berikut : 1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama/suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan pasien dengan penagnggung jawab, dll. 2. Riwayat Kesehatan : Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah tidak simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi spuntum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan adanya kejang. Riwayat penyakit dahulu : Haruslah diketahui baik yang berhubungan dnegan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi pronosa pasien. 3. Pemeriksaan Fisik : Aspek Neurologis : Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15, disorentasi orang/tempat dan waktu, adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital, adanya gerakan decebrasi atau dekortikasi dan kemungkinan didapatkan kaku kuduk dengan brudzinski positif. Adanya hemiparese. Pada pasien sadar, dia tidak dapat membedakan berbagai rangsangan/stimulus rasa, raba, suhu dan getaran. Terjadi gerakan-gerakan involunter, kejang dan ataksia, karena gangguan koordinasi. Pasien juga tidak dapat mengingat kejadian sebelum dan sesuadah trauma. Gangguan keseimbangan dimana pasien sadar, dapat terlihat limbung atau tidak dapat mempertajhankana keseimabangan tubuh. Nervus kranialis dapat terganggu bila trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau pendarahan otak. Kerusakan nervus I (Olfaktorius) : memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia bilateral. Nervus II (Optikus), pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan gejala penglihatan. Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trokhlearis) dan Nervus VI (Abducens), kerusakannya akan menyebabkan penurunan lapang pandang, refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.

Nervus V (Trigeminus), gangguannya ditandai ; adanya anestesi daerah dahi. Nervus VII (Fasialis), pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior lidah. Nervus VIII (Akustikus), pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya pendengaran dan kesimbangan tubuh. Nervus IX (Glosofaringeus). Nervus X (Vagus), dan Nervus XI (Assesorius), gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila trauma mengenai saraf tersebut. Adanya Hiccuping (cekungan) karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang otak. Cekungan yang terjadi, biasanya yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial. Nervus XII (hipoglosus), gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan menelan. Aspek Kardiovaskuler : Didapat perubahan tekanan darah menurun, kecuali apabila terjadi peningkatan intrakranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradikardi, kemudian takhikardia, atau iramanya tidak teratur. Selain itu pengkajian lain yang perlu dikumpulkan adalah adanya perdarahan atau cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, mata. Adanya hipereskresi pada rongga mulut. Adanya perdarahan terbuka/hematoma pada bagian tubuh lainnya. Hal ini perlu pengkajian dari kepalal hingga kaki. Aspek sistem pernapasan : Terjadi perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes, ataxia brething), bunyi napas ronchi, wheezing atau stridor. Adanya sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan terhadap hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh. Aspek sistem eliminasi : Akan didapatkan retensi/inkontinen dalam hal buang air besar atau kecil. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia. Pada sistem gastro-intestinal perlu dikaji tanda-tanda penurunan fungsi saluran pencernaan seperti bising usus yang tidak terdengar/lemah, aanya mual dan muntah. Hal ini menjadi dasar dalam pemberian makanan.

Glasgow Coma Scale : I.Reaksi Membuka Mata. 4. Buka mata spontan. 3. Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara.

2. 2. Buka mata bila dirangsang nyeri. 1.Tidak reaksi dengan rangsangan apapun.

II.Reaksi Berbicara 4. Komunikasi verbal baik, jawaban tepat. 3. Bingung, disorentasi waktu, tempat dan person. 2. 2. Dengan rangsangan, reaksi hanya berupa kata tidak membentuk kalimat. 1. Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun.

III.Reaksi Gerakan Lengan / Tungkai 6. Mengikuti perintah. 5. Dengan rangsangan nyeri dapat mengetahui tempat rangsangan. 2. 4. Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan. 3. 3. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal. 2. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi extensi abnormal. 1. Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi

4. Pengkajian Psikologis : Dimana pasien dnegan tingkat kesadarannya menurun, maka untuk data psikologisnya tidak dapat dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat kesadarannya agak normal akan terlihat adanya gangguan emosi, perubahan tingkah laku, emosi yang labil, iritabel, apatis, delirium, dan kebingungan keluarga pasien karena mengalami kecemasan sehubungan dengan penyakitnya. Data sosial yang diperlukan adalah bagaimana psien berhubungan dnegan orang-orang terdekat dan yang lainnya, kemampuan berkomunikasi dan peranannya dalam keluarga. Serta pandangan pasien terhadap dirinya setelah mengalami trauma kepala dan rasa aman.

4. Data spiritual : Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup pasien serta keTuhanan yang diyakininya. Tentu saja data yang dikumpulkan bila tidak ada penurunan

kesadaran.

4. Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa medis adalah : •

X-Ray tengkorak.



CT-Scan.



Angiografi.

4. Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala : Obat-obatan : •

Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.



Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.



Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.



Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.



Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apaapa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.



Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (23 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya.



Pembedahan.

Prioritas Diagnosa Keperawatan : 1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan peredaran darah karena adanya penekanan dari lesi (perdarahan, hematoma). 2. Potensial atau aktual tidak efektinya pola pernapasan, berhubungan dengan kerusakan

pusat pernapasan di medulla oblongata. 3. Potensial terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak. 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dnegan penurunan produksi anti diuretik hormon (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus. 5. Aktual/Potensial terjadi gangguan kebutuhannutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan berkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat menurunnya kesadaran. 6. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi, aturan terapi untuk tirah baring. 7. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan penurunan daya penangkapan sensoris. 8. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak. 9. Gangguan rasa nyaman : Nyeri kepala berhubunagn dengan kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak/peningkatan tekanan intrakranial. 10. Gangguan rasa aman : Cemas dari keluarga berhubungan dengan ketidakpastian terhadap pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan krisis.

Intervensi : 1. Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab coma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK. R/ Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan. 2. Monitor GCS dan mencatatnya. R/ Menganalisa tingkat kesadaran dan kemungkinan dari peningkatan TIK dan menentukan lokasi dari lesi. 3. Memonitor tanda-tanda vital. R/ Suatu kedaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregulator kebanyakan merupakan tanda penurun difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diatolik) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intra kranial. Hipovolumik/hipotensi merupakan manifestasi dari multiple trauma yang dapat menyebabkan ischemia serebral. HR dan disrhytmia merupakan perkembangan dari gangguan batang otak.

4. Evaluasi pupil. R/ Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatik dan parasimpatik merupakan respon reflek nervus kranial. 5. Kaji penglihatan, daya ingat, pergerakan mata dan reaksi reflek babinski. R/ Kemungkinan injuri pada otak besar atau batang otak. Penurunan reflek penglihatan merupakan tanda dari trauma pons dan medulla. Batuk dan cekukan merupakan reflek dari gangguan medulla.Adanya babinski reflek indikasi adanya injuri pada otak piramidal. 6. Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan. R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan ICP. 7. Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa. R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH. 8. Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang banyak pada kepala. R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena cerebral dan meningkatkan ICP. 9. Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif. 10. Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah. 11. Bantu pasien jika batuk, muntah. R/ Aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak/tekanan dalam torak dan tekanan dalam abdomen dimana akitivitas ini dapat meningkatkan tekanan ICP. 12. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari. R/ Tingkah non verbal ini dpat merupakan indikasi peningkatan ICP atau memberikan reflek nyeri dimana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatakan ICP.

13. Palpasi pada pembesaran/pelebaran blader, pertahankan drainage urin secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi. R/ Dapat meningkatkan respon automatik yang potensial menaikan ICP. Kolaborasi : 14. Naikkan kepala pada tempat tidur/bed 15 - 45 derajat sesuai dengan tolenransi/indikasi. R/ Peningkatan drainage/aliran vena dari kepala, mengurangi kongesti cerebral dan edema/resiko terjadi ICP. 15. Berikan cairan intra vena sesuai dengan yang dindikasikan. R/ Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk menguransi edema cerebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan ICP. 16. Berikan Oksigen. R/ Mengurangi hipoxemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi cerebral dan volume darah dan menaikkan ICP. 17. Berikan obat Diuretik contohnya : mannitol, furoscide. R/ Diuretik mungkin digunakan pada pase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema cerebral dan ICP. 18. Berikan Steroid contohnya : Dextamethason, methyl prednisolone. R/ Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan. 19. Berikan analgesik dosis tinggi contoh : Codein. R/ Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada ICP tetapi dapat digunakan dengan sebab untuk mencegah. 20. Berikan Sedatif contoh : Benadryl. R/ Mungkin digunakan untuk mengontrol kurangnya istirahat dan agitasi. 21. Berikan antipiretik, contohnya : aseptaminophen. R/ Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.P. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa

Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed.2. Jakarta : EGC.

Komite Keperawatan RSUD Dr. Soedono Madiun. (1999). Penatalaksanaan Pada Kasus Trauma Kepala. Makalah Kegawat daruratan dalam bidang bedah. Tidak dipublikasikan.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Kperawatan). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.

Makalah Kuliah Medikal bedah PSIK FK Unair Surabaya. Tidak Dipublikasikan

Reksoprodjo, S. dkk. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina rupa Aksara.

Rothrock, J.C. (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC.

Tucker, S.M. (1998). Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Ed. 1 . Jakarta : ECG. Diposkan oleh z.syarifudin di 21:20 0 komentar 010009000003f30300000000c80200000000c802000026060f008605574d464301000000000001 00e7cf0000000001000000640500000000000064050000010000006c0000000000000000000000 11000000110000000000000000000000c10100001b02000020454d4600000100640500000f0000 0001000000000000000000000000000000000500002003000040010000f0000000000000000000 00000000000000e2040080a90300460000002c00000020000000454d462b014001001c00000010 0000000210c0db010000006000000060000000460000008001000074010000454d462b22400400 0c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000030400200100000 00040000000000803f214007000c0000000000000008400005cc000000c00000000210c0db0100 0000000000000000000000000000000000000100000047494638396112001200e30000d0c7bbaa 6a34545350e5a325000000161616100903d08f29493512b98817e2a353281506332606ffc131fcb6 23d0c7bb21f9040100000f002c000000001200120000044ff0c949abbd9360bc8cde1411041e2815 ca31961ba300c00a224ea328c287218d33a8ba0bcf774814400c073181001906cbe686902006a418 d172610a005281e0a50083892f84f2794c20604df04a04003b00000840010824000000180000000 210c0db01000000030000000000000000000000000000001b40000040000000340000000100000 002000000000000bf000000bf000090410000904103000000000080b3000080b3ffff8f41000080b 3000080b3ffff8f412100000008000000620000000c00000001000000150000000c000000040000 00150000000c00000004000000460000001400000008000000544e50500601000051000000c800 00000000000000000000110000001100000000000000000000000000000000000000120000001 200000050000000300000008000000048000000000000008600ee0012000000120000002800000 01200000012000000010001000000000000000000000000000000000000000000000000000000

0000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f 800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000400ff000000005100000090010000 00000000000000001100000011000000000000000000000000000000000000001200000012000 0005000000068000000b8000000d800000000000000c6008800120000001200000028000000120 00000120000000100040000000000000000000000000000000000100000000000000000000000f fffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300bbc7d000123549002 3b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b9001111111111111111110101011500a11111111111 11050000109990111111111111010101159999011111111111000101114967401111111111010 0001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa11111110101011111 18bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a010111111111abc66 d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111111111110443011 0100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111111111111000101 460000001400000008000000544e5050070100004c000000640000000000000000000000110000 0011000000000000000000000012000000120000002900aa0000000000000000000000803f0000 0000000000000000803f0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 000000220000000c000000ffffffff460000001c00000010000000454d462b024000000c000000000 000000e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000 000050000000c0212001200030000001e000400000007010400040000000701040049000000410 b8600ee00120012000000000012001200000000002800000012000000120000000100010000000 000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c000 0ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80 ff001f00ff000e00ff000400ff00000000ad000000410bc6008800120012000000000012001200000 00000280000001200000012000000010004000000000000000000000000000000000010000000 0000000000000000ffffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300 bbc7d0001235490023b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b90011111111111111111101010 11500a111111111111105000010999011111111111101010115999901111111111100010111496 74011111111110100001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa1 111111010101111118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a0 10111111111abc66d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111 1111111104430110100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111 1111111110001010c00000040092900aa000000000000001200120000000000040000002701ffff 030000000000

ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN GANGGUAN NEUROLOGIS 1.KONSEP MEDIS 2.Pengertian Proses desak ruang adalah proses terdesaknya struktur dalam ruang intrakranial karena pertambahan volume salah satu atau lebih dari 3 komponen intrakranial yakni: jaringan otak, darah otak dan atau cairan serebrospinal sehingga menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial dengan segala akibatnya.

3.Patofisiologi Dinamika Ruang Intrakranial Hipotesis Monro-Kellie menyatakan bahwa volume intrakranial sama dengan volume otak (80-85%) ditambah volume darah serebral (3-10%) dan volume cairan serebrospinal (812%). Perubahan volume dari salah satu komponen karena proses desak ruang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Dalam keadaan normal, otak mempunyai kemampuan melakukan autoregulasi aliran darah serebral untuk menyesuaikan dengan perubahan komponen intrakranial lainnya. Autoregulasi menjamin aliran darah konstan melalui pembuluh darah serebral di atas rentang tekanan perfusi dengan cara mengubah diameter pembuluh darah dalam berespon terhadap tekanan perfusi serebral. Tetapi berbagai faktor dapat mengubah kemampuan pembuluh serebral untuk melakukan kontriksi dan dilatasi seperti iskemia, hipoksia, hiperkapnea dan trauma otak. Karbondioksida merupakan vasodilator yang paling poten pada pembuluh serebral, dapat menyebabkan kenaikan aliran darah serebral dan selanjutnya dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Autoregulasi dapat berfungsi dalam batasan: 1. Tekanan perfusi serebral > 60 mmHg 2. Tekanan arteri rata-rata <> 3. Tekanan intrakranial <> Bila mekanisme autoregulasi terganggu, aliran darah serebral berfluktuasi sesuai dengan tekanan darah sistemik. Setiap aktivitas yang menyebabkan peningkatan tekanan darah seperti batuk, suksion dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan aliran darah serebral yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Otak mampu melakukan kompensasi atau menerima perubahan minimal pada volume kolaps parsial sisterna, ventrikel dan sistem vaskuler, juga menurunkan pembentukan dan meningkatkan reabsorbsi cairan serebrospinal. Selama masa kompensasi, TIK tetap cukup konstan. Bila mekanisme kompensasi ini telah digunakan sampai batas kemampuan otak, peningkatan TIK tidak dapat diterima lagi dan akan terjadi herniasi yang mengakibatkan terhentinya aliran darah serebral sebagai konsekuensi yang paling berat. Tekanan Perfusi Serebral (TPS) Aliran darah serebral berjalan dalam TPS > 60 mmHg. Di bawah tingkat ini, suplai darah ke otak tidak adekuat dan akan terjadi hipoksia neural dan dapat terjadi kematian sel neuron. Saat tekanan perfusi menurun, respon kardiovaskuler adalah meningkatkan tekanan darah sistemik. Sistem autoregulasi yang berfungsi mempertahankan aliran darah serebral yang konstan tidak berfungsi bila TPS <>

PROSES DESAK RUANG

PENINGKATAN TIK

EDEMA & VASODILATASI SEREBRAL

ADS ↓

HIPOKSIA SEREBRAL pCO2 ↑, pO2 ↓, pH↓

4.Etiologi Proses Desak Ruang Sebagaiman dikemukakan di atas, proses desak ruang intrakranial dapat desibabkan

oleh berbagai keadaan yang meyebabkan berubahnya volume salah satu komponen intra kranial. Berikut beberapa keadaan tersebut: 1. Peningkatan volume darah jaringan otak: 

Edema serebral



Trauma



Pembedahan



Stroke



Tumor.

2. Peningkatan volume darah otak 

Hematoma



Malformasi AV



Anurisme



Stroke



Peningkatan PCO2

3. Peningkatan volume cairan serebrosinal 

Peningkatan produksi, hidrosefalus



Penurunan reabsopsi

1.FOKUS PENGKAJIAN 1. Riwayat Keperawatan Hal-hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis riwayat neurologis: 1. Trauma yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi sistem saraf (jatuh, kecelakaan lalulintas) 2. Infeksi yang baru terjadi termasuk sinusitis, infeksi telinga dan sakit gigi. 3. Sakit kepala dan masalah-masalah gangguan daya konsentrasi dan ingatan yang baru terjadi. 4. Perasaan pusing, kehilangan keseimbangan, melayang,

melamun, tinitus dan masalah pendengaran. 5. Kecanggungan atau kelemahan ekstremitas, kesulitan berjalan. 6. Penyimpangan sensoris (kesemutan, baal, hipersensitivitas, nyeri) atau kehilangan sensori pada wajah, badan dan ekstremitas. 7. Impotensi dan kesulitan berkemih. 8. Kesulitan dalam kegiatan sehari-hari. 9. Efek masalah pada pola hidup, kinerja pekerjaan dan interaksi sosial. 10. Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat tertentu.

2. Pengkajian Fisik Hal-hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik neurologis adalah: 1. Pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS) Tingkat kesadaran dapat digambarkan secara kualitatif seperti sadar, letargi, stupor, semikoma dan koma atau secara kuatitatif dengan menggunakan Glasgow Coma Scale. 2. Gerakan, kekuatan dan koordinasi otot ekstremitas. Kelemahan otot merupakan tanda penting pada beberapa gangguan neurologis. Beberapa tes khusus digunakan untuk mendeteksi kelainan yang lebih spesifik seperti tes Romberg untuk memeriksa koordinasi keseimbangan tubuh tes koordinasi jari hidung untuk memeriksa kemampuan koordinasi ekstremitas atas. 3. Status mental Pemeriksaan status mental meliputi perhatian, daya ingat, afek, bahasa, pikiran dan persepsi (person, time and space).. 4. Refleks Refleks terjadi jika stimulasi sensori menimbulkan respon motorik. Refleks yang diperiksa meliputi refleks regangan otot (refleks tendon), refleks kutaneus (superfisial) dan adanya refleks abnormal seperti refleks Babinski. 5. Gerakan involunter Gerakan involunter adalah gerakan bagian tubuh yang tidak dapat dikendalikan seperti tremor, fasikulasi, klonus, mioklonus, hemibalismus, chorea dan atetosis.

6. Perubahan pupil Pupil dapat dinilai ukuran dan bentuknya serta respon terhadap cahaya. 7. Tanda vital Tanda klasik peningkatan TIK meliputi kenaikan tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang membesar, nadi lemah atau lambat dan pernapasan tidak teratur. 8. Saraf kranial Tes fungsi saraf kranial diperiksa satu persatu untuk melihat adanya kelainan yang spesifik.

3. Test Diagnostik Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut: Jenis Pemeriksaan

Tujuan

- CT Scan

CT Scan memberikan gambaran rinci dari struktur tulang, jaringan dan cairan tubuh. Dapat menunjukkan perubahan struktur karena tumor, hematom atau hidrosefalus.

- MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Sacn dengan MRI membuat gambaran grafis dari struktur tulang, cairan dan jaringan lunak. Dapat memberikan hasil yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu diagnosis tumor yang kecil atau sindrom infark dini.

Test dignostik untuk mengukur proses fisiologis dan biokimia dalam sistem saraf. Daerah

- PET (Positron Emission Tomografi)

- Angiografi Serebral

tertentu dapat teridentifikasi sebagai berfungsi atau tidak.

Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan kontras berupa zat warna radioopak yang disuntikkan dengan kateter ke dalam sirkulasi arteri serebral. Hasilnya memperlihatkan patensi pembuluh darah, penyempitan, oklusi dan abnormalitas struktur (aneurisma), pergeseran pembuluh (tumor dan edema) dan perubahan aliran darah (malformasi AV).

Ruang subarakhnoid spinal diperiksa terhadap obstruksi total atau sebagian yang berhubungan dengan perubahan letak tulang, kompresi medula spinalis atau herniasi cakram intervertebrata. -Mielografi Membantu mendeteksi dan menemukan tempat aktivitas listrik abnormal dalam korteks serebri.

- EEG (Elektroensefalografi)

- Pungsi Lumbal

Pemeriksaan CSS terhadap adanya darah, perubahan karater, jumlah sel, protein, dan glukosa dan memperkirakan TIK.

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penurunan spasium untuk perfusi serebral, edema jaringan serebral, penurunan perfusi sitemik embolus atau sumbatan aliran darah serebral. 2. Pola pernapasan tidak efektif b/d penurunan tingkat kesadaran, cedera jaringan otak, depresi pusat pernapasan (medula oblongata), hipoventilasi berat atau komplikasi pulmonal. 3. Risiko perubahan suhu tubuh b/d trauma jaringan serebral atau infeksi. 4. Risiko infeksi b/d tindakan invasif, penurunan tingkat kesadaran dan imobilisasi. 5. Risiko terhadap cedera b/d penurunan tingkat kesadaran, agitasi, gelisah atau gerakan involunter kejang. 6. Risiko terhadap perubahan nutrisi b/d penurunan tingkat kesadaran, ventilasi mekanik atau peningkatan metabolisme.

1.INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penurunan spasium untuk perfusi serebral, edema

jaringan serebral, penurunan perfusi sitemik embolus atau sumbatan aliran darah serebral.

Kriteria Hasil: - Tingkat kesadaran klien akan membaik atau dipertahankan

INTERVENSI KEPERAWATAN

5.Tinggikan bagian kepala tempat tidur 150-300 sepanjang waktu kecuali bila ada kontraindikasi (fraktur, gagal hepatorenal)

6.Hindari fleksi leher dan rotasi kepala.

7.Evaluasi hal-hal berikut setiap 1 jam: Tingkat

kesadaran

Ukuran

pupil

Refleks

pupil (terhadap cahaya)

Gerakan Ada

ekstremitas

tidaknya refleks-refleks

Gerakan

involunter (kejang,

RASIONAL

Posisi optimal yang meningkatkan aliran balik sirkulasi serebral ke sistem jugularis interna dan fleksus vena vertebra dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Posisi yang lebih tinggi tidak bermakna dalam menurunkan TIK.

Posisi dengan fleksi leher atau rotasi kepala membatasi aliran darah vena dari kepala ke sistem jugularis interna dan fleksus vena vertebra sehingga dapat meningkatkan TIK.

Indikator klinis perubahan tekanan intakranial.

kedutan, atau fungsi motorik asimetris. Frekuensi dan

irama jantung

Frekuensi dan

iram napas

Paramenter

hemodinamik

Hitung

tekanan perfusi serebral (TPS = TAR – TIK)

8.Hindari peningkatan tekanan intrakranial akibat Valsava manuver (batuk, mengedan, muntah)

9.Kurangi stimulasi lingkungan, batasi kontak dengan klien hanya pada prosedur penting.

10.Kolaborasi pemberian obat: Kortikosteroid

Aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intrathorakal, tekanan intra abdominal dan tekanan intrakranial.

Diuretik

Sedativa

dan muskulorelaksan

Antipiretik

Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh dan meningkatkan istirahat untuk menurunkan atau mempertahankan TIK.

Antikonvulsan

Menurunkan inflamasi yang selanjutnya menurunkan edema jaringan.. Diuretik digunakan pada fase akut untuk menurunkan edema otak dan menurunkan TIK. Mungkin digunakan untuk mengendalikan kegelisahan/agitasi. Antipiretik mungkin diberikan untuk mengendalikan demam yang dapat berakibat meningkatkan status metabolisme dan meningkatkan kebutuhan oksigen. Obat pilihan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya aktivitas kejang.

2. Pola pernapasan tidak efektif b/d penurunan tingkat kesadaran, cedera jaringan otak, depresi pusat pernapasan (medula oblongata), hipoventilasi berat atau komplikasi pulmonal.

Kriteria Hasil: - Patensi jalan napas dapat dipertahankan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, catat ketikteraturan pernapasan.

Perubahan abnormal dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal atau menandakan meluasnya proses di otak.

2. Anjurkan klien melakukan latihan napas dalam yang efektif jika klien sadar.

Mencegah/menurunkan atelektasis.

3. Lakukan suksion dengan hati-hati (selama 10-15 detik setiap kali). Catat karakter, warna dan kekeruhan sekret.

4. Auskultasi bunyi napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya bunyi napas tambahan (krekels, ronkhi, wheezing)

Suksion biasanya diperlukan bila klien koma atau dalam keadaan imobilisasi dan tidak mampu membersihkan jalan napasnya sendiri.

Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasis, kongesti atau obstruksi jalan napas yang membahayakan oksigenasi serebral.

Agen depresan pernapasan dapat meningkatkan 5. Pantau respon klien terhadap penggunaan obat gangguan/komplikasi pernapasan. depresan pernapasan (sedativa). Menentukan kecukupan kebutuhan oksigen, keseimbangan asam basa dan kebutuhan terapi selanjutnya. 6. Kolaborasi pemeriksaan/analisa gas darah.

3. Risiko perubahan suhu tubuh b/d trauma jaringan serebral atau infeksi.

Kriteria Hasil: - Suhu tubuh klien akan tetap dalam batas normal (36-37 0C)

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Periksa suhu tubuh secara berkala sesuai keadaan klinis klien.

Menetapkan terjadinya

2. Bila demam dan menggigil, turunkan suhu tubuh secara bertahap.

Mengoptimalkan mekanisme penyesuaian tubuh terhadap perubahan suhu, menghindari perubahan suhu yang ekstrim.

Agen terapeutik yang bekerja secara simptomatik dan secara 3. Berikan antipiretik dan etiologis dalam menurunkan antibiotik sesuai program suhu tubuh. terapi. Mendukung upaya pengendalian terhadap suhu tubuh klien. 4. Kontrol suhu lingkungan

4. Risiko infeksi b/d tindakan invasif, penurunan tingkat kesadaran dan imobilisasi.

Kriteria Hasil: - Klien akan terhindar dari infeksi nosokomial.

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Gunakan teknik steril ketat Tindakan prevensi menghindari selama pemasangan device terjadinya infeksi nosokomial. pemantau TIK dan pertahankan sistem drainase ventrikular eksternal.

2. Lakukan penggantian balutan dengan teknik steril pada device pemantau TIK setiap hari.

3. Kaji gejala-gejala infeksi SSP (peningkatan suhu tubuh, peningkatan SDP, fotofobia, Kernig’s sign positif).

4. Kolaborasi pelaksanaan kultur CSS bila perlu.

5. Berikan antibiotik sesuai program terapi.

Mencegah peradangan lokan area insersi device pemantau TIK.

Indikator perkembangan proses infeksi pada susunan saraf pusat.

Indikator diagnostik untuk menetapkan terapi yang tepat bila diperlukan.

Terapi profilaktik dapat diberikan pada tindakan invasif serebral untuk menurunkan risiko infeksi nosokomial.

5. Risiko terhadap cedera b/d penurunan tingkat kesadaran, agitasi, gelisah atau gerakan involunter kejang.

Kriteria Hasil: - Klien akan terhindar dari cedera.

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Jika klien gelisah, pasang terali sisi tempat tidur, pasang restrain lembut, pasang jaket restrain bila perlu.

Mencegah perlukaan fisik, menghindari klien jatuh dari tempat tidur.

2. Jika tingkat kesadaran menurun, rubah posisi baring setiap 2 jam.

Mencegah komplikasi kerusakan integritas kulit akibat tekanan statis yang berlangsung lama.

3. Kaji integritas kulit setiap 8 jam, lakukan masase ringan.

4. Lakukan latihan aktivitas bertahap (ROM pasif, ROM aktif, duduk, berdiri) sesuai perkembangan klinis klien.

Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan elastisitas kulit.

Mempertahankan mobilisasi dan fungsi muskuloskeletal serta menurunkan stasis vena.

6. Risiko terhadap perubahan nutrisi b/d penurunan tingkat kesadaran, ventilasi mekanik atau peningkatan metabolisme. Kriteria Hasil:

- Klien akan terhindar dari cedera.

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Pertahankan status NPO (non permitted oral = puasa) hanya selama diperlukan

NPO mungkin diberlakukan selama fase akut.

2. Evaluasi refleks batuk, gag dan menelan.

Perlu untuk menilai kemampuan klien untuk menerima asupan nutri peroral.

3. Auskultasi bising usus setiap 8 jam

4. Jika tidak mampu mengunyah dan menelan, pasang NGT sesuai indikasi.

5. Evaluasi ketepatan letak NGT setiap 8 jam dengan cara auskultasi, aspirasi isi lambung atau dengan memasukkan ujung selang ke dalam air.

Fungsi saluran cerna biasanya tetap baik pada kasus peningkatan TIK. Bising usus membantu menetapkan kemampuan fungsi sistem cerna atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik ileus.

Memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai keadaan klinis klien.

Mendeteksi kelainan letak NGT untuk mencegah aspirasi.

Mencegah komplikasi iritasi gaster dan aspirasi

6. Hentikan NGT bila residu gaster meningkat dan atau regurgitasi.

7. Bila ada diare, atasi dengan pemberian anti diare sesuai program terapi.

Mengatasi penyulit yang dapat memperberat masalah kekurangan nutrisi.

Menilai status nutrisi klien.

8. Timbang BB setiap hari jika TIK sudah stabil

9. Pantau keseimbangan asupan dan haluaran setiap hari.

Memastikan asupan cairan adekuat yang mendukung upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta.

Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis-Pendekatan Holistik, Ed.6, EGC, Jakarta.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Diposkan oleh z.syarifudin di 20:54 0 komentar 010009000003f30300000000c80200000000c802000026060f008605574d464301000000000001 00e7cf0000000001000000640500000000000064050000010000006c0000000000000000000000 11000000110000000000000000000000c10100001b02000020454d4600000100640500000f0000 0001000000000000000000000000000000000500002003000040010000f0000000000000000000 00000000000000e2040080a90300460000002c00000020000000454d462b014001001c00000010 0000000210c0db010000006000000060000000460000008001000074010000454d462b22400400 0c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000030400200100000 00040000000000803f214007000c0000000000000008400005cc000000c00000000210c0db0100 0000000000000000000000000000000000000100000047494638396112001200e30000d0c7bbaa 6a34545350e5a325000000161616100903d08f29493512b98817e2a353281506332606ffc131fcb6 23d0c7bb21f9040100000f002c000000001200120000044ff0c949abbd9360bc8cde1411041e2815 ca31961ba300c00a224ea328c287218d33a8ba0bcf774814400c073181001906cbe686902006a418 d172610a005281e0a50083892f84f2794c20604df04a04003b00000840010824000000180000000 210c0db01000000030000000000000000000000000000001b40000040000000340000000100000 002000000000000bf000000bf000090410000904103000000000080b3000080b3ffff8f41000080b 3000080b3ffff8f412100000008000000620000000c00000001000000150000000c000000040000 00150000000c00000004000000460000001400000008000000544e50500601000051000000c800 00000000000000000000110000001100000000000000000000000000000000000000120000001 200000050000000300000008000000048000000000000008600ee0012000000120000002800000 01200000012000000010001000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f 800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000400ff000000005100000090010000 00000000000000001100000011000000000000000000000000000000000000001200000012000

0005000000068000000b8000000d800000000000000c6008800120000001200000028000000120 00000120000000100040000000000000000000000000000000000100000000000000000000000f fffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300bbc7d000123549002 3b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b9001111111111111111110101011500a11111111111 11050000109990111111111111010101159999011111111111000101114967401111111111010 0001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa11111110101011111 18bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a010111111111abc66 d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111111111110443011 0100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111111111111000101 460000001400000008000000544e5050070100004c000000640000000000000000000000110000 0011000000000000000000000012000000120000002900aa0000000000000000000000803f0000 0000000000000000803f0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 000000220000000c000000ffffffff460000001c00000010000000454d462b024000000c000000000 000000e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000 000050000000c0212001200030000001e000400000007010400040000000701040049000000410 b8600ee00120012000000000012001200000000002800000012000000120000000100010000000 000000000000000000000000000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c000 0ff7e0000ff3f0000ff3f8000ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80 ff001f00ff000e00ff000400ff00000000ad000000410bc6008800120012000000000012001200000 00000280000001200000012000000010004000000000000000000000000000000000010000000 0000000000000000ffffff000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300 bbc7d0001235490023b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b90011111111111111111101010 11500a111111111111105000010999011111111111101010115999901111111111100010111496 74011111111110100001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa1 111111010101111118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f51111101ffff1111111acbe74011110a0 10111111111abc66d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b111 1111111104430110100001111111111112301110e070f111111111111101111010101111111111 1111111110001010c00000040092900aa000000000000001200120000000000040000002701ffff 030000000000

Sabtu, 10 Mei 2008 PRE OPERATIF TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUANG SURGICAL

PRE OPERATIF TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUANG SURGICAL 1. PENGERTIAN Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 200) 2. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil. Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum. Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

4. PATHOFISIOLOGI Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme : •

Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.



Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.



Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

5. DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah baik bio psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre operasi : 1. Dampak pada fisik : 

Pola Pernapasan :

Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma. Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks. 

Pada sirkulasi

Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah. 

Perubahan perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic. 

Penurunan Volume cairan tubuh.

Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia. 

Kerusakan Integritas kulit.

Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan kulit atau yang dibagian dalamnya diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma. 2. Dampak Psikologis : Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi. 3. Dampak Sosial : Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit)

6. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja. 1. Anamnesa 1. Biodata 2. Keluhan Utama 

Keluhan yang dirasakan sakit.



Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.

1. Riwayat penyakit sekarang (Trauma) 

Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.



Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.



Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.



Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.

1. Riwayat Penyakit yang lalu •

Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.



Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis. 1. Riwayat psikososial spiritual



Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.



Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.



Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide). 1. Pemeriksaan Fisik 1. Sistim Pernapasan



Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.



Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.



Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.



Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi. 1.2.2 Sistim cardivaskuler (B2 = blead)



Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.



Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks. 3. Sistim Neurologis (B3 = Brain)



Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.



Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak



Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) 3. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)







Pada inspeksi : 

Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.



Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.



Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.



Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.

Pada palpasi : 

Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.



Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.



Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.

Pada perkusi : 

Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.



Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.





Pada Auskultasi : 

Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.



Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.



Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.

Pada rectal toucher :

3. Sistim Urologi ( B5 = bladder) •

Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.



Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.



Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria. 3. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone ) 

Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.



Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.

2. Pemeriksaan Penunjang : 1. Radiologi : o

Foto BOF (Buick Oversic Foto)

o

Bila perlu thoraks foto.

o

USG (Ultrasonografi) 1. Laboratorium :



Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi) Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.



Urine lengkap (terutama ery dalam urine) 1. Elektro Kardiogram



Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

2. Diagnosa Keperawatan Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma tumpul abdomen adalah sebagai berikut : 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen. 2. Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai

darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam. 3. Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan. 4. Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah. 5. Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi / informasi inadquat yang itandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang dialami dan akibat dari pembedahan. 3. Perencanaan 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen. Tujuan : •

Keseimbangan cairan tubuh teratasi.



Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi. Kriteria Hasil :



Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat gejala – gejala dehidrasi.



Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %



Tanda vital dalam batas normal.



Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen. Rencana Tindakan : 1. Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemic 2. Jelaskan tentang sebab – akibat dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan. 3. Observasi gejala – gejala vital, suhu, nadi, tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30 menit. 4. Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar. 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :



Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.



Menghentikan perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi.



Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag.



Pemberian transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.



Pemasangan lingkar abdomen.



Pemeriksaan EKG. 6. Kolaborasi dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks. 7. Kolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap. 8. Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi. 9. Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi. 10. Motivasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya. 2. Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam. Tujuan :



Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal. Kriteria hasil :



Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.



Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.



Capillary reffil kurang dari 3 detik.



Produksi urine lebih dari 30 ml/jam. Rencana Tindakan 1. Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan. 2. Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil. 3. Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit. 4. Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral. 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan infus. 6. Monitoring input dan out put terutama produksi urine. 3. Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan. Tujuan :



Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang. Kriteria hasil :



Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.



Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.



Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Rencana Tindakan : 1. Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri. 2. Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan. 3. Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri. 4. Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan. 5. Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab utama) 4. Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah. Tujuan : •

Kecemasan dapat diatasi. Kriteria hasil :



Klien mengatakan tidak cemas.



Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.



Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan. Rencana Tindakan :

1. Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya. 2. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan. 3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. 4. Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan perasaannya. 5. Observasi tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal. 6. Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur. 7. Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic. 8. Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga. 5. Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan

dengan kurangnya informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif. Tujuan : •

Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Kriteria hasil :



Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.



Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan. Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga. 2. Jelaskan secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan. 3. Diskusikan tentang hal – hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan proses penyembuhan. 4. Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. 5. Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan. 6. Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan darah untuk transfusi. 4. Pelaksanaan Perawatan Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan. 5. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal antara lain : 1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini. 2. Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan). 3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai. 4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai. 5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.

BAB III TINJAUAN KASUS

Menguraikan gambaran lokasi ruangan Surgical Rumah Sakit Surabaya International tempat pemberian pelayanan Asuhan Keperawatan kepada Tn. T. S. dengan masalah keperawatan pre oprasi trauma tumpul abdomen beserta semua pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan yang telah ditemukan pada Tn. T. S dan rencana tindakan, tindakan keperawatan serta evaluasi yang telah diberikan kepada Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre Operatif trauma tumpul abdomen di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya Internasional.

BAB IV PEMBAHASAN

Menguraikan kesenjangan – kesenjangan dan persamaan – persamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang ditemukan pada Asuhan Keperawatan Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen yang telah diberikan di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International.

BAB V PENUTUP

Menguraikan bahwa penulis telah mengakhiri karya tulis yang terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran. 1. Kesimpulan Isi harus menjawab tujuan penulisan dan merupakan inti dari pembahasan kesenjangan – kesenjangan dan persamaan – persamaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yang ditemukan ditemukan pada Asuhan Keperawatan Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen yang telah diberikan di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International. 2. Saran Merupakan tanggapan – tanggapan terhadap isi dari kesimpulan mengacu pada tujuan penulisan dan pembahasan antara kesenjangan – kesenjangan dan persamaan – persamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang ditemukan pada ditemukan pada Asuhan Keperawatan Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen

yang telah diberikan di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International agar dipertahankan / ditingkatkan agar lebih baik untuk masa yang akan datang..

DAFTAR PUSTAKA

1. American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.

2. Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.

3. Horison’ s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

4. Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA

Related Documents

Dokumentasi
June 2020 41
Dokumentasi
May 2020 49
Dokumentasi E4ed.docx
April 2020 44
Dokumentasi Kegiatan.docx
November 2019 46
Dokumentasi New.doc
November 2019 39
Dokumentasi Qurban
October 2019 26