ANALISIS SEBAB AKIBAT KEBIASAAN MENYONTEK PADA PELAJAR DAN SOLUSI UNTUK MENGATASINYA
MAKALAH
Oleh : LUTFI KOTO
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan penuh kejujuran. Shalawat beserta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sosok Nabi yang sikap dan tingkah lakunya dapat kita jadikan teladan untuk hidup didunia ini. Alhamdulillah, Pembuatan Makalah ini terlaksana atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan Makalah ini. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk evaluasi dan penyempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna untuk kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Padang, Mei 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
2
C. Tujuan ...........................................................................................
3
D. Manfaat .........................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Menyontek ..................................................................
4
B. Faktor Penyebab Timbulnya Kebiasaan Menyontek ....................
5
C. Dampak yang Ditimbulkan dari Kebiasaan Menyontek ...............
9
D. Solusi Untuk Mengatasi Kebiasaan Menyontek ...........................
12
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................
13
B. Saran ...............................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
15
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahterahan. Pendidikan juga berfungsi untuk membentuk karakter manusia yang lebih baik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 (Sistem Pendidikan Nasional) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab. Setiap warga negara wajib ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan Indonesia. Bahkan Pembukaan Undang-undang secara lantang menegaskan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa salah satu dari cita-cita bangsa. Kita wajib berbangga atas prestasi anak negeri yang mengharumkan nama bangsa. Namun jika dilihat secara global, masih banyak yang harus kita benahi dari sistem pendidikan Indonesia. Kita tidak bisa menghindari kenyataan bahwa masih ada beberapa civitas akademika yang melanggar aturan dalam melaksanakan sistem pendidikan. Pelanggaran yang terjadi seolah kompleks, penyimpangan dimulai dari lini bawah sampai ke lini atas dari sistem pendidikan nasional. Adapun penyimpangan yang dapat kita rasakan sendiri adalah masih banyaknya oknum pemerintahan yang korupsi, belum meratanya pendidikan dan penempatan jabatan yang tidak tepat. Dalam penulisan makalah ini, penulis memfokuskan pada penyimpangan yang dilakukan pada lini bawah, yaitu pelanggaran yang dilakukan oleh objek dari sistem pendidikan nasional. Salah satu kesalahan (kebiadaban) yang dilakukan adalah kebiasaan menyontek.
1
Menyontek tidak hanya dilakukan oleh pelajar tingkat dasar dan menengah, namun yang paling parah kebiadaban ini juga dilakukan oleh calon pendidik dan pendidik (guru dan dosen). Jika dilihat secara global, prestasi pendidikan di Indonesia belum membanggakan. Banyak survey yang menunjukkan buruknya prestasi pendidikan dinegeri ini, salah satunya
Laporan dari Bank Dunia yang menyatakan :
keterampilan membaca siswa kelas 4 SD Indonesia paling rendah di Asia Bagian Timur. Kompetisi atau daya saing Indonesia menduduki rangking 37 dari 57 negara yang di survey. Memang banyak faktor yang menyebabkan kenapa rendahnya kualitas pendidikan dinegeri ini, dibutuhkan konsentrasi yang suci dan kerjasama dari semua lini. Perubahan kearah yang lebih baik pasti bisa kita lakukan. Tugas kita semua untuk membantu pemerintah membangun suatu sistem pendidikan yang tidak cacat dan sehat. Perubahan bisa kita mulai dari hal yang kecil, salah satunya menghilangkan kebiasaan menyontek. Walaupun kita belum bisa membantu banyak, tapi penulis yakin jika kita semua mau menghilangkan kebiasaan menyontek, kita sudah menjadi bagian dalam peningkatkan mutu pendidikan. Sesuatu yang sanga disayangkan adalah adanya hasil Penelitian dilapangan yang menyatakan 100% mahasiswa pernah menyontek pada saat ujian (Alam, dkk : 2008). Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengulas masalah menyontek pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apasaja faktor yang menyebabkan seseorang menyontek.? 2. Apasaja dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan menyontek.? 3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kebiasaan menyontek.?
2
C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pelajar untuk menyontek. 2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari sikap menyontek. 3. Untuk mencari solusi mengatasi kebiasaan menyontek
D. Manfaat Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : (a) Bagi pelajar (siswa dan mahasiswa), agar introspeksi diri dan memupuk rasa kesadaran akan bahayanya kebiasaan menyontek, sehingga tidak ada lagi yang menyontek saat ujian. (b) Bagi pendidik (guru dan dosen), agar lebih mengoreksi diri pribadi dan bertanggung jawab untuk mengevaluasi semua tugas yang diberikan kepada peserta didik, selain itu diharapkan kepada pendidik agar tegas kepada peserta didik yang ketahuan menyontek dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyontek Menyontek merupakan sebuah strategi yang digunakan siswa untuk memperoleh prestasi yang tinggi dengan cara yang tidak adil (Anderman, Griesinger & Wasterfield, 1998). Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwadarminta menyontek adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Dalam artikel yang ditulis oleh Alhadza (2004) kata menyontek sama dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower (1964) yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Menurut Deighton (1971) “Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods.” Maksudnya, menyontek adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan menyontek adalah sikap yang menggunakan cara-cara yang tidak terhormat untuk memperoleh prestasi yang diinginkan.Untuk itu perilaku menyontek sangat tidak layak dilakukan oleh kaum intelektual karena dapat merusak tujuan pendidikan nasional.
4
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan menyontek, kita juga harus tahu apa saja tindakan yang bisa dikategorikan sebagai menyontek. Menurut Wangsajaya, seseorang bisa dikategorikan sebagai penyontek apabila dalam pendidikan dia meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman saat ujian, membawa catatan dikertas, anggota badan atau salinan pada handphone saat ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas dirumah.
B. Faktor penyebab timbulnya kebiasaan menyontek Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik untuk menyontek yaitu : 1. Faktor Intern a. Menurut Shandy (2010) Kebiasaan menyontek dapat muncul dari diri sendiri disebabkan karena kurangnya percaya diri dalam mengerjakan tugas. Selain itu menyontek juga disebabkan faktor “malas” yang sudah
ada
pada
siswa.
Malas
belajar
dan
tidak
membuat
tugasakanmembentuk karakter siswa yang menginginkan sesuatu diperoleh dengan cara instan, sehingga menyontek menjadi pilihan. Hal senada juga diungkapkan oleh Dien F. Iqbal, Dosen Fakultas Psikologi Unpad, seperti yang dikutip Rakasiwi (2007) sesorang menyontek tidak hanya disebabkan dari faktor luar, tetapi juga faktor dari dalam diri. Dari dalam diri, konsep diri merupakan gambaran apa yang dibayangkan seseorang, nilai dan sesuatu yang dirasakan tentang dirinya sendiri. Misalnya, anggapan bahwa, "Saya adalah orang biasa saja". Anggapan ituakan memunculkan kompenen afektif yang disebut harga diri.
5
b. Dari teori-teori tentang motivasi, diketahui bahwa menyontek/cheating bisa terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure, yaitu apabila dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi yang dimiliki. Apabila tidak dikendalikan dengan baik, akan menimbulkan hasrat untuk melakukan cheating/menyontek.
2. Faktor Ekstern Selain karena faktor intern, kebiasaan menyontek juga didorong oleh faktor ekstern atau lingkungan.Peserta didik terdorong untuk melakukan tindakan curang karena implikasi dari pendidik, keluarga dan teman sebaya. a. Dari Pendidik Beberapa alas an siswa untuk menyontek juga didorong dari para pendidik (Guru dan Dosen). Salah satunya adalah bagi sebagian pendidik yang tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik. Metode yang monoton dan kurangnya variasi dalam mengajar menyebabkan siswa bosan dan jenuh untuk belajar.Alasan kedua juga didorong kurangnya ketegasan dari guru untuk menindaklanjuti siswa yang ketahuan menyontek.Dengan pembiaran yang dilakukan guru, hal ini dapat menyebabkan budaya menyontek semakin menjadi-jadi. Peserta didik akanterbiasa dengan sikap curang ini karena tidak ada sanksi yang tegas dari pendidik.Bahkan yang sangat disayangkan ada beberapa oknum guru yang memberikan kunci jawaban untuk Ujian Nasional. b. Dari orang tua atau keluarga. Dari observai mini yang penulis lakukan, hasrat untuk menyontek juga didorong oleh orang tua yang menuntut anaknya untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Jika tidak didukung degan cara yang relevan, tuntutan orang tua tersebut bisa berdampak negatif pada anak.Salah satunya adalah orang tua yang mementingkan hasil daripada proses 6
anak dalam belajar. Hal ini bisa menekan anak untuk menyontek dalam pelajaran karena takut, dan menyontek dianggap sebagai solusi pintas untuk mendapatkan nilai yang tinggi. c. Dari teman Keinginan menyontek juga timbul pada saat anak melihat temannya yang lain membuat kecurangan. Dilihat dari ilmu psikologi, anak-anak yang belum matang dalam berpikir cenderung meniru dari apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar. Maka Jika ada teman mereka yang menyontek, siswa tersebut terdorong untuk menyontek karena berpikir bahwa “untuk apa jujur saat ujian sementara semua temannya mendapat nilai yang tinggi karena menyontek”.Hasrat untuk menyontek juga muncul karena adanya peluang yang diberikan oleh teman.Peluang ini dapat berupa pembagian isi jawaban dengan sukarela oleh beberapa siswa yang pintar.Mereka beranggapan bahwa dengan saling membantu saat ujian menjadikanbukti solidaritas dalam pertemanan.Maka
“kesempatan”
ini
mendorong
siswa
untuk
melakukan sikap yang curang.Asumsi ini sangat cocok jika dikaitkan dengan pesan bang napi di salah satu stasion TV swasta yang menyatakan : “Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan”. Jadi dengan adanya peluang ini akan mendorong siswa untukmenyontek.
7
Study ilmiah yang mendukung 2 faktor yang dijelaskan diatas juga dibuktikan oleh penelitian Alhadza (2004) mengenai masalah menyontek yang ia istilahkan dengan cheating. Alhadza menyebarkan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada 60 mahasiswa di PPS UNJ. Dari hasil kuisioner tersebut didapatkan jawaban tentang alasan seseorang melakukan cheating dengan pengelompokan sebagai berikut : 1.
Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan cheating meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
2.
Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku (buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata demi kata dari buku teks.
3.
Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
4.
Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5.
Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
6.
Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi dengan belajar keras atau serius.
7.
Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.
8.
Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan.
9.
Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu
yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal. 11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi
kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.
8
12. Penugasan
guru/dosen
yang
tidak
rasional
yang
mengakibatkan
siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara. 13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabui dosen/guru yang bersangkutan.
C. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyontek
Berikut ini dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan mencontek adalah : 1. Bagi Siswa yang Menyontek a. Tidak mandiri Peserta didik yang sering menyontek akan mengakibatkan tingginya rasa ketergantungan terhadap orang lain. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang selalu mengandalkan orang lain dalam melaksanakan tugas. b. Mudah menyerah Hal ini akan dirasakan pada saat menghadapi dunia kerja. Karena terbiasa mengandalkan orang lain, maka pada saat bekerja mereka yang sering menyontek akan mudah menyerah dalam melaksanakan pekerjaan. c. Berdosa Kebiasaan menyontek jika dilihat dari segi agama maka termasuk dalam perbuatan tercela. Hal ini tentu akan menambah daftar dosa yang kita kerjakan. Karena tuhan akan mebalas kebaikan seseorang walaupun hanya sebiji zarah, begitupun sebaliknya.
9
d. Berpotensi sebagai koruptor. Dalam sebuah acara seminar di Universits Tadulako, Ketua KPK Abraham Samad yang menyatakan “Menyontek saat ujian, berarti tidak jujur, dan ini adalah cikal bakal dari kejahatan korupsi. Apalagi skripsi dibuatkan oleh orang lain”. Dalam hal ini Abraham Samad tidak hanya menekankan mendagangkan
pada
mahasiswa
ilmunya
dengan
saja,
”Begitu
membuatkan
pula skripsi
dosen
yang
mahasiswa.
Keduanya merupakan intellectual corruption atau korupsi intelektual,” tegas Dr. Abraham Samad.
2. Bagi Siswa yang Tidak Menyontek a. Merugikan Siswa yang Jujur Secara tidak langsung, siswa yang jujur juga ikut dirugikan akibat kebiasaan menyontek. hal ini dapat dilihat dalam seleksi penerimaan beasiswa yang diadakan disekolah atau di kampus. Bagi mereka yang menyontek memperoleh nilai tinggi daripada siswa yang jujur saat ujian. Sementara salah satu syarat untuk memperoleh beasiswa dilihat dari nilai siswa tersebut. b. Nilai /IPK Bukan jadi Kebanggaan. Dampak selanjutnya dari menyontek adalah kurangnya rasa bangga terhadap Nilai/IPK yang diperoleh oleh peserta didik dan mahasiswa.IPK yang tinggi diperoleh dengan gampangnya tanpa dibarengi dengna usaha yang sepantasnya.
10
3. Bagi Sekolah a. Rendahnya Mutu Hasil Pendidikan Hasil pendidikan yang dimaksud adalah para siswa dan sarjana yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Mereka lulusan dengan IPK yang tinggi tanpa ilmu yang mumpuni karena sewaktu kuliah mereka hanya mengandalkan otak orang lain dalam melaksanakan tugas. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan lulusan sarjana dalam menyikapi dunia kerja yang mana kreatifitas dituntut harus tinggi. b. Rendahnya Daya Saing Sekolah dengan Sekolah Lain. Dengan lulusan yang sisiwanya sering menyontek, maka tingkat kompetensi sekolah tersebut akan rendah. Hal ini akan berakibat rendahnya daya saing lulusan sekolah dengan sekolah lain.
11
D. Solusi untuk Mengatasi Kebiasaan Menyontek Berikut ini yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan menyontek adalah : 1. Meningkatkan ketegasan guru Guru sebagai factor penentu dalam mengatasi kebiasaan menyontek pada siswa. Jika ada siswa yang ketahuan menyontek diharapkan seorang guru akan memberi sanksi yang tegas, sehingga kebiasaan menyontek dapat diberantas hingga tuntas 2. Menambah wawasan pengetahuan siswa Penambahasan wawasan siswa dapat dilakukan dengan penambahan bimbingan belajar (bimbel).Diharapkan dengan bertambanya pengetahuan siswa, dapat mengurangi kebiasaan menyontek pada siswa. 3. Memberikan reward/penghargaan Penghargaan diberikan kepada siswa yang konsisten untuk jujur. Hal ini dapat memicu semangat siswa untuk berlomba-lomba untuk jujur. Selain untuk siswa penghargaan juga diberikan kepada pendidik yang konsisten dalam menerapkan
peraturan
yang
tidak
membolehkan
siswa
untuk
menyontek.Sehinggadengan adanya penghargaan ini diharapkan dapat mengurangi kebiasaan menyontek pada siswa. 4. Memberikan sanksi yang setimpal dengan kecurangan yang dilakukan siswa. Dengan memberikan sanksi yang setimpal diharapkan dapat menekan kebiasaan menyontek pada siswa. Namun sanksi yang diberikan diusahakan berdampak positif, yang mengarahkan siswa untuk sadar akan kesalahannya.
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan : 1. Kebiasaan mencontek pada umumnya sudah dianggap suatu kewajaran dikalangan pelajar. 2. Menyontek memberikan dampak yang negative terhadap kualitas pendidikan nasional. 3. Dampak negative yang ditimbulkan dari kebiasaan menyontek tidak hanya bersifat jangka pendek tetap juga jangka panjang. 4. Dampak jangka pendek yang dapat dirasakan dari kebiasaan menyontek adalah kurang adanya penghargaan terhadap nilai yang diperoleh oleh siswa yang jujur. 5. Jika kebiasaan kotor ini terus dibudidayakan, maka semakin mendukung praktek korupsi dimasa depan.
B. Saran Dalam kesempatan ini, penulis menyarankan kepada kita semua : 1. Melakukan suatu perubahan dimulai dari hal yang terkecil yag bisa kita lakukan 2. Perubahan dimulai dari diri sendiri, teman sebaya dan lingkungan sekitar. 3. Bagi pelajar yang masih idealis untuk jujur dalam ujian agar tetap mempertahankan sikapnya, bersama dan saling membantu untuk mewujudkan tujuan pendidikan Indonesia yang sangat mulia. 4. Untuk memberantas budaya menyontek bagi pelajar diharapkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan sadar akan tujuan pendidikan yang dicita-cita-kan.
13
5. Pemberantasan kebiasaan menyontek juga ikut dilakukan oleh para pendidik dengan mengevaluasi proses pembelajaran dan tegas kepada siswa yang ketahuan curang dalam ujian. 6. Secara global, penulis juga menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan kesjahterahan pendidik dan peserta didik. Dengan demikian ikut membantu sehatnya kualitas pendidikan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Poedjinoegroho, Baskoro. E, 2006, Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor, http://ilman05.blogspot.com Alhadza, Abdullah, 2004, Masalah menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan, http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal Arifin,
Surjinal.
2009,
menyontek
penyebab
dan
penanggulangannyahttp://sujinalarifin.wordpress.com/ Alma. Dkk. 2008. Pusat Informasi Dan Komunikasi di Tengah Peradaban Manuisa. Bandung : Alvabeta
15