Doc-20190322-wa0002.pptx

  • Uploaded by: Yohanes Teddy
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doc-20190322-wa0002.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 378
  • Pages: 13
Disusun Oleh : Yohanes Tedi Sarito (PO.62.20.1.16.167

Miastenia gravis adalah suatu keadaan yang ditandai oleh kelemahan atau kelumpuhan otot-otot lurik setelah melakukan aktivitas, dan akan pulih kekuatananya setelah beberapa saat yaitu dari beberapa menit sampai beberapa jam.

Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), Miastenia gravis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Kelas I 2. Kelas II 3. Kelas III 4. Kelas IV 5. Kelas V

Miastenia gravis disebabkan oleh kerusakan reseptor asetilkolin neuromuscular junctin akibat penyakit autoimun

Penyakit Miastenia gravis ditandai dengan adanya kelemahan dan kelelahan. Kelemahan otot terjadi seiring dengan penggunaan otot secara berulang, dan semakin berat dirasakan di akhir hari.

Dalam kasus Myasthenia Gravis terjadi penurunan jumlah Acetyl Choline Receptor(AChR). Kondisi ini mengakibakan Acetyl Choline(ACh) yang tetap dilepaskan dalam jumlah normal tidak dapat mengantarkan potensial aksi menuju membran postsynaptic. Kekurangan reseptor dan kehadiran ACh yang tetap pada jumlah normal akan mengakibatkan penurunan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu, inilah yang kemudian menyebabkan rasa sakit pada pasien.

Pengurangan jumlah AChR ini dipercaya disebabkan karena proses auto-immun di dalam tubuh yang memproduksi anti-AChR bodies, yang dapat memblok AChR dan merusak membran post-synaptic. Etipatogenesis proses autoimun pada Miastenia gravis tidak sepenuhnya diketahui, walaupun demikian diduga kelenjar timus turut berperan pada patogenesis Miastenia gravis

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi penyakit Miastenia gravis dan angka kematian yang meningkat di atas umur 50 tahun. Pada umur 20-30 tahun Miastenia gravis lebih banyak dijumpai pada wanita. Sementara itu diatas 60 tahun lebih banyak pada pria (perbandingan ratio wanita dan pria adalah 3:2.

Diagnosis Miastenia gravis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang khas, tes antikolinesterase, EMG, serologi untuk antibodi AchR dan CT-Scan atau MRI toraks untuk melihat adanya timoma

 Kelompok I  Kelompok II A  Kelompok II B  kelompok III

 Kelompok IV

: Miastenia Okular : Miastenia umum ringan : Miastenia umum sedang : Miastenia fulminan akut : Miastenia Berat lanjut

 Acetilkolinesterase inhibitor  Kortikosteroid  Azatioprin Azatioprin  Plasma Exchange (PE)

Langkah sederhana bagi penderita myasthenia gravis agar terhindar dari kambuhnya gejala. Misalnya berhenti beraktivitas sebelum kelelahan, menjaga kebersihan guna mencegah infeksi, menangani infeksi yang dialami secara seksama, menghindari suhu tubuh yang terlalu dingin atau panas, serta menangani stres dengan efektif

 Penurunan kualitas hidup  Pneumonia aspirasi  Abrasi kornea

More Documents from "Yohanes Teddy"

Bor Los Toi.docx
December 2019 9
Lp Laserasi Mae.doc
June 2020 12
Spoiler Alert!.docx
December 2019 17