BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa angka kematian di dunia ini setiap tahunnya sekitar 300.000 di sebabkan oleh luka bakar. Luka bakar dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh disfungsi organ yang di akibatkannya (Abdullahi et al., 2015). Insidensi kematian akibat luka bakar kebanyakan terjadi di daerah afrika, asia tenggara dan timur tengah yaitu sekitar 195.000 setiap tahunnya (WHO, 2008). Luka bakar merupakan suatu trauma atau kerusakan jaringan tubuh yang terjadi pada kulit atau jaringan organik lainnya akibat dari sentuhan atau kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, cairan panas, radiasi, radioaktivitas, listrik atau bahan kimia (WHO, 2017). Terdapat beberapa pembagian derajat luka bakar yaitu derajat 1 (superficial partial-thickness), derajat 2 (partial thickness), dan derajat 3 (full thickness). Presentase yang mendominasi angka kejadian tertinggi di antara derajat lainnya adalah luka bakar derajat 2 (partial thickness) yang kerusakan kulitnya terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis (Sarabahi, 2010). Luka bakar merupakan luka yang unik karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama. Luka bakar paling sering terjadi di rumah dan paling banyak ditemukan adalah luka bakar derajat II. Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak kelompok usia di bawah 6 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kelompok ini sering kali memerlukan perawatan pada fasilitas khusus luka bakar. Oleh karena itu, perawatan luka bakar memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka. (Negara dkk., 2014) Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%) dan Bangka Belitung (1.4%), sedangkan prevalensi di Jawa Timur sebesar 0.7% (Depkes, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang timbul pada kasus pasca luka bakar yang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pasca luka bakar ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui proses penelitian harus jelas dan tepat, maka tujuan dari penulisan ini adalah Untuk mengetahui Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pasca luka bakar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian pada kasus pasca operasi section caesaria ini mencakup : 1. Terhadap ilmu pengetahuan Ikut serta dalam menambah wacana ilmu pengetahuan khususnya mengenai tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pasca luka bakar. 2. Terhadap institusi pendidikan Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada di institusi pendidikan khususnya mengenai fisioterapi integumen tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pasca luka bakar. 3. Terhadap penulis Untuk menambah pemahaman dan memperdalam tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pasca luka bakar
4. Masyarakat umum Membantu masyarakat dalam menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan luka bakar dan memberikan informasi bahwa fisioterapi berperan bagi para masyarakat yang mengalami kasus pasca luka bakar.