Deskripsi Umum Sejarah Desentralisasi Fiskal

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Deskripsi Umum Sejarah Desentralisasi Fiskal as PDF for free.

More details

  • Words: 513
  • Pages: 10
Buku: DESENTRALISASI FISKAL Politik dan Perubahan Kebijakan 1974-2004 Oleh: Wahyudi Kumorotomo Penerbit: Prenada Media Tahun: 2008 Jumlah halaman: 426

INSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL 1.

2.

3.

Revenue sharing: pusat membagikan sebagian penerimaan pemerintah (biasanya dalam bentuk hasil ekstraksi SDA, konsesi, dsb) kepada daerah Fiscal sharing: pusat membagi kewenangan memungut pajak dan belanja publik kepada daerah. Pemberian subsidi (grants) kepada pemerintah daerah: a. b. c.

General grants Specific grants Matching grants

Ketimpangan Vertikal Pada Masa Orde Baru 25,000

Figure 3.1. Central and Local Government Revenue, 1969/70 – 1988/89 (billion Rp)

20,000 15,000

Central Government Revenue

10,000

Local Government Revenue

5,000 0 69/70

74/75

79/80

83/84

88/89

Source: BPS (various publications); Ranis & Stewart (1994); Ministry of Finance (1997).

Pembagian Pendapatan Pemerintah Menurut UU 33/2004 Penerimaan

Pusat

Prov

Kab. Phsl.

A.Migas 1. Minyak bumi

Kab. Lain dlm Prov

Kab. Lain di Indonesia

85

3

6

6

-

2. Gas alam

70

6

12

12

-

20

16

64

-

- Royalty 2. Kehutanan

20

16

32

32

PSDH IHPH Dana reboisasi

20 20 60

16 16 -

32 64 40

32 -

3. Perikanan

20

-

-

-

B. Non Migas 1. Pertambangan -

-

Sewa tanah

80 (merata)

Tabel 6.2 Perubahan Kebijakan Mengenai Pendapatan Pemerintah Daerah

UU No.25/1999

UU No.5/1974 Pajak daerah Pasal 55: Pendapatan pemerintah daerah: •Retribusi 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD): •Laba perusahaan daerah •Pendapatan lain-lain yang sah 2. Pendapatan dari bantuan pemerintah yang lebih tinggi: •SDO •Bantuan Inpres 3. Pendapatan lain-lain: •Bagian pajak

Pasal 3: Pendapatan pemerintah daerah: 1.Pendapatan Asli Daerah (PAD): •Pajak daerah •Retribusi •Laba perusahaan daerah •Pendapatan lain-lain yang sah 2.Perimbangan keuangan: •Bagian dari PBB •Bagian dari BPHTB •Bagian dari pendapatan sumberdaya alam •Dana Alokasi Umum DAU) •Dana Alokasi Khusus (DAK) 3.Pinjaman Daerah 4.Pendapatan lain-lain

Sumber: Disesuaikan dari ketentuan undang-undang.

Masalah Data 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perjanjian kontrak pertambangan yg tidak seragam. Misal: equity share pertambangan minyak bumi berlain-lainan Perhitungan NOI untuk migas tidak jelas. Kontraktor sering mencantumkan biaya terlalu besar sehingga angka NOI sangat kecil. Penerimaan SDA dikumpulkan berdasarkan letak kantor perusahaan, bukan lokasi eksploitasi Lokasi penambangan off-shore belum diatur jelas dalam undang-undang (?). Ada banyak departemen yg terlibat dalam penerimaan SDA, sulit dikontrol akurasinya. Cara penarikan dan tarif iuran tidak seragam. Misal: di sektor kehutanan, iuran ada yang dipungut berdasarkan wilayah, jenis kayu, volume, atau terkadang berat.

Data Referensi Perhitungan DBHSDA Minyak Bumi dan Gas Alam: 1.Angka “lifting” bagian pemerintah 2.Komponen pajak / pungutan 3.Perhitungan penerimaan migas pemerintah (net of tax) dengan mengurangkan butir (1) dengan (2) 4.Pengelompokan berdasarkan lokasi kontraktor (untuk tingkat provinsi) 5.Penetapan bagian daerah sesuai UU No. 33/2004 Kehutanan: 1.Data realisasi bagi hasil (IHH dan IHPH) 2.Rujukan peraturan Departemen Kehutanan Pertambangan Umum: •Data realisasi bagi hasil (royalty & landrent)

Proporsi Belanja Publik Dalam APBD 90

Persen

80 70

79,1

73,5 66,9

69,2

69,1 68,7

60 50 40 30

31,2

30,1

28,1

20 10 0 2001 DAU Gaji Pegawai Negeri Belanja Pembangunan

2002 Tahun Anggaran

2003

Tantangan Pemanfaatan APBD Kutai Kartanegara

Sleman

Penduduk (2005)

547.000 jiwa

905.000 jiwa

APBD

Rp 4,7 triliun

Rp 698,5 miliar

Pegawai

14.200

8.300

Penduduk miskin

55.000

146.500

Sentralisasi

Desentralisasi

Related Documents