Decanter Two Phase

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Decanter Two Phase as PDF for free.

More details

  • Words: 3,946
  • Pages: 26
DECANTER 2 PHASE SEBAGAI ALTERNATIF SIMPLIFIKASI OPERASIONAL STASIUN KLARIFIKASI

KARYA TULIS

Diajukan dalam rangka mengikuti Asian Agri Innovation Award Tahun 2005

Oleh :

KOCO SANTOSA

ASIAN AGRI GROUP PLANTATION II PMKS II BUATAN 2005

1

HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL KARYA TULIS :

DECANTER

2

SIMPLIFIKASI

PHASE

SEBAGAI

OPERASIONAL

ALTERNATIF STASIUN

KLARIFIKASI NAMA PENULIS

: KOCO SANTOSA

UNIT

: PMKS II BUATAN

Bahwa pada hari ini Jumat, 25 November 2005 saya serahkan Karya Tulis, dengan judul sebagaimana tersebut di atas untuk diikutsertakan dalam rangka mengikuti Asian Agri Inovation Award Tahun 2005. Buatan, November 2005

KOCO SANTOSA Penulis

Pengesahan/Persetujuan

Ir. EDWARD SILALAHI Manager PMKS II BUATAN

Ir. KHAIRUDIN SYAHPUTRA H Group Manager BUATAN

2

Karya Tulis dengan judul “Decanter 2 Phase Sebagai Alternatif Simplifikasi Operasional Stasiun Klarifikasi”, disusun oleh Koco Santosa dan berlokasi di PMKS II BUATAN.

ABSTRAK Kegiatan bisnis sekarang ini tidak lagi hanya berorientasi pada keuntungan semata melainkan juga berorientasi pada 3P yaitu Profit, People dan Planet. Tidak bisa dipungkiri bahwa produk sampingan (by product) dari setiap proses produksi akan menjadi gangguan bagi lingkungan yang bisa jadi merugikan di kemudian hari. Tidak terkecuali pada Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Di stasiun klarifikasi, pada PMKS, mengeluarkan sedikitnya 30% – 40% by product (Heavy Phase + Solid) terhadap TBS dan juga Oil Loss yang relatif tinggi. Penggunaan Decanter 2 Phase dapat mengurangi by product sekitar 20% terhadap TBS, menurunkan Oil Loss sekitar 0.092% terhadap TBS, menghemat pemakaian air sekitar 4.095 m3/jam, menghemat dalam pemakaian alat dan menghemat dalam pemakaian Daya Listrik sebesar 7.2 kw dibandingkan dengan menggunakan Decanter 3 Phase. Kekurangannya adalah Slurry yang dihasilkan masih bersifat encer atau watery (solid + air). Dengan melihat banyaknya keuntungan dari penggunaan Decanter 2 Phase, maka disarankan untuk menggunakannya di PMKS.

3

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur selalu dihaturkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat pertolongan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis dengan judul “Decanter 2 Phase Sebagai Alternatif Simplifikasi Operasional Stasiun Klarifikasi”. Shalawat dan salam juga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan sedikit sumbangsih kepada perusahaan yang diharapkan dapat menjadi alternatif solusi dalam menjawab beberapa masalah yang banyak dihadapi di PMKS, khususnya di stasiun klarifikasi. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada 1. Managemen PMKS II Buatan yang telah memberi kesempatan kepada penulis dalam menyusun karya tulis ini. 2. Bapak Ir. Sahat M Sibuea, selaku PC Plantation 2A atas semua pengarahan dan nasehatnya. 3. Bapak Ir. Edward Silalahi, selaku Manager PMKS II Buatan atas kesempatan, bimbingan dan masukan yang telah diberikan. 4. Rekan-rekan Asisten di PMKS II Buatan atas segala dukungannya. 5. Karyawan Laboratorium PMKS II Buatan yang banyak membantu penulis dalam analisa sampel. 6. Segenap teknisi Flottweg Decanter atas dukungan dan jerih payahnya. 7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan dan tercapainya tujuan dari karya tulis ini. Buatan, 27 November 2005 Penulis

4

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ABSTRAK ............................................................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ BAB I.

i ii iii iv v vi vii viii

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Masalah .......................................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................ 2 BAB II.

KERANGKA TEORI

2.1 Teori ............................................................................................... 3 2.2 Hipotesa ......................................................................................... 7 BAB III. METODE PERCOBAAN 3.1 Metode ........................................................................................... 8 3.2 Waktu Pelaksanaan ........................................................................ 8 BAB IV. SUMBER DATA ................................................................................. 9 BAB V.

ANALISIS PEMBAHASAN 5.1 Keuntungan Decanter 2 Phase ....................................................... 5.1.1 Pengurangan Limbah (By Product) ....................................... 5.1.2 Perbandingan Keluaran (Output) Decanter 3 Phase dan Decanter 2 Phase ................................................................... 5.1.3 Penghematan Pemakaian Air ................................................ 5.1.4 Penghematan Pemakaian Alat ............................................... 5.1.5 Penghematan Pemakaian Daya Listrik .................................

11 11 11 14 14 15

5.2 Kekurangan Decanter 2 Phase ....................................................... 16 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 17 6.2 Saran .............................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ix

5

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Umpan (Feeding) untuk Decanter 3 Phase ..........................................

10

Tabel 2.

Oil Loss pada Produk Decanter 3 Phase ..........................................

11

Tabel 3.

Umpan (Feeding) untuk Decanter 2 Phase ......................................

11

Tabel 4.

Oil Loss pada Produk Decanter 2 Phase ..........................................

12

Tabel 5.

Kualitas Oil Decanter ........................................................................ 12

Tabel 6.

Pemakaian Elektro Motor pada Decanter 3 Phase dan Decanter 2 Phase .................................................................................................

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Diagram Alir Proses Produksi di PMKS ...........................................

Gambar 2. Sistem Lama Menggunakan Decanter 3 Phase ............................ 5 Gambar 3. Sistem Baru Menggunakan Decanter 2 Phase ............................. 6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.

Mass Balance Proses Pengolahan TBS di PMKS Perhitungan Mass Balance Slurry Perhitungan Oil Loss Perhitungan Jumlah Pemakaian Water Dilution. Diagram Alir Pemurnian CPO di Stasiun Klarifikasi dengan Menggunakan Decanter 3 Phase Diagram Alir Pemurnian CPO di Stasiun Klarifikasi dengan Menggunakan Decanter 2 Phase

BAB I 6

3

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini kegiatan bisnis tidak lagi hanya berorientasi pada keuntungan (profit) semata melainkan juga berorientasi pada 3P yaitu Profit, People dan Planet. Jadi setiap pelaku bisnis harus mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan, baik manusia (people) maupun Bumi, planet ini. Selain memikirkan kegiatan bisnis yang menghasilkan keuntungan, maka harus dipikirkan juga keberlangsungan bumi. Karena itu kita harus tetap menganggap bumi ini sebagai titipan anak cucu kita yang harus dijaga dengan baik. Apalagi pada masa-masa sekarang ini konsumen akan sangat menilai bagaimana suatu produk dihasilkan yang dikaitkan dengan lingkungan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa produk sampingan (by product) dari setiap proses produksi akan menjadi gangguan bagi lingkungan yang bisa jadi merugikan di kemudian hari. Hal inilah yang membuat pelaku bisnis harus memikirkan strategi kegiatan produksi yang lebih ramah lingkungan atau konsep cleaner production. Secara sederhana diartikan dengan meminimalkan by product (limbah) atau membuatnya agar bisa bernilai ekonomis. Salah satu kegiatan bisnis yang sekarang sangat marak adalah di bidang agribisnis khususnya perkebunan kelapa sawit. Dimana dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik mengenai luasan areal dan produksi buahnya yaitu tandan buah segar yang akhirnya harus diproses di pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) menjadi CPO (crude palm oil) dan kernel. Sedangkan produk utama dari PMKS (Pabrik Minyak Kelapa Sawit) adalah CPO yang merupakan bahan baku minyak goreng dan turunan lainnya. Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) di PMKS menjadi CPO meliputi penerimaan buah, perebusan (sterilisasi), penebah (perontokan), press dan klarifikasi. Crude oil yang dihasilkan dari TBS yang sudah direbus dan dilakukan proses pressing

7

untuk mengambil minyak (CPO) dari daging buahnya (mesocarp), diolah lagi di stasiun klarifikasi (pemurnian) untuk memisahkan minyak, sludge (lumpur) dan air. Pemisahan antara minyak dengan sludge dilakukan di Continous Settling Tank (CST) dengan berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis antara minyak dan sludge. Untuk mempercepat pemisahan minyak hasil pressing (CPO) diperlukan pengenceran dengan air panas (water dilution) sekitar 20% – 30%. Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% – 10% diolah lagi dengan mesin Decanter, yang hasilnya adalah light phase (oil decanter), heavy phase dan solid. Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% – 70%, diolah lagi di CST. Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan solid ditampung di hopper kemudian dibuang di tempat pembuangan (aplikasi pupuk). Minyak bersih yang dihasilkan dari CST akan dilakukan proses lebih lanjut dengan menggunakan vacuum drier untuk mencapai standar dan kualitas yang diharapkan. Untuk pengolahan limbah memang memerlukan perhatian dan biaya yang tidak sedikit karena begitu sensitif terhadap lingkungan dan pemerintah. 1.2 Masalah Beberapa masalah yang ada di stasiun klarifikasi saat ini adalah : a. Heavy Phase yang dikeluarkan yaitu sekitar 30% sampai dengan 40% terhadap TBS yang merupakan salah satu limbah cair di PMKS b. Oil Loss yang relatif tinggi (solid + heavy phase). 1.3 Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan performance operasi Decanter 2 Phase dengan Decanter 3 Phase sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi dari permasalahan di atas.

8

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Teori Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) dimana produk utamanya adalah CPO (Crude Palm Oil) dan kernel mempunyai diagran alir proses mulai dari TBS yang berasal dari kebun sampai menjadi CPO yang siap dipasarkan, secara singkat digambarkan sebagai berikut : TBS dari Kebun

Penerimaan Buah

Sterilizer (Perebusan)

Penebah (Perontokan)

Press Kernel

Klarifikasi (Pemurnian)

Palm Kernel

CPO

Bulk Silo

Storage Tank

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi di PMKS

9

Pada Gambar 1, pemurnian Crude Oil menjadi CPO yang siap untuk dipasarkan dilakukan di stasiun klarifikasi. Crude Oil yang merupakan hasil dari proses screw press fruit yang telah memisahkan minyak (Crude Oil), nut dan mesocarp (fiber). Pada Palm Oil Factory Handbook Part 1 (1987), Crude Oil mempunyai komposisi 40% – 75% oil, 10% – 40% air (moisture) dan 6% – 25% Non Oil Solid (NOS). Di stasiun klarifikasi, Crude Oil akan melewati tahapan-tahapan proses yang akan mengurangi kandungan-kandungan moisture dan NOS sehingga didapatkan mutu dari CPO yang sesuai dengan permintaan konsumen. Salah satu tahapannya adalah melewati Decanter yang merupakan sebuah mesin yang akan memisahkan oil, NOS dan moisture berdasarkan prinsip gerak sentrifugal. Dengan adanya gerak sentrifugal ini maka bendabenda yang mempunyai massa jenis berbeda akan dapat dipisahkan. Seperti diketahui bahwa oil, moisture dan NOS mempunyai massa jenis yang berbeda dimana massa jenis oil paling kecil kemudian massa jenis air lalu massa jenis NOS yang paling besar. Terdapat dua sistem pada stasiun Klarifikasi (di PBD). Sistem tersebut adalah sistem lama yang menggunakan Decanter 3 Phase yaitu decanter yang menghasilkan 3 keluaran berupa Light Phase, Heavy Phase dan Solid. Sistem kedua yaitu sistem baru yang menggunakan Decanter 2 Phase yaitu decanter yang menghasilkan dua keluaran berupa Light Phase dan Slurry. Kedua sistem ini mempunyai tahapan-tahapan proses yang berbeda karena karakteristik feeding (umpan) yang masuk decanter pada masingmasing sistem ini dan keluaran yang dihasilkan juga berbeda. Sebagai contoh salah satu perbedaannya adalah pada sistem lama, crude oil yang menjadi umpan (feeding) pada decanter 3 phase akan ditambahkan air panas sebagai water dilution sedangkan pada decanter 2 phase hal itu tidak diperlukan. Tahapan-tahapan pada stasiun Klarifikasi dari kedua sistem ini diuraikan dalam diagram alir berikut ini.

Diagram Alir Klarifikasi :

10

Sistem Lama Menggunakan Decanter 3 Phase

PRESS Water dilution

SAND TRAP TANK Vibrating Screen

CRUDE OIL TANK CONTINOUS SETTLING TANK (CST)

CLEAN OIL TANK

SLUDGE OIL TANK

VACCUM DRIER

SAND CYCLONE

DRIED OIL PUMP

BUFFER TANK

STORAGE TANK

TRICANTER

LIGHT PHASE

HEAVY PHASE

CST

FAT FIT

SOLID

SOLID HOPPER

RECOVERY TANK EFFLUENT TREATMENT

Gambar 2. Sistem Lama Menggunakan Decanter 3 Phase

Sistem Baru Menggunakan Decanter 2 Phase

11

PRESS SAND TRAP TANK Vibrating Screen

CRUDE OIL TANK TANKI PENGADUKAN DECANTER 2 PHASE OIL

SOLID

CLEAN OIL TANK

SOLID PUMP

VACUM DRIER

SOLID HOPPER

DRIED OIL PUMP STORAGE TANK

Gambar 3. Sistem Baru Menggunakan Decanter 2 Phase

Komposisi Crude Oil secara teori :

Sistem Lama (Decanter 3 Phase)

Sistem Baru (Decanter 2 Phase)

Diluted Crude Oil: Oil : 55% (33 % – 62%) Moisture : 37% (25% – 50%) NOS : 8% (5% – 20.%)

Undiluted Crude Oil : Oil : 66% (40% – 75%) Moisture : 24% (10% – 40%) NOS : 10% (6% – 25%)

Sumber : Palm Oil Factory Handbook

Komposisi Crude Oil Aktual Rata-rata di PBD

12

Sistem Lama (Decanter 3 Phase)

Sistem Baru (Decanter 2 Phase)

Diluted Crude Oil: Oil : 51.950% Moisture : 41.864% NOS : 6.696%

Undiluted Crude Oil : Oil : 71.950% Moisture : 19.254% NOS : 8.796%

Sumber : Lab. PBD

Dimana dari perhitungan didapatkan penambahan water dilution sekitar 39% 2.2 Hipotesa a. Penggunaan Decanter 2 Phase dapat mengurangi kuantitas air limbah. b. Penggunaan Decanter 2 Phase dapat mengurangi Oil Loss decanter.

13

BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Metode Data-data dan hasil produksi decanter didapat dari percobaan langsung yang diadakan di Pabrik Buatan Dua (PBD) dan difasilitasi oleh teknisi dan alat dari FlottWeg Decanter yang selalu stand by di PBD. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan. Adapun hal-hal yang dibandingkan adalah sebagai berikut. a. Limbah yang dihasilkan. b. Oil Losses. c. Pemakaian air. d. Pemakaian alat. e. Pemakaian Daya Listrik.

3.2 Waktu Pelaksanaan Pengambilan data dilakukan pada saat mesin decanter 2 phase dijalankan di bulan Juli 2005 sampai dengan November 2005

BAB IV

14

SUMBER DATA Data-data kualitas dari keluaran decanter baik yang 3 Phase maupun yang 2 Phase diperoleh dari data laboratorium Pabrik Buatan Dua (Lab PBD). Adapun data-data pendukung lain yaitu spesifikasi alat atau decanter yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. Spesifikasi Decanter 3 Phase : Merk

: FLOTTWEG

Type

: TRICANTER Z53-4/464

No.

: 007.195.05

Max. Bowl Speed

: 2900 rpm

Max. Sediment Density

: 1.4 kg/dm3

Min/Max Product Temp.

: 0/100 oC

Electric Motor

: 45 KW

Keluaran

: Light Phase – Heavy Phase – Solid

Spesifikasi Decanter 2 Phase : Merk

: FLOTTWEG

Type

: TRICANTER Z53-4/464

No.

: 007.196.05

Max. Bowl Speed

: 2900 rpm

Max. Sediment Density

: 1.4 kg/dm3

Min/Max Product Temp.

: 0/100 oC

Electric Motor

: 45 KW dan 11 KW

Keluaran

: Light Phase – Slurry

Tanki Pengaduk Bahan

: Plat Stainless Steel 5mm

Volume

: 4.75 m3

Electric motor

: 6 KW

Electro motor dihubungkan dengan screw conveyor yang berada di dalam tanki pengaduk untuk menghomogenkan crude oil yang akan menjadi umpan (feeding) decanter 2 phase. 15

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Keuntungan Decanter 2 Phase 16

5.1.1 Pengurangan Limbah (By Product) By product yang dihasilkan decanter 3 phase adalah berupa Heavy Phase dan Solid dimana persentase masing-masing keluaran tersebut terhadap TBS adalah 29% dan 2.5%, totalnya adalah 31.5% (bahkan bisa mencapai 40%). Sedangkan by product yang dihasilkan decanter 2 phase adalah Slurry dimana persentasenya terhadap TBS adalah sebesar 10% – 12%. Berdasarkan uraian di atas, maka dengan pemakaian decanter 2 phase dapat menurunkan by product sekitar 20%. 5.1.2 Perbandingan Keluaran (Output) Decanter 3 Phase dan Decanter 2 Phase Hasil analisa oil loss dari decanter 3 phase decanter 2 phase adalah sebagai berikut. Tabel 1. Umpan (Feeding) untuk Decanter 3 Phase No. % Oil % Moisture % NOS 1. 7.76 86.46 5.78 2. 7.19 87.53 5.28 3. 6.78 88.74 4.48 4. 6.15 88.52 5.33 5. 5.98 88.78 5.24 6. 6.95 87.58 5.47 7. 5.65 88.84 5.51 8. 7.31 87.78 4.91 9. 6.32 87.99 5.69 10. 6.77 87.54 5.69 11. 7.16 88.10 4.74 12. 7.89 88.20 3.91 13. 8.02 85.46 6.52 14. 9.74 85.70 4.56 15. 9.01 86.63 4.36 2 Rata 7.24 87.59 5.16

Total (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : Lab PBD

Tabel 2. Oil Loss pada Product Decanter 3 Phase % Oil Loss to % to TBS Sample No. HP Solid HP Solid 1. 1.01 3.57 29 2.50 17

% Oil Loss to TBS HP 0.293

Solid 0.089

Total (%) 0.382

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Rata2

0.74 1.54 1.38 1.15 1.52 0.99 0.76 0.99 0.90 0.91 0.67 0.82 0.95 1.06 1.03

3.59 3.29 3.58 3.71 4.58 3.07 2.63 3.21 3.00 2.80 3.09 3.05 2.94 2.66 3.25

29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50

0.215 0.447 0.400 0.335 0.441 0.287 0.220 0.287 0.261 0.264 0.194 0.238 0.275 0.307 0.298

0.090 0.082 0.089 0.093 0.114 0.077 0.066 0.080 0.075 0.070 0.077 0.076 0.073 0.066 0.081

Sumber : Lab PBD

Tabel 3. Umpan (Feeding) untuk Decanter 2 Phase No. % Oil % Moisture % NOS 1. 93.560 6.242 0.198 2. 91.511 7.227 1.262 3. 78.608 19.921 1.471 4. 96.632 1.239 2.129 5. 89.607 2.260 8.133 6. 66.774 26.289 6.937 7. 96.944 1.813 1.243 8. 54.421 36.955 8.624 9. 70.038 27.105 2.857 10. 88.679 3.920 7.401 11. 88.738 2.861 8.401 12. 87.643 11.317 1.040 13. 74.260 23.356 2.384 14. 42.910 48.370 8.720 15. 83.141 16.208 0.651 2 Rata 80.231 15.672 4.097

Total (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : Lab PBD

Tabel 4. Oil Loss pada Product Decanter 2 Phase % Oil Loss to % to % Oil Loss to TBS No. Sample (Slurry) TBS (Slurry) 1. 2.35 10 0.235 2. 2.64 10 0.264 3. 2.72 10 0.272

18

0.304 0.529 0.490 0.426 0.555 0.367 0.286 0.370 0.335 0.334 0.271 0.314 0.349 0.374 0.379

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Rata2

2.75 3.15 2.18 2.92 4.84 1.53 2.44 2.60 3.14 3.81 3.21 2.70 2.87

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

0.275 0.315 0.218 0.292 0.484 0.153 0.244 0.260 0.314 0.381 0.321 0.270 0.287

Sumber : Lab PBD

Tabel 5. Kualitas Oil Decanter Decanter 3 Phase No. %Oil %Moisture %NOS 1. 96.0 2.496 1.504 2. 97.286 1.729 0.985 3. 97.387 1.628 0.985 4. 98.747 0.575 0.678 5. 99.084 0.545 0.371 6. 94.759 1.776 3.465 7. 98.645 0.978 0.377 8. 98.435 1.252 0.313 9. 96.008 2.924 1.068 10. 96.078 2.891 1.031 11. 92.801 2.625 4.574 12. 95.172 3.316 1.512 13. 96.874 2.03 1.096 14. 95.801 0.967 3.232 15. 88.375 2.152 9.491 Rata2 96.096 1.859 2.045

Decanter 2 Phase %Oil %Moisture %NOS 97.374 2.498 0.128 99.644 0.260 0.096 99.373 0.559 0.068 99.546 0.362 0.095 99.011 0.393 0.596 99.037 0.846 0.117 99.520 0.425 0.055 99.397 0.521 0.082 99.026 0.853 0.121 98.997 0.907 0.096 98.847 1.015 0.138 99.123 0.591 0.286 98.688 0.728 0.584 99.440 0.503 0.057 98.937 0.924 0.139 99.064 0.759 0.177

Sumber : Lab PBD

Perbandingan Oil loss rata-rata dari Decanter 3 Phase dengan Oil loss rata-rata dari Decanter 2 Phase adalah sebagai berikut. 

Oil loss rata-rata decanter 3 phase

: 0.379% 19



Oil loss rata-rata decanter 2 phase

: 0.287%

Selisih

: 0.092%

Dengan kapasitas olah TBS 30 ton/jam maka CPO yang didapat sebesar 27.69 kg/jam dari hasil 30000kg/jam dikalikan 0.092.%. 5.1.3 Penghematan Air Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan menggunakan decanter 3 phase diperlukan air panas sebagai pengencer (water dilution) sebesar 39% (di PBD) sedangkan pada penggunaan decanter 2 phase, water dilution tidak diperlukan. Besarnya water Dilution yang dibutuhkan, diuraikan dalam perhitungan sebagai berikut.

 Pemakaian water dilution 

: 39% dari Crude Oil yang diencerkan

Persentase Crude Oil terhadap TBS: 35%

Dengan kapasitas olah TBS 30 Ton/Jam dibutuhkan water dilution setiap jam olahnya sebesar : 30 ton/jam x 35% x 39% = 4.095 ton/jam = 4.095 m3 air/jam Jadi bisa juga dikatakan bahwa dengan menggunakan decanter 2 phase, maka akan ada penghematan dalam pemakaian air sebesar 4.095 m3/jam. Sesuai dengan jumlah Water Dilution yang didapatkan dari hasil perhitungan yaitu sekitar 4.083 m3/jam 5.1.4 Penghematan Pemakaian Alat Instalasi pemurnian crude oil dengan menggunakan decanter 3 phase berbeda dengan instalasi pemurnian crude oil yang menggunakan decanter 2 phase. Perbedaan instalasi ini ditunjukkan pada Lampiran dan juga pada diagram alir di BAB II. Instalasi pemurnian yang menggunakan decanter 2 phase tidak lagi memerlukan CST (beserta kelengkapannya), Sludge Tank, Pompa Precleaner, Sand Cyclone, Buffer Tank serta Pompa Recovery. Tetapi memerlukan Tanki Pengaduk beserta screw pengaduknya

20

dimana tidak diperlukan pada instalasi pemurnian crude oil dengan decanter 3 phase. Jadi jika dibandingkan antara kedua instalasi pemurnian crude oil tersebut, maka insatalasi pemurnian crude oil dengan decanter 2 phase lebih sederhana dalam pemakaian alat. 5.1.5 Penghematan Pemakaian Daya Listrik Hal lain yang membedakan dalam pemakaian decanter 3 phase dengan decanter 2 phase adalah pada penggunaan elektro motor yang berhubungan dengan daya listrik yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan instalasi pemurnian Crude Oil di stasiun klarifikasi. Tabel 6 ini akan menunjukkan perbedaan pemakaian elektro motor pada penggunaan masing-masing decanter. Tabel 6. Pemakaian Elektro Motor pada Decanter 3 Phase dan Decanter 2 Phase Decanter 3 Phase Penggunaan Elektro Motor 1. Crude Oil Pump 2. Stirer 3. Float Tank Pump 4. Dried Oil Pump 5. Vacuum Drier Pump 6. Precleaner Pump 7. Decanter 3 Phase 8. Recleamed Pump 9. Recovery Pump Total

KW 7.5 2.2 3 15 7.5 11 45 7.5 11 109.7

Decanter 2 Phase Penggunaan Elektro Motor 1. Crude Oil Pump 2. Motor Pengaduk 3. Bowl Drive 4. Scrol Drive 5. Recleamed Pump 6. Float Tank Pump 7. Dried Oil Pump 8. Vacuum Drier Pump Total

KW 7.5 6 45 11 7.5 3 15 7.5 102.5

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa penggunaan decanter 3 phase memakai 9 elektro motor dengan jumlah daya yang dibutuhkan sebesar 109.7 KW. Sedangkan pada penggunaan decanter 2 phase memakai 8 elektro motor dengan total daya yang dibutuhkan sebesar 102.5 KW. Decanter 2 phase memerlukan daya yang lebih kecil daripada decanter 3 phase dengan selisih penggunaan daya listrik sebesar 7.2 KW.

21

Artinya dengan menggunakan decanter 2 phase, akan ada penghematan pemakaian daya listrik sebesar 7.2 KW.

5.2 Kekurangan Decanter 2 Phase Kekurangan dari Decanter 2 Phase adalah Slurry yang dihasilkan encer (watery) sehingga apabila dibuang ke solid hopper akan menyebabkan pembuangan yang lebih sulit, sedangkan apabila dibuang ke sludge fit akan menyebabkan terjadinya percepatan pendangkalan kolam limbah.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut. 22

1. Pemakaian decanter 2 phase dapat mengurangi by product sampai sekitar 20% terhadap TBS. 2. Dengan pemakaian decanter 2 phase, maka dapat mengurangi oil loss sebesar 27.64 kg/jam untuk kapasitas olah TBS 30 ton/jam. 3. Dengan pemakaian decanter 2 phase, maka dapat menghemat air sebesar 4.095 ton/jam pada kapasitas olah 30 ton/jam. 4. Pemakaian decanter 2 phase dapat menghemat penggunaan alat karena tidak lagi memerlukan CST, Sludge Tank, Pompa Precleaner, Sand Cyclone, Buffer Tank dan Pompa Recovery.. 5. Pemakaian decanter 2 phase dapat menghemat daya listrik sebesar 7.2 KW. 6.2 Saran 1. Decanter 2 Phase merupakan terobosan dalam teknologi pabrik kelapa sawit yang perlu dikaji dan dikembangkan ke depan bekerjasama dengan pihak pembuatnya. Sehingga performance-nya akan lebih terjaga atau efisien. 2. Dengan melihat banyaknya keuntungan dari pemakaian decanter 2 phase, maka disarankan untuk menggunakan decanter 2 phase di PMKS.

Lampiran 2. Perhitungan Mass Balance Slurry Data perhitungan mass balance slurry Berat jenis Sllury (ρ)

: 1.138 kg/lt : 1.138 ton/m3

23

Volume Slurry

: ( 0.5m x 1.5m x 3m )/45 min : 2.25 m3 / 45 min : 0.05 m3/ min : 3m3/ jam

Jadi berat slurry

: 3 m3/ jam x 1.138 ton/jam : 3.414 ton/jam

TBS Olah

: 8lori/jam : 36ton/jam 3.414 ton/jam

Jadi % Slurry terhadap TBS adalah

x 100 %

= 9.48%

36 ton/jam Berdasarkan pengambilan sampel slurry dibagi TBS olah/jam didapatkan : No. 1. 2. 3.

Berat Slurry (kg) 2610 2670 2410

TBS Olah/jam (kg) 36000 36000 36000

% Slurry terhadap TBS 9.6 9.8 8.9

Dalam perhitungan, persentase slurry terhadap TBS olah dibulatkan menjadi 10%.

Lampiran 3. Perhitungan Oil Loss. 1. Data Oil Loss Rata-rata pada Produk Decanter 3 Phase Data yang didapat adalah :

24

a. Heavy phase Berat sampel rata-rata : 18.5034 g Oil loss rata-rata

: 0.1901 g

Dengan persentase Heavy Phase terhadap TBS adalah 29% dan diasumsikan ketetapan ini berlaku untuk semua data sampel heavy phase, maka : Oil loss

Heavy Phase

% oil loss to TBS =

x

x 100%

Berat sample

TBS

0.1901 g =

x

29%

18.5034 g =

0.2979%

b. Solid Berat sampel rata-rata : 13.1213 g Oil loss rata-rata

: 0.4265 g

Dengan persentase Solid terhadap TBS adalah 2.50% dan diasumsikan ketetapan ini berlaku untuk semua data sampel solid, maka : Oil loss

Solid

% oil loss to TBS =

x

x 100%

Berat sampel

TBS

0.4265 g =

x 2.50% 13.1213 g

=

0.0813%

Total oil loss rata-rata dari decanter 3 phase = 0.2979% + 0.0813% = 0.3792%

2. Data Oil Loss Rata-rata pada Produk Decanter 2 Phase Slurry Berat sample rata-rata : 16.0197 g 25

Oil loss rata-rata

: 0.4601 g

Dengan persentase solid terhadap TBS adalah 10% dan diasumsikan ketetapan ini berlaku untuk semua data sampel Slurry, maka : Oil loss

Slurry

% oil loss to TBS =

x

x 100%

Berat sampel

TBS

0.4601 g =

x 10% 16.0197

=

0.2872%

.

26

Related Documents