Menghadirkan Damai Sejahtera Kristus dengan Karunia‐karunia Roh
S
ekarang sudah ada kecenderungan orang Kristen untuk saling menyapa dengan kata “Shalom” di dalam kegiatan keagamaan. Shalom yang diterjemahkan menjadi “damai sejahtera”, memang merupakan berkat yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel (lih. Bil. 6:‐22‐27) yang disampaikan melalui para imam. Apa sih arti dan bagaimana wujud damai sejahtera itu? Damai sejahtera yang dimaksud dalam Alkitab adalah suatu perasaan, keadaan maupun respons kita yang dipenuhi rasa syukur dan cinta kasih Allah, karena Allahlah yang menjadi sumber segalanya bagi kita. Di tengah‐tengah dunia yang semakin “jahat”, godaan untuk larut pula menjadi “jahat” sangatlah besar. Shalom yang seharusnya menjadi bagian hidup kita malah hilang dan ditukarkan dengan kegalauan pikiran, perasaan dan akhirnya kehilangan makna kehidupan. Bisakah kita menghadirkan shalom dengan senyuman, sapaan, sopan‐santun, solidaritas, setia dan sungguh‐sungguh melawan semrawut, sembrono, selingkuh, sembarangan, senewen, dan lain‐lain yang serba negatif? Lantas bagaimana caranya kita menghadirkan shalom itu? Syukurlah, Tuhan Yesus yang baru saja kita rayakan kenaikannya ke Surga, tidak pernah tinggal diam, karena Dia yang merupakan sumber shalom itu telah memenuhi kita dengan karunia‐karunia Roh (I Kor. 12: 3b‐13). Ada karunia yang dapat berkata‐ kata dengan hikmat, berkata‐kata dengan pengetahuan, karunia iman yaitu karunia untuk sanggup menjalankan hal‐hal atau kehidupan yang sukar namun tetap teguh, karunia untuk menyembuhkan, karunia untuk mengadakan mujizat, karunia untuk bernubuat, karunia untuk berbahasa roh dan karunia untuk mengartikan bahasa roh, dll. Kalau demikian, sudah jelas panggilan dan tugas kita agar damai sejahtera yang kita miliki dibagikan dan disebarluaskan agar masyarakat dan dunia yang semakin kelam itu merasakan pula damai sejahtera, dan nama Tuhan dipermuliakan. (AS)