Da'i Soal Polygyny (>
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Da'i Soal Polygyny (> as PDF for free.

More details

  • Words: 1,067
  • Pages: 5

Da’i Soal Polygyny (>< gamy) Bismillaahi aktubu, -

“Rasulullahu Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam tidak berPolygyny selama menikah dan berumah tangga dengan Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Padahal, pada saat itu di jazirah Arab senantiasa ada Polygyny.”

Jawaban: Kaum Arab mengenal Polygyny dari tradisi Ibrahim ‘alaihi Shalawatu wa Salaam. Kedua, mereka melakukannya bersama lebih dari 4 istri, lain dengan risalah Muhammad Shalallahu ‘alahi Shalawatu wa Sallam, yang membatasi hanya kepada 4 istri. - “Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha sangat ketat dalam soal Polygyny.” Jawaban: Muhammad Abduh Rahimahullah ialah tokoh Rasionalis, namun dalam hal ini, Ia amat tidak Rasional. Meskipun demikian, jika Polygyny ini dilihat di masa mereka, kita tahu persis bahwa itu masih sering dilaksanakan. Jadi, kaum yang tidak menginginkan ini agar menjadi Millat yang kaum Muslimin. Padahal, hendaklah melakukannya secara konsisten di dalamnya, dalam menafkahkan hasil dari pekerjaannya kepada keluarga secara lahir batin, dan keadilannya serta pembagian hari kepada istri-istri serta bertujuan untuk menikahi mereka sampai maut menjemput, dan menjadi pasangan suami istri di Jannah (Surga). ‫وإن خفتم أل تقسطوا في اليتامى فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثنى وثلث ورباع فإن خفتم أل‬ ‫تعدلوا فواحدة أو ما ملكت أيمانكم ذلك أدنى أل تعولوا‬ Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitawanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Tafsir Al Qur’an yang benar menyatakan bahwa konteks ayat ini adalah bahwa dahulu, kaum Arab (bani Isma’il) mempunyai kebiasaan untuk menikahi anak yatim kaya. Jadi, ini justru pernikahan yang bersifat materi. Sedangkan, Polygyny tsb justru yang diberikan hendaknya adalah kedermawanan. Hal lainnya ialah bahwa dalam Islam, perempuan memiliki hak yang sama dengan pria dalam pendidikan untuk dunia dan akhiratnya. Maka, apabila kaum perempuan mencari cinta dari kaum lelaki, mereka sesungguhnya dapat mencarinya dari cinta yang baik. Jadi bukan mencari pria Single yang jelek perangainya atau menjadi biang perceraian antara suami dan istri. Tentu saja mempersempit kesempatan perempuan untuk menikah dengan lelaki yang baik dan kaya hanya karena lelaki tsb telah beistri satu, adalah suatu hal yang merugikan kaum perempuan sendiri. Memang maunya ialah agar kaum lelaki memilih kaum perempuan yang Shalihah (akhlaq dan agama), dan begitu juga dengan kaum perempuan kepada lelaki. - “Ayat An Nisa (4):3 dan An Nisa (4):129 tidak kami ingkari. Memang ada ayat-ayat tentang Polygyny.” Jawaban: Al Qur’an adalah penuh Barakah, bukan hanya untuk diimani. Apa dalilnya? - ‫ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقين‬ Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, -

“Yang merupakan gadis perawan dari 11 istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam hanyalah ‘Aaisyah Radhiyallahu ‘anha. Lainnya janda-janda tua.”

Jawaban: Rasulullahu Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam juga menikahi para perempuan yang cantik, contohnya Shafiyyah binti Huyay dan Juwairiyah binti Harits Radhiyallahu ‘anhuma.

Beliau memang menikahi perempuan-perempuan tua, sedangkan beliau sendiri sudah berumur 40 tahunan atau sudah mencapai usia berkepala empat. Untuk zaman sekarang, sering sekali kita temukan bahwa kaum janda tidak dapat diketahui apakah mereka sebelum menikah adalah perawan atau sudah pernah berzina sebelumnya. Jadi saya mau bertanya kepada kaum Da’i yang berpandangan demikian: “Darimana asal kaum janda kalau bukan dari perempuan yang bercerai?. Jadi bila ada orang yang menikah dengan 4 perempuan perawan (tidak pernah berzina) sedangkan Ia adalah perjaka yang masih muda pula, maka apakah ini berarti bahwa Ia belum melaksanakan Polygyny (taraddud zaujaj) sebagaimana diizinkan Rasulullahu Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam. - “Istri muda suka lebih disayang daripada istri tua.” Jawaban: Tiada persyaratan dalam Polygyny seperti harus jadi janda dahulu atau jadi duda dahulu atau harus menunggu tua datang. Justru apakah ada wanita yang menjadi janda sebelum menikah? Tidak seorangpun. Justru dapat menikah dengan 2 atau 3 atau 4 secara langsung dalam satu pernikahan lebih baik dalam melawan perceraian. - “Polygyny baik untuk hubungan sosial kemasyarakatan.” Jawaban: Memang hamba, hamba Allahu ‘Azza wa Jalla tidak melakukan taraddud zaujaj (Polygyny) kecuali memang karena menginginkan keridhaan Allahu Jalla Jalaaluhu dan rahmat dan pahala dari-Nya semata. - “Kaum wanita berumur 65 tahun dan di bawah 20 tahun memang lebih banyak. Jadi jika menginginkan taraddud zaujaj (Polygyny), maka hendaklah dilakukan dengan perempuan pada umur-umur tsb. Jawaban: Nikah antara Muslimah dengan lelaki Ahlul Kitab itu dilarang. Allahu Jalla Jalaaluhu mengajak ke Jannah (Surga). Mereka mengajaknya ke Naar (neraka). Apakah dalilnya?

‫يا أيها الذين آمنوا إذا جاءكم المؤمنات مهاجرات فامتحنوهن ال أعلم بإيمانهن فإن‬ ‫علمتموهن مؤمنات فل ترجعوهن إلى الكفار ل هن حل لهم ول هم يحلون لهن وآتوهم ما أنفقوا‬ ‫ول جناح عليكم أن تنكحوهن إذا آتيتموهن أجورهن ول تمسكوا بعصم الكوافر واسألوا ما أنفقتم‬ ‫وليسألوا ما أنفقوا ذلكم حكم ال يحكم بينكم وال عليم حكيم‬ Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suamisuami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Menurut Asbabun Nuzul dari Tafsir Al Qur’an, ayat ini diturunkan disebabkan masih menikahnya seorang Muslimah dengan lelaki Ahlul Kitab. Kemudian mereka bercerai. Jadi, yang antum katakan itu tidak esensial untuk peristiwa semacam tsb. Malahan, lebih banyak Muslimah dibanding Muslim juga antum tidak tahu. Kemudian, apakah antum akan membiarkan kaum Muslimah menikah dengan Kaafirun. Kaum yang membela pernikahan Monogamy habis-habisan dengan menentang Polygyny (taraddud zaujaj) itu, mereka sendiri menyadari: Suami mereka senantiasa terlalu senang dalam hal hubungan Seks. Sampai mintanya terlalu kebanyakan dan tidak suka berForeplay dulu, sehingga sering didapati bahwa mereka melakukannya dalam keadaan Vagina istrinya masih kering dan juga, dan juga belumlah mereka menaruh Penisnya di dalam Vagina istrinya sembari berForeplay.

Assalaamu manit taba’al huda (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia bagi yang mengikuti petunjuk). Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih sayang dari Allah serta keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada kalian).

Related Documents