ADZAN DAN QAMAT
[email protected]
Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Segala puji bagi ALLAH Yang Maha Suci lagi Maha Agung. Kesejahteraan semoga senantiasa kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beserta istri dan keluarga beliau. Pada file ringkas ini kita tidak panjang lebar membahas tentang lafadz Adzan dan Iqamah, karena keduanya sudah disepakati oleh semua ulama manapun tanpa ada perselisihan. Kita hanya membahas ajaran-ajaran ulama Melayu terdahulu mengenai kewajiban-kewajiban terhadap Adzan, yang nama masa demi masa ditinggalkan oleh kita. Sudah kita ketahui bersama bahwa kita bangsa Melayu yang mengaku pengikut Syafi’i sangat menyukai keutamaan pahala sunat. Karena itulah kita mencoba menerangkan beberapa keutamaan adzan dalam file ini dengan harapan agar kita berusaha memperoleh pahala sunat itu. Semoga ALLAH memberikan berkah dan rahmatnya kepada kita semua.
ADZAN & KEWAJIBANNYA
Keutamaan Adzan Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya manusia mengetahui pahala yang terdapat pada adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak dapat memperolehnya kecuali dengan cara mengundi, niscaya mereka akan mengikuti undian itu. Seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam bercepat-cepat mendatangi tempat shalat (masjid), niscaya mereka akan cepat-cepat mendatanginya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam jamaah Isya dan Subuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan cara merangkak”. [Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Ahmad dan Malik] ------Mengapa Adzan sangat utama? Jawabannya adalah karena besarnya pahala yang diperoleh dari [1] mendengar adzan kemudian segera mendatangi masjid, [2] menjawab kalimat adzan, [3] mendoakan Rasulullah dan [4] shalat sunat sesudah adzan. Pada file ini kita hanya membahas point 2 hingga 4 saja.
Kalimat Adzan Dari Abu Mahdzurah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan adzan kepadanya sebagai berikut:
Rasulullah Rasulullah
Allahu akbar Allahu akbar Asyhadu alla ilaaha illallah Asyhadu alla ilaaha illallah Asyhadu anna Muhammadar Asyhadu
anna
Muhammadar
Hayya ‘alash shalah Hayya ‘alash shalah Hayya ‘alal falah Hayya ‘alal falah Allahu akbar Allahu akbar La ilaha illallah [Muslim]
Adzan genap, Iqamah ganjil Dari
Simak bin Athiyah, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Anas, dia berkata: “Bilal diperintah untuk menggenapkan adzan dan mengganjilkan qamat”. [Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darami]
Dari
Anas bin Malik berkata: Para memberitahukan bahwa waktu menyalakan api, atau dibunyikan kepada Bilal supaya adzan dua-dua [Muslim]
sahabat mengusulkan untuk shalat telah tiba supaya lonceng. Lalu diperintahkan kali dan qamat satu-satu kali.
-------Hadis-hadis ini tidak perlu kita jelaskan, karena kesepakatan tentang adzan dan iqamah sudah difatwakan sama di seluruh dunia, seperti jumlah bacaan Allahu akbar sebanyak 4 kali pada kalimat pertama adzan. Meskipun dalam Shahih Muslim dituliskan bahwa Rasulullah hanya menyebut 2 (dua) kali membaca Allahu akbar. Adapun tentang lafadz “Qadqa matishshalah” dalam iqamat berasal dari hadis Sunan Abu Dawud. Dan tidak usah kita sebut matan hadisnya.
Kewajiban menjawab Adzan Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash bahwa ia mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kamu sekalian mendengar nida’ (adzan) maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh orang yang adzan (muadzin), kemudian bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya orang yang membacakan shalawat atasku satu kali maka ALLAH akan memberikan rahmat kepadanya 10 (sepuluh) kali. Kemudian mintalah wasilah kepada ALLAH untukku karena itu adalah suatu derajat di dalam surga yang hanya disediakan untuk seorang hamba ALLAH, dan aku berharap semoga aku lah yang mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan wasilah kepada ALLAH untukku niscaya ia akan mendapatkan syafa’at”. [Muslim]
Dari
Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kamu sekalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh orang yang adzan”. [Bukhari dan Muslim]
Jawaban untuk kalimat Adzan Dari Umar bin Khattab katanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila muadzin menyerukan adzan, maka jawablah sebagai berikut: “Allahu akbar, Allahu akbar”, jawabnya: “Allahu akbar, Allahu akbar” “Asyhadu alla ilaaha illallah”, jawabnya: “Asyhadu alla ilaaha illallah” “Asyhadu anna Muhammadur rasulullah”, jawabnya: “Asyhadu anna Muhammadur rasulullah” “Hayya ‘alash shalah”, jawabnya: “La haula wala quwwata illah billah” “Hayya ‘alal falah”, jawabnya: “La haula wala quwwata illah billah” “Allahu akbar, Allahu akbar”, jawabnya: “Allahu akbar, Allahu akbar” “La ilaaha illallah”, jawabnya: “La ilaaha illallah” Jika kamu jawab seperti itu dengan sepenuh hatimu, maka kamu masuk syurga.” [Muslim]
Jawaban untuk kalimat Iqamah Dari Syahr bin Hausyah, dari Abu Umamah, mengucapkan Iqamah. Ketika sampai pada perkataan:
bahwa
“Waktu shalat telah tiba” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan:
“Semoga ALLAH menegakkan dan mengekalkannya” [Abu Dawud, isnad hasan]
Bilal
UCAPAN SESUDAH ADZAN
Shalawat sesudah adzan [1] Dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa pada waktu mendengar adzan mengucapkan:
Wahai ALLAH Tuhan yang menguasai seruan ini dan shalat yang akan didirikan, berikanlah kepada Muhammad suatu washilah dan keutamaan serta dudukkanlah ia dalam tingkatan yang terpuji yang telah ENGKAU janjikan kepadanya. Maka ia berhak menerima syafa’atku nanti pada hari kiamat”. [Bukhari]
Syahadat sesudah adzan [2] Dari Said bin Abu Waqqash dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa yang apabila mendengar ada orang adzan kemudian ia mengucapkan:
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAH Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-NYA, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-NYA. Saya rela ALLAH sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama. Maka diampunilah dosanya”. [Muslim]
TAMBAHAN DOA OLEH ULAMA MELAYU
Tambahan Shalawat Ber-ijtihad dari hadis di bawah ini, kemudian beberapa ulama Melayu ada yang menambahkan shalawat di awal doa sesudah adzan:
“Ya ALLAH, berilah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad.” Kemudian membaca Shalawat No.1 dari Bukhari yang isinya meminta wasilah. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kamu sekalian mendengar nida’ (adzan) maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh orang yang adzan (muadzin), kemudian bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya orang yang membacakan shalawat atasku satu kali maka ALLAH akan memberikan rahmat kepadanya 10 (sepuluh) kali. Kemudian mintalah wasilah kepada ALLAH untukku karena itu adalah suatu derajat di dalam surga yang hanya disediakan untuk seorang hamba ALLAH, dan aku berharap semoga aku lah yang mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan wasilah kepada ALLAH untukku niscaya ia
Tambahan Syahadat Mungkin yang paling terkenal dalam masyarakat Melayu kita adalah tambahan kalimat syahadat sebelum membaca doa sesudah adzan. Pada dasarnya ijtihad ulama Melayu tentang tambahan lafadz ini berasal dari hadis Muslim (Syahadat No. 2), namun diringkas sehingga menjadi:
“Tidak ada Tuhan selain ALLAH, Muhammad adalah Rasul (utusan) ALLAH.” Kemudian membaca Shalawat No.1, (riwayat Bukhari dari Jabir):
Kedua tambahan itu mungkin terlihat ringan karena hanya berisi tambahan syahadat dan shalawat yang kedua berasal dari kalimatkalimat utama. Namun jika kita ragu-ragu dan takut terjerumus kedalam bid’ah karena menambah-nambah perkara yang sudah diajarkan Rasulullah, maka sebaiknya tambahan yang diajarkan ulama Melayu kita itu tidak usah dibaca. Sudah cukup membaca shalawat No.1 (Bukhari) atau syahadat no.2 (Muslim), atau membaca lengkap dengan menggabung keduanya. Milis CR kita ini bukan untuk menolak ajaran ulama nusantara kita, melainkan sekedar mencari kembali jejak-jejak Rasulullah yang diikuti oleh sahabat kemudian tabi’in kemudian tabi’ut tabi’in hingga orang-orang Arab membawanya kepada ulama-ulama melayu/nusantara dan akhirnya sampai kepada kita hingga diikuti pula secara turun temurun. Jika ajaran para ulama kita itu mengikuti sunnah Rasulullah, tentu kita wajib mengikuti mereka. Namun apabila ajaran mereka itu ternyata berbeda dengan sunnah Rasulullah, maka kita tentu harus hati-hati dan waspada, serta mencari kebenarannya agar kita selamat di akhirat. Hanya kepada ALLAH saja kita memohon ampunan dan pertolongan. Tidak ada Tuhan selain ALLAH.
ANJURAN ADZAN KETIKA SHALAT SENDIRIAN
Mengeraskan Adzan sendirian Dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah bahwa Abu Said Al-Khudry berkata kepadanya: “Sesungguhnya saya melihat engkau suka pada kambing dan suka berada di tengah hutan, apabila engkau menggembala kambingmu atau berada di tengah-tengah hutanmu kemudian engkau adzan untuk shalat, maka keraskanlah suaramu karena sesungguhnya yang mendengar suara orang yang adzan itu baik itu jin, manusia maupun sesuatu makhluk yang lain pasti akan menjadi saksi baginya nanti pada hari kiamat”. Abu Said berkata lagi: “Demikianlah yang saya dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”. [Bukhari] --------Hadis ini berisi anjuran untuk mengeraskan adzan meskipun shalat fardhu dilakukan sendirian. Namun anjuran ini hanya berlaku jika kita berada di suatu tempat yang tidak ada jamaahnya atau jauh dari masjid. Karena jika masih ada jamaah dan masjid, maka wajib baginya untuk berjamaah, dan tidak boleh shalat sendirian.
Adzan ketika shalat sendirian Dari Anas bin Malik berkata: Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerang (dalam perang) apabila terbit fajar, sambil beliau mendengar-dengarkan adzan. Jika terdengar adzan maka beliau berhenti [menyerang], dan jika tidak kedengaran beliau terus menyerang. Maka pada suatu pagi beliau mendengar orang mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu Akbar” lalu Rasulullah menjawab “Alal Fitrah”. Kemudian orang itu membaca, “Asyhadu alla ilaaha illallah”. Jawab Rasulullah “Kharajta minan naar” (engkau bebas dari neraka). Setelah mereka tengok, ternyata yang adzan itu seorang gembala kambing.” [Muslim] --------Hadis ini sedikit berbeda dengan hadis dari Abu Said Al-Khudry sebelumnya, namun menurut Imam Nawawi hadis ini berisi anjuran untuk membaca adzan meskipun shalat fardhu dilakukan sendirian. Jika hadis dari Abu Said berisi nasehat untuk mengeraskan adzan, sedangkan hadis Anas ini berisi tentang seorang sahabat sendirian yang mengeraskan adzan dan Rasulullah tidak mencelanya melainkan menjawab adzannya.
ANJURAN PADA ADZAN DAN IQAMAH • •
Anjuran untuk shalat sunah ba’diyah Gerakan kepala muadzin ke kanan dan ke kiri
•
•
Shalat Sunat di antara Adzan dan Iqamah Dari Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Antara setiap adzan dan iqamah itu ada shalat (sunat)”. Beliau mengucapkannya 3 (tiga) kali, dan pada perkataannya yang ketiga beliau menambahkan: “Bagi siapa saja yang mau”. [Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darami] Dari Anas berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa yang diucapkan antara adzan dan iqamah itu tidak akan ditolak”. [Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i dan Ibnu Sunni, isnad hasan] -----Hubungan antara kedua hadis ini tidak lain adalah bahwa sesudah shalat sunat (ba’diyah) kita dianjurkan untuk berdoa. Sedangkan “ucapan sesudah adzan” bukanlah yang dimaksud oleh hadis Abu Dawud dan Tirmizi itu. Jika kita pernah mendengar ulama Melayu yang mengatakan bahwa saat-saat antara adzan dan iqamah adalah saat-saat mustajab untuk berdoa, maka itulah hadis yang mendasari ucapan
•
•
Shalat Sunat di antara Adzan dan Iqamah Dari Sahal bin Saad, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua perkara yang tidak ditolak. [1] Doa di waktu adzan dan [2] di waktu peperangan, dimana orang-orang saling berdesak-desakan satu sama lain”. [Abu Dawud, isnad shahih] Dari Anas berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa yang diucapkan antara adzan dan iqamah itu tidak akan ditolak”. Kemudian ada yang bertanya: Apa yang kita katakan, ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Mintalah kepada ALLAH keselamatan lahir dan batin di dunia dan akhirat”. [Tirmizi, isnad hasan] -----Insya ALLAH pembahasan tentang disampaikan dalam file terpisah.
kalimat
doa-doa
akan
Kepala Muadzin ke kanan dan ke kiri
Dari Abu Juhaifah, ia berkata: Aku menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah. Saat itu beliau berada di Abhtah (nama tempat) di dalam kemah yang terbuat dari kulit samakan milik beliau. Kemudian Bilal keluar membawa air wudhu beliau. Ada orang yang mendapat air itu sedikit dan ada pula yang hanya diperciki oleh lainnya. Nabi SAW keluar dengan memakai pakaian merah, nampaknya aku dapat melihat betis beliau yang putih. Beliau berwudhu dan Bilal mengumandangkan adzan. Aku memperhatikan mulutnya bergerak kesana kemari ke kanan dan ke kiri, ia membaca: “Hayya ‘alas shalah, hayya ‘alal falah”. Sebatang tombak pendek ditancapkan untuk Nabi. Beliau melangkah maju dan mengerjakan shalat Zuhur [Qashar/ringkas] dua rakaat. Keledai dan anjing lewat di depan beliau tanpa di cegah. Selanjutnya beliau mengerjakan shalat Ashar [qashar] dua rakaat. Demikian kemudian beliau tidak henti-hentinya mengerjakan shalat dua rakaat hingga kembali ke Madinah. [Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad Darami] -----Inilah hadis yang diikuti oleh para muadzin kita tentang tata cara adzan. Menggerakkan kepala itu hanyalah sunat. Karena pada zaman Rasulullah belum ada microphone dan sound system (pengeras
Mengapa dalam file ini Iqamah tidak kita sebutkan apapun tentang keutamaannya? --Tidak ada hadis yang special tentang Iqamah, karena iqamah hanyalah seruan agar semua makmum berdiri dan merapatkan shaf (barisan) tanda bahwa shalat akan segera dimulai. Yang termahsyur dari pendapat ulama tentang iqamah adalah bahwa ia dibaca oleh orang yang shalat sendirian, dan untuk shalat jamaah wanita. Hal ini berasal dari ijtihad ulama bahwa iqamah itu tidak diucapkan nyaring, sehingga ia dikhususkan untuk shalat sendirian. Dan sifat adzan yang harus diucapkan nyaring, sehingga wanita tidak pantas untuk membacanya, karena dikhawatirkan timbul fitnah. Sehingga untuk shalat berjamaah wanita (Imam dan Makmum semuanya wanita), dianjurkan untuk membaca Iqamah saja. --Wallahu a’lam. Ya ALLAH, ampunilah kekurangan kami, hanya ALLAH Yang Maha Sempurna.