Contoh Laporan Ta

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Laporan Ta as PDF for free.

More details

  • Words: 7,247
  • Pages: 35
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha batu permata untuk dijadikan perhiasan seperti cincin, mata kalung, perhiasan pada gagang keris atau tombak, dan sebagainya merupakan salah satu alternatif dalam meraih penghasilan ketika menghadapi masa krisis moneter sekarang ini. Karena disamping biaya untuk mendapatkan batu itu tidak terlalu mahal, proses pengerjaannya sederhana, dan harga jual batu permata tersebut adalah tinggi. Usaha ini banyak dijumpai di Kabupaten Karangasem Bali dalam bentuk industri kecil atau industri rumah tangga. Namun dalam mengerjakannya masih menggunakan cara-cara tradisional. Umumnya mereka hanya mempunyai alat berupa gerinda untuk memotong dan membentuk batu tersebut. Permata yang semula masih berbentuk batu baik batu pirus, batu akik, batu kecubung, dan semacamnya dipotong-potong menjadi bagian kecil dengan teknik tertentu. Kemudian potongan kecil dibentuk dan dihaluskan dengan menggunakan gerinda. Proses akhir adalah menggosok atau mengasah batu permata tersebut biar licin dan menggkilap. Proses ini dilakukan dengan cara manual yaitu batu kecil yang sudah dibentuk dilengketkan pada ujung kayu sebagai gagang kemudian digosokgosok menggunakan tangan pada permukaan kertas atau kain halus. Hal ini menimbulkan banyak keluhan pada perajin permata tersebut terutama keluhan pada otot lengan dan pinggang. Disamping itu juga produktivitasnya rendah karena penggosokan secara manual memakan waktu yang agak lama dengan hasil yang sangat minim. Dari keluhan dan produktivitas yang rendah ini perlu adanya suatu alat bantu yang dapat dipakai oleh para perajin permata dalam rangka memperbaiki produktivitasnya. Manuaba (1992) menyatakan bahwa usaha pengadaan/perbaikan peralatan kerja hendaknya bersifat sederhana, murah biayanya, mudah dilakukan, dan dapat memberikan

keuntungan

secara

ekonomi.

Demikian

juga

menurut

prasetyowibowo (1999) yaitu dalam merancang suatu peralatan agar dapat memenuhi fungsinya dan menjadi perhatian utama dari keinginan masyarakat (pemakai). International Labour Organization yang bekerja sama dengan

1

International Ergonomics Association (2000) merekomendasikan bahwa untuk pekerjaan yang berulang-ulang sebaiknya digunakan peralatan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan operasi, penggunaannya aman, dan harganya murah sehingga bisa mempercepat operasi dan dapat meningkatkan produktivitas. Sedangkan Adiputra, dkk (2000) mengatakan bahwa melalui intervensi ergonomi pada industri skala kecil dengan menggunakan meja dan kursi yang ergonomis akan menurunkan beban kerja dan keluhan subjektif, serta meningkatkan produktivitas kerja secara signifikan. Untuk memberikan solusi dari permasalahan masyarakat masyarakat perajin batu permata terutama di Karangasem perlu dilakukan suatu rancangan peralatan yang dapat digunakan untuk menggosok batu permata sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan pengasilan para perajin. Sehingga dipandang perlu melakuan penelitian tentang perancangan alat pengasah batu permata. 1.2. Rumusan Masalah Bertitik tolak pada uraian pendahuluan diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.

Apakah dengan penggunaan rancangan alat pengasah batu permata dapat meningkatkan produktivitas kerja perajin batu permata di kelurahan Subagan Karangasem.

2. Seberapa besar peningkatan produktivitas kerja perajin permata akibat dari penggunaan rancangan alat pengasah batu permata pada perajin batu permata di kelurahan Subagan Karangasem.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji secara terukur peningkatan produktivitas kerja perajin permata akibat dari penggunaan rancangan alat pengasah batu permata di Kelurahan Subagan Karangasem Bali.

2

1.4 Manfaat Penelitian Secara Teoritis diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut yang mendalam. Secara praktis, penelitian ini diharapkan : a. Dapat memberikan solusi untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan biaya yang murah dan mudah dilakukan bagi industri kecil terutama dibidang usaha batu permata. b. Menjadi salah satu masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan untuk membina industri kecil dan menengah sebagai upaya peningkatan produktivitas dan menjaga tingkat kesehatan serta kesejahteraan pekerja terutama di sektor informal seperti industri kecil atau industri rumah tangga. c. Dapat dipraktekkan oleh para pengusaha ataupun pekerja industri kecil di bidang kerajinan batu permata untuk menaikkan pendapatan atau mendapatkan keuntungan ekonomi yang lebih besar.

3

BABII TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perancangan Alat Bantu Kerja Manuaba (1998) dan Prasetyowibowo (1999) menyatakan bahwa dalam merancang suatu peralatan agar dapat memenuhi fungsinya yang menjadi perhatian utama adalah keinginan dari pemakai yang disebut pendekatan partisipatori. Pendekatan ergonomi yang diperlukan dalam perencanaan atau disain tersebut dan sekaligus merupakan syarat alih teknologi adalah sebagai berikut : a. Pertimbangan teknis, yaitu pertimbangan kekuatan, pemilihan material dan spesifikasi teknis. b. Pertimbangan ergonomi yaitu penyesuaian peralatan terhadap ukuran tubuh, keselamatan, keamanan dan kenyamanan pemakai. c. Pertimbangan ekonomi yaitu mempertimbangkan setiap perencanaan ke arah efisiensi, efektivitas dan harga. d. Pertimbangan lingkungan yaitu mempertimbangkan proses produksi dan limbah agar tidak merusak lingkungan. e. Pertimbangan sosial budaya yaitu mempertimbangkan agar proses produksi bisa diterima oleh masyarakat dan penggunaannya secara berlanjutan. Setiap tenaga kerja membutuhkan peralatan kerja yang telah teruji keserasiannya terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan-batasan pemakainya (Manuaba, 1992; Rainbird and O’Neill, 1995; Grandjean, 1998). Melakukan modifikasi peralatan kerja yang belum memenuhi aspek ergonomi sangat diperlukan agar perlatan tersebut bisa dipakai secara aman, nyaman dan sesuai batasan-batasan kemampuan pemakai. Untuk merancang atau memodifikasi suatu peralatan perlu dilakukan juga pendekatan secara partisipatori terhadap pekerja/pemakai. Hal ini juga diungkapkan oleh Skepper, et al (1998) yang menyebutkan bahwa dalam desain produk, partisipasi dan komunikasi dari pengguna sangatlah dibutuhkan.

4

2.2 Beban Kerja Beban kerja (work load) merupakan faktor stressor tubuh yang dibedakan menjadi dua kelompok (Rodahl, 1989; Van Wonterghem, 1994 ) yaitu : a. Beban kerja eksternal. 1.

Berdasarkan tugas (task) : jenis pekerjaan, analisis pekerjaan bersifat kualitatif dan kuantitatif tergantung dari kegiatan fisik, peralatan yang dipergunakan, cara kerja, dan tempat kerja.

2. Aspek organisasi : kerja tim, lama kerja, jadwal kerja, istirahat, dan lainlain. 3. Lingkungan kerja : suhu lingkungan, kelembaban udara, intensitas penerangan, bising, vibrasi, debu, sosial budaya, dan sebagainya. 4. Aspek manusia : ukuran tubuh dan biomekanik. b. Beban kerja internal. 1. Beban somatis : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, pendidikan, latihan/pengalaman, dan adaptasi. 2. Beban psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, harapan, norma adat dan budaya, tabu, ketegangan akibat manajemen. Adiputra (1998) juga menyebutkan bahwa secara umum beban kerja ada dua macam yaitu: a. Beban kerja eksternal (stressor) adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan. Beban eksternal meliputi pekerjaan, organisasi dan lingkungan. b. Beban kerja internal adalah beban kerja yang ditimbulkan oleh faktor individual pekerja yang bersifat somatis dan psikis. Dalam penilaian beban kerja ini, ada dua kriteria yang dapat dipakai (Rodahl, 1989) yaitu : a. kriteria objektif, yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang meliputi: reaksi fisiologis, reaksi psikologis/ perubahan tindak tanduk;

5

b. kriteria subjektif yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang menggangu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan. Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah, secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut nadi. Frekuensi nadi kerja dari seluruh jam kerja, selanjutnya dipakai dasar penilaian beban kerja fisik, karena perubahan rerata denyut nadi berhubungan linier dengan pengambilan oksigen. Hal ini merupakan refleksi dari proses reaksi (strain) terhadap stressor yang diberikan oleh tubuh, dimana biasanya besar strain berbanding lurus dengan stress (Adiputra, 1998). Penilaian beban kerja

secara subjektif

dapat dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut akan menunjukkan tanda-tanda yang menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya (Bridger, 1995). 2.3 Produktivitas Produktivitas merupakan suatu perbandingan antara keluaran dan masukan persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila jumlah keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew, 1991). Konsep tersebut tentunya dapat dipakai di dalam menghitung produktivitas di semua sektor kegiatan, termasuk pada modifikasi gerinda sebagai alat pengasah batu permata. Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia dan menigkatkan keluaran sebesar-besarnya. Pengukuran produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam. 1.

Produktivitas total, yaitu perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan waktu. Dalam hal ini, semua faktor masukan terhadap total keluaran di perhitungkan.

2. Produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis input, seperti upah kerja, bahan, energi, beban kerja, skor keluhan subjektif, dll.

6

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas. Soedirman (1996) dan Tarwaka (1991) merinci faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas antara lain ; tingkat pendidikan, ketrampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, lingkungan kerja, sarana kerja, manajemen dan kesempatan

tenaga kerja berprestasi. Manuaba (1992),

mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Dengan memperbaiki serta mengendalikan faktor-faktor pengaruh tersebut diatas, maka dapat diharapkan produktivitas kerja akan meningkat. Pada proses produksi batu permata produktivitas dihitung dengan menggunakan rumusan : Op P = ------------Ixt Dimana P adalah produktivitas, Op adalah out put yaitu banyaknya batu permata yang dihitung, I adalah input (denyut nadi kerja rata-rata), dan t adalah waktu (jam). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja ini adalah peralatan, cara kerja, dan lingkungan kerja. Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi maka faktor tersebut harus benar-benar serasi dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan pekerja. Disisi lain ada faktor yang berpengaruh juga terhadap produktivitas yaitu tinggkat pendidikan/ketrampilan, disiplin, motivasi, etika, manajemen, dan kesempatan kerja untuk berprestasi. Manuaba (1999) mengatakan bahwa upaya peningkatan produktivitas yang paling tepat untuk dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan ergonomi yaitu meningkatkan efisiensi kerja baik dari sisi tuntutan tugas, aspek lingkungan, maupunorganisasi kerja. 2.3 Break-even Cost Analysis Untuk memastikan apakah peningkatan produktivitas juga memberikan manfaat yang riil bagi unsur manajemen perusahaan maupun pekerja maka perlu dilakukan analisa terhadap Break-even cost. Break-even cost analysis adalah analisa rugi-laba dengan membandingkan antara alternatif dimana biaya masingmasing alternatif dipengaruhi oleh variabel tunggal. Sedangkan Break-even Point

7

adalah analisis dimana nilai variabel untuk poin pada biaya masing-masing alternatif adalah sama. Untuk menganalisis Break-even Point pada proses produksi batu permata adalah dilakukan dengan cara : a. menghitung seluruh biaya intervensi yang dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja (termasuk modifikasi pada gerinda). b. Menghitung peningkatan atau selisih antara hasil kerja sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. c.

Break-even Point dicapai pada saat terjadi titik temu antara biaya dan manfaat yang diperoleh setelah intervensi dilakukan (saat biaya terbayar oleh manfaat yang diperoleh setelah intervensi dilakukan).

8

BABIII METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan group within – treatment (sama subyek). Diantara kedua grup perlakuan ada waktu washing out. Rancangan penelitian dapat digambarkan seperti bagan berikut. RS

P1

P2 WO

P

S

O1

O2

O3

O4

Gambar 4.1 Bagan Penelitian Keterangan : P = populasi RS = random sederhana S = sampel P1 = Perlakuan 1 (mengasah permata dengan tangan) P2 = Perlakuan 2 (mangasah permata dengan alat bantu) WO = Washing Out selama dua hari O1 dan O3 menunjukan pendataan yang dilakukan sebelum kerja (pre-test), terhadap : Frekuensi denyut nadi istirahat dari subjek penelitian. O2 dan O4 menunjukan pendataan yang dilakukan setelah kerja (post-test), terhadap: 1. frekuensi denyut nadi kerja, sesaat setelah kerja . 2. perhitungan produktivitas kerja. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Subagan Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Pengambilan data akan dilaksanakan pada bulan April 2006 hingga Oktober 2006. 3.3 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perajin permata pada proses penghalusan di Kelurahan Subagan Kecamatan Karangasem Kabupaten

9

Karangasem. Jumlah populasi adalah 29 orang perajin permata. Variasi umur minimum 18 tahun dan maksimal 54 tahun. Variasi pengalaman satu sampai 15 tahun. Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Colton (1974) sebagai berikut.  ( Zα − Zβ )σ  n=   ( µ1 − µ 0 ) 

2

Keterangan: n Zα Zβ µ0 µ1 σ

= jumlah sampel (group/kelompok) = batas atas kemaknaan pada tingkat kepercayaan 95 % = batas bawah kemaknaan pada tingkat kepercayaan 90 % = rerata variabel penelitian tanpa perlakuan. = rerata variabel penelitian dengan perlakuan. Dalam penelitian ini penurunan atau peningkatan ditetapkan 10 % dan 15 %. = standar deviasi

Perhitungan besar sampel didasarkan atas hasil penelitian pendahuluan terhadap produktivitas perajin permata yang didapat sebesar (µ0) = 0,13 dengan simpang baku (σ) = 0,026. Rerata produktivitas setelah perlakukan diharapkan naik sebesar 20 %, sehingga menjadi (µ1) = 0,156. Kesalahan sampling tipe I ditetapkan α = 0,05; dan kesalahan sampling tipe II β = 0,10 maka diperoleh Zα = 1,96 dan Zβ = -1,645. Sehingga besarnya sampel (n):  (1,96 + 1,645) 0,026  n=  = 12,9 dibulatkan menjadi 13  ( 0,13 − 0,156)  2

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, besar sampel yang diperoleh adalah 13 perajin. Untuk menghindari apabila terjadi subjek droup out dari penelitian, maka besarnya sampel ditambah 20 % menjadi 15,6 dan dibulatkan menjadi 16. Sehingga besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan menjadi 16 perajin. Teknik

penentuan

sampel

untuk

penelitian

ini

adalah

dengan

menggunakan teknik undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu sesuai dengan jumlah anggota populasi (Bakta, 1997; Sugiyono, 2003;). Jumlah populasi perajin permata pada proses kerja penghalusan yang masuk

10

kriteria inklusi sejumlah 24 orang. Dari 24 orang perajin ini, diundi sehingga terpilih 16 perajin sebagai sampel penelitian. Sampel ini mendapatkan dua perlakuan. Perlakuan pertama yaitu menggosok permata secara manual menggunakan tangan kemudian washing out selama dua hari. Hari berikutnya mendapatkan perlakuan kedua, yaitu menggosok permata dengan menggunakan gerinda modifikasi. 3.4 Variabel Penelitian a. Variabel bebas meliputi dua kategori yaitu : 1) P0 (menggosok permata menggunakan tangan dengan sikap kerja duduk bersila di lantai); 2) P1 (menggosok permata menggunakan rancangan alat pengasah permata dengan sikap kerja duduk di kursi). b. Variabel tergantung adalah produktivitas kerja. d. Variabel pengganggu yang akan dikontrol adalah : 1) kondisi subjek (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama pengalaman, dan kondisi kesehatan); 2) pekerjaan (jenis pekerjaan, bahan baku, dan tempat kerja); 3) organisasi kerja (jam kerja, jam istirahat, dan sistem kerja); dan 4) kondisi lingkungan (suhu basah, suhu kering, kelembaban, WBGT, intensitas penerangan, dan intensitas suara). 3.5 Rancangan Alat Pengasah Batu Permata Rancangan alat pengasah dapat dilihat pada gambar berikut.

11

3 1

2 4 5

Keterangan : 1. Motor penggerak (motor yang biasa dipakai untuk mesin jahit yang digerakkan dengan energi listrik, banyak dijual di pasaran dengan harga yang tidak terlalu mahal) 2. Puli 3. Mata asah permata (terbuat dari plat baja ST 37 dengan ketebalan 1mm) dipasang pada lempeng kayu yang dihubungkan dengan poros 4. Dudukan untuk mata asah permata 5. Meja kerja. Gambar 4.2 Rancangan alat pengasah batu permata 3.6. Definisi operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut. a.

Kelompok Kontrol (menggosok permata secara manual dengan sikap kerja duduk bersila di lantai) : adalah pekerjaan menghaluskan batu permata yang sudah dilengketkan pada sebuah tangkai kayu kecil dengan sikap kerja duduk bersila di atas lantai dengan cara menggosok-gosokkan batu permata tersebut pada sebuah kertas kalkir yang sudah dilapisi sedikit minyak pelumas. Minyak pelumas ini berupa minyak kelapa. Kertas kalkir diletakkan di atas lantai dengan posisi di depan perajin. Kegiatan penggosokan dilakukan oleh tangan

12

kanan, sedangkan tangan kiri diam. Posisi tangan, lengan, dan sikap kerja perajin lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Menggosok permata secara manual dengan sikap kerja duduk di lantai b.

Kelompok Perlakuan (menggosok permata menggunakan alat pengasah dengan sikap kerja duduk dikursi) : adalah pekerjaan menghaluskan batu permata yang sudah dilengketkan pada sebatang kayu kecil dengan cara menempelkan batu permata tersebut pada mata alat pengasah dengan pola tertentu hingga batu tersebut mengkilap. Alat pengasah batu permata ini terletak diatas meja kerja sehingga diperlukan pula kursi kerja sebagai tempat duduk perajin. Hal ini merubah sikap kerja perajin yaitu menjadi sikap kerja duduk di atas kursi. Meja dan kursi ini disesuaikan dengan antropometri perajin. Lebih jelasnya dapat dilihat seperti sketsa gambar berikut.

13

Gambar 4.4 Sketsa menggosok permata menggunakan alat pengasah dengan sikap kerja duduk di kursi c. Umur perajin adalah selang waktu dari sejak lahir sampai pada saat dilakukan pengukuran, dilihat dari KTP berdasarkan tahun lahir, satuan tahun; d. Jenis kelamin adalah jenis kelamin subjek yang ditentukan secara penotif berdasarkan KTP. e. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir dari perajin, dilihat dari ijazah/sertifikat yang dimilikinya. f. Lama pengalaman adalah selang waktu dari mulai bisa bekerja pada proses kerja menghaluskan batu permata sampai pada saat dilakukan pengukuran, yang diperoleh dengan mencatat pengakuan subjek, dinyatakan dalam tahun. g. Kondisi kesehatan adalah kondisi kesehatan perajin yang tidak cacat fisik, mental, dan tidak sedang sakit. Kondisi ini dapat diketahui dari keterangan dokter dan pengakuan subjek. h. Bahan baku adalah bahan untuk pembuatan batu permata yaitu berupa batu akik. Bentuk dan ukuran batu akik sebagai bahan baku ini diupayakan sama untuk masing-masing perlakuan (P0, P1, P2), yaitu berbentuk oliv dengan ketebalan kira-kira 0,5 cm, diameter 0,7 cm dan 1 cm. i. Jam kerja adalah waktu kerja mulai pukul 08.00 WITA s.d 15.00 WITA.

14

j. Jam istirahat adalah lama waktu istirahat biasa yang umum dilakukan selama satu jam mulai dari pukul 12.00 sampai 13.00 WITA. k. Sistem kerja adalah sistem kerja dengan upah harian. l. Suhu basah adalah suhu basah lingkungan kerja yang diukur dengan sling psychrometer merek Hisamatsu buatan Jepang dengan skala Celcius, yang tabungnya dihubungkan dengan air melalui media kapas; m.

Suhu kering adalah suhu kering lingkungan kerja yang diukur dengan sling psychrometer dengan merek Hisamatsu buatan jepang dengan skala Celcius;

n.

Kelembaban adalah

kelembaban udara relatif di lingkungan kerja yang

diperoleh dengan mengkonversikan nilai suhu basah dan suhu kering ke dalam grafik/tabel psikrometrik dengan satuan % RH (Prosentase Relatif Humidity); o.

Intensitas penerangan adalah fluks cahaya yang jatuh pada suatu bidang seluas 1 m2 satuan untuk intensitas penerangan adalah luks (lx), diukur dengan luxmeter, merek Sanwa buatan Sanwa Electronic Japan; dan

p.

Kebisingan adalah kebisingan di tempat kerja karena pukulan pada saat penempaan logam yang diukur dengan soundlevel meter yang dinyatakan dengan satuan desibel

q. Produktivitas kerja : perbandingan dari keluaran (jumlah produksi batu permata yang dihasilkan) terhadap masukan (rerata nadi kerja dan waktu yang dipergunakan). 3.7 Instrumen Penelitian Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Sling psycrometer merek Hisamatsu

buatan Jepang, digunakan untuk

mengukur kondisi mikroklimat yang meliputi suhu basah, suhu kering dan ISBB. b. Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan, dengan spesifikasi merek Sanwa, buatan Sanwa Electric Japan; c. Stop watch merek Diamon buatan Shanghai – Cina digunakan untuk mencatat waktu dan menghitung denyut nadi.

15

d. Soundlevel meter NA.24 merk Rion buatan Tokyo Japan, digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan. e. Antropometer merek Super buatan Jepang untuk mengukur antropometri badan perajin. f. Meteran logam, digunakan untuk mengukur tempat kerja dan sarana kerja (meja dan kursi). g. Kamera film merek Sony digunakan untuk mendokumentasikan proses kerja selama kerja. 3.8 Pengolahan dan Analisis Data Data yang dihasilkan diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer dengan menggunakan program aplikasi SPSS 12.0. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Data masing-masing kelompok diuji normalitas dengan one samples Kolmogorov-Smirnov goodness of fit test; b. Data kedua kelompok diuji homogenitasnya dengan Levene’s test; c. Data keluhan subyektif dan otot skeletal dianalisis dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu metode Wilcoxon test dan deskriptive statistic. d. Data beban kerja dan produktivitas jika terdistribusi normal akan dianalisis dengan menggunakan uji t pired. e. Uji kemaknaan antar kelompok penelitian dengan uji statistik pada taraf kemaknaan α = 0,05.

3.9 Analisis Biaya dan Manfaat Untuk memastikan apakah peningkatan produktivitas juga memberikan manfaat yang riil bagi unsur manajemen perusahaan maupun pekerja maka perlu dilakukan analisis biaya dan manfaat. Untuk menganalisis biaya dan manfaat pada penggunaan gerinda asah modifikasi ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.

16

a. Menghitung seluruh biaya intervensi ergonomi yang dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. b. Menghitung peningkatan atau selisih antara hasil kerja sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. c. Titik impas dicapai pada saat terjadi titik temu antara biaya dan manfaat yang diperoleh setelah intervensi dilakukan (saat biaya terbayar oleh manfaat yang diperoleh setelah intervensi dilakukan). d.

Secara ekonomis, intervensi ergonomis ini memberikan manfaat jika : Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 dengan formulasi sebagai berikut : Benefit (peningkatan pendapatan) >1 cost (biaya intervensi) Dari segi kesehatan sangat besar manfaatnya, akan tetapi hal ini sulit

dihitung secara ekonomis. Dengan menggunakan gerinda modifikasi yang secara tidak langsung juga harus menggunakan meja dan kursi kerja maka keluhan subjektif para perajin akan menurun serta sikap kerja menjadi alamiah.

17

BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Subjek Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi variabel umur, berat badan, tinggi badan dan pengalaman kerja disajikan pada Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek Perajin Permata Di Kelurahan Subagan, Karangasem No

Variabel

Rerata

SB

Rentangan

1 2 3 4 5

Umur (th) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Pengalaman kerja (th) Indeks Massa Tubuh

26,38 59,77 164,06 7,75 22,19

5,898 3,168 2,999 5,053 0,69

20 – 39 55,5 – 65 159 – 168 3 – 17 21,15 – 23,25

95% Confidence Interval for Mean lower upper 23,23 29,52 162,46 165,66 58,08 61,46 5,06 10,44 21,82 22,56

Rerata umur subjek adalah 26,38 ± 5,898 tahun. Hal ini menunjukkan subjek berada dalam usia produktif. Rerata pengalaman kerja adalah 7,75 ± 5,053 yang menunjukkan bahwa subjek sudah berpengalaman dalam hal pengerjaan batu permata. Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan perbandingan berat badan satuan kg dengan kuadrat dari tinggi badan dalam satuan meter pada subjek yang bersangkutan. Berdasarkan analisis statistik seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1, umur subjek 95% berada pada interval 23,23 hingga 29,52 tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa rentangan umur subjek masih berada dalam keadaan fisik yang optimal untuk melakukan pekerjaan karena dalam usia produktif. Irawan & Suparmoko (2002) mengatakan bahwa umur produktif berkisar antara 15 – 64 tahun. Manuaba dan Kamiel (1996) menggunakan rentang umur antara 28 –54 tahun sebagai sampel penelitian di bagian laundry hotel Bali Beach Sanur untuk melihat beban kerja dan produktivitasnya. Di samping itu Grandjean (1988) mengatakan bahwa kondisi umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik

18

atau kekuatan otot seseorang. Kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada umur antara 25 –35 tahun dan akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur.

4.2 Lingkungan Tempat Kerja Komponen lingkungan yang diukur di lokasi penelitian selama penelitian adalah suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban, Indeks Suhu Bola Basah (ISBB), dan kecepatan angin. Data kondisi lingkungan ini diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan diperoleh hasil data lingkungan kerja tersebut pada kelompok Kontrol maupun Perlakuan terdistribusi secara normal. Hasil pengukuran kondisi lingkungan kerja disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Kondisi lingkungan tempat penelitian No 1 2 3 4 5 6 7

Variabel Suhu kering (oc) Suhu basah (oc) Kelembaban relatif (%) Suhu Bola (oC) ISBB (oC) Kecepatan angin (m/s) Intensitas Suara (dBA)

Kontrol rerata SB

Perlakuan rerata SB

t

p

28,69

1,07

29,12

1,25

-1,433

0,195

24,75

0,71

24,75

0,71

-0,798

0,451

71,50

3,66

71,25

3,73

0,509

0,626

30,25

0,80

30,38

1,03

-0,683

0,516

26,24

0,63

26,31

0,66

-1,949

0,092

1,26

0,43

1,30

0,46

-2,049

0,080

68,50

2,78

68,31

2,53

1,158

0,285

Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja untuk para pekerja pemetik jeruk baik pada kelompok Kontrol maupun Perlakuan masih dalam batas-batas adaptasi untuk melakukan suatu aktivitas kerja. Variabel suhu basah, suhu kering, kelembaban, suhu bola, kecepatan angin, dan kebisingan tidak mempunyai perbedaan yang nyata antara masing-masing kelompok perlakuan (p > 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa kondisi lingkungan antara kelompok Kontrol dan Perlakuan adalah sama. Dalam penelitian ini diperoleh komponen lingkungan kerja yang tertulis

19

pada Tabel 5.2 masih dalam batas normal, sehingga tidak menimbulkan efek fisiologis yang dapat mengganggu pekerjaan. Analisis statistik juga mendapatkan hasil bahwa antara kelompok kontrol dan perlakuan tidak berbeda secara signifikan, sehingga kedua kelompok subjek penelitian bisa dinyatakan mempunyai kondisi lingkungan yang sama. Manuaba (1998) menyatakan bahwa nilai ambang batas dari suhu udara untuk pekerja adalah 33° C dan kelembaban relatif pekerja orang Indonesia yang masih tergolong nyaman adalah antara 70% - 80%. Nilai ambang batas intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari adalah 85 dBA (Pulat, 1992; WHS, 1993; dan Permennaker, 1999). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutjana (1998) yang berlokasi di Subak Yeh Gde Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dengan suhu kering berkisar antara 28-29° C. Penelitian yang dilaksanakan oleh Kerana, et al., (1997) mengungkapkan bahwa rerata suhu kering 29,94 °C, sedangkan Manuaba dan Vanwonterghem (1996) mengemukakan, bahwa suhu pada musim kering meningkat 31-32 °C di tempat yang teduh dan sampai 36°C di bawah sinar matahari langsung. 4.3 Analisis Beban Kerja Beban kerja diukur berdasarkan denyut nadi perajin permata baik pada saat istirahat (denyut nadi istirahat) maupun pada saat kerja (denyut nadi kerja). Berdasarkan denyut nadi ini pula bisa dihitung %CVL (Cardio Vasculer Load). Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan, perlu dilakukan uji normalitas terhadap data denyut nadi tersebut. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dari uji tersebut diperoleh bahwa denyut nadi istirahat maupun denyut nadi kerja pada ketiga perlakuan berdistribusi normal (P> 0,05). Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan, terlebih dahulu dilakukan komparabilitas denyut nadi istirahat. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi awal dari para perajin apakah berbeda secara bermakna atau tidak. Hal ini diperlukan untuk melihat apakah perubahan beban kerja itu murni karena efek perlakuan atau

20

ada faktor luar yang ikut andil memberikan perubahan beban kerja tersebut. Komparabilitas denyut nadi istirahat pada perajin permata ini dilakukan dengan mengunakan uji t. Hasil analisis disajikan pada Tabel 53. Tabel 5.3 Komparabilitas Denyut Nadi Perajin Permata Variabel Denyut Nadi Istirahat (denyut/menit) Denyut Nadi Kerja (denyut/menit)

Kontrol Rerata SB

Perlakuan Rerata SB

67,35

4,293

67,01

104,29

4,649

88,64

t

p

4,061

0,030

0,971

2,333

105,039

0,000

Keterangan : SB : Simpang Baku Dari Tabel 5.3 diperoleh bahwa denyut nadi istirahat pada masing-masing kelompok perlakuan tidaklah berbeda secara bermakna (p > 0,05). Hal ini bisa diartikan bahwa kondisi awal denyut nadi istirahat para perajin pada masingmasing perlakuan bisa dianggap sama. Efek perlakuan menunjukkan perubahan terhadap beban kerja dari masingmasing kelompok perlakuan. Efek perlakuan ini dianalisis dengan melakukan uji beda kemaknaan pada denyut nadi kerja perajin pada masing-masing perlakuan yang diberikan. Uji beda kemaknaan ini dilakukan dengan menggunakan uji t. Hasil uji t pada denyut nadi kerja (beban kerja) perajin disajikan pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Kontrol dan Perlakuan (p<0,05). Dilihat dari reratanya diperleh penurunan denyut nadi kerja dari 104,29 denyut permenit menjadi 88,64 denyut permenit, atau menurun sebesar 15,0%. Pada kelompok kontrol beban kerja termasuk sedang karena pekerjaan menggosok permata menggunakan tangan memerlukan sedikit tekanan dan melakukan penggosokan secara berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan denyut jantung. Pekerjaan ini memerlukan tenaga atau energi yang lebih besar. Tenaga atau energi ini secara fisiologis berasal dari proses metabolisme tubuh. Metabolisme ini memerlukan O2 sebagai bahan bakar yang diambil melalui pernafasan sehingga semakin besar keperluan tenaga maka akan semakin cepat frekuensi nafas dan jantung berdenyut.

21

Sedangkan pada kelompok Perlakuan, denyut nadi kerja mengalami penurunan yang signifikan (p < 0,05) terhadap Kontrol sebesar 15,0% Hal ini terjadi karena pada Perlakuan pekerjaan menggosok permata dilakukan dengan alat bantu mesin pengasah dan sikap kerja duduk di kursi, sehingga pekerja merasa lebih nyaman dari pada duduk bersila di lantai. Secara fisiologis keperluan energi pada kelompok Perlakuan ini lebih kecil dibandingkan kelompok Kontrol karena pekerjaan mengasah batu permata dibantu dengan mesin, sehingga menggosok menggunakan tangan secara berulang-ulang yang menyerap banyak energi tidak ada lagi. Sikap kerja kelompok Kontrol adalah duduk bersila di lantai secara statis. Hal ini akan membuat peredaran darah pada bagian bawah tubuh berjalan kurang lancar. Sedangkan sikap kerja pada kelompok Perlakuan adalah duduk secara alamiah di kursi, sehingga peredaran darah akan lebih lancar dibandingkan dengan kelompok Kontrol. Hal ini juga membuat penurunan denyut nadi antara kelompok Perlakuan terhadap kelompok Kontrol. 4.4 Analisis Produktivitas Kerja Produktivitas kerja perajin permata didapatkan dari perbandingan antara hasil produksi permata dengan nadi kerja dikalikan waktu yang diperlukan. Sedangkan Hasil produksi didapatkan dari banyaknya batu permata yang dihasilkan oleh setiap perajin permata selama tiga jam kerja. Sebelum dilakukan uji kemaknaan antar masing-masing perlakuan, data produksi dan produktivitas kerja ini diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dari hasil uji normalitas tersebut diperoleh bahwa data hasil produksi dan produktivitas kerja terdistribusi secara normal (P> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data produksi dan produktivitas bisa dilanjutkan untuk analisis parametrik berikutnya. Untuk mengetahui efek perlakuan maka dilakukan uji beda kemaknaan rerata antar masing-masing kelompok (kelompok Kontrol dengan Perlakuan). Uji statistik yang digunakan adalah uji t. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 5.4 berikut.

22

Tabel 5.4 Hasil produksi dan Produktivitas Kerja Perajin Permata Variabel Produksi (buah/hari kerja) Produktivitas

Kontrol Rerata SB

Perlakuan Rerata SB

t

p

3,13

0,095

15,41

0,224

19009,648

0,000

0,01002

0,00042

0,05801

0,00207

3839,179

0,000

Dari Tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa hasil produksi dan produktivitas kerja perajin permata mempunyai perbedaan yang signifikan antar masing-masing kelompok (p<0,05). Rerata hasil produksi batu permata pada kelompok kontrol adalah 3,13 ± 0,09 buah. Sedangkan pada kelompok Perlakuan, rerata hasil produksinya adalah 15,41 ± 0,22 buah atau naik sebesar 392,3%. Rerata produktivitas kerja perajin permata pada kelompok Kontrol adalah 0,01002 ± 0,00042, dan rerata produktivitas Perlakuan adalah 0,05801 ± 0,00207 atau mengalami kenaikan yang signifikan (p < 0,05) sebesar signifikan (p < 0,05) sebesar 478,9%. Keadaan

ini

menunjukkan

bahwa

kelompok

Perlakuan

(bekerja

menggosok permata menggunakan mesin pengasah pengasah dengan sikap kerja duduk di kursi) memberikan efek peningkatan produktivitas kerja yang lebih baik dari pada kelompok Kontrol (menggosok permata secara manual dengan tangan dan sikap kerja duduk bersila di lantai). Hal ini terjadi karena pekerjaan mengosok permata dibantu dengan gerinda pengasah modifikasi sehingga penggosokan secara berulang-ulang dengan tangan diganti dengan hanya menempelkan batu permata kepada mata gerinda. Disamping itu sikap kerja duduk bersila di lantai yang merupakan sikap duduk tidak alamiah diperbaiki menjadi duduk di kursi secara alamiah. Dengan demikian maka hasil produksi akan mengalami peningkatan, denyut nadi kerja akan mengalami penurunan, dan keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja dapat dikurangi. Intervensi ergonomi dalam hal perbaikan sikap kerja atau stasiun kerja adalah mutlak diperlukan terutama di industri kecil (Manuaba 1998). Karena dengan intervensi ergonomi di industri kecil ini misalnya intervensi menggunakan kursi kerja yang sesuai antropometri dan sebagainya akan dapat menurunkan

23

beban kerja ataupun keluhan secara subjektif serta dapat meningkatkan produktivitas kerja (Adiputra et al.,2000; Azmi dan Marentani, 2001). 4.5 Analisis biaya dan Manfaat Analisis biaya dan manfaat pada penggunaan gerinda pengasah modifikasi dan perbaikan sikap kerja dihitung berdasarkan Rumus Benefit Cost Ratio (BCR). Secara ekonomis, intervensi ergonomis ini memberikan manfaat jika : Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 dengan formulasi sebagai berikut : Benefit (peningkatan pendapatan) >1 cost (biaya intervensi)

Biaya pada perlakuan 0 (P0) : Bahan baku batu permata perhari (Rp 50,- x 16 x 3,13)

= Rp.

2.504,-

Kertas kalkir per hari (Rp 7.000 / 7)

= Rp.

1.000,-

Minyak kelapa perhari (Rp. 3.500 / 7)

= Rp.

500,-

Listrik rerata perhari (Rp. 75.000/30)

= Rp.

2.500,-

Upah Pekerja per hari (16 x Rp 15.000,-)

= Rp. 240.000,-

Jumlah

= Rp. 246.504,-

Biaya pada perlakuan 2 (P2) : Bahan baku batu permata perhari (Rp 50,- x 16 x 15,41)

= Rp.

12.328,-

Kertas kalkir per hari (Rp 7.000 / 7)

= Rp.

1.000,-

Minyak kelapa perhari (Rp. 3.500 / 7)

= Rp.

500,-

Biaya Investasi alat pengasah (Rp500.000/(5x365 hari)

= Rp.

300,-

Listrik rerata perhari Rp. 110.000/30

= Rp.

3.700,-

Biaya Investasi Meja dan kursi kerja (Rp1.600.000/365 hari) = Rp.

4.384,-

Upah Pekerja 16 x Rp 15.000,-

= Rp. 240.000,-

Jumlah

= Rp.

262.212,-

Rerata produksi tanpa penggunaan alat pengasah dan perbaikan sikap kerja dalam sehari kerja seperti yang ditunjukkan Tabel 5.10 adalah 3,13 buah permata untuk kelompok Kontrol, dan 15,41 buah untuk Perlakuan. Harga rerata permata

24

perbuah jenis batu akik adalah Rp. 20.000,-. Besar pendapatan perhari dapat dijabarkan sebagai berikut. Pendapatan untuk kelompok Kontrol : Pendapatan Kotor 3,13 x 16 x Rp 20.000

= Rp. 1.001.600,-

Biaya untuk P0 perhari

= Rp.

246.504,- _

Pendapatan Bersih untuk P0

= Rp.

755.096,-

Pendapatan untuk kelompok Perlakuan : Pendapatan Kotor 15,41 x 16 x Rp 20.000

= Rp. 4.931.200,-

Biaya untuk P2 (termasuk biaya investasi)

= Rp.

Pendapatan Bersih untuk P2

= Rp. 4.666.656,-

264.544,- _

Dari uraian tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan pendapatan antara kelompok Kontrol terhadap Perlakuan adalah Rp 4.666.656 – Rp 755.096 = Rp 3.911.560 Titik impas terjadi jika biaya intervensi sudah dipenuhi oleh peningkatan pendapatan. Titik impas ini terjadi dalam satu hari kerja saja dengan besar benefit cost rasio sebagai berikut. Benefit (peningkatan pendapatan) 3.911.560 = = 14,92 > 1 cost (biaya intervensi) 262.212

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa intervensi secara ergonomi memberikan keuntungan/manfaat dari segi ekonomi setelah menempuh satu hari kerja. Intervensi ergonomis yang dilakukan terhadap perajin bertujuan untuk menciptakan rasa nyaman, sehat dan lebih produktif dalam bekerja. Apabila keadaan ini bisa terwujud diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat yang lebih besar baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pekerja maupun pemilik usaha. Analisis keuntungan atau manfaat tersebut bisa ditinjau dari berbagai aspek (Dalton dan Smitten, 1991). Beberapa keuntungan atau manfaat lain yang mampu diberikan akibat intervensi ergonomis dilakukan pada penelitian ini baik terhadap pekerja maupun pemilik usaha dapat diuraikan sebagai berikut.

25

a. Penghasilan pemilik usaha menjadi meningkat, karena hasil produksi meningkat dan waktu pengerjaan lebih cepat bahkan bisa menambah upah bagi para pekerja yang secara borongan ataupun harian dan memberikan insentif

lebih banyak/sering kepada para pekerja untuk meningkatkan

motivasi kerja mereka. b. Bagi pekerja, selain bisa menyebabkan penghasilan atau aspek insentif (yang diberikan pemilik usaha) bertambah, mereka bekerja menjadi lebih nyaman, sehat, dan lebih produktif. Hal ini disebabkan karena menggosok permata dibantu dengan menggunakan gerinda pengasah modifikasi dengan sikap kerja duduk secara alamiah di kursi, sehingga pekerjaan lebih ringan dan lebih cepat selesai, keluhan subjektif baik pada otot skeletal maupun kelelahan juga bisa dikurangi. c. Kemungkinan timbulnya perubahan fisiologis pada tubuh pekerja karena sikap duduk bersila yang tidak alamiah bisa ditanggulangi dengan perubahan sikap kerja duduk di kursi. d.

Bila pekerja bekerja secara borongan, waktu luang yang terjadi lebih banyak karena pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat dan bisa digunakan untuk kegiatan lain seperti menggarap sawah, atau untuk keperluan upacara agama/adat di Bali. Intervensi ergonomi sudah terbukti memberikan manfaat baik dari segi

ekonomi maupun dari segi kesehatan kerja. Banyak penelitian yang mendukung hal ini, seperti yang dilakukan oleh Sutajaya (1998); Artayasa (2000); Azmi dan Maretani (2001); Arjani (2003); dan Murniasih (2003), yang mengungkapkan banyak manfaat akibat dari perbaikan sarana kerja dan sikap kerja secara ergonomis.

26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan antara lain. a.

Penggunaan rancangan alat pengasah batu permata dapat meningkatkan produktivitas kerja perajin batu permata di kelurahan Subagan Karangasem.

b.

Peningkatan produktivitas kerja perajin permata akibat dari penggunaan rancangan alat pengasah batu permata pada perajin batu permata di kelurahan Subagan Karangasem adalah sebesar 478,8%

c. Penggunaan rancangan alat pengasah batu permata ini tidak hanya bermanfaat dari segi ekonomi, tetapi dari segi kesehatan kerja juga bermanfaat.

5.2 Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.

Dari penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa penggunaan rancangan alat pengasah batu permata dapat meningkatkan hasil produksi dan produktivitas kerja perajin permata sehingga disarankan alat ini digunakan pada proses penghalusan batu permata.

b. Bekerja menggosok permata dengan sikap kerja duduk bersila di lantai menimbulkan banyak keluhan subjektif sedangkan bekerja menggosok permata menggunakan stasiun kerja (meja dan kursi kerja) yang ergonomis pada penelitian ini terbukti dapat menurunkan keluhan subjektif para perajin permata. Oleh karena itu disarankan kepada para perajin permata yang masih menggunakan sikap kerja yang tidak ergonomis (seperti duduk bersila di lantai) untuk memperbaiki sikap kerja tersebut dengan cara menggunakan stasiun kerja (kursi dan meja kerja) yang ergonomis.

27

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N, Sutjana D.P. & Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in Small Scale Industry in Bali. Dalam : Lim, KY ed. Proceding of the Joint Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics, Singapore. Bakta, I.M. 1997. Seminar Metodologi Penelitian. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Bridger, R.S. 1995 Introduction to Ergonomic. Singapore : McGrraw – Hill Inc. Chew, D.C.E. 1991. Productivity and Safety and Health dalam : permeggiani, L.ed. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Third (Revised) edt. ILO, Geneva : 1796 – 1797. Colton, T. Sc.D. 1974. Statistic in Medicine. Boston : Litle Brown and Company. Grandjean, E. 1998. Fitting the Task To the Man. A Textbook of Occupational Ergonomics. 4th Edition. London: Taylor & Francis Inc. International Labour Office (ILO) dan International Ergonomics Association (IEA). 2000. Petunjuk Praktis Ergonomik, Petunjuk yang Mudah Diterapkan Dalam Meningkatkan Keselamatan dan Kondisi Kerja. Diterjemahkan oleh Tim Penterjemah DK3N. Jakarta Isaac, S. dan W.B. Michael. 1971. Handbook in Research and Evaluation. A Collection of Principles, Methods and Strategies Usefull in Education and the Behavioral Sciences. California: Robert R. Knapp Publiser Lilik, S. 2002. Penurunan Landasan Molen Sesuai Ukuran Tubuh Pekerja dan Pemberian Peneduh Meningkatkan Produktivitas Pengadukan Spesi Beton Secara Tradisional. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar. Manuaba, A. 1992. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Bunga Rampai Ergonomi Vol. 11. Program Studi Ergonomi – Fisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar. 1998. 126 – 133 Manuaba, A. 1998. Dengan Desain yang Aman Mencegah Kecelakaan dan Cedera. Bunga Rampai Ergonomi vol.1. Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Manuaba, A. 1999. Ergonomi meningkatkan kinerja tenaga kerja dan perusahaan. Makalah disajikan dalam simposium dan pameran ergonomi Indonesia 2000 di Bandung, 18 – 19 Nopember 1999.

28

Prasetyowibowo, B. 1999. Desain Produk Industri Bandung. Yayasan Delapan Sepuluh. Indonesia.

Bandung :

Rainbird, G. and O’Neill, D.H. 1995. work – Related Diseaes in Tropical Agriculture : A Review of Occupational Disorders Affecting Agricultural Workers in Tropical Developing Countries. Silsoe Research Institute. Skepper, Straker, And Pollock. 1998. Is Ergonomics Information Used in the Engineering Design Process. Journal Article for Applied Ergonomics. Vol 25. no 4. ESA Engineer Desain. Available from www.elsevier.nl/inca/publications/store/ 3/0/3/8/9/30389.pub.istaut.shtml. Acessed June 3, 2006. Soedirman. 1996. Uji Coba Intervensi Gizi Kerja Dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Fisik dan Produktvitas Tenaga Kerja. Departemen Tenaga Kerja. Jakarta. Suardana, E. 2001. Penggunaan Tangkai Tambahan Pada Sekop Menurunkan Beban Kerja Serta Keluhan Subjektif Penyekop Pasir. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Tarwaka. 1991. Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta : XXIV (2) : 55 – 57. Taufiq Rochim. 1993. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Lab Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin ITB. Bandung Wijaya IR. 2000. Analisis Statistik dengan Program SPSS 10.0. Alfabeta. Bandung

29

LAMPIRAN 1 PERSONALIA PENELITIAN 1. Ketua Peneliti a. b. c. d. e. f. g. h.

Nama Golongan Pangkat dan NIP Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas Perguruan Tinggi Bidang Keahlian Waktu untuk Penelitian ini

: M. Yusuf, S.Si, M.Erg : IIIb, Penata Muda Tk I, 132232496 : Asisten Ahli :: Politeknik Negeri Bali : Politeknik Negeri Bali : Ergonomi-Fisiologi Kerja : 8 jam/minggu

2.

Anggota 1 Peneliti a. Nama b. Golongan Pangkat dan NIP c. Jabatan Fungsional d. Jabatan Struktural e. Fakultas f. Perguruan Tinggi g. Bidang Keahlian h. Waktu untuk Penelitian ini

3.

Anggota 2 Peneliti : a. Nama : Ir. I Nyoman Gede Baliarta b. Pangkat/Gol./NIP : Penata/IIIc/132003368 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Jabatan Struktural :e. Fakultas : Politeknik Negeri Bali f. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Bali g. Bidang Keahlian : Teknik Mesin h. Waktu untuk Penelitian ini : 8 jam/minggu

3.

Tenaga Teknisi a. Nama b. Keahlian Pekerja Lapangan Tenaga Administrasi

4. 5.

: : Ir. I Ketut Gde Juli Suarbawa, M.Erg : IIId, Penata, 132055426 : Lektor :: Politeknik Negeri Bali : Politeknik Negeri Bali : Ergonomi-Fisiologi Kerja : 8 jam/minggu

: ::::-

30

LAMPIRAN 2 BIAYA PENELITIAN Rincian besarnya biaya yang dikeluarkan untuk penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan (kuesioner, alat tulis)

= Rp 500.000

2. Penyewaan alat-alat ukur (stop watch, soundlevel meter, anemometer, sling thermometer, physicrometer, timbangan badan dengan ketelitian 0,1 Kg) selama penelitian

= Rp 1.000.000

3. Biaya perancangan 2 alat pengasah + meja kursi

= Rp 2.400.000

4. Biaya transportasi peneliti

= Rp

600.000

5. Insentif untuk orang coba(sampel) selama penelitian = Rp 2.700.000 6. Biaya penulisan laporan

= Rp

500.000

7. Pemuatan di jurnal ilmiah

= Rp

300.000

Jumlah Terbilang :

31

= Rp 8.000.000 (Delapan juta rupiah)

LAMPIRAN 3 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI Ketua Proyek Penelitian 1. Nama 2. Pangkat/Gol./NIP 3. Jabatan 4. Tempat/Tgl. Lahir 5. Jenis Kelamin 6. Pendidikan Terakhir a. S1 b. S2

: M. Yusuf, S.Si., M.Erg. : Penata muda Tk.I/IIIb/132 232 496 : Asisten Ahli : Probolinggo, 20 Nopember 1975 : Laki-Laki : : Fisika-FMIPA Universitas Udayana, Th. 1998 : Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Th. 2004

7. Pengalaman Penelitian : a. Sistem Pengindera Data Cuaca Dengan Memanfaatkan Perangkat Cassy-E, tahun 1998 b. The Utilization Of Music To Increase The Work Motivation And Productivity Of The Art Carpenter In Sukowati Gianyar. Dimuat dalam prosiding seminar International Ergonomi di Kucing Malaysia Tahun 2003. c. Tekanan Suhu Panas Dan Alat Kerja Yang Menimbulkan Getaran Serta Bunyi Bising Meningkatkan Beban Kerja Pada Pekerja Pembajak Sawah Di Kabupaten Tabanan Bali. Disampaikan pada acara Kongres dan Seminar Nasional Ergonomi di gedung pertemuan FTP UGM jogjakarta tanggal 13 September 2003. d. Penggunaan Gerinda Modifikasi Dapat Menurunkan Beban Kerja Dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Perajin Permata Bagian Proses Penghalusan Di Desa Subagan Karang Asem. Disajikan Pada Acara Seminar Nasional Aplikasi Ergonomi Dalam Industri di Gedung Fakultas Teknologi Mineral Upn Jogjakarta Tanggal 27 Maret 2004. e. Penerapan Istirahat Pendek Dan Pemberian Snack Mengurangi Beban Kerja Dan Gangguan Otot Skeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Goreng Kerupuk Di Bukit Sanggulan Kediri Kabupaten Tabanan. Disajikan pada acara Seminar Nasional Ergonomi di Gedung Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada Jogjakarta Tanggal 9 Oktober 2004. Anggota 1 : 1. Nama : Ir. I Nyoman Gede Baliarta 2. Pangkat/Gol./NIP : Penata/IIIc/132003368 3. Tempat/Tgl Lahir : Pujungan,Tabanan, 30 September 1965 4. Jenis Kelamin : Laki-Laki 5. Jabatan : Lektor 6. Pendidikan Terakhir : S1 Teknik Mesin 7. Pengalaman Penelitian a. Perbedaan Kekerasan Baut M 6 Sampai Dengan M 16 Antara Baut Warna Putih Dengan Warna Kuning. Penelitian Dana Mandiri Tahun 1999

32

b. Pengaruh Pembukaan Katup Gas Terhadap Pemakaian Bahan Bakar Pada Mobil Yang Menggunakan AC dan Tanpa AC. Disampaikan pada acara seminar Penelitian Dana Rutin Politeknik Negeri Bali Tahun 1999. c. Pengujian Karakteristik Water Hammer Pada Sistim Suply Air Dengan Atau Tanpa Tangki Hidro-Pneumatik. Disampaikan pada acara seminar Penelitian Dana Rutin Politeknik Negeri Bali Tahun 2001. d. Rancang Bangun Perangkat Praktek AC Mobil Dengan Penggerak Motor Listrik. Disampaikan pada acara seminar Penelitian Dana Rutin Politeknik Negeri Bali Tahun 2003. Anggota 2 : 1. Nama 2. Pangkat/Gol./NIP 3. Jabatan 4. Jenis Kelamin 5. Tempat/Tanggal lahir 6. Pendidikan Terakhir a. S1 b. S2

: Ir I Ketut Gde Juli Suarbawa, M.Erg. : Penata/IIId/132055426 : Lektor : Laki-Laki : Belega/ 11 Juli 1966 : : Teknik Mesin Universitas Udayana, Th. 1992 : Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Th. 2003 7. Pengalaman Penelitian/Kegiatan Ilmiah: a. Pengaruh Paparan Suhu Dingin Terhadap Kelelahan Pekerja di Bagian Could Storage PT. (Persero) PSB Cabang Bali. Disajikan dalam acara Kongres dan Seminar Nasional III BKSTI di Hotel Sahid Raya Surakarta, 30 – 31 Juli 2002. b. Paparan Suhu Panas Pada Proses Nguwad dan Waktu Asupan Kalori Yang Tidak Tepat Dapat Meningkatkan Kelelahan dan Keluhan Otot Skeletal Perajin Gong "Sri Sedana" di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Disajikan dalam Seminar Ilmiah XIII Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia di Denpasar Bali, Tanggal 15 –17 Oktober 2002 c. Asupan Kalori Yang Kurang Dapat Meningkatkan Beban Kerja dan Keluhan Subyektif Perajin Gamelan Di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Disajikan dalam Seminar Nasional dan Workshop Ergonomi 2003 “ Ergonomi Dalam Desain Produk Dan Sistem Kerja. Jakarta 7-10 April 2003. d. Perbaikan Sikap Kerja Bongkar Muat Dapat Menurunkan Beban Kerja dan Keluhan Otot Skeletal Pekerja pada proses Pembakaran Keramik di UD Cik-Cak Keramik denpasar. Disajikan dalam Seminar Nasional Ergonomi dan Olahraga , Semarang 12 April 2003.

33

LAMPIRAN 4 Surat Persetujuan SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama

: ..............................................................................................

Umur

: ..................... Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan

: ..............................................................................................

Dengan ini menyatakan sepenuhnya menyadari manfaat dan resiko penelitian yang berjudul “ Perancangan Alat Pengasah Batu Permata Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Perajin Batu Permata di Kelurahan Subagan Karangasem Bali”, oleh karena itu dengan sukarela saya menyetujui untuk diikut sertakan sebagai subjek penelitian dengan catatan apabila suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari persetujuan ini. Mengetahui

Karangasem, ..........................

Peneliti,

Hormat Saya,

M. Yusuf

________________________

34

LAMPIRAN 5 Foto alat pengasah batu permata

35

Related Documents

Contoh Laporan Ta
May 2020 10
Laporan Ta
November 2019 19
Kids Contoh Ta
April 2020 3
Contoh Laporan
May 2020 57
Contoh Laporan
May 2020 51
Contoh Laporan
June 2020 58