Cont.docx

  • Uploaded by: Tubagus Nurhidayatulloh
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cont.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,001
  • Pages: 8
Banjir air merupakan keadaan dimana kelebihan debit air pada suatu daerah. Genangan air tidak bisa di deskripskan sebagai bajir apabila mengalami surut dalam tempo beberapa jam, namun jika genangan air bertahan lebih dari 1x24 jam baru bisa dimasukan dalam fase banjir. Jika air yang menggenang pasca hujan deras berada pada ketinggian tak lebih dari 40 centimeter maka di sebut sebagai fase genangan air saja. Jika genangan air lebih dari 40 centimeter dan harus membuat masyarakat mengungsi dalam skala besar maka hal tersebut di kategorikan seagai banjir. Kelebihan air tersebut diatasi dengan sistem drainase. Di atas permukaan tanah diatasi dengan cara drainase permukaan tanah (surface drainage), sedangkan di bawah permukaan tanah diatasi dengan drainase bawah permukaan (sub surface drainage). Drainase atau drainage berasal dari kata kerja to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air, jadi drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan maupun air tanah di suatu daerah, baik secara gavitasi maupun dengan bantuan peralatan pompa. Drainase perkotaan merupakan sistem pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi : pemukiman, kawasan industri, sekolahan, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota. Jadi drainase pemukiman adalah prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air perumahan ke badan air atau bangunan peresapan buatan. Drainase dibuat oleh karena adanya kelebihan air diatas maupun dibawah permukaan tanah. Kelebihan air tersebut dapat berasal dari air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Semakin tinggi curah hujan dan ditambah lagi dengan bertambahnya hunian disuatu daerah maka semakin besar kemungkinan terjadinya genangan atau banjir.

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai system guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Sistem Drainase Perkotaan merupakan salah satu komponen prasarana perkotaan yang sangat erat kaitannya dengan penataan ruang. Bencana banjir yang sering melanda sebagian besar wilayah dan kota di Indonesia disebabkan oleh kesemrawutan penataan ruang (Suripin, 2004). Keterpaduan pada komponen pengelolaan SDA Terpadu di wilayah perkotaan mencakup antara lain yaitu kuantitas air dengan kualitas air, air hujan dengan air permukaan dan air bawah tanah, penggunaan lahan (land use) dengan pendayagunaan air (water use). Dalam implementasinya seiring dengan perkembangan pembangunan di wilayah perkotaan, pada umumnya cenderung akan mengurangi tingkat keterpaduan tersebut dimana kuantitas air sangat fluktuatif antara musim kemarau dan musim hujan, kualitas air semakin menurun, air hujan yang sebagian besar berubah menjadi air permukaan/limpasan dan sedikit sekali yang terinfiltrasi ke dalam tanah, perubahan tataguna lahan yang tidak terkontrol yang kesemuanya akan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan di daerah perkotaan. Pengembang hampir tidak pernah melakukan kajian terhadap lahan resapan yang digantikan oleh lahan pemukiman, sehingga menyebabkan besarnya kapasitas saluran yang ada dalam mengakomodasi limpasan pada kawasan 2 pemukiman terlalu kecil, dengan kata lain saluran drainase yang didesain pada kawasan pemukiman tidak efektif. Demikian halnya dengan kondisi yang terjadi di Kecamatan Lowokwaru dalam beberapa tahun terakhir yang mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dinamika masyarakatnya. Penyebab banjir di Kecamatan Lowokwaru terutama pada kawasan jalan Soekarno-Hatta adalah berubahnya tutupan lahan dari daerah persawahan menjadi daerah permukiman,sarana dan

prasarana lain seperti jalan raya. Sehingga debit aliran permukaan (surface run off) terjadi akibat penyerapan (infiltrasi) yang semakin kecil. Aliran permukaan yang mempunyai debit yang tidak bisa ditampung oleh saluran drainase alam maupun buatan maka akan terjadi luapan dari saluran dan terjadi banjir. Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti dapat menimbulkan masalah banjir. Adapun kondisi-kondisi yang menimbulkan permasalahan Banjir atau genagan air merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi di mana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung oleh jaringan pematusan suatu wilayah. Kondisi tersebut berdampak pada timbulnya genangan di wilayah tersebut yang dapat merugikan masyarakat (Harjadi, dkk, 2007). Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia yang memliki 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan, insonesia merupakan Negara yang memiliki intensitas curah hujan yang tinggi sehingga sangat rentan dengan masalah banjir. Peningkatan intensitas curah hujan secara dinamis dan signifikan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh peningkatan dampak dari pemanasan global berupa kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh aktivitas yang terjadi di permukaan (Rukaesih dalam Kodoatie dan Sjarief, 2010). Indonesia sebagai negara kepulauan yang wilayahnya berada pada daerah tropis dan berada pada koridor ekuator memiliki potensi terjadinya bencana lebih besar dibandingkan pada Negara lainnya. Pada daerah ekuator, sebagai poros sinar matahari, memiliki efek dari global warming yang besar khususnya pada potensi banjir dan kebakaran. Hal tersebut diperparah dengan kondisi geografis. pada umumnya di Indonesia yang rentan khususnya akan bencana banjir (Kodoatie dan Sjarief, 2010). Salah satu kota di Indonesia yang memiliki frekuensi tinggi terjadinya banjir adalah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Bappeda Kota

Makassar, 2005). Kota Makassar berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar Tahun 2006-2015 termasuk dalam kategori kawasan rawan banjir. Hal tersebut disebabkan kota Makassar memiliki kondisi topografi berupa dataran rendah yang dekat dengan pantai dan tempat bermuaranya 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo. Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduk yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industry yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasaranan dan sarana yang baik yang menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Kerugian yang di timbulkan oleh genangan dan luapan air permukaan tidak hanya berakibat apda akspek kenyamanan lingkungan (terutama pascabanjir) atau terganggunya aktifitas kehidupan penduduk dan perkotaan secara umum, tetapi juga berpotensi menimbulkan penyakit bagi masyarakat. Masalah genangan dan luapan yang terjadi di sebelah utara dari jalan hayamwuruk kota Jambi Kelurahan Jelutung dan sekitarnya lebih didominasi oleh faktor penyebab yang alamiah, meskipun demikian kontribusi aktifitas masyarakat juga ikut mempengaruhi seperti adanya kegiatan pemukiman, pembuangan sampah yang bermuara didalam saluran drainase dan lain-lain. Selain itu, genangan dan luapan juga bisa disebabkan belum terciptanya sistem drainase yang tertata dengan baik atau desain drainase yang ada dan yang tidak lagi sesuai dengan kondisi dan potensi luapan dan genangan yang terjadi (volume air genangan dan luapan sudah lebih besar dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase). Permasalahan Drainase Perkotaan yaitu banjir.

Banjir merupakan kata yang sangat popular di kota-kota besar, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa banjir hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai sekarang belum terselesaikan bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, kedalamannya maupun durasinya. Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan terinci. melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.

Kenyataannya drainase adalah aspek penting dalam pembangunan yang berkelanjutan dan kelihatannya sederhana namun bila drainase tidak didesain dan direncanakan dengan baik maka banyak hal berdampak ketika kinerja drainase tidak maksimal seperti halnya banjir yang akan merambat ke berbagai aspek-aspek seperti ekonomi, kesehatan, transportasi, pendidikan dan lainnya. Sehingga drainase seharusnya tidak lagi menjadi bangunan sekunder dalam perkembangan sebuah tata wilayah namun lebih dari itu harus didesain dan direncanakan dengan baik dan matang agar apapun yang dihasilkan maksimal. Sistem penanggulangan banjir pun tidak serta-merta hanya drainase namun banyak bangunan-bangunan pelengkap yang dapat membantu kinerja drainase untuk mengatasi limpasan air yang mengalir permukaan akibat rusaknya peresapan di tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.12 Tahun 2014 pasal 1 menyebutkan berbagai saranaprasarana pelengkap drainase dan salah satunya sumur resapan. Hal ini menegaskan bahwa dalam penanggulangan banjir dan perencanaan sebuah tata wilayah dibutuhkan sebuah sistem jaringan drainase dan sistem penanggulangan banjir yang terintegrasi dengan baik antar satu dan lainnya.

Drainase yaitu salah satu sarana basic yg di desain juga sebagai system bagi memenuhi kepentingan penduduk dan merupakan kompenen utama dalam persiapan kota(perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase serta sanggup diartikan sbg business terhadap mengontrol mutu air daerah dalam kaitannya dgn salinitas, di mana drainase yakni salah satu kiat eliminasi keunggulan air yg tak di inginkan guna sebuah wilayah, kembali cara-cara penaggulangan honorarium yg ditimbulkan oleh keistimewaan air tersebut. dari sudut pandang yg lain, drainase merupakan salah satu elemen permulaan perasana umum yg dibutuhkan penduduk kota dalam rangka menuju kehidupan kota yg aman, nyaman, steril, dan sehat. Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Untuk memperoleh pemahaman berkaitan drainase dengan cara umum, maka kita butuh ingat latar buntut diperlukannya satu buah drainase, maksud dan fungsi bermula pengerjaan drainase tercantum, kategori drainase yg umum difungsikan, histori seri, prinsip-prinsip system drainase dan kebijakankebijakan yg diambil orang nomor 1 bersambung bersama pencapaian area yg baik, asri dan nyaman terhadap masyarakat. peredaran keberadaan air di sebuah tempat di mana wong bermukim, guna periode tertentu bakal merebut kondisi berlebih, maka mampu membayang-bayangi kehidupan manusia. Terkecuali itu makin kompleksnya gerakan wong mampu membuahkan limbah nyata air buangan yg sanggup mengaduhkan kelanjutan hidupnya, dan dgn adanya kemauan kepada meninggikan kenyamanan dan kesejahteraan pandangan hidup maka wong sejak mulai mengupayakan pada menghadirkan lingkungannya dgn kiat menaungi negara pemukimannya awal air berlebih dan air buangan. Didalam daerah yang belum berkembang/pedesaan, drainase terjadi secara alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak secara statis melainkan terus berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar. Seiring dengan berkembangnya kawasan perkotaan yang ditandai dengan banyak didirikannya bangunan-bangunan yang dapat menunjang kehidupan dan kenyamanan masyarakat kota, maka sejalan dengan itu diperlukan pula suatu sistem pengeringan dan pengaliran air yang baik untuk menjaga kenyamanan masyarakat kota. Sehingga drainase perkotaan harus saling padu dengan sampah, sanitasi dan pengendalian banjir perkotaan. Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. Bersama adanya satu buah system drainase di perkotaan maka bakal diperoleh tidak sedikit keefektifan guna zona perkotaan yg berpaut, adalah dapat makin meningkatnya kesegaran,

kenyamanan dan keasrian negara pemukiman khususnya dan tanah perkotaan terhadap kebanyakan, dan dgn tak adanya genangan air, banjir dan eliminasi limbah yg tak rutin, maka mutu pandangan hidup warga di tanah berikat bakal jadi lebih baik maka bisa menggalakkan kesejahteraan dan ketentraman seluruhnya penduduk.

Fungsi Drainase Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.

Macam-macam Drainase Drainase Alamiah ( Natural Drainase ) Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. Drainase Buatan ( Arficial Drainage ) Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage) saluran drainase yg kaya di atas kualitas negara yg berfungsi mengalirkan air limpasan tekstur. Analisa alirannya ialah analisa open chanel flow Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage ) Saluran drainase yg bertujuan mengalirkan air limpasan tekstur lewat fasilitas di bawah tekstur negeri (pipa-pipa), karena alasan-alasan tertentu. argumen itu sela lain kontrak artistik, pakta kemujaraban tekstur daerah yg tak memperbolehkan adanya batang air di kualitas negara seperti arena lapang sepak bola, arena lapang lepas landas, kebun dan lain-lain

More Documents from "Tubagus Nurhidayatulloh"

Doc1.xlsx
November 2019 14
Cont.docx
November 2019 15
4. Arus Kas
August 2019 14