Cinta Yang Amat Subjektif: Thaghut
Bagi orang-orang yang mencintai Syari’at Islam, kaum manusia yang menolak mempraktekkannya di negara mereka sendiri, amatlah membingungkan. Apakah mereka benar-benar mencintai Allahu ‘Azza wa Jalla? Ini negeri kami, miliknya kaum yang telah bersusah payah memerdekakan nusantaranya dari penjajah Kafir. Justru dulu kami sangat kaya, yang kurang hanya persatuan, dan kami mendapati agama Islam menyatukan kami tanpa pandang bulu. Sekarang, kehidupan kaum Muslim diserahkan semata-mata untuk kelangsungan hukum Thaghut. Pemahaman kami yang literal tidaklah sempit, justru luas seluas ilmunya Ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhu, dan itu ialah suatu kemestian. Bila kalian kaum pengikut Thaghut, meyakini bahwa Al Qur’an menganut paham Arab, bukan untuk membebaskan kaum Arab dari itu, maka tolong buat suatu karya yang membuktikan apa saja budaya orang-orang Arab yang ada di Al Qur’an itu? Intinya, cinta kalian sangat subjektif sekali. Memuja diri sendiri, mengagumi diri sendiri. Islam memang berlaku untuk semua manusia, tanpa pandang kulit dan bulu. Kejayaan Islam telah terbukti, jadi bukan pandangan anakanak kemarin sore yang baru lahir tahun 1900-an. Sedangkan kalian kaum pengikut Thaghut dalam hukum bernegara, bukan dalam agama, boleh saya tahu apa prestasi kalian? Apa sih?
Pemerkosa banyak karena kalian enggan merajam mereka. Pengkorupsi banyak karena kalian enggan memotong tangan mereka. Yang saya tahu, pandangan bahwa agama dan Allah tidak ada hubungannya dengan Negara,itu pandangan kaum Kafir Yahudi dan Kafir Kristen. Muslim bukanlah dari kaum yang dicocok hidungnya untuk mengikuti kata orang-orang yang tidak mengetahui apapun soal peraturan dalam bernegara ataupun dari orang-orang yang justru memang dari golongan bandit yang diberi kekuasaan. Muslim ialah kaum yang mengerti akar dari suatu permasalahan-permasalahan dan berusaha menanggulanginya. Mereka sejatinya berasal dari kaum yang religius dan setia kepada Allah mereka, bukanlah dari kaum Abangan, pelanggar peraturan ataupun asal-asalan. Jadi hendaklah anda-anda mengerti benar-benar apa itu Islam, bagaimana mempraktekkannya, dari siapa menerimanya, dan kepada siapa menyerahkannya. Agama bukanlah mengikuti Titit, tapi mengikuti firman Allahu Tabaraka Ta’ala. Tidak ada yang namanya “keturunan yang harus dikultus individukan." Saya ingin agar kaum manusia yang masih Religius kemuslimannya untuk bersama-sama menjaga warisan dari para Nabi dan Rasul. Bagi Allahu Ta’ala, kaum Abangan tentulah hamper-hampir tidak ada harganya sama sekali.
Assalamu manit taba’al huda (semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari aib bagi manusia yang mengikuti petunjuk). Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (semoga kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan dari aib bagi manusia, dan kasih sayang dari Allah dan keberkahan dari Allah agar dilimpahkan kepada kalian).