Cinta Lama Atau Cinta Cerpen

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cinta Lama Atau Cinta Cerpen as PDF for free.

More details

  • Words: 1,562
  • Pages: 4
CINTA LAMA atau CINTA BARU Bulan desember dimana musin penghujan saat itu curah hujannya sedang tinggi-tingginya. Aku keluar dari kelas bergegas untuk pulang dengan tas dan jaket yang selalu ku bawa saat musim musim penghujan tiba, kulihat teman-teman ku sudah hilang dari pandanganku, ku lihat langit masih terlihat mendung. “wah kayaknya bakal hujan lagi nich!” ucapku dalam hati. Seperti biasa aku tidak langsung pulang, aku selalu menyempatkan diri untuk berinternet ria alias ‘ngenet’ di sekolah. Sekolahku memang cukup gaul meskipun sekolahku sekolah kejuruan negeri, tapi memiliki fasilitas yang cukup dan kalau siang hari komputer-komputer yang ada selalu gak kepakai jadi untuk memanfaatkannya sekolah membuka warnet untuk para siswanya. Saat itu aku sudah bosan ‘ngenet’ aku berencana untuk langsung pulang kerumah, jam di ‘HP’ ku sudah menunjukan jam lima sore, langit yang tadi pagi terlihat mendung ternyata belum juga hilang, malah sekarang sudah mulai turun rintik-rintik air hujan. Aku bergegas keparkiran dan dengan cepat kunyalakan sepeda motorku yang selalu menemaniku pergi ke sekolah. Hujan mulai menderas terpaksa ku simpangkan motorku mencari tempat untuk berteduh. Beberapa lama kemudian hujan mulai mereda dan “kringgg…kkrriiinngggg…!” suara ‘HP’ ku berbunyi, ku ambil dan dilihat ternyata ada satu ‘sms’ masuk.

Say, kamu lagi dimana? Aku masih di sekolah nih, mau pulang eh malah ujan. Kamu kesini dong jemput aku!

Ternyata ‘sms’ itu dari Juni, teman aku di sekolah. Sebenarnya dulu kami pernah pacaran, tapi karena sudah merasa bosan kami pun putus. Dia memang masih memanggilku ‘sayang’, tapi aku tidak pernah menganggap itu sebagai hal yang khusus karena kami juga masih berteman akrab sampai saat ini. Setelah aku balas ‘sms’ darinya langsung ku nyalakan motorku dan meluncur balik lagi ke sekolah. Untung aku belum terlalu jauh dari sekolah. Setelah sampai di sekolah, aku lihat seorang cewek melambai-lambaikan tangannya, seketika aku pun tau kalau dia Juni. “abis ngapain aja bu, biasanya abis bubar sekolah kamu langsung pulang!” kataku sambil menyentuh kepalanya. “abis nungguin kamu!”. Aku sedikit kaget juga ketika dia bilang begitu dan langsung kubalas dengan senyum tipis. Jaket yang sedari tadi ku pakai kini ku lepas dan kupakaikan pada Juni, “biar kamu gak kedinginan, tar kalo kedinginan terus sakit repot juga kan!” dia pun tersenyum manis. Hujan masih terus mengguyur kota kecil di jawa barat itu. Aku pun yang hendak mengantar Juni pulang sekarang malah ikut berteduh di depan kantin sekolah. Sekolahku saat itu sudah sepi dari hiruk-pikuk, aku perkirakan saat itu sudah setengah enam sore. Aku dan Juni yang sedari tadi berdiri menunggu hujan kini mulai duduk karena agak kesal juga menunggu hujan reda.

Aku yang sedari tadi ngobrol dengan Juni mulai kehabisan topik dan ku kuras otakku ini untuk mencari topik baru. Kini pembicaraan kami menjuru ke masa dimana kita pernah pacaran dulu. “eh, dulu kita putus gara-gara apa ya?” tanyaku basa-basi. “gara-gara apa ya? Aku juga bingung!” jawab Juni sambil mengkerutkan keningnya. “kalo kamu? Sebenernya masih suka gak sih sama Juni?” tanyanya sambil menatap dalam ke mataku. “kalo boleh jujur, sebenernya aku masih punya rasa sayang, entah kenapa aku gak bisa menghilangkankannya!” jawabku sambil balas menatapnya. “Juni juga sebenernya masih suka, apa lagi akhir-akhir ini Juni merasa Folling in Love lagi!”. Mata Juni turun kearah bibirku sambil mendekatkan wajahnya kepadaku, selanjutnya Juni memejamkan mata dan kami pun berciuman. Hujan mulai mereda, aku pun mengantar Juni pulang hingga kedepan rumahnya. “masuk dulu yuk!” ajak Juni, “ah dah sore banget nih, aku juga dah bau kaya gini belum mandi. Ga enak kan namu sore-sore!” jawabku, “ ya udah kalo gak mau mah ga apa-apa. Udah bau juga emang!”kata Juni sambil sambil tersenyum, aku pun membalas dengan senyum. “sampai ketemu besok ya, dah!” kataku sambil sedikit menarik tuas gas motorku, “daah!” balas Juni sambil melambaikan tangannya. Siang pun berganti malam, angin diluar masih dingin karena bekas hujan tadi sore. Aku yang baru pulang dari rumah sahabatku sehabis mengerjakan ‘PR’ berjalan sendiri di gang sempit yang gelap dan agak becek, tiba-tiba tanganku di tarik, aku rasakan tangan yang menarik tanganku sangat halus dan dengan cepat aku pun dapat menerka kalau pemilik tangan yang halus ini adalah seorang cewek. Saat aku lirik kearah wajahnya ternyata wajah itu sudah tak asing lagi buatku, dia ternyata Dwi temanku di sekolah dan juga temannya Juni. Dwi dan Juni adalah sahabat karena mereka di sekolah satu kelas. “Hey, dah ngerjain ‘PR’ ya? Dwi boleh liat ga?” tanya Dwi sambil mengambil buku di tanganku. Entah disengaja atau tidak Dwi memegang tanganku saat mengambil buku. “loh kok Dwi malem-malem keluyuran, gak takut apa?” kataku. Kostan Dwi memang tak jauh dari rumah ku, Dwi pun belum lama pindah ke kost-annya itu. “tadi Dwi kerumah, eh kamunya gak ada katanya kerumah si Haerul buat ngerjain tugas, jadi Dwi nunggu di sana!” kata Dwi sambil menunjuk warung yang sudah tutup. “ngobrolnya dirumah aku aja yuk!” ajak aku sambil menarik tangannya yang sedang memegang buku. Sesampainya dirumah, aku langsung mempersilahkan Dwi duduk dan menyajikan minuman bajigur hangat yang sengaja aku beli tadi sewaktu aku jalan bersama Dwi. “Dwi tadi kesini mau ngapain?” tanyaku basa-basi, “tadinya Dwi mau ngajak ngerjain tugas bareng!” jawab Dwi sambil mengambil gelas berisi bajigur hangat. “loh kok sepi ya? Pada kemana?” tanya Dwi, “iya, mungkin udah pada tidur!” jawabku singkat. Setelah beberapa lama kami terdiam, Dwi mulai bicara dengan nada yang serius, “emm...Dwi mau lakuin sesuatu tapi kalo gak suka lupain aja ya!”, “emang mau lakuin apaan sih?” jawabku sedikit heran. Tiba-tiba Dwi mendekatkan wajahnya dan menyosor bibirku, aku tak dapat berbuat sesuatu sama sekali saat itu. Bibirnya yang merah lembut itu cukup lama menempel di bibirku.

“Dwi suka sama kamu, Dwi pengen kamu jadi pacar Dwi!” kata Dwi sedikit memelas. “kenapa mesti aku?” kataku bertanya. “Dwi juga ga tau, perasaan Dwi udah gak bisa ditahan-tahan lagi!” kata Dwi sambil memegang tanganku. Perasaan yang kurasa waktu itu antara bingung dan senang campur aduk, aku akui aku memang selalu dekat sama semua cewek di sekolah dan aku akui aku juga suka sama Dwi. “Dwi, boleh gak aku minta waktu untuk menjawabnya?” tanyaku, “ya boleh deh asal jangan lama-lama ya!” jawab Dwi. Tak beberapa lama Dwi pamit untuk pulang sambil membawa buku ‘PR’ ku, aku pun mengantarnya kedepan. Aku berjalan kembali kerumah, saat aku hendak menutup pintu gerbang terdengar olehku suara perempuan memanggil namaku, ku kira itu Dwi tapi setelah kulihat ternyata aku salah. “Juni?, ada apa Nie, malam-malam begini ke sini!” tanyaku, ku dengar nafasnya masih terengah-engah, “ada sesuatu yang Juni pengen sampein!” jawab Juni sambil terengah-engah. “sini!” kata Juni sambil menarik tanganku. Memang saat itu didepan rumahku sedang ramai karena di depan rumahku terdapat sebuah toko yang selalu buka hingga tengah malam. Juni menarikku ke gang sempit yang agak gelap disamping rumahku, dia mulai bercerita tentang tujuannya menemui aku malam-malam begini. “Setelah kejadian sore tadi Juni jadi gak bisa lupa sama kamu!” kata Juni, “terus?” kataku memotong, “Juni pengen kita balikan lagi, Juni pengen kita pacaran lagi, karena Juni masih sayang sama kamu!”. Aku bingung tujuh keliling, dua cewek yang sama-sama aku sukai sekarang ‘nembak’ aku dua-duanya. “Ku minta waktu untuk berfikir boleh ga?” tanyaku. Juni beberapa lama terdiam “ok lah Juni kasih waktu tapi tidak boleh lebih dari satu hari yah!” jawab Juni, “aku janji!” kataku dengan mantap meyakinkan Juni. “ya udah Juni percaya. Juni pulang dulu ya soalnya tujuan Juni kesini sudah selesai!”, “ya udah, atiati ya!” kataku. Juni melangkah untuk pergi, tak beberapa lama langkah Juni terhenti dan memutar balik jalannya kembali kehadapanku. ‘chups...’ bibir Juni melayang kepipiku hingga pipiku sedikit agak basah. Dalam kamarku ku merenung, mataku sebenarnya sudah sangat ngantuk sekali tapi pikiran dua orang cewek itu masih terbayang, “Juni atau Dwi?” pikirku terusterusan. Mereka berdua memang cantik, jika aku memilih salah satu dari mereka pasti yang satunya lagi bakal merasa kecewa apa lagi mereka berdua bersahabat, jahat sekali aku bila memisahkan dua orang sahabat yang sudah sangat dekat itu, tapi aku tidak boleh egois, aku harus memilih salah satu. Tak terasa aku pun mulai tertidur dan semua pikiranku tadi melayang terbawa ke alam mimpi. Pagi hari sudah menjelang, aku seperti biasa pergi ke sekolah dan saat aku menuju kelas aku berpapasan dengan Juni dan Dwi, mereka berdua melemparkan senyum yang imut sekali kepadaku dan kubalas dengan senyum yang sama. Saat melihat mereka berdua seakrab itu kini aku mulai sadar siapa yang lebih pantas aku pilih. Aku panggil sahabatku untuk bilang sama mereka kalau aku menunggu Juni dan Dwi di kelas pada waktu istirahat nanti. Waktu istirahat pun tiba, saat itu kelas sudah kosong dan sepi, aku lihat Juni dan Dwi berjalan masuk ke kelas. Berat rasanya untuk mengambil keputusan. Kalian

sudah tau kenapa aku kumpulkan kalian disini?” tanyaku membuka pembicaraan. “ya, kita berdua sudah tau kok, kita berdua sudah sepakat kalo salah satu dari kita tidak terpilih kita akan tetep bersahabat!” kata juni sambil melirik ke Dwi dan menatapnya. Syukur deh jika kalian sudah mengerti, jadi aku tidak perlu menjelaskan lagi!” kataku sambil meghelakan nafas. “sebenernya berat buatku memilih salah satu diantara kalian, kalian berdua sama-sama cantik dan aku pun suka sama kalian berdua tapi aku tidak boleh egois. Jadi aku memilih...” kataku terpotong. Kulihat Dwi menggigit bibirnya sendiri dan Juni yang menundukan kepalanya sambil memejamkan matanya. “Aku memilih kita semua tetap menjadi sahabat!” kataku melanjutkan ucapan tadi yang terpotong. “Jadi kamu tidak memilih salah satu diantara kita?” kata Dwi. “yaah...kecuali jika kalian mau TTM-an!” Jawabku. “wah boleh tuh TTM-an aja yuk?” kata Juni. “ha...ha...ha...” kita tertawa berbarengan. Entah sejak kapan tangan kami bertiga saling perpegangan, erat dan tidak terlepaskan.

TAMAT

Related Documents

Cinta Lama Atau Cinta Cerpen
November 2019 32
Cerpen : Cinta Sejati
May 2020 27
Cinta
October 2019 57
Cinta
November 2019 52
Cinta
May 2020 37