Menanamkan cinta dengan cerita “Bismillahirrahmanirrahim” Segala puji bagi Allah yang masih memberi kita kesempatan untuk terus menerima dan merawat anugerah taufik dan hidayahNya sehingga kita dapat terus memperbaiki diri demi menjaga serta meningkatkan keimanan kita. Sholawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada ciptaanNya yang termulia, Baginda kita, Pedoman kita, yang paling berjasa kepada kita, penolong kita di dunia dan akhirat, Nabi kita tercinta Muhammad SAW yang telah memberi kita petunjuk yang sempurna untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat kelak. Atas petunjuknyalah, dan hanya dengan mengharap ridhonya jugalah makalah sederhana ini kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita dan bagi siapapun yang meyakini keutamaan mempelajari dan mengajarkan ketauladanan yang bersumber dari beliau SAW untuk kemudian mengamalkannya. Pendahuluan Di era modern ini ancaman yang paling nyata dan paling berbahaya bagi Umat Islam adalah krisis ketauladanan. Sangat minimnya pengetahuan akan berbagai kisah tauladan sosok termulia, tokoh yang paling patut ditauladani dalam seluruh aspek kehidupan, pahlawan yang paling berjasa bagi umat manusia, Nabi besar Muhammad SAW, adalah penyebabnya. Krisis ketauladanan ini terjadi di mana-mana dan pada siapa saja. Sementara media cetak dan elektronik yang makin canggih, makin mudah didapat, dan makin murah alih-alih mengangkat topik-topik ideal atau program-program yang membantu perkembangan positif mental dan moral pembaca atau pemirsanya, malah sebaliknya, justru berperan cukup besar dalam hal mengikis nilai-nilai keimanan yang sudah ada. Persaingan yang ketat dalam bisnis media ini membuat para pelakunya berlomba-lomba untuk merebut perhatian pangsanya tanpa memperhatikan hal-hal yang potensial merusak etika, budaya, bahkan keyakinan beragama. Di saat yang sama pusat-pusat pendidikan umum, negeri maupun swasta, lebih sibuk dengan program diskusi-diskusi ilmiah, seminar-seminar, dan berbagai pelatihan intensif untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka seolah tidak melihat adanya ancaman serius bagi anak-anak didik mereka. Sehingga tidak menyiapkan antisipasi berupa penyesuaian program atau kurikulum yang memadai. Sedangkan di rumah tempat yang paling ideal dalam proses pembentukan akhlak islami dan merupakan basis penting bagi anak untuk menemukan ketauladanan nampaknya kurang disadari oleh para orangtua atau paling tidak teralihkan oleh kesibukan masing-masing para anggota keluarga. Sehingga pengetahuan dan pendidikan agama pun makin jauh terabaikan baik di rumah apalagi di luar rumah. Dari uraian di atas, nampak jelas sekali telah terjadi krisis ketauladanan dengan segala sebab dan akibatnya. Dan usaha untuk memperbaiki keadaan ini sangat mendesak dan tidak boleh ditunda lagi. Kita semua harus merasa bertanggungjawab atas fenomena yang mengerikan ini. 1. Pengetahuan Islam yang bagaimanakah yang akan mereka pahami? 2. Kehidupan Islami yang bagaimanakah yang akan mereka jalani? 3. Siapakah sosok yang akan lebih mereka kenal dan cintai? 4. Siapakah tokoh yang akan mereka idolakan dan tauladani? Pembahasan Seseorang yang bercerita tentang orang lain secara berulang-ulang (dalam pengertian positif) merupakan bukti bahwa dia mencintai orang yang diceritakannya, diakuinya atau tidak. Bukti bahwa seseorang itu mencintai seseorang atau sesuatu adalah seberapa seringnya dia menyebut-nyebut nama atau menceritakan sosok, sikap, atau sifat orang yang dicintainya itu. Adalah dusta orang yang mengaku-ngaku mencintai seseorang tapi dia jarang atau tidak pernah sama sekali menyebut-nyebut nama orang
yang dicintainya tadi. Nabi besar Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam (SAW) adalah satu-satunya makhluk Allah subhanahu wa ta’ala yang wajib dicintai melebihi kecintaan seseorang terhadap siapapun bahkan terhadap dirinya sendiri. Karena hanya berkat petunjuk beliaulah manusia dapat hidup selamat di dunia dan berbahagia di akhirat kelak. Apa yang dapat mengantar pada kecintaan yang sedemikian itu? Bagaimana cara untuk menanamkannya dalam benak dan kalbu agar betul-betul dapat menjadi cinta sejati yang hakiki dan abadi? Dan bagaimana pula membuktikannya? Iman kepada Nabi Muhammad SAW adalah Rukun Iman yang ke empat. Sudahkan kita beriman kepada Nabi Muhammad SAW? Syarat iman: Mengucapkan dengan lidah, mempercayai dengan hati, dan membuktikannya dengan perbuatan. Tidak ada jalan lain kecuali mengenal sebaik-baiknya “Sang Kekasih”, makhluk termulia dan paling pengasih, Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang paling berhak dicintai. Nabi Muhammad SAW dibimbing Allah swt untuk meneladani para Nabi sebelum beliau setelah Allah mengisahkan kisah mereka pada surat al-An’aam. “Mereka itulah orangorang yang telah diberi petujuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS al-An’aam:90). Secara khusus Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya diarahkan Allah SWT untuk meneladani Nabi Ibrahim as dan pengikutnya dalam mentaati Allah. “Sesungguhnya pada mereka itu ada teladan yang baik bagi kalian.” (QS al-Mumtahanah:6). Nabi Muhammad SAW sendiri ditegaskan oleh Allah SWT sebagai tauladan bagi orangorang beriman (QS al-Ahzab:21) dan Allah memuji beliau karena memiliki akhlak yang luhur (QS al-Qalam:4). Demikianlah, riwayat hidup beliau dan petuah-petuah beliau tergambardengan amat baik oleh para ulama hadits dan para ulama sejarah dalam bentuk kumpulan hadits dan tarikh. Dengan demikian umat Islam sepanjang masa akan dapat terus mereguk kettauladanan dari pribadi Nabi Muhammad SAW yang disebutkan Aisyah ra, “Akhlak beliau adalah al-Quran.” Maka Nabi Muhammad SAW pun mengajari umatnya untuk mengambil pelajaran dari beliau, termasuk dalam mendidik anak. Beliau bersabda, “Rabb-ku telah mendidikku dengan pendidikan yang baik.” (H.R. Al-Asaakir dan Ibnu Sam’ani). Beliau juga bersabda, “Didiklah anak-anak kalian dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan tilawah al-Quran, sebab orang yang memelihara al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah bersama para NabiNya dan orang-orang yang suci, pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindunganNya.” (H.R. Ath-Thabrani dari Ali ra.) Rasulullah SAW bersabda, “Para sahabatku bagaikan bintang-bintang. Dari siapa saja di antara mereka kalian ikuti, niscaya kamu mendapat petunjuk.” (H.R. Al-Baihaqi dan Ad-Dailami) Kisah-kisah dalam al-Quran, kisah-kisah sebagaimana disampaikan lewat haditshadits Nabi Muhammad SAW dan juga kisah para sahabat Nabi adalah sarana penting bagi penemuan dan pembentukan jati diri muslim. Anak-anak dan manusia secara umum senang mendapatkan pelajaran dari kisah-kisah, apalagi ketika kisah-kisah itu disampaikan dengan bahasa yang indah dan baik. Allah Maha Mengetahui tentang jiwa manusia. Dengan kisah-kisah pada KitabNya itulah Dia hendak mendidik jiwa manusia. Para ulama salaf berkata, “Kisah adalah salah satu tentara Allah yang mampu meneguhkan hati.” Kiat-kiat para orangtua: Orang tua hendaklah banyak membaca sirah Nabi Muhammad saw dan juga profil orangorang shalih. Bacaan ini akan membentuk pribadi berakhlak terpuji, sehingga pantas menjadi salah satu panutan bagi anak. Bacaan ini juga sekaligus menjadi pengetahuan untuk diajarkan kepada anak-anak melalui pentauladanan dan bercerita
dalam berbagai kesempatan dan waktu. Mengajak dan mendorong anak untuk membaca kisah-kisah orang teladan. Orang tua berperan untuk memilihkan buku yang menarik dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan dan pemikiran anak. Untuk anak yang telah menginjak usia remaja, orang tua dapat berdiskusi dengan mereka dalam memilih buku-buku yang menjadi minat mereka. Penutup “Tak kenal maka tak cinta” Ungkapan ini bukan sekedar pemeo, melainkan suatu parameter sekaligus guidance yang dapat menjadi pedoman hidup kita. Demikian Makalah singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kekurangan yang tentunya berasal dari saya, dan terimakasih untuk segala kebenaran yang pasti berasal dari Yang Maha Kuasa. Semoga taufik dan hidayah-Nya selalu bersama kita. Amin…