ARIF SI POLOS Bagian I: INILAH ARIF Kisah ini berawal dari sebuah komplek perumahan, saat itu hari beranjak sore matahari pun sudah mengurangi panas sengatannya, disekitar jalan komplek banyak anak-anak yang bermain dengan riangnya. Di komplek tersebut terdapat rumah yang sederhana dan kelihatan asri karena tanaman-tanaman dipekarangan itu terlihat subur dan segar. Rumah yang sederhana tapi indah tersebut adalah milik Arif tokoh utama dalam cerita ini, maaf maksudnya milik orang tuanya Arif, memangnya Arif kerja apa sampai punya rumah segala he… he…he. Arif merupakan anak tunggal dari pasangan bahagia Bapak Ardi dan Ibu Rita, entah apa yang Ibu Rita inginkan saat ngidam sehingga anak semata wayangnya ini begitu lugu, tapi dibalik keluguannya perasaan anaknya ini sangat tajam dan memiliki jiwa sosial yang boleh dibilang tinggi pada masa-masa remaja seumurannya, karena pada masa saat ini jarang sekali ada pemuda atau pun anak remaja yang memilki jiwa sosial yang baik dan teruji, mereka cendrung menikmati masa remaja dengan kebebasan yang berlebihan. Arif didik untuk patuh terhadap orang tua dan yang pasti kepada Tuhan YME, punya harga diri, nggak munafik dan yang terakhir adalah sebagai laki-laki sejati setiap ucapannya adalah janji, jadi Arif disuruh untuk jujur dalam setiap perkataannya, ini merupakan wejengan pamungkas dari sang Bapak. “What’s up man? Apa kabar neh semua?” kata Anto, “Wuiih, parah lu to, makin ancur aja tuh muka setelah liburan 2 minggu ini” kata teman-temannya serentak, “Ngomong-ngomong mana si anak telaten nan lugu itu?” tanyanya, “Maksud lu Arif anak yang nyaris tanpa dosa” kata teman yang atunya lagi nyeletuk. Tak lama setelah itu Arif datang masuk kedalam kelas dengan muka yang sempurna, mengumbar senyum khasnya, membuat reaksi cewe-cewe dikelas…biasa-biasa aja. Ia pun meletakkan tasnya dan duduk dengan manis, “Oei, manusia anti dosa ada ngga nih jawaban PR liburan semester?” Ridho
bertanya, “Ada, kamu mau nyontek dan menikmatinya sendiri” jawab Arif dengan senyuman yang makin lebar bagai perahu nelayan, “Lu memang CS gue” kata Ridho sambil mengucurkan air mata seperti di komik-komik Jepang, “Jangan sampai persahabatan kita hancur berantakan bagai puzzle anak TK” tambahnya lagi kali ini matanya yang berbinar-binar menatap Arif dengan bahagia., “Aku akan jaga kepintaran ini untuk persahabatan kita” kata Arif, membuat suasana pagi itu makin dramatis. Ridho adalah sahabat Arif sejak masih kelas 1 SMU, sahabatnya ini siap pasang badan dikala Arif dalam kesusahan apalagi dalam kesenangan jangan ditanya, dialah yang paling dulu ambil bagian. Bel masuk sudah berdering dengan sangat kencang, anak-anak pun duduk dengan rapinya, pelajaran pun dimulai. “Selamat pagi anak-anak” kata guru yang masuk. Pelajaran pun berlangsung sengit (kaya perang aja). “Gile, baru masuk udah ngasih
soal-soal
penghancur
semangat”
kata
seorang
murid
nyeletuk,
“AAAGGH!” seorang murid berteriak, “Ada apa Tedy?” Tanya sang guru, “Run for your life!” katanya sambil berlari keluar kelas, semua anak menatap tapi kemudian cuek seperti tidak terjadi apa-apa, “Anak-anak, apa ada yang tau kenapa Tedy jadi aneh begitu?” Tanya sang guru lagi, “ Biasa Pak, waktu liburan kebanyakan nonton film perang, jadi saat bapak memberi dia soal yang mengejutkan dia menjadi seperti prajurit yang mendengar bunyi granat nanas, langsung kabur deh tu anak Pak” kata murid yang duduk disamping Tedy sambil cekikikan kecil. “Huss! Diam kamu, sudah lanjutkan saja belajar kalian” Hari sudah menjelang siang dan waktu istirahat yang ditunggu-tunggu pun datang, anak-anak berhamburan keluar sepertinya mereka dipanggil untuk menuju tempat keramat yaitu kantin sekolah, mengapa jadi kantin sekolah menjadi tempat yang amat keramat? Ini dikarenakan perut para siswa akan diberi sesajen yang mencukupi saat berada disana dan kemudian kembali bersemangat untuk belajar atau pun ngebandel lagi, itulah segelintir tulisan dari prasasti yang terukir di salah satu bangku kantin. “Arif my friend, bagaimana pelajaran hari ini? Maaf gue nanya tentang pelajaran soalnya cuma pertanyaan itu yang cocok dengan paras muka loe” kata Ridho sembari menyamperi Arif yang duduk sendiri di salah satu bangku kantin, “Ridho, pelajaran hari ini ngga
ada bedanya dengan yang dulu-dulu tetap stabil, bro sekali-kali kita ngomongin cewe gimana?” Arif memberi ide, “Uuuuu… apakah aku bermimpi, sahabatku yang selama ini terbelenggu hatinya karena pelajaran dan buku-buku, menanyakan hal yang begitu dewasa dan intim” sahut Ridho, “Bagaimana kalo cewe yang itu, memang agak culun tapi liat rambutnya persis kaya rambut lu kriting mie, jadi bisa menjadi rambut cadangan saat rambut lu rontok ya ngga, ya ngga? Tinggal dicabutin aja tu rambut atu-atu” tambahnya lagi, “Ah cemen lu Dho, gimana kalo itu, mukanya dan bodinya mirip Sarah Azhari” Arif berpendapat. *(bagi yang tidak tau ama Sarah Azhari silahkan cari di internet n tanyain langsung ama operator warnet dijamin akan tau). Mendengar kata-kata sakti tersebut Ridho langsung diam melongo bego, tanpa terasa es teh yang ia minum keluar dari mulutnya setetes demi setetes, menjijikan. “Oei, oei kenapa lu Dho ngiler kayak anak kecil” tanya Arif, “Eh, sorry, makan apa lu selama liburan, buah Simalakama atau rendaman kayu jati Belanda yang hampir punah atau serbuk dari kupu-kupu yang bersayapkan kuping gajah” jawab Ridho, “Ngawur lu Dho, gue kan normal, bel sudah berbunyi tuh, ayo kita masuk, eit bayar dulu baru kabur, jangan kabur dulu baru bayar itu namanya ngutang man”. Bel pulang sudah berbunyi, anak-anak kembali berhamburan keluar, melihat hal tersebut para pedagang asongan langsung membuat barikade untuk jualannya, maklum biasanya anak-anak sekolah suka jajan diluar saat pulang sekolah, “Sirup manis penawar haus dan dahaga cuma 50 rupiah” kata seorang pedagang, kebetulan hal tersebut menarik perhatian Arif dan Ridho yang lagi jalan bareng, Ridho pun nanya ama tuh penjual “Beneran nih bang cuma 50 rupiah?”, “Ah masa abang bohong sih” jawab si abang dengan genit, “Oke deh, dua bungkus bang ngga pake lama, eit tunggu apaan nih, disini ada tulisan ‘Rp.50/ml’, ah sialaan! Lu bang, dasar lubang buaya,” kata Ridho dengan jengkel, “Sabar Dho, tenang aja Bang, saya akan beli” sahut Arif, “Ah yang benar! Memang sampean manusia berhati emas” kata si Abang dengan sedikit terharu, “Iya dong bang, tapi si Abang harus insyaf n jangan nipu kaya gini lagi gimana?” Tanya Arif, “Oke deh, sebagai seorang Abang yang sudah tertangkap basah saya terima, jadikan belinya?” sahut Abang, “Iya beli es sirupnya 2 ml
sebanyak dua bungkus” jawab Arif, “Dan ini uangnya 500 rupiah sisanya ambil aja” Tambahnya lagi, si Abang langsung shock, tidak tampak lagi wajah cengengesannya seperti saat dia berhasil nipu orang dengan dagangannya, benar-benar mati rasa dirinya sekarang. “Yo cabut bro” kata Ridho, sambil jalan bareng Arif, di tangan mereka tampak dua bungkus minuman sirup segar yang terisi penuh, karena saat si Abang shock mereka ngambil sendiri tuh minuman sepuasnya. Sore hari yang cerah dengan sinaran matahari yang sudah tidak lagi menyengat, di tambah dengan hembusan angin sore yang sepoi-sepoi. “Arif, tolong, bantu ibu ngangkatin nih ember cucian” Kata mamanya Arif, “Alright Mom” sahut Arif dari kamarnya. Arif datang dengan boxer bunga-bunga seperti milik Patrick si bintang laut temannya si SpongeBob, bedanya kalo Patrick agak gembul, sedangkan Arif agak kurus dan kering. Dengan badannya yang kurus kering tersebut sangat terlihat kesan kurus yang elegan dengan urat-urat tangan yang bermunculan, karena ember cucian tersebut penuh dengan baju-baju yang masih basah karena baru diperas. “Ariiiiif…Ariiiiifff…” Suara teriakan datang dari arah pintu luar. “Bentar man” Sahut Arif. Betapa kurang bergairahnya Arif ketika melihat orang yang telah teriak-teriak tidak karuan tersebut adalah Mamat orang yang selalu minta bantuan bila dalam kesusahan. “Apa yang bisa gue bantu ?” Tanya Arif, “Lho, kok tahu” Sahut Mamat bengong. “Ya jelas, sudah berabadabad lalu elo selalu menampakkan wajah dalam kesusahan lu itu dihadapan wajah ganteng gue untuk minta pertolongan” Arif coba menjelaskan sebuah cerita rakyat yang sudah lama diwariskan dan dijadikan kurikulum wajib untuk setiap sekolah dasar (nggak nyambung banget). “Wow, indra keenam” Mamat makin bengong. “Sejujurnya gue mau minjam duit atau ngutang” kata Mamat dengan wajah yang tersipu tanpa malu. Arif nyengir, “My friend, cobalah sesuatu yang baru untuk menghasilkan uang”. “Nah itu dia, bagaimana caranya?” sahut Mamat. “Gue punya ide, coba tunjukkan wajah memelasmu itu kesebuah casting iklan sebagai orang yang lupa minum obat penambah tenaga, gimana?” Arif memberi usul. “Wah, good ide, gue bakal memasang wajah memelas special ini di sepanjang jalan komplek ini. Moga-moga aja ada producer yang tertarik,
thanks ya man.” Mamat pun pergi dengan wajah seperti itu, seorang pedagang roti keliling langsung keringatan melihat hal tersebut. “Kasihan.”