CASE STUDY SMALL MEDIUM ENTERPRISE & FRANCHISING
PERAN FRANCHISE LOKAL DALAM UKM Memiliki perusahaan besar tentu membanggakan, tetapi tidak berarti memiliki usaha kecil harus menjadi minder. Pada saat krisis moneter, banyak kelebihan yang diperoleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sementara pengusaha kelas kakap sebagian usahanya terhenti akibat terjerat hutang yang tinggi. Sektor UKM tumbuh bak jamur, saat banyaknya PHK karyawan bank yang dilkuidasi dengan mencetak lapangan kerja baru dengan menampung 99,45% dari total tenaga kerja atau 73,24 juta tenaga kerja. Oleh karena itu UKM menjadi penyangga perekonomian bangsa di masa krisis dan dapat dibayangkan masalah sosial yang bakal timbul tanpa UKM. Sektor UKM juga mampu menembus pasar dunia dan memberikan kontribusi yang besar bagi ekspor nasional. Menurut Koordinator Pelaksana Tugas Harian Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), Deperindang sejak krisis 1997 angka ekspor produk UKM terus meningkat terutama primadona produk ekspor CPO, furniture, garmen, handycraft dan makanan olahan sampai periode tahun 2005 telah tercatat Rp109,13 triliun. Sebelum krisis terjadi, siapa yang tidak kenal dengan dominasi waralaba asing mulai dari KFC, Pizza Hut Swensen hingga McDonald. Pertumbuhan franchise asing saat itu tidak tertandingi oleh waralaba lokal. Ternyata pada saat krisis berimbas pada franchise asing dengan naiknya nilai tukar US Dollar menjadikan pemegang hak franchise asing di Indonesia bergelimpangan karena franchisee tidak mampu memenuhi royalty fee dan franchise fee. Akibatnya pertumbuhan franchise asing tahun 1998-2000 minus 86%, sementara franchise lokal tumbuh 40,2%. Sejak tahun 1998 s.d. 2004 pertumbuhan franchise asing hanya 7% p.a., sedangkan franchise lokal 14,7% p.a. Salah satu penyebab perlambatan franchise asing adalah mahalnya investasi yang harus ditanggung franchisee dan masih banyaknya franchisor asing yang ingin menikmati sendiri manisnya bisnis ini, sehingga belum mau melakukan sub-franchising. Data perkembangan perusahaan franchise di Indonesia: Tahun 1992 1995 1996 1997 1999 2001 2003
Asing Lokal Sebelum Krisis 29 6 117 15 210 20 235 30 Setelah Krisis 202 32 238 42 190 49
Total 35 132 230 235 234 280 239
Sumber: Majalah Franchise & Asosiasi Franchise Indonesia (2005) Di sisi lain, salah satu trigger peningkatan franchise lokal adalah persyaratan menjadi franchisee yang jauh lebih mudah dan murah, bahkan franchise Fresh Corn Red Crispy hanya perlu modal Rp10 juta untuk memulai usaha. Itulah sebabnya franchise lokal mencatat perkembangan yang luar biasa, misalnya pada tahun 2004 Indomaret mencapai 926 gerai, alfamart 730 gerai, londre 122 gerai dan es teller 77 mencapai 160 gerai. Sampai tahun 2005 data franchise lokal menurut Assosiasi Franchise Indonesia (AFI) mencapai 232 dengan volume asset Rp1,5 triliun per tahun. Namun demikian manisnya pertumbuhan franchise lokal tidak diiringi dengan pertumbuhan yang stabil, seringkali dijumpai usaha franchise lokal yang baru dibuka hanya seumur jagung, karena masalah profesionalisme dan praktek money game semata seperti yang terjadi dalam usaha agrobisnis Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) yang menawarkan peluang investasi dengan membeli kapling dan iming-iming bagi hasil dan bunga tetap yang fantastis sampai akhirnya franchisor tidak mampu membayar tagihan bunga 6.800 investor yang jatuh tempo dan mencapai setengah triliun rupiah. PERMASALAHAN: 1. PERANAN FRANCHISE DALAM MENDUKUNG SME/UKM 2. IDENTIFIKASI UNTUNG RUGINYA MENGGUNAKAN FRANCHISE ASING 3. IDENTIFIKASI FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MERINTIS USAHA FRANCHISE LOKAL 4. ANALISA SWOT PERKEMBANGAN FRANCHISE LOKAL DALAM UMKM DI INDONESIA 5. UPAYA MENINGKATKAN FRANCHISE LOKAL YANG SOLID