Case Report Suryani Putri.docx

  • Uploaded by: oki rivaldo
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Case Report Suryani Putri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,603
  • Pages: 25
Case report

Preeklamsia + Fetal Distress

Oleh Berlian Putri Rivaliza 0610070100080

PEMBIMBING : dr.Yufi Permana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 2018

1

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam karena atas izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Case Report Session yang berjudul “Fetal distress” ini dengan sebagaimana mestinya. Makalah Case Report Session ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing dr.Yufi Permana,Sp.OG yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan makalah Case Report Session ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Solok, Juli 2018

Penulis

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2 DAFTAR ISI...................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4 A. Latar Belakang......................................................................................4 B. Tujuan....................................................................................................4 C. Manfaat..................................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Fetal Distress .................................................................................................. 6 2.2.1 Definisi ....................................................................................................... 6 2.2.2 Etiologi ....................................................................................................... 6 2.2.3 Komplikasi ................................................................................................ 9 2.2.4 Diagnosa ................................................................................................... 10 2.2.5 Klasifikasi ................................................................................................. 10 2.2.6 Penatalaksanaan ........................................................................................ 11 BAB III LAPORAN KASUS 3.1. Identitas pasien............................................................................................. 15 3.2. Anamnesis .................................................................................................... 15 3.3. Pemeriksaan Fisik ........................................................................................ 16 3.4. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 18 3.7 Diagnosa Kerja............................................................................................. 18 BAB IV ANALISA KASUS.............................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................25

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebutkan masih terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Lembaga kesehatan dunia World Health Organization (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun lebih dari 585 ribu meninggal pada saat hamil atau bersalin (Depkes RI 2005). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000), Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Di Indonesia data SDKI menyatakan AKB telah menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup (2004) menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup (2007) sementara AKI menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (2004) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007). Di samping itu, lebih dari setengah kematian bayi (56%) merupakan kematian neonatal (bayi baru lahir) yang umumnya berusia 0-6 hari. Penyebab langsung kematian bayi adalah asfiksia, Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung AKI dan AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2007). Dari data diatas dapat dilihat penyebab langsung kematian bayi yang berada pada urutan pertama adalah asfiksia. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu yakni terjadinya kehamilan lewat waktu, partus lama, preeklamsi/ eklamsi, perdarahan abnormal, demam selama persalinan. Jadi, jika ingin menekan kematian bayi dan balita, perhatian yang besar perlu pada upaya penyelamatan bayi baru lahir (Depkes RI 2007) . Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, angka ini bervariasi antara 3,5-14%1. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2009 angka kejadian gawat janin sebesar 21,6%.Indonesia menunjukkan kejadian gawat janin relatif cukup banyak (34,7%) terutama terjadi pada persalinan yang diantaranya bradikardi sebesar 11,4% dan takikardi sebesar 13,2% dari 100.000 kelahiran hidup. B. Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus C. Manfaat 1. Bagi Masyarakat 4

Untuk dapat memberikan informasi pada masyarakat terutama pada ibu-ibu bersalin tentang gawat janin. Sehingga masyarakat mengetahui secara dini faktor – faktor terjadinya gawat janin pada ibu bersalin 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan khususnya bagi Akademi DIII Kebidanan Darussalam Lhokseumawe sebagai masukan dan menambah referensi tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui dan memahami tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan, wawasan dan ide untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fetal distress 2.2.1 Definisi Fetal Distress (Gawat janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin. Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, tapi didefinisi istilah ini sangat miskin. Istilah ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang obstetric tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio secarea atau persalinan buatan lainnya. Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut sering kali tidak benarkan

. Misalnya, takikardi janin dapat

disebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari infeksi intra uterin. Keadaan

tersebut

biasanya

tidak

berhubungan

dengan

hipoksia

janin

atau

asidosis.sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin. Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan gawat janin. Disebut gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur , atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan. 2.2.2 Etiologi Penyebab dari gawat janin yaitu: a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat) : 6

1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan denganpemberian oksitosin. 2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang. 3. Solusio plasenta. 4. Plasenta previa dengan pendarahan. b.

Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama) : 1. Penyakit hipertensi 2. Diabetes mellitus 3. Postmaturitas atau imaturitas

c.

Kompresi (penekanan) tali pusat 1. Oligihidramnion 2. Prolaps tali pusat 3. Puntiran tali pusat

d.

Penurunan kemampuan janin membawa oksigen 1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal 2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan komplikasi 3. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit 4. Sekuele neorologis neonatal 5. Disfungsi multi organ neonatal 6. PH arteri tali pusat 7,0 3. Patofisiologi Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara lain : a. Perubahan pada kehamilan Postterm Terjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan postterm. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola persalinan postterm. b. Perubahan cairan amnion Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml , 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42 dan 43 minggu.

7

Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan postterm dan menyebabkan oligohidramnion. Selain perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan perbandingan Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4 : 1 atau lebih besar. Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning. Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada persalinan postterm. Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat di ukur dengan pemeriksaan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat popular. Dengan mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan 4 kuadran disebut Amniotic Fluid Index ( AFI ). Bila AFI kurang dari 5 cm indikasi oligrohidramnion. AFI 5 – 10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10 – 15 cm adalah normal. AFI 15 – 20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. AFI lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion. c.

Perubahan pada plasenta Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas antara

maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi pula perubahan struktur plasenta. Plasenta pada kehamilan postterm memperlihatkan pengurangan diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau di dahului dengan titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada kehamilan atterm terjadi infark 10 % - 25 % sedangkan pada postterm terjadi 60% - 80 %. Timbunan kalsium pada kehamilan postterm meningkat sampai 10 g / 100 g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan atterm hanya 2 – 3 g / 100 g jaringan plasenta kering. Secara histology plasenta pada kehamilan postterm meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi, thrombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus, thrombosis arterial dan

8

endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini menyebabkan malnutrisi dan asfiksia. Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan plasenta. Pada kehamilan postterm terjadi perubahan sebagai berikut : a.

Piring korion : lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal.

b.

Jaringan plasenta : berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu

kotiledon ( ada darah dengan densitas gema tinggi dari proses kalsifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik ) . c.

Lapisan basal : daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran

bayangan akustik. Keadaan plasenta ini di kategorikan tingkat 3. d.

Perubahan pada janin

Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. keadaan ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38 – 40 minggu insiden janin besar sekitar 10 % dan 43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan resiko persalinan traumatik. Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu : rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium. 2.2.3 Komplikasi a. Pada Kehamilan Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan. 1.Pada persalinan Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan : a. Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera dikeluarkan b.Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC)

9

2.2.4Diagnosa Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera. 2.2.5 Klasifikasi Jenis gawat janin yaitu : a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah 1. Gawat janin iatrogenic Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin. 2. Posisi tidur ibu Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral. 3. Infus oksitosin Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik. 4. Anestesi Epidural Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina. b. Gawat janin sebelum persalinan c.Gawat janin kronik

10

Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu. d. Gawat janin akut Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasijanin. e. Gawat janin selama persalinan Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun. 2.2.6 Penatalaksanaan a.

Penanganan umum: 1. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer. 2. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin. 3. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin. 4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai. 5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin: 

Bebaskan setiap kompresi tali pusat



Perbaiki aliran darah uteroplasenter

Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan.

b.

Penatalaksanaan Khusus 11

1.Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat. 2.Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. 3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke ruang intervilli. 4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik. 5.Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan perjalanan persalinan. 6.

Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko

aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal. a.

Prinsip Umum : 1.

Bebaskan setiap kompresi tali pusat

2.

Perbaiki aliran darah uteroplasenter

3.

Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera

merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya persalinan. b.

Penatalaksanaan Khusus: 1.

Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan

kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat. 2.

Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk

meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.

12

3.

Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke

ruang intervilli. 4.

Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam larutan laktat.

Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik. 5.

Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan

perjalanan persalinan. 6.

Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko

aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 ) c.

Pengelolaan Antepartum Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur kehamilan. Menentukan

umur kehamilan dapat dengan menghitung dari tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta. Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 40 minggu dengan pemeriksaan Non Stess Test (NST). Pemeriksaan ini untuk menditeksi terjadinya insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat untuk mendiagnosis oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin. Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain NST juga menilai volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin dan gerakan janin. Pemeriksaan lain yaituOxytocin Challenge Test (OCT) menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian asidosis, hipoksia janin dan deselerasi lambat. Penilaian inidikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu. Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan.

13

Penulis lain melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna meningkat mulai umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 41 minggu. Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan adanya mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi janin segera dilahirkan dan memerlukan amnioinfusion untuk mengencerkan mekonium. d.

Pengelolaan Intrapartum Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi bahaya pada janin.

Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus dipastikan adakah disporposi kepala panggul, profil biofisik janin baik. Induksi kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan bila serviks belum matang denganmonitoring janin secara serial. Pilihan persalinan tergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada kelainan kehamilan 41 minggu atau lebih dilakukan dua pengelolaan. Pengelolaan tersebut adalah induksi persalinan dan monitoring janin. Dilakukan pemeriksaan pola denyut jantung janin. Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan kompresi tali pusat oleh karena oligohidramnion. Fetal distress dimonitor dengan memeriksa pola denyut jantung janin. Bila ditemukan variabel deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang panjang maka seksio cesarea segera dilakukan karena janin dalam bahaya. Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka kemungkinan terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat menyebabkan disfungsi paru berat dan kematian janin. Keadaan ini dapat dikurangi tetapi tidak dapat menghilangkan dengan penghisapan yang efektif pada faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir. Jika didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin setelah lahir. Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.

14

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS

Nama

: Ny. F

Umur

: 22 tahun

No. RM

: 171885

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Nama Suami

:

Umur

: tahun

Pekerjaan

:

Alamat

:

Tanggal Masuk

: 17 Juli 2018

3.2 ANAMNESA Keluhan Utama Seorang pasien wanita umur 22 tahun datang Rujukan Dari RSUD Sijunjung dengan G1P0A0H1 Gravid post aterm denagn gawat janin. Riwayat Penyakit Sekarang : 

nyeri pinggang menjalar ke ari-ari 22:00 wib



Keluar lendir campur darah dari kemaluan sejak 23:00 wib



Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-).



Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)



Tidak haid sejak ± 9 bulan yang lalu



HPHT : 5-10-2018



Gerak anak dirasakan sejak ± 4 bulan yang lalu

TP : 12-07- 2018

15



RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)



ANC : kontrol ke bidan 5 kali pada usia kehamilan 2, 4, 6, 7, dan 8 bulan; tidak pernah kontrol ke Sp.OG



RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)



Riwayat Menstruasi : Menarche umur 13 th, siklus haid teratur 1 x 28 hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3x ganti duk/hr, nyeri (-)



HPHT : 30 Juli 2016



Gerak anak dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu.



Riwayat hamil muda : mual (-), muntah (-), perdarahan (-).



Antenatal care : ke bidan teratur setiap bulansejak usia kehamilan 2 bulan, selama

TP: 07 Mei 2017

kontrol tensi tidak pernah tinggi. 

Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)



Riwayat menstruasi : menarche umur 13 tahun, siklus haid teratur, 1x28 hari,lamanya 5-7 hari, 2-3  ganti duk/hari, nyeri haid (-).

Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada riwayat alergi, asma dan penyakit paru lainnya, penyakit darah tinggi, penyakit diabetes melitus, penyakit jantung, hati, dan ginjal lainnya Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan kejiwaan. Riwayat Perkawinan : Satu kali di tahun 2007 Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan :0 / 0 / 2 Riwayat Kontrasepsi : (-) Riwayat Imunisasi

: (-)

Riwayat Pendidikan : SMA Riwayat Pekerjaan

: IRT (Ibu Rumah Tangga)

3.3 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : sedang Kesadaran : compos mentis cooperatif Tinggi badan : 155 cm Berat badan : sebelum hamil : 60 kg 16

Berat badan sesudah hamil BMI Kesan Vital sign : Tekanan darah

: 75 kg : 23,53 (normoweight) : Normal

Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5⁰C

Status generalis

: 120/80 mmHg

:

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thorak 

: Cor 

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak



Palpasi

: ictus cordis teraba di LMCS ICS V



Perkusi

: batas jantung dalam batas normal o Kanan : ICS IV parasternal dekstra

 

o Kiri

: ICS II midclavikula sinistra

o Atas

: ICS II parasternal sinistra

Auskultasi

: bunyi jantung murni reguler, murmur (-)



Inspeksi

: simetris, kiri=kanan



Palpasi

: vokal fremitus, kiri=kanan



Perkusi

: sonor, kiri=kanan



Auskultasi

: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Pulmo

Abdomen

:

lihat status obstetrikus

Genitalia

:

lihat status obstetrikus

Ekstremitas

:

edema -/-, Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-

Status Obstetrikus Muka

: Chloasma gravidarum (+)

Mammae

: membesar, tegang, areolla & papilla hiperpigmentasi, colostrum (+)

Abdomen

:

Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan aterm Linea mediana hiperpigmentasi, sikatrik (-), striae gravidarum (+) 17

Palpasi

: L1 - Fundus uteri teraba 3 jari di bawah proc xyphideus Teraba massa besar, lunak, noduler L2 -Teraba tahanan terbesar janin di sebelah kiri Teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kanan L3 - Teraba massa bulat, keras, terfiksir L4 - Divergen TFU: 33 cm

TBJ : 3255 gr

His : (+) 3-4/40-45”/sedang

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: Bising usus (+) normal, DJJ : 140-145 x/mnt

Genitalia

:

Inspeksi

: Vulva & uretra tenang, tumor (-), varikoses (-), lividae (+), sikatriks (-)

Vaginal Toucher : Ø 5-6 cm, portio medial, tipis, lunak Tearaba kepala UUK kiri melintang Ketuban (-) sisa keruh

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium : Hb

: 12,6 gr/dl

SGOT

: 48 U/L

Hematokrit

: 38,1 %

SGPT

: 13 U/L

Leukosit

: 17.570 mm3

Ureum

: 28 mg/dl

Trombosit

: 189.000 mm3

Creatinin

: 0,82 mg/dl

LDH

: 545 U/L

HbsAg

: - (negatif)

Urinalisa : Protein

: +2

3.5 DIAGNOSIS KERJA G1P0A0H0 parturien aterm 37-38 minggu kala I fase laten + gagal induksi + Fetal distress Janin Hidup Tunggal Intrauterin presentasi kepala UUK kanan depan di hodge I Sikap :

18



Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital, his dan denyut jantung janin



IVFD RL 28 tpm



Inj. Ceftriaxon 2 gram skin test (IV)



Konsul Anastesi

Rencana 

:

SCTPP

Tanggal 17 juli 2018 jam 09:00WIB – Pasien tidur telentang dalam anestesi spinal – Dilakukan tindakan aseptik dan anti septik – Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi – dilakukan insisi pfannstiel pada subkutis, fascia, otot, peritoneum – Dilakukan insisi secara semilunar pada segmen bawah rahim 17 Juli 2018 Jam 09.00 WIB , dilakukan SCTPP 09.15 Lahir bayi Laki -laki dengan :  BB : 2790 gram  PB : 48 cm  A/S : 5/6 Jam 09.30 Plasenta lahir secara manual lengkap 1 buah, berat ± 500 gram, ukuran ± 18x17x4 cm dengan panjang tali pusat ± 50 cm, insersi parasentralis Perdarahan selama tindakan ± 200 cc Diagnosis P1A0H1post SCTPP a.i fetal distress Ibu baik Anak dalam perawatan Terapi : – Kontrol KU, VS, Kontraksi, PPV – IVFD RL 500 + drip Oxytocin : Metergin 1:1 cc 28 tpm – Cefadroxil 2x500 mg – Asam Mefenamat 3x500 mg – SF 1x 300mcg 19

– Vit C 3 x 50 mg Sikap  Awasi kala IV

Jam

Waktu

TD

Nadi

Naf as

Suhu

TFU

Kontraksi uterus

I

10.00

130/80

82

19

36,5

mmHg 10.15

120/70

pusat 82

18

36,5

mmHg 10.30

120/80

130/80

Sebatas pusat

84

18

36,5

mmHg 10.45

Sebatas

Sebatas pusat

84

18

36,5

mmHg

1 jari dibawah pusat

II

11.00

130/80

82

19

36,5

mmHg

1 jari dibawah pusat

11.15

130/80

80

19

36,5

mmHg

1 jari dibawah pusat

11.30

130/70

80

18

36,5

mmHg

1 jari dibawah pusat

11.45

120/70 mmHg

82

19

36,5

2 jari dibawah pusat

12.00

120/70

2 jari

mmHg

dibawah pusat

18 juli 2018 20

A

: Demam (-), ASI (-/-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-), gangguan pengelihatan (-), nyeri luka operasi (+), ASI (+/+)

PF

: KU

Kes

TD

Nd

Nfs

T

Sdg

CMC

100/60

85x/i

20x/i

36,5 0

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Abdomen : Inspeksi

: Perut tampak sedikit membuncit

Palpasi

: FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik NT(+), NL (-), DM (-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi : BU (+) Normal Genitalia : Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)

Diagnosis : P1A0H1 post SCTPP a.i fetal distress NH1 Ibu baik Anak dalam perawatan Sikap : Kontrol KU, VS, PPV, kontraksi, urin output, balance cairan, reflek patella Observasi tanda-tanda impending eklampsia Diet TKTP Mobilisasi dini Breast care Vulva hygiene

Terapi : – Cefadroxil 2 x 500 mg – Asam Mefenamat 3 x 500 mg – SF 1 x 1 – Vitamin C 3 x 50 mg 21

19 juli 2018 A

: Demam (-), ASI (-/-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), sakit kepala (-), nyeri ulu hati (-), gangguan pengelihatan (-), nyeri luka operasi (+), ASI (+/+)

PF

: KU

Kes

TD

Nd

Nfs

T

Sdg

CMC

100/60

85x/i

20x/i

36,5 0

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Abdomen : Inspeksi

: Perut tampak sedikit membuncit

Palpasi

: FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik NT(+), NL (-), DM (-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi : BU (+) Normal

Genitalia : Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)

Diagnosis : P1A0H1 post SCTPP a.i fetal distress NH2 Ibu baik Anak dalam perawatan Sikap : Kontrol KU, VS, PPV, kontraksi, urin output, balance cairan, reflek patella Observasi tanda-tanda impending eklampsia Diet TKTP Mobilisasi dini Breast care Vulva hygiene

Terapi : •

Cefadroxil 2 x 500 mg



Asam mefenamat 3 x 500 mg 22



SF 1 x 1

Vitamin C 3 x 50 mg Rencana : Pasien boleh pulang

23

BAB IV ANALISA KASUS Seorang pasien wanita umur 22 tahun datang Rujukan Dari RSUD Sijunjung dengan G1P0A0H1 Gravid post aterm dengan gawat janin. Pada tanggal 13 juli 2018 pukul 08.00 WIB dengan keluhan utama nyeri pada seluruh perut sejak 6 jam SMRS, yang dirasakan hilang timbul dan tidak menjalar. Nyeri dirasakan semakin lama semakin hebat. Dari kemaluan pasien keluar air-air yang membasahi 1 helai celana dalam sejak 6 jam SMRS. Dari pemeriksaan fisik abdomen nyeri tekan (+) nyeri lepas (+). Genitalia V/U tenang, PPV (-), Inspekulo: Vagina: dinding vagina licin, tumor (-), laserasi(-) . Portio:tumor (-) laserasi (-), OUE tertutup, cavum douglas menonjol.VT Bimanual: tumor (-), portio lunak, nyeri goyang portio (+), cavum

douglas

menonjol, corpus uteri tidak membesar,

adnexa/Parametrium tegang. Hb :10,1 gr/dl, Plano tes (+). Berdasarkan hasil anamnesa, peneriksaan fisik, dan dilakukan pemeriksaan fisik pasien diagnosa G1P0A0H1 Gravid post aterm dengan gawat janin.

24

DAFTAR PUSTAKA 1. Manuaba IBG. Konsept Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002 : 60-3 2. Sarwono P. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwon Prawirohardjo, 2011 : 531-54 3. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF . Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 6-7 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Efektif

turunkan

AKI

di

Indonesia.http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1076-pertolonganpersalinan-oleh-tenaga-kesehatan-efektif-turunkan-aki-di-indonesia.htm. diakses tangal 22 may 2012. 5. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005 : 64-82 6. Norwitz N, Schorge J. At a Glance Obstetri & Ginekologi, edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008 : 88-9 7. Rozikhan. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr.H. Soewondo Kendal. Semarang: Program Megister Epidemiologi Universitas Diponegoro, 2007: 22-8 (Tesis) 8. Gant NF, Cunningham FG. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011 : 504-9 9. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Obsteri Williams. Edisi 21. Terjemahan oleh Andi hartono, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006 : 624-58 10. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri & Ginekolog.Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009. 371-81

25

Related Documents

Case Report
May 2020 25
Case Report
June 2020 29
Case Report
April 2020 24

More Documents from "Tiara Grandis Nurputri"