BAB Satu Latar Belakang
Krisis ekonomi menjadikan peran ekonomi lokal signifikan untuk mendorong laju akselerasi pertumbuhan ekonomi dalam rangka menciptakan daya tahan, daya tarik, dan daya saing ekonomi untuk memperbaiki pola pertumbuhan ekonomi karena banyak perusahaan besar tumbang dan berkembang pesat. Akibat krisis yang berimplikasi pada perubahan sistem pemerintahan dari dekonsentrasi menjadi desentralisasi pilihan strategisnya adalah
pada
pemulihan
ekonomi
(economic
recovery)
yang
dahulumerupakan tanggung jawab pusat menjadi tanggung jawab daerah. Pemerintahan daerah memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur rumah tangganya peraturan tersebut tertuang
pada
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang
kemudian
disempurnakan
kembali menjadi Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang – undang tersebut semakin memperkuat tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk memikirkan strategi – strategi terbaik tentang langkah-langkah strategis untuk pengembangan ekonomi di daerah (Local Economic Development).
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
1
Potensi perekonomian
ekonomi daerah,
kerja.Perkembangan
lokal
memiliki
terutama
potensi
ekonomi
peran
dalam lokal
cukup
tinggi
penyediaan akhir-akhir
dalam
lapangan ini
cukup
memprihatinkan terlebih dengan masuknya berbagai produk impor yang merupakan hasil usaha menengah luar negeri. Kondisi demikian akan memperlemah posisi sektor perekonomian lokal. Industri ekonomi lokal dapat diterapkan melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi lokal. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi lokal diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah, salah satunya adalah Kota Malang. Iklim yang sejuk juga merupakan faktor penarik yang tidak dapat dipisahkan. Sumber daya manusia yang dihasilkan dari setiap perguruan tinggi lokal yang berdiri membuat masyarakat Kota Malang semakin berkualitas. Adanya faktor sumber daya alam yang memadai juga membuat setiap bahan baku yang dihasilkan menjadi berkualitas. Sektor ekonomi di Kota Malang pada dasarnya terbagi menjadi tiga, yaitu sektor perdagangan, sektor jasa dan sektor industri. Berbagai sektor ini memerlukan pemetaan wilayah yang benar mulai dari sektor pokok yang menjadi pondasi utama sampai kepada sektor penunjang lainnya. Kota Malang terkenal dengan sektor industri misalnya sub industri makanan, akan tetapi
permasalahannya
adalah
belum
dikembangkan
secara
maksimal,contohnya terlihat dari banyak daerah lain yang menggunakan nama Bakso Malang namun bukan dari hasil produksi Kota Malang sendiri. Sedangkan, pada bidang industri kerajinan juga mulai mengalami kemunduran misalnya industri keramik yang ada di Dinoyo, yang dahulu
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
2
sempat berkembang dan mendapatkan tempat di kalangan pecinta keramik di tanah air, akan tetapi saat ini telah mengalami kemunduran. Sektor industri lain yang perlu menjadi perhatian pemerintah Kota Malang adalah kerajinan Batik Malangan dan Topeng Malangan yang pembuatnya berasal dari Kota Malang. Banyak masyarakat Kota Malang sendiri tidak mengetahui akan hal ini. Terlebih sulit sekali untuk menumbuhkan rasa mencintai produk kesenian lokal Malang ini. Kedua budaya tersebut semestinya dapat digunakan sebagai icon Kota Malang dan sangat berpotensi untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang terkait dengan kedua hal ini. Kemudian pada sektor jasa, banyak mahasiswa lokal yang terdidik oleh perguruan tinggi yang berada di Kota Malang sendiri, namun belum tentu dapat diberdayakan untuk jasa pembangunan ekonomi bagi Kota Malang. Beberapa hal diatas adalah sebagian dari permasalahan yang timbul dan berkembang di Kota Malang. Oleh karena itu, agar pengembangan produk unggulan daerah mampu berkesinambungan dan memberikan dampakganda yang besar bagi produk-produk lainnya, maka seharusnya pengembangan produk unggulan daerah didesain melalui basis klaster (clustering). Upaya
untuk
mengembangkan
potensi
ekonomi
lokal,
harus
memperhatikan adanya kerjasama/kemitraan antar semua komponen, baik pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk membuat suatu model jalinan kemitraan yang baik antar sektor ekonomi dengan pihak lain yang terkait dalam manajemen mata rantai. Pada kenyataannya jarang ditemukan sektor perkonomian yang menjalin kemitraan dengan pihak lain, sehingga diperlukan model pengembangan ekonomi klaster dan model kemitraan pada masing-masing sektor aktifitas ekonomi di Kota Malang untuk mengoptimalkan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
3
Berdasarkan
uraian
tersebut, maka diperlukan suatu kajian untuk mengetahui potensi serta identifikasi sektor-sektor ekonomi Kota Malang sebagai pedoman
dalam
perencanaan
dan
merumuskan pelaksanaan
pembangunan ekonomi lokal di Kota
Malang
untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di era otonomi daerah.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
4
Dasar Hukum
Undang- undang
Nomor 12 tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan
Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 yang mengatur tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun. 1995, 1995 tentang Kriteria Usaha Kecil. Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
32
Tahun
1998
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
44
Tahun
1997
tentang Kemitraan.
Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah
Surat
Keputusan
Menteri
Perindustrian
Nomor:
133/M/SK/8/1979, Industri Kecil.
Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
IND/PER/10/2008 tentang Tim Teknis Perumusan Dan Evaluasi Peta
73/M-
Pengkajian,
Panduan
Pengembangan Klaster Industri Prioritas,
Industri
Unggulan Provinsi, dan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota.
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pengaturan Usaha dan Retribusi Bidang Industri dan Perdagangan.
Peraturan Walikota Malang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelayanan Perijinan di Bidang Perindustrian
dan
Perdagangan
yang
Diselenggarakan oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Malang.
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 125 tahun 2012 tentang Koordinasi dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
5
BAB Dua METODE KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka
Identifikasi Faktor-Faktor Penunjang Sektor Ekonomi di Kota Malang
Perekonomian regional terbagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu: kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakansumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini merupakan penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasinya adalah kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
6
yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu (Arsyad, 1999).
Perumusan Model Pengembangan Ekonomi Kluster di Kota Malang
Dalam kajian ini
unggulan daerah sebenarnya merupakan
klaster industri di daerah ynag berpotensi atau terbukti memiliki keunggulan daya saing. Konsep pengklasteran industri adalah kelompok industri spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan/ peningkatan nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun non bisnis. Dalam menganalisis klaster, terdapat 3 (tiga) dimensi pengukuran. Ketiga dimensi tersebut antara lain, yaitu:
1) Keterkaitan (Linkage): Mencakup inovasi, tenaga kerja, dan input. Hal ini menentukan apakah yang akan terbentuk adalah klaster mata rantai nilai (value chains clusters), klaster berbasiskan tenaga kerja (labor-based clusters), ataukah klaster inovasi (innovation clusters).
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
7
2) Geografi (Geography) Yaitu apakah terkonsentrasi di suatu wilayah (localized) atau menyebar antar wilayah (non localized).
3) Waktu (Time) Apakah eksisting (yaitu dimana klaster memang sudah memiliki peran yang signifikan dan memiliki keterkaitan yang tinggi), penurunan (eksisting klaster yang mengalami penurunan peran), peningkatan (klaster yang menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan), ataukah potensial (klaster yang memiliki potensi mengalami peningkatan atau keberuntungan di masa mendatang).
Model Kemitraan di MasingMasing Sektor Aktifitas Ekonomi di Kota Malang
Salah
satu teori yang sangat relevan untuk membahas
kemitraan usaha adalah agency theory. Teori kemitraan (agency theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan-hubungan hierarkis atau pertukaran hak kepemilikan (property right) antar individu atau Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
8
organisasi (Eggertsson, 1990; Nugroho,2006). Teori Principal-Agents (P-A) memfokuskan pada kajian struktur preferensi, resiko dan ketidakpastian, dan struktur informasi. Disamping itu, teori P-A memberikan perhatian yang besar pada bagaimana membagi risiko (risk sharing), bentuk-bentuk kontrak yang optimal, keseimbangan kesejahteraan antar pelaku, serta kinerja ekonomi yang dihasilkan. Lebih lanjut, teori kemitraan positif (Positive Agency Theory) memberikan penekanan pada pengaruh adanya tambahan aspek pada kontrak, tekhnologi pengawasan dan penjaminan kontrak, dan bentuk organisasi yang diperlukan.
Metode Kajian Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan
kualitatif.
Menurut
Nazir
(1983),
penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat, melukiskan secara tepat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok atau individu, menentukan frekuensi terjadinya
suatu
keadaan
untuk
meminimalkan
bias
dan
memaksimalkan reabilitas. Moleong (2006), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
9
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk pelaksanaan “Kajian Potensi Ekonomi Lokal
Kota
Malang”
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metodesebagai berikut: a. Desk Study Desk study dilaksanakan untuk me-review berbagai regulasi dan kebijakan, tinjauan litertur yang terkait, dan pengumpulan data sekunder terkait dengan potensi wilayah Kota Malang. b. Survei dan Observasi Lapangan Survei
dengan
kuesioner
dilakukan
untuk
menginventarisir/ mengidentifikasi berbagai potensi wilayah, letak wilayah/ lokasi, jenis industri, jenis klaster, kegiatan operasional, dan menjaring masukkan kualitatif terhadap penentuan klaster ekonomi di Kota Malang. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dengan sifat pertanyaan tertutup dan terbuka, terhadap stakeholders yang menjadi tujuan dalam kajian ini. Sementara itu, observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual dari gambaran kondisi ekonomi wilayah Kota Malang. c. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan kajian. Pada penelitian survei, penggunaan angket merupakan Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
10
hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan dianalisis secara statistik untuk menarik kesimpulan.Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah
untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
masalah dan tujuan kajian, dan untuk memperoleh informasi dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Pertanyaanpertanyaan yang akan disusun disesuaikan dengan tujuan kajian. Sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur sebagai berikut: 1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner. 2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik Kuesioner dalam kajian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Kuesioner tertutup Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai. 2) Kuesioner terbuka Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden bebas untuk memformulasikan jawabannya sendiri.
Metode Analisis Analisis data merupakan upaya mengolah data yang masih mentah menjadi
informasi
yang
dapat
diinterpretasikan.
Sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
11
berkaitan dengan kegiatan kajian. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. Adapun langkah-langkah dan prosedur analisis data yang akan digunakan adalah: a. Analisis kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil pengamatan yang ditemui selama di lapangan dan menganalisis berdasarkan fakta-fakta lapangan untuk kemudian dibuat kesimpulan. b. Statistik Deskriptif Analisis deskriptif digunakan sebagai pendukung analisis kulalitatif. Statistik deskriptif menjelaskan berbagai kondisi dan perkembangan dari waktu ke waktu dan ter-update dari berbagai indikator yang nantinya diperlukan. Deskripsi nantinya dapat ditampilkan baik dalam bentuk tabel, gambar/grafik, maupun penjelasan umum sehingga memudahkan pembaca umum dalam memahami dari data dan/atau informasi yang diberikan dalam tulisan.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
12
Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Data Setelah kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisis data dari kuesioner yang telah disebarkan. Kuesioner tersebut dipilah menjadi tiga bagian sektor yaitu sektor industri, sektor perdagangan dan sektor jasa. 2. Pembahasan a. Sasaran Pasar Industri Sasaran Pasar Industri 6% 6%
Dari diagram disamping menunjukkan persentase
25%
Lokal
bahwa sasaran
pasar
lokal mencapai 6%, pasar
Regional Nasional
63%
regional
mencapai
25%,
Internasional
pasar nasional sebesar 63%,
Tidak Memilih
dan
pasar
internasional
mencapai 6%.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
13
b. Permintaan Konsumen Perdagangan Permintaan Konsumen dari Perdagangan
Berdasarkan grafik di samping terlihat bahwa
permintaan
konsumen yang di dapat rendah 50%
biasa saja
50%
oleh
pengusaha
lokal
cukup tinggi
rata-rata tergolong pada
tinggi
kategori biasa saja dan
Tidak Memilih
cukup
tinggi
dengan
presentase sebesar 50%.
c. Permintaan Konsumen Terhadap Jasa Permintaan Konsumen Terhadap Jasa 14% 29%
biasa saja
28% 29%
rendah
cukup tinggi tinggi Tidak Memilih
Usaha jasa yang tergolong dalam kategori tinggi dan cukup tinggi seimbang yakni sebesar 29%. kategori biasa saja dengan presentase sebesar 50%. Sedangkan yang tergolong dalam kategori rendah sebesar 14%.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
14
d. Kondisi Permintaan Pasar Industri Kondisi Permintaan Pasar Industri Sangat Rendah Rendah
6% 6% 38%
50%
Cukup Tinggi
Berdasarkan grafik di atas
sebagian
responden
memiliki
kondisi permintaan pasar yang cukup tinggi yaitu mencapai
50%.
Selanjutnya Sangat Tinggi Tidak Memilih
besar
responden
dengan kondisi permintaan pasar
yang
rendah
mencapai 38%, kemudian
disusul dengan permintaan pasar yang sangat rendah mencapai 6% dan permintaan pasar sangat tinggi mencapai 6%.
e. Sumber Permodalan Industri Sumber Modal Industri Modal Sendiri
13%
Perbankan Koperasi
Dari
data
kuesioner
didapatkan dari hasil modal sendiri
dan
perbankan.
Sumber pembiayaan modal sendiri sejumlah 87%, ini merupakan angka persentase
87% BUMN
yang cukup tinggi.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
15
f. Sumber Permodalan Perdagangan Sumber Permodalan Perdagangan Modal sendiri
13%
Perbankan 87%
Sumber
pembiayaan
modal sendiri sejumlah 87%, ini merupakan angka persentase
yang
cukup
tinggi.
Koperasi BUMN
g. Sumber Permodalan Jasa
Sumber Permodalan Jasa
Berdasarkan kuesioner
hasil
sektor
jasa,
banyak masyarakat Kota Malang Modal sendiri
menggunakan
permodalan sendiri. Hal ini
Perbankan Koperasi
100%
dapat
dilihat
BUMN
diagram
Tidak Memilih
responden
dari
diatas
mereka
hasil 100%
menyatakan menggunakan
modal sendiri.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
16
h. Kendala Industri Diagram Kendala Industri
menunjukkan terbesar
25%
12%
25%
19%
bahwa
yang
kendala seringkali
Permodalan
dihadapi adalah permodalan dan
Bahan Baku
SDM
Pasar
19%
disamping
sebesar
25%.
Faktor
kedua yang seringkali menjadi
SDM Tidak Memilih
kendala adalah bahan baku dan pasar.
Diagram
diatas
menunjukkan kendala keduanya sebesar 19%. i. Kendala Perdagangan Kendala Perdagangan Kendala permodalan
25%
12%
50% 13%
Kendala pasokan barang kendala pasar Kendala SDM Tidak Memilih
Diagram diatas menunjukkan bahwa kendala terbesar yang seringkali dihadapi adalah kendala pasar sebesar 50%. SDM juga menjadi kendala dengan presentase sebesar 13%. Kendala ketiga yang sering dihadapi oleh pengusaha lokal yaitu kondisi pasokan barang dengan presentase sebesar 12%. Disamping itu responden yang memilih untuk tidak menjawab sebesar 25%. Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
17
j. Kendala Usaha Jasa Kendala Usaha Jasa Kendala permodalan
15%
14% 14%
14%
Kendala pasokan barang
kendala pasar
43% Kendala SDM Tidak Memilih
Kendala terbesar pada sektor jasa adalah kendala pasar atau konsumen dengan jumlah prosentase 43% hampir setengah dari total responden mengalami kendala pasar yang cukup tinggi.
k. Kemitraan dengan pihak lain
Kemitraan Industri Tidak Memiliki 19%
6%
Belum Memiliki 44% Sudah Memiliki
31% 0%
Sudah Memiliki dan Akan Dikembangkan Tidak Memilih
Dari data diagram diatas menunjukkan bahwa masih banyak para pengusaha di kota Malang yang tidak memiliki mitra kerja yakni sebesar 44%.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
18
l. Kemitraan Perdagangan Kemitraan Perdagangan Tidak memiliki mitra
25%
50% 25%
Belum memiliki mitra sudah memiliki mitra sudah memiliki mitra dan akan dikembangkan lagi
Dari data diagram diatas menunjukkan bahwa masih banyak para pengusaha di kota Malang yang tidak memiliki mitra kerja yakni sebesar 50%. Mereka yang sudah memiliki mitra kerja sebesar 25%, yang telah memiliki mitra kerja dan akan dikembangkan sebesar 25%. m. Kemitraan Jasa Kemitraan Jasa Tidak memiliki mitra
14% 0%
15%
Belum memiliki mitra
14% sudah memiliki mitra
57%
sudah memiliki mitra dan akan dikembangkan lagi
Responden Kemitraan pada sektor jasa sebagian besar menjawab
telah
memiliki
kerja
dengan
mitra
jumlah
presentase sebesar 57%.
Tidak Memilih
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
19
n. Pihak Kemitraan Industri Pihak Kemitraan Industri Swasta
37%
44%
Pemda dan Pemprov Pemerintah Pusat Pihak Asing
6%
13% Tidak Memilih
Diagram diatas menunjukkan bahwa pengusaha local di Kota Malang yang bermitra dengan pihak swasta sebesar 37%. Alasan dari mereka yang lebih memilih bermitra dengan pihak swasta yaitu karena dari segi pemasaran dan permodalan dirasa lebih menunjang kelancaran usaha mereka. o. Pihak Kemitraan Perdagangan Pihak Kemitraan Perdagangan Swasta
pengusaha Kota
lokal
Malang
di
yang
bermitra dengan pihak 38%
50%
Pemerintah daerah dan provinsi Pemerintah pusat
12%
Pihak asing (luar negeri) Tidak Memilih
swasta sebesar 50%. Alasan dari mereka yang lebih memilih bermitra dengan pihak
swasta yaitu karena dari segi pemasaran dan permodalan dirasa lebih menunjang kelancaran usaha mereka. Selain itu mereka yang bermitra kerja dengan pihak Pemda dan Pemprov sebesar 12%.Alasan mereka
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
20
bermitra kerja dengan Pemda karena mereka merasa nyaman ketika usaha mereka telah mendapat lisensi resmi dari pemerintah.
p. Pihak Kemitraan Jasa Prosentase
Pihak Kemitraan Jasa
responden
dengan pilihan jawaban
Swasta
tertinggi
14% Pemerintah daerah dan provinsi
29%
adalah
kemitraan dengan pihak
Pemerintah pusat
57%
swasta Pihak asing (luar negeri)
0% 0%
dengan
total
jawaban sebesar 57%.
Tidak Memilih
Pihak kemitaan kedua
sebesar 29% dengan pihak asing (luar negeri).
q. Jalinan kemitraan Industri Jalinan Kemitraan Industri
Pengusaha
lokal
di
Kota
Malang lebih memilih menjalin mitra kerja dengan pihak pasar 44%
6%
19% 6%
25%
Modal
yani
sebesar
25%.
Kedua
Bahan Baku Produksi
adalah bermitra kerja dengan
Pasar
pihak penyedia bahan baku
Tidak Memilih
dengan
presentase
sebesar
19%. Ketiga adalah modal dan produksi dengan presentase sebesar 6%.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
21
r. Jalinan Kemitraan Perdagangan Pengusaha lokal di Kota
Malang
Bentuk Jalinan Kemitraan
lebih
Kemitraan modal
memilih menjalin mitra kerja
dengan
12%
25%
pihak
Kemitaan dengan pemasok Kemitraan distribusi
konsumen yakni sebesar 63%.
Kebutuhan
63%
Kemitraan dengan konsumen Tidak Memilih
terbesar kedua dalam mengembangkan usaha mereka adalah pihak penyedia bahan baku dengan presentase sebesar 25%
s. Bentuk Jalinan Kemitraan Jasa Bentuk Jalinan Kemitraan Jasa Kemitraan modal
14% 0%
Kemitaan dengan pemasok
29%
Kemitraan distribusi
43% 14%
Kemitraan dengan konsumen Tidak Memilih
Jalinan kemitraan dengan konsumen memperoleh prosentase tertinggi yaitu 43%, kemitraan dengan konsumen biasanya dilakukan dengan cara jalinan kerjasama tukar menukar informasi dan barang dagangan. Jalinan kemtraan dengan pemasok sebesar 29%. Berikutnya jalinan kemitraan modal sebesar 14%, modal adalah faktor utama untuk mengembangkan usahanya.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
22
t. Dukungan dari Pemerintah Sub-Sektor Industri Bentuk Dukungan dari Pemerintah terhadap Industri 13%
Permodalan
25%
44%
Pembinaan Usaha Pembinaan SDM Informasi Pasar
6%
Tidak Memilih
12%
Sebesar 56% tidak menpat dukungan dari pihak pemerintah. Pengusaha yang belum ada dukungan sebesar 19%.Belum ada dukungan berarti mereka telah mengajukan permohonan kepada pihak pemerintah tapi masih belum ada dukungan yang pasti dari pihak pemerintah.Mereka yang telah mendapat dukungan dari pemerintah sebesar 13%.
u. Dukungan dari Pemerintah Sub-Sektor Perdagangan Dukungan Pemerintah Tidak ada
13% 12%
Belum ada
0% 75%
Sudah ada Sudah ada dan akan dikembangkan lagi Tidak Memilih
Sebesar
75%
tidak
mendapat
dukungan
dari
pihak
pemerintah. Mereka yang telah mendapat dukungan dari Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
23
pemerintah sebesar 12%. Dukungan disini berarti mereka telah mendapatkan dukungan konkret misalnya dukungan di sektor permodalan dan pembinaan. Adapula pengusaha yang sudah mendapat dukungan dan akan dikembangkan sebesar 13%.
v. Dukungan dari Pemerintah Sub-Sektor Jasa Dukungan dari Pemerintah Tidak ada
14% 14%
43%
Belum ada Sudah ada
15% 14%
Sudah ada dan akan dikembangkan lagi Tidak Memilih
Dari total responden yang menjawab kuesioner sebagian besar dengan total prosentase 43% menjawab tidak dukungan yang diberikan oleh pemerintah Kota Malang untuk mendukung usahanya.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
24
BAB Tiga HASIL KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL
Apakah Anda ingin tahu ????????? Bagaimana mengindentifikasi dan memetakan potensi pada masingmasing sektor ekonomi di Kota Malang sebagai masukan Penyusunan Rencana Induk Ekonomi Kota Malang? Bagaimana model kemitraan di masing-masing sektor aktifitas ekonomi di Kota Malang? Bagaimana cara merumuskan model pengembangan ekonomi kluster di Kota Malang? Apa saja faktor-faktor yang menunjang pengembangan ekonomi lokal di Kota Malang?
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
25
Pemetaan dan Identifikasi Industri Kota Malang
Pemetaan yang dilakukan pada aspek industri ini merupakan industri eksisti (kondisi nyata di lapangan) lokasi sebaran industri di beberapa kecamatan.
Pemetaan Industri Kecamatan Blimbing
Berdasarkan peta diatas dapat dilihat bahwa kelompok industri yang ada di Kecamatan Blimbing terdiri dari empat industri yaitu industri rotan yang terletak di Kelurahan Balearjosari, industri mebel yang terletak di daerah Jalan Piranha Atas, industri Batik Malangan
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
26
yang berada di Jalan Candi Jago dan industri keripik tempe yang berada di daerah Sanan. a.
Industri Rotan Industri rotan melakukan proses perajutan rotan menjadi bermacam-macam barang jadi seperti keranjang, meja, kursi, vas bunga, dsb. Tempat produksi industri rotan dapat dijumpai di sepanjang Jalan Balearjosari yang berjajar rapi di pinggir jalan raya utama menuju Surabaya
sehingga
letak industri rotan ini sangat strategis. Pengunjung
luar
Kota Malang dapat menemui
dan
membeli
produk
dengan mudah
di
sekitar jalan utama Balearjosari, namun kendala yang ditemui adalah sering terjadi kemacetan dan keramaian jalan raya di sepanjang Jalan Balearjosari sehingga banyak pembeli yang kurang nyaman untuk memberhentikan kendaraan di pinggir jalan. Kurangnya
sarana
parkir
membuat
para
pembeli
mempertimbangkan memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan raya, terutama saat terjadi kemacetan. b.
Industri Mebel Industri mebel merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang. Kebutuhan produk dari industri mebel terus meningkat karena sektor industri ini memberikan desain interior serta nilai artistik yang dapat memberikan kenyamanan sehingga
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
27
dapat menunjang berbagai aktifitas. Keadaan ini membuat para produsen mebel bersaing untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen.
c. Keripik Tempe Salah satu oleh-oleh yang paling dikenal oleh masyarakat luas adalah keripik tempe. Pusat industri keripik tempe di Kota Malang adalah wilayah Sanan di Kecamatan Blimbing. Industri keripik tempe yang ada di Kota Malang merupakan industri rumah tangga. Strategi yang dapat digunakan dalam memasarkan keripik tempe pada industri rumah tangga adalah pengusaha memberi merk untuk media promosi terutama saat keripik tempe dibeli dan dibawa konsumen luar
dari
daerah,
menjaga kualitas keripik dan
tempe
menambah
pemasaran keluar
daerah,
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
28
serta pemerintah lebih terbuka dan berhubungan baik dengan pengusaha keripik tempe. d. Industri Batik Blimbing Industri batik di Kota Malang dapat dijumpai di Jalan Candi Jago, Kecamatan Blimbing. Berbagai motif dan corak Batik Malang di produksi dan dipasarkan. Saat ini masih minimnya informasi mengenai batik malangan di masyarakat luas. Beberapa pengrajin batik Malang sudah melestarikan motif khas daerah Kota Malang namun kurangnya promosi membuat batik khas malangan kurang terdengar di masyarakat maupun wisatawan. Tempat produksi yang menaungi batik malang ini cukup strategis namun kurangnya tempat untuk menjual dan mempromosikan menjadi kendala tersendiri bagi produsen mengingat produksi batik malangan sudah sangat sulit ditemui. Letak industri batik ini sangat strategis karena mudah ditemui dan banyak dilalui oleh kendaraan umum.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
29
Pemetaan Industri Kecamatan Lowokwaru
a. Industri Kaos Wailikan Bahasa walikan atau dalam bahasa Indonesia dinamakan bahasa terbalik merupakan ciri khas masyarakat Kota Malang yang gemar menggunakan bahasa yang dibalik. Kreatifitas industri kaos walikan yang ada di Kota Malang sangat bagus dan membuat banyak masyarakat Kota Malang dan luar kota tertarik dan menjadikan sebagai oleh-oleh khas Kota Malang. Industri kaos walikan ini berada di Ruko Griya Santha yang terletak di jalan besar Sukarno-Hatta. Pemasaran industri kaos walikan ini sudah cukup baik karena sudah menggerai toko sekaligus industri. Lokasi kaos walikan ini sangat strategis karena berada di pusat keramaian Jalan Sukarno-Hatta. Banyak transportasi yang juga melintasi di depan industri kaos walikan ini. Kekurangan kaos walikan Kota Malang ini masih belum Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
30
menjadi icon utama Kota Malang yang sangat populer bagi wisatawan luar Kota Malang.
b. Industri Keramik Dinoyo Di daerah Dinoyo terdapat kampung dimana mayoritas masyarakatnya adalah pengrajin keramik, keramik Dinoyo memiliki kualitas yang sangat bagus dibandingkan dengan keramik lainnya. Baik dalam kualitas desainnya, motif keramiknya dan macam jenis kerajinan keramiknya. Karena popularitas keramik Dinoyo sekarang ini daerah pengrajin keramik Dinoyo ini telah dinamakan kampung wisata keramik. Industri sentra keramik yang sangat terkenal yaitu di kawasan Jalan Mayjen Haryono. Industri keramik sudah menjadi klaster sendiri dan menjadi sentra tujuan wisatawan. Sentra kerajinan ini terletak di Jl MT Haryono XI, sekitar 20 meter kearah barat setelah pertigaan Dinoyo ini, terdapat sekitar 30 toko yang menjual kerajinan keramik khas kota Malang.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
31
c. Industri Topeng Malangan Topeng Malang sedikit berbeda dengan topeng yang ada di Indonesia, dimana corak khas dari pahatan kayu yang lebih kearah realis serta menggambarkan karakter wajah seseorang. Ada banyak ragam dari jenis Topeng Malang yang dibuat seperti karakter jahat, baik, gurauan, sedih, kecantikan, ketampanan, bahkan sampai karakter yang sifatnya tidak teratur. Produksi topeng malangan cukup banyak namun pemasarannya cukup sulit karena banyak orang yang tidak tertarik dengan topeng malangan. Letak galeri topeng malangan di Jalan Gajayana Kota Malang. Galeri ini menjual berbagai macam barang yang khas dari Kota Malang dan banyak barang unik dari luar Kota Malang. Galeri topeng malangan ini masih kurangnya lahan parkir dan fasilitas penunjang promosi.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
32
d. Industri Gerabah Gerabah merupakan barang tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat tradisional Kota Malang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Produksi sentra gerabah Kota Malang terletak di Jalan Mayjen Panjaitan Kota Malang. Produksi gerabah asli Kota Malang saat ini sudah tidak berproduksi lagi karena sudah tidak ada pesanan dan banyak turis yang tidak berminat lagi membeli oleh-oleh gerabah.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
33
e. Industri Sanitair Produksi sanitair di daerah Jl. Bendungan Sutami Kota Malang hanya tersisa dua pengusaha dalam skala sedang namun permintaan sanitair oleh masyarakat semakin meningkat. Sebelumnya pengusaha sanitair di daerah Bendungan Sutami sangat banyak namun mereka gulung tikar disebabkan karena persaingan. Lokasi usaha sanitair sangat strategis karena sudah diklasterkan dan sudah memiliki mitra sendiri untuk mendistribusikan barang produksinya.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
34
Pemetaan Industri Kecamatan Klojen
a. Industri Soak Ngalam Produksi Soak Ngalam hampir mirip dengan kaos
Walikan
atau dalam bahasa Indonesia dinamakan bahasa terbalik merupakan cirri khas masyarakat Kota Malang yang gemar menggunakan bahasa yang dibalik. Kreatifitas industri Kaos Soak Ngalam yang ada di Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
35
Kota Malang sangat bagus dan membuat banyak masyarakat Kota Malang dan luar kota tertarik dan menjadikan sebagai oleh-oleh khas Kota Malang. Industri kaos ini berada di jalan Kawi. Banyak transportasi yang juga melintasi di depan industri kaos ini. Kekurangan Kaos Soak Ngalam ini masih belum menjadi icon utama Kota Malang yang sangat populer bagi wisatawan luar Kota Malang.
Pemetaan Industri Kecamatan Kedungkandang
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
36
a. Industri Shuttle Cock Produksi suttle cock di Kota Malang tersebar di Arjosari, Sukun dan Kedungkandang. Permintaan pasar suttle cock cukup besar dan kualitas barang dari home industry ini sangat bagus dan menembus pasar nasional. Bahkan kualitas cock dari home industry ini bisa menyaingi produksi dari pabrik. Kesulitan dari industri ini adalah bahan baku yang harus diimpor dari Cina dan bahan baku yang mengalami fluktuasi harga tergantung harga pasar dan kelangkaan barang.
Model Kemitraan dimasing-masing Sektor Aktifitas Ekonomi
Banyak sektor ekonomi di Kota Malang melakukan kemitraan dengan sesama pelaku usaha atau konsumen. Pertukaran barang dan jasa yang diberikan ditujukan untuk saling mendukung antara usaha satu dengan yang lainnya. Banyak pengusaha atau pedagang menggunakan jasa distributor atau pemasok barang secara berlangganan untuk memudahkan transaksi
mereka.
Sesuai
dengan
teori
Kartasasmita
(1996)
yang
mengemukakan bahwa kemitraan usaha, terutama dalam dunia usaha adalah hubungan antar pelaku usaha yang didasarkan pada ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang sinergis, yang hasilnya bukanlah suatu zero-sum-game, tetapi positive-sum game atau win-win situation.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
37
Mengembangan pelayananan umum Mempromosikan “Good Governance” Mempergunakan/ mengoptimalkan asset lokal Memberdayakan kemampuan masyarakat
Mengembangkan kualitas kehidupan Meningkatkan belanja/ membeli produk lokal Mencintai dan menggunakan produk lokal Membantu promosi regional hingga internasional
Meningkatkan pengetahuan Menyelenggarakan kualitas pendidikan Menyempurnakan pengalaman pembelajaran Aset produk intelektual
Memaksimalkan produksi Meningkatkan kualitas produk Memperluas jaringan konsumen Meningkatkan hubungan bisnis
industri
Sumber: Modifikasi dari The Gold Triangle, perdagangan
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
jasa
Indrajit (2000)
38
Sektor ekonomi dibagi menjadi tiga sektor yaitu industri, perdagangan dan jasa. Ketiga sektor tersebut merupakan pokok utama untuk menunjang perekonomian Kota Malang melalui setiap aktifitas yang dilakukan. Kemitraan antar setiap sub-sektor sangat
dibutuhkan
untuk
menunjang
produksi
maupun
pemasarannya. Misalnya antara sub-sektor industri sanitair sebagai produksi utama membutuhkan kemitraan dengan subsektor perdagangan semen. Model Kemitraan Antar Sub-Sektor SUBSEKTOR INDUSTRI (INDUSTRI SANITAIR)
SUB-SEKTOR INDUSTRI (RETAIL SEMEN)
SUB-SEKTOR JASA (DISTRIBUSI PENGIRIMAN BARANG)
Kemitraan yang kuat antar sub-sektor akan memperkuat juga aktifitas ekonomi lokal Kota Malang. Model kemitraan ini akan berhasil diterapkan apabila pemrakarsa kemitraan benarbenar mengerti hal-hal apa saja yang akan menjadi pemicu atau
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
39
perangsang
terjadinya
kerjasama
untuk
meningkatkan
perekonomian lokal Kota Malang. Adanya nilai tambah atau ”value-added” adalah hal yang harus dapat dirasakan oleh siapa saja pihak yang ingin bekerjasama. Bagi pemerintah Kota Malang misalnya, kerjasama akan mendatangkan manfaat atau memberikan nilai tambah apabila dapat membantu mereka dalam hal meningkatkan kinerja pelayanan publik, memperbaiki kualitas good governance, mengoptimalisasi pemakaian sumber daya yang terbatas, dan lain-lain. Sementara bagi pihak swasta (sektor industri, sektor perdagangan dan sektor jasa) misalnya, sebuah kemitraan akan dianggap bermanfaat jika yang bersangkutan tidak hanya sematamata berhasil meningkatkan profitnya, tetapi memungkinkan mereka untuk meningkatkan kualitas produk dan jasanya, memperluas jejaring konsumen dari lokal hingga internasional, menciptakan hubungan yang lebih baik dengan stakeholdernya, dan lain sebagainya. Sementara bagi perguruan tinggi, sejauh kerjasama akan dapat meningkatkan basis pengetahuan, memperbaiki kualitas penyelenggaraan pendidikan, menciptakan produk-produk atau jasa-jasa inovatif atau menawarkan pengalaman pembelajaran baru kepada pihak swasta sebagai pelaku ekonomi agar setiap produk yang dihasilkan semakin mengalami peningkatan dan permintaan pasar juga semakin meningkat sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian lokal.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
40
Dari model kemitraan pada masing-masing sektor aktifitas ekonomi, pemerintah Kota Malang, pelaku ekonomi lokal kota malang, masyarakat kota malang (konsumen), akademisi bidang ekonomi, dapat digunakan untuk masukan terhadap rencana induk ekonomi kota malang. Rencana Induk Ekonomi Kota Malang sangat diperlukan Untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah.
Perumusan Model Pengembangan Ekonomi Klaster
Klaster sektor ekonomi di Kota Malang yang telah ada tersebar di beberapa kelurahan dan kecamatan berdasarkan jenis usaha. Dari berbagai jenis usaha, dapat di petakan menjadi beberapa sektor.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
41
Strategi, struktur usaha dan Pesaing
Industri-industri pendukung dan terkait
SEKTOR INDUSTRI, SEKTOR PERDAGANGAN, SEKTOR JASA
Kondisi Permintan
Kondisi Faktor
Sumber: modifikasi Diamond Cluster Model Porter (1998) Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
42
Industri Rotan Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi yang dilakukan adalah
Pesaing
dengan
mempertahankan
kualitas dan memiliki informasi pasar.
Struktur
dijalankan
usaha
dilakukan
yang secara
turun temurun. Pesaing semakin meningkat dikarenakan meningkatnya juga pengerajin rotan dibeberapa wilayah yang lain. Kondisi Permintan
Kondisi permintaan pasar cenderung stabil dan akan meningkat pada saat musim pernikahan.
Kondisi Faktor
Kondisi faktor disekeliling rotan sangat mendukung dikarenakan letaknya yang sangat strategis di pintu masuk menuju Kota Malang sehingga sangat mudah untuk diakses masyarakat lokal maupun luar kota.
Industri-industri Pendukung
Industri pengdukung adalah
dan Terkait
pabik rotan yang menyediakan rotan, mendong, pabrik triplek
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
43
Industri Mebel Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi yang dilakukan adalah
Pesaing
mempertahankan kualitas dan membuat
model
sesuai
permintaan pasar. Struktur usaha turun temurun. Kondisi pesaing yang dihadapi sangat berat dikarenakan hasil produksi di wilayah lain semakin berkualitas dengan harga bersaing Kondisi Permintan
Kondisi permintaan pasar stabil
Kondisi Faktor
Kondisi faktor yang dialami kurang mendukung dikarenakan kondisi badan yang sempit dan kurangnya promosi membuat sebagian besar pasar (konsumen) kurang tahu keberadaan industri mebel
Industri-industri Pendukung
Penyedia kayu, pabrik cat,
dan Terkait
pabrik plitur.
Industri Batik Malangan Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi yang dilakukan adalah
Pesaing
promosi sampai ke luar negeri melalui
media
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
sosial,
44
memberikan pelatihan kepada orang
yang
ingin
belajar
membatik. Struktur usaha turun temurun. Pesaing berasal dari luar Kota Malang terutama batik yang sudah terlebih dahulu digemari oleh masyarakat luas Kondisi Permintan
Biasa saja
Kondisi Faktor
Memiliki khas Kota Malang. Kurangnya manusia
sumber
daya
(karyawan)
yang
memiliki
keterampilan
membatik,
kurang
adanya
informasi
mengenai
produk
batik malangan, tempat yang strategis,
bahan
baku
yang
mudah dijangkau dan hubungan yang baik dengan pemerintahan Industri-industri Pendukung
Industri kain, industri malam,
dan Terkait
industri alat membatik, industri pewarna kain
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
45
Industri Keripik Tempe Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi usaha yang dilakukan
Pesaing
yaitu melakukan inovasi rasa dan
promosi
yang
menarik
konsumen. Struktur usaha yang dijalankan adalah usaha keluarga dan turun temurun Kondisi Permintan
Kondisi permintaan sangat bagus terutama pada musim liburan.
Kondisi Faktor
Adanya sentra keripik tempe mengakibatkan jalan utama agak macet pada jam-jam tertentu.
Industri-industri Pendukung
Petani kedelai, distributor
dan Terkait
kedelai, pengepakan, pabrik plastik dan pelabelan.
Industri Kaos Walikan dan Soak Ngalam Strategi, Struktur Usaha dan Strategi yang dilakukan adalah Pesaing
menciptakan
kreatifitas
yang
sangat unik dan menarik. Struktur usaha merupakan industri
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
46
kreatifitas dari pecinta walikan malang. Kondisi Permintan
Cenderung meningkat terutama pada saat liburan.
Kondisi Faktor
Kondisi faktor penunjang industri kaos walikan adalah jaringan online, media cetak, dan tempat yang sangat strategis yaitu di kawasan bisnis.
Industri-industri Pendukung
Industri kaos, industri konveksi,
dan Terkait
industri bahan percetakan, industri barang pengemasan.
Industri Keramik Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi yang dilakukan yaitu
Pesaing
dengan kualitas model
mempertahankan dan
memperbaharui
sesuai
dengan
perkembangan zaman. Struktur usaha yang dijalankan adalah secara turun temurun. Pesaing yang dihadapi yaitu pengerajin yang berlomba menciptakan model terbaru
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
47
Kondisi Permintan
Cenderung meningkat terutama pada saat pemesanan souvenir acara-acara tertentu.
Kondisi Faktor
Kondisi industri keramik ini tergantung
pada
banyaknya
pemesanan barang. Jalan yang kurang lebar mempersulit akses wisatawan berkunjung ke industri ini. Industri-industri Pendukung
Pemasok tanah liat, industri cat,
dan Terkait
Industri gipsum.
Industri Sanitair Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi yang dilakukan yaitu
Pesaing
dengan model
menciptakan baru
sesuai
modeldengan
perkembangan zaman. Struktur usaha yang dilakukan adalah secara turun-temurun Kondisi Permintan
Stabil di atas
Kondisi Faktor
Lokasi sentra sudah dikenal masyarakat luas sehingga mempermudah pemasaran Pemasok semen, besi, pasir dan
Industri-industri Pendukung
gift
dan Terkait
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
48
Industri Topeng Malangan Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi yang dilakukan adalah
Pesaing
dengan mengumpulkan pengrajin Topeng Malangan dari berbagai daerah yang tersebar di Malang, selain strategi yang dilakukan adalah dengan menjual barang unik namun dengan harga yang tidak mahal. Struktur usaha dijalankan dengan kekeluargaan, tidak mengalami permasalahan dengan pesaing dikarenakan topeng malangan yang sudah sangat langka.
Kondisi Permintan
Biasa saja
Kondisi Faktor
Kondisi faktor yang sangat mendukung adalah alat-alat untuk produksi
Industri-industri pendukung
Industri kayu, industri gipsum,
dan terkait
industri cat
Industri Shuttle Cock Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi untuk terus bertahan
Pesaing
dan meningkatkan permintaan
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
49
pasar adalah bekerjasama dengan sponsor kaos turnamen, struktur usaha dikembangkan melalui sistem kekeluargaan. Daya saing tidak menjadi permasalahan dikarenakan permintaan pasar yang selalu meningkat Kondisi Permintan
Terus mengalami peningkatan
Kondisi Faktor
Modifikasi alat untuk memproduksi barang (mesin)
Industri-industri Pendukung
Industri bulu angsa, industri
dan Terkait
benang.
Gerabah Strategi, Struktur Usaha dan
Strategi untuk mempertahankan
Pesaing
industri dengan memilih bahan baku yang berkualitas dan kreatifitas bentuk. Struktur usaha dijalanjan dengan kekeluargaan, persaingan yang dialami tidak terlalu menjadi hambatan dikarenakan banyaknya indutri gerabah yang telah gulung tikar.
Kondisi Permintan
Kondisi permintaan pasar 5 tahun terakhir ini stabil dibawah
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
50
Kondisi Faktor
Lokasi yang strategis dekat dengan kampus
Industri-industri Pendukung
Penjual tanah liat
dan Terkait
Faktor- Faktor Penunjang
Faktor-faktor penunjang yang diberikan pada flow chart berikut ini meliputi: a. Faktor Penunjang Industri
Faktor Penunjang industri 6%
Dekat Infrastruktur Pendidikan
12% 13% 6%
Dekat Dengan Pasar Dekat Dengan SDA
63% Dekat Dengan Akses Distribusi Tidak Memilih
Persentase faktor penunjang yang dekat dengan distribusi sebesar 63%, kemudian 13% dekat dengan pasar, 12% dekat dengan infrasruktur pendidikan, 6% dekat dengan sumber daya alam serta 6%
responden
tidak
memilih/tidak
menjawab
kuesioner dengan alasan tidak ada faktor penunjang Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
51
yang mempengaruhi permintaan pasar dan tinggi rendahnya pendapatan hasil usaha.
b. Fasilitas Penunjang Perdagangan Fasilitas Penunjang Perdagangan Dekat dengan infrastruktur pendidikan
38%
37%
Dekat dengan pasar Dekat dengan pemasok barang
25%
Dekat dengan aspek distribusi (lokasi strategis) Tidak Memilih
Persentase faktor penunjang yang dekat dengan distribusi sebesar 38%, kemudian 25% dekat dengan pasar, 37% dekat dengan infrasruktur pendidikan. c. Fasilitas Penunjang Jasa
Fasilitas Penunjang Jasa
Dekat dengan infrastruktur pendidikan
43%
Dekat dengan pasar
57% Dekat dengan pemasok barang
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa fasillitas penunjang sektor jasa sebagian besar dekat
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
52
dengan infrastruktur pendidikan (57%) dan sebagian lainnya 43% dekat dengan aspek distribusi atau berlokasi strategis. Faktor penunjang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil produksi yang berpengaruh terhadap permintaan pasar dan tinggi rendahnya pendapatan hasil usaha. Adapun fasilitas penunjang diukur melalui 4 macam jenis fasilitas, diantaranya yaitu dekat dengan infrastruktur pendidikan karena Kota Malang merupakan Kota kedua terbesar di Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan merupakan kota pendidikan. kemudian faktor penunjang disekitar lokasi usaha dekat dengan pasar, dekat dengan sumber daya alam dan dekat dengan akses distribusi (berlokasi strategis).
Tabel Sub-Sektor Perdagangan SDA
SDM
SDS
Aktivitas dan komoditi
Instruktur & fasum
Penataan ruang
Penganggaran belanja daerah
Interaksi antar daerah
Kinerja pembanguna n daerah
*** **
****
*** **
****
---
---
-
*
*
perdagangan
memiliki
Rata-rata
sub-sektor
potensi
sumber daya alam yang sangat baik dan dikukung oleh sumber daya manusia lokal yang menjadi tenaga kerja di setiap usaha yang dijalankan. Pengenalan produk-produk dagang guna mencukupi kebutuhan masyarakat sangat baik, namun kurangnya infrastruktur dan fasum, penataan ruang dan penganggaran belanja daerah yang masih sangat perlu diperhatikan secara transparan. Hubungan kerjasama atau kemitraan antar daerah akan menambah meningkatkan permintaan produksi, namun
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
53
interaksi antar daerah di sub-sektor perdagangan masih perlu diperbaiki karena letak geografis Kota Malang yang sangat strategis. Kinerja pembangunan daerah dirasa perlu pembenahan ke arah yang lebih baik lagi sesuai dengan visi dan misi Kota Malang. Dalam sektor perdagangan terdapat tiga karakteristik yaitu perdagangan yang dominan diantaranya retail luar malang (alfamart dan indomart) yang tersebar diseluruh Kota Malang dengan jarak yang sangat dekat, pedagang kaki lima (konsep modern) yang banyak tersebar di sepanjang jalan Kota Malang khususnya di wilayah perguruan tinggi, pedagang pasar tradisional (6 pasar besar di Kota Malang) disetiap kecamatan di Kota Malang. Perdagangan yang cukup dominan yaitu retail lokal (Rubelan, Sardo, Avia). Perdagangan yang kurang dominan di Kota Malang yaitu perdagangan eceran atau rumah tangga, karena kalah saing dengan perdagangan modern. Tabel Sub-Sektor Industri SDA
SDM
SDS
Aktivitas dan komoditi
Instruktur & fasum
Penataan ruang
Penganggaran belanja daerah
Interaksi antar daerah
Kinerja pembanguna n daerah
*** *
***
*** *
****
---
---
-
**
*
Rata-rata sub-sektor industri memiliki potensi sumber daya alam yang sangat baik dan dikukung oleh sumber daya manusia lokal yang menjadi tenaga kerja di setiap usaha yang dijalankan. Pengenalan produk-produk industri yang menjadi icon Kota Malang guna mencukupi kebutuhan masyarakat sangat baik, namun kurangnya infrastruktur dan fasum, penataan ruang dan penganggaran belanja daerah yang masih sangat perlu
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
54
diperhatikan secara transparan. Hubungan kerjasama atau kemitraan
antar
daerah
akan
menambah
meningkatkan
permintaan produksi, namun interaksi antar daerah di sub-sektor industri masih perlu diperbaiki karena letak geografis Kota Malang yang sangat strategis. Kinerja pembangunan daerah dirasa perlu pembenahan ke arah yang lebih baik lagi sesuai dengan visi dan misi Kota Malang. Industri kreatif menjadi sasaran utama para konsumen baik lokal maupun regional subsektor industri tertinggi permintaannya adalah kaos Walikan Malang, indusutri limbah kaca. kemudian industri yang dapat dibanggakan adalah keramik, suttle cock, keripik tempe, sanitair, dan Batik Malangan. Selanjutnya industri yang perlu sangat diperhatikan yaitu Topeng Malangan, gerabah, dan mebel karena mengalami penurunan dalam permintaan konsumen. Tabel Sub-Sektor Jasa
Rata-rata sub-sektor jasa tidak memanfaatkan potensi sumber daya alam namun dikukung oleh sumber daya manusia lokal yang menjadi tenaga kerja. Pengenalan pemberian pelayanan jasa guna mencukupi kebutuhan masyarakat sangat baik, namun kurangnya infrastruktur dan fasum, penataan ruang dan penganggaran belanja daerah yang masih sangat perlu diperhatikan secara transparan. Hubungan kerjasama atau kemitraan
antar
daerah
akan
menambah
meningkatkan
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
55
permintaan pelayanan didukung oleh interaksi antar daerah di sub-sektor jasa sangat baik. Kinerja pembangunan daerah dirasa perlu pembenahan ke arah yang lebih baik lagi sesuai dengan visi dan misi Kota Malang. Sub-sektor jasa di Kota Malang terdiri dari berbagai macam jasa, namun yang paling dominan adalah sub-sektor jasa pengiriman dimana saat ini jasa pengiriman dari pihak swasta seperti JNE, TIKI, LEGA, dsb menjadi pilihan utama masyarakat. Selanjutnya jasa perbengkelan, hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan pasar terhadap kendaraan bermotor sehingga jasa perberkengkelan (servis) cenderung meningkat. Kemudian jasa advertaising pun menjadi dominan karena bidang periklanan menjadi salah satu jasa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untu iklan, pengumuman maupun promosi. Kemudian Jasa Konstruksi menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat secara luas yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan secara fisik.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
56
Keterangan:
***** = sangat bagus memenuhi syarat **** = bagus *** = cukup bagus ** = kurang bagus *
-
=sangat kurang bagus
-----
= sangat kurang memenuhi syarat
----
= kurang memenuhi syarat
---
= cukup memenuhi syarat
--
= memenuhi syarat = sangat memenuhi syarat
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
57
BAB Empat KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis kajian potensi ekonomi Kota Malang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Industri yang ada di Kota Malang sebagian besar adalah industri
skala
sedang
dan
skala
kecil
yang
membutuhkan pelatihan dalam hal marketing strategy. 2. Sebagian besar perdagangan yang tersebar merata di Kota Malang adalah perdagangan skala kecil dan skala besar. Kendala yang dihadapi oleh sebagian pedagang adalah lokasi (sentra), khususnya terkait dengan pedagang kaki lima (PKL). Kondisi PKL di Kota Malang masih bersifat menyebar dan belum terpusat (memiliki sentra). 3. Sektor jasa yang ada di Kota Malang sebagian besar dilakukan oleh pihak swasta yang bergerak diberbagai macam pelayanan dibidang jasa, yang permintaan pasarnya masih rendah dan memerlukan bantuan berupa marketing strategy. 4. Bentuk
kerjasama
dan
jalinan
kemitraan
antara
Pemerintah Kota Malang, swasta yang besar/kuat, perguruan
tinggi
dan
pengusaha
sangat
kecil
prosentasenya. Berdasarkan dari kuesioner, bentuk
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
58
jalinan kerjasama dari pemerintah adalah pemberian modal bagi pengusaha skala kecil (IKM).
B.
Saran
1) Saran bagi pemerintah secara umum: a. Membantu promosi melalui pembuatan rambu-rambu (mengenai industri) di titik pusat keramaian. b. Membantu promosi melalui internet yang bekerjasama dengan infokom. c. Memberikan
antisipasi
kemacetan
dengan
cara
memperlebar badan jalan (khususnya pada industri yang berada di gang sempit) dan menyediakan lahan parkir. d. Memberikan keringanan bunga yang diberikan oleh pihak koperasi kepada setiap industri. e. Sebaiknya menyediakan galeri umum di pusat Kota/ Pemerintahan untuk pengenalan produk lokal kepada masyarakat luar Kota Malang. f. Membantu penyediaan bahan baku untuk mengantisipasi ketika harga melambung tinggi dan bahan baku menjadi sangat langka. g. Membantu
mengarahkan
dan
menyediakan
tempat
pembuangan akhir (limbah) hasil produksi industri. h. Pengadaan pembuatan tempat peternakan angsa untuk perkembangbiakan yang nantinya akan digunakan untuk bahan baku shuttle cock.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
59
i. Memberikan syarat perijinan kepada pihak swasta jika bersedia untuk memberikan ruang promosi terhadap hasil produksi lokal Kota Malang. j. Bekerjasama dengan tour and travel untuk mengarahkan tujuan wisatawan (khususnya dari luar Kota Malang) menuju tempat-tempat industri. 2) Bagi Akademisi 1. Meningkatkan pengetahuan dengan memberikan bantuan secara
akademik dibidang ekonomi secara khusus
terhadap sub- sektor industri, perdagangan dan jasa. 2. Sebagai Aset produk intelektual dengan
membantu
melakukan kemitraan dengan sekolah dan perguruan tinggi untuk lebih mempromosikan dan menanamkan rasa cinta terhadap produk lokal. 3. Menyelenggarakan kualitas pendidikan melalui seminar. 4. Menyempurnakan
pengalaman
pembelajaran
dengan
melaksanakan pelatihan khususnya pada sub-sektor industri yang sangat memerlukan keterampilan pada masing-masing usaha industri yang dijalankan. 5. Menyediakan ruang konsultasi bisnis (misalnya : Inbis UB, UIN,UMM dan Machung). 3) Swasta dalam skala besar 1. Membantu memberikan ruang promosi melalui setiap baleho yang dipasang dipinggiran jalan raya Kota Malang. 2. Membantu memberikan ruang promosi di dalam hotel, pertokoan (retail), restoran.
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
60
DAFTAR PUSTAKA Gumbira
Sa’id
E.
(2007).
Pendekatan
Klaster
dalam
Pengembangan Ekonomi Daerah. Jakarta: Ditjen Bina Bangda DEPDAGRI Moleong, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Moelyarto, Tjokrowinoto, 1999, Restrukturisasi Ekonomi dan Birokrasi, Kreasi Wacana, Yogyakarta Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Porter, M.E, 1990, The Competitive Advantage of Nations, The Free Press, New York
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
61
LAMPIRAN
Gambar 1. Klaster Industri Rotan
Gambar 2. Perdagangan Rotan
Gambar 3. Kondisi Jalan di Balearjosari (Sekitar Industri Rotan)
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
62
Gambar 4. Kondisi Jalan di Sekitar Gambar 5. Pertokoan Mebel Industri Mebel
Gambar 6. Industri Keripik Tempe
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
63
Gambar 7. Industri/Galeri Kaos Walikan
Gambar 8. Kondisi Jalan Sekitar
Gambar 9. Pertokoan Keramik Industri Keramik Dinoyo
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
64
Gambar 10. Topeng Malangan
Gambar 11. Produk, Promosi dan Kondisi Jalan Sekitar Industri Gerabah
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
65
Gambar 12. Produk Sanitair
Gambar 13. Galeri Produksi Soak Ngalam
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
66
Gambar 14. Produksi Shuttle Cock
Kajian Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Kota Malang
67