Brain Injury
Alya Huwaida Wihajaya Ardiansyah Mahardika Jintya Ayu Safitri Lusiana Dita Wardani NI P.A. Savitri Mahasari
BRAIN INJURY
Suatu kerusakkan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar baik trauma tumpul ataupun trauma tajam yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakkan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. (Brain Injury Assosiation of America, 2006)
Defisit neurologis terjadi karena robeknya sustansia alba, iskemik dan pengaruh massa karena hemoragig, serta oedema cerebral disekitar jaringan otak. (B. Batticaca, 2008)
Brain Injury Menurut Sumber Trauma Open
head injury / Penetrating Injury Closed head injury
TBI menghasilkan 2 jenis kerusakkan otak Primary
brain damage Secondary brain damage
Penyebab Brain Injury (Ginsberg, 2007) Kecelakaan
lalu lintas
Jatuh Trauma
benda tajam dan tumpul Kecelakaan kerja Kecelakaan rumah tangga Kecelakaan olahraga Trauma tembak dan pecahan bom
Tanda dan Gejala Brain Injury (naughton dkk, 2006) 1. Derajat ringan Sakit kepala Penglihatan kabur Rasa berdengung di telinga Pengecapan perubah Perbuhan pola tidur, perilaku dan emosi Gangguan memori, konsentrasi, perhatian, proses berpikir 2. Derajat sedang dan berat Sakit kepala dengan intensitas bertambah Mual dan muntah kejang Dilatasi pupil Kelemahan ekstremitas
Intervensi Fisioterapi Komunikasi
terapeutik
Positioning Infra
red Electrical muscle stimulation Brething execise Passive ROM exercise Stretching AAROMEX (Active Assitive ROM Exercise)
BEDAH JURNAL
Disfonia
adalah gangguan pita suara biasanya mewujudkan sebagai suara serak. etiologinya dapat neurologis, organik, atau fungsional Disfagia adalah sebuah istilah medis yang artinya sulit menelan
Penyebab disfonia dan disfagia pada pasien brain injury Akibat
gangguan neurologis saraf pusat. Pada saraf kranial ke X Kerusakkan pada saraf laryngeal
Analisis PICOT
P : 18 pasien yang di rawat di departemen rehabilitasi pada kasus stroke atau brain injury I : NMES dan CST C : perbandingan dengan 12 pasien diberikan NMES dan 6 orang diberikan pelatihan menelan konvensional (biasa) O : Ada perbedaan yang signifikan dalam GRBAS (kelas, kekasaran, hembusan nafas, asthenia dan skala strain) skor total dan tingkat tekanan suara (SPL) antara kedua kelompok dari waktu ke waktu. NMES relatif Lebih baik terhadap kelompok CST T: waktu penelitian ini pada bulan November 2011 dan Mei 2015
Intervensi Kelompok
eksperimen yang menerima baik terapi NMES laryngopharyngeal (n = 12) Kelompok kontrol yang hanya menerima CST (n = 6)
CST
NMES
F: 5x seminggu I : ringan T : tounge retraction exercise, bolus manipulatif exercise, jaw and lip range of motion exercise, shaker exercise, thermotactile stimulasi, mendelsohn manuver T : 60 menit
F : 5x per minggu dan sekali per hari selama 60 menit selama awal 2 minggu saat menjalani CST I : 80 Hz dan 300 μ s. Intensitas rangsangan berkisar antara 3 mA T : VitalStim Therapy System (Chattanooga Group, Austin, TX, USA) T : 60 menit
TERIMAKA KASIH YA