CASE PRESENTATION Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Disusun oleh: Kevin Suwandi Beatrice Sukidy
Pembimbing: dr. Vonny Goenawan, Sp.S
Penguji: dr. Peter Gunawan Ng, Sp.S
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Siloam Hospital Lippo Village – Rumah Sakit Umum Siloam Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 28 Februari 2019 – 2 Maret 2018 Tangerang
I.
Identitas Pasien
Inisial
: Tn. O
Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 31 Oktober 1975
Usia
: 43 tahun
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Kristen
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Tangerang
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Medical Record
: RSUS.0000845063
Tanggal masuk RS
: 5 Februari 2019
Tanggal pemeriksaan : 6 Februari 2019 pukul 06.00
II.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 6 Februari 2019 pukul 6.00 pagi.
Keluhan Utama Pusing berputar sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari SMRS. Pusing berputar dirasakan mendadak pada saat berjalan dan hilang timbul. Rasa pusing berputar berkurang apabila pasien berbaring dan diperparah apabila pasien banyak bergerak. Pasien mengaku pusing berputar yang dirasakannya mengganggu aktivitas sehari-harinya. Pasien mengaku merasakan adanya telinga berdenging 1 hari SMRS. Pasien mengeluhkan adanya mual dan menyangkal muntah. Pasien mengeluhkan adanya batuk berdahak dengan warna dahak
hijau dan demam dengan suhu naik turun sejak 4 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Pasien menyangkal riwayat penyakit diabetes dan kolesterol.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien menyangkal memiliki keluhan yang serupa sebelumnya. Pasien menyangkal riwayat penyakit jantung dan stroke. Pasien menyangkal riwayat trauma kepala.
Riwayat Penyakit Keluarga Pasien menyangkal keluarga memiliki keluhan yang serupa sebelumnya. Pasien menyangkal riwayat penyakit keluarga hipertensi, jantung, kolesterol, dan diabetes.
Riwayat Alergi Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi.
Riwayat Kebiasaan dan Sosial Pasien menyangkal kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan NAPZA.
Riwayat Penggunaan Obat Pasien mengkonsumsi amlodipine secara tidak rutin.
III.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Februari 2019 a. Keadaan Umum
: sakit ringan
b. Kesadaran
: compos mentis
c. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah
: 130/90
Nadi
: 76x/menit, isi cukup, reguler
Pernapasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,6ºC
d. Status Generalis Kepala
Normocephal
Mata
Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) Pupil isokor (2mm / 2mm), bulat
THT
Normotia Sekret (-/-) Darah (-/-)
Leher
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Bekas luka (-) Massa (-)
Paru
Pengembangan dada simetris Vesikuler (+/+) Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung
Iktus kordis tidak teraba S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Supel Bising usus (+) 10x/menit Nyeri tekan (-)
Punggung
Massa (-) Lesi (-) Deformitas (-)
Ekstremitas
Akral hangat (+/+)
CRT < 2 detik Edema (-)
e. Status Neurologis Glasgow Coma Scale (GCS) : 15 (E4 M6 V5)
Tanda Rangsang Meningeal Kaku kuduk
: (-)
Laseque Sign : >70o / >70o Kernig Sign
: >135o / >135o
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II : (-)
Saraf Kranial Fungsi
Kanan
Kiri
Nervus I Fungsi Penghidu
Tidak dilakukan Nervus II
Visus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lapang Pandang
Sama dengan pemeriksa
Sama dengan pemeriksa
Warna
Tidak dilakukan
Fundus
Tidak dilakukan Nervus III, IV, VI
Sikap Bola Mata
Orthophoria
Orthophoria
Ptosis
-
-
Refleks Cahaya Langsung
+
+
Refleks Cahaya Tidak Langsung
+
+
Pergerakan Bola Mata
Nervus V Motorik Inspeksi
Eutrofi
Eutrofi
Palpasi
Normotonus
Normotonus
Membuka Mulut
Normal
Normal
Gerakan Rahang
Normal
Normal
Sensibilitas V1
Normal
Normal
Sensibilitas V2
Normal
Normal
Sensibilitas V3
Normal
Normal
Refleks Kornea
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensorik
Nervus VII Sikap Mulut Istirahat
Simetris
Angkat Alis
Normal
Normal
Kerut Dahi
Normal
Normal
Kembung Pipi
Normal
Normal
Menyeringai
Normal
Normal
Rasa Kecap 2/3 Anterior Lidah
Normal Nervus VIII
Suara Bisikan/Gesekan Rinne
Kiri dan kanan terdengar sama +
Weber
+ Lateralisasi (-)
Schwabach
Normal
Normal
Nistagmus
-
-
Romberg Test
-
Tandem Gait
-
Fukuda Test
Nervus IX, X
Arkus Faring
Simetris
Uvula
Deviasi (-)
Disfonia
-
Disfagia
-
Gag Reflex
Tidak dilakukan Nervus XI
Strenocleidomastoid
Normal
Normal
Trapezius
Normal
Normal
Nervus XII
Deviasi
-
Atrofi
-
Fasikulasi
-
Tremor
-
Menjulurkan Lidah
Deviasi (-)
Kekuatan Lidah
Normal
Normal
Ekstremitas Atas
Kanan
Kiri
Atrofi
-
-
Fasikulasi
-
-
Tonus
Normotonus
Normotonus
Gerakan involunter
-
-
Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Atrofi
-
-
Fasikulasi
-
-
Tonus
Normotonus
Normotonus
Gerakan involunter
-
-
Pemeriksaan Motorik
Kekuatan Otot
5555
5555
5555
5555
Refleks Fisiologis Refleks
Kanan
Kiri
Biceps
2+
2+
Triceps
2+
2+
Brachioradialis
2+
2+
Patella
2+
2+
Achilles
2+
2+
Refleks
Kanan
Kiri
Babinski
-
-
Chaddock
-
-
Oppenheim
-
-
Gordon
-
-
Schaffer
-
-
Hoffman Trommer
-
-
Refleks Patologis
Pemeriksaan Sensorik Ekstroseptif
Kanan
Kiri
Raba
Normal
Normal
Nyeri
Normal
Normal
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Proprioseptif
Kanan
Kiri
Posisi Sendi
Normal
Normal
Getar
Normal
Normal
Koordinasi dan Keseimbangan Tes Tunjuk Hidung
: normal
Tes Tumit Lutut
: normal
Disdiadokokinesis
: normal
Fungsi Otonom Miksi
: normal
Defekasi
: normal
Sekresi Keringat
: normal
Fungsi Luhur MMSE
: tidak dilakukan
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 6 Februari 2019 Hematology Hasil Pemeriksaan
Referensi
Haemoglobin
15.7 g/dL
13.2 - 17.3
Hematocrit
45.2 %
40 - 52
Erythrocyte
5.35 106/mL
4.4 - 5.9
White Blood Cell
9.63 103/mL
3.8 - 10.6
Basophil
0
%
0-1
Eosinophil
3
%
1-3
Band Neutrophil
3
%
2-6
Segment Neutrophil
57
%
50 - 70
Lymphocyte
30
%
25 - 40
Monocyte
7
%
2-8
Platelet Count
229
103/mL
150 - 440
ESR
7
mm/hours
0 - 15
MCV
84. 5 fL
80 - 100
MCH
29.3 pg
26 - 34
MCHC
34.7 g/dL
32 - 36
Biochemistry Hasil Pemeriksaan
Referensi
SGOT
23
U/L
0 - 40
SGPT
34
U/L
0 - 41
Ureum
29
mg/dL
<50
Creatinine
1.1
mg/dL
0.5 - 1.3
eGFR
81.8
mL/mnt/1,73 m2
>=60
Blood Random Glucose
101
mg/dL
<200
Sodium
139
mmol/L
137 - 145
Potassium
3.8
mmol/L
3.6 - 5
Chloride
101
mmol/L
98 - 107
V.
Resume Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari SMRS. Pusing berputar dirasakan mendadak pada saat berjalan dan hilang timbul. Rasa pusing berputar berkurang apabila pasien berbaring dan diperparah apabila pasien banyak bergerak. Pusing berputar yang dirasakan pasien mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Pasien mengaku merasakan adanya telinga berdenging 1 hari SMRS. Pasien mengeluhkan adanya mual. Pasien mengeluhkan adanya batuk berdahak dengan warna dahak hijau dan demam dengan suhu naik turun sejak 4 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Pasien mengkonsumsi amlodipine secara tidak rutin.
VI.
Diagnosis
VII.
Klinis
: Vertigo
Topis
: Canalis semicircularis
Etilogis
: Idiopatik
Patologis
: Canalithiasis
Diagnosis Kerja Benign Paroxysmal Positional Vertigo Hipertensi
VIII. Diagnosis Banding Meniere’s Disease Labirintitis Vestibular Neuritis
IX.
Prognosis
X.
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
Saran Terapi -
Betahistine PO 24mg BD
-
Amlodipine PO 5mg OD
-
Omeprazole IV 40mg OD
BAB II ANALISA KASUS Secara umum, rasa pusing dibagi menjadi 4, yaitu pre-syncope, disequilibrium, lightheadedness, dan vertigo. Pre-syncope merupakan perasaan ingin pingsan tanpa kehilangan kesadaran yang biasanya disertai dengan kelemasan, pandangan kabur, dan jantung berdebar. Disequilibrium merupakan rasa ketidakseimbangan. Light-headedness merupakan rasa seperti mengambang. Vertigo merupakan sensasi bergeraknya tubuh seperti berputar tanpa adanya pergerakan tubuh.1 Pasien ini datang dengan keluhan pusing yang dideskripsikan seperti berputar sehingga keluhan pasien lebih mengarah pada vertigo. Vertigo sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu vertigo vestibuler dan vertigo non vestibuler. Vertigo vestibuler pun dibagi menjadi dua, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Sistem vestibuler perifer terdiri dari 3 kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan horizontal, dan organ otolit yaitu sakulus dan utrikulus. Sitem vestibuler sentral meliputi otak dan batang otak.2 Vertigo perifer dan sentral memiliki gejala khas masing-masing (lihat Tabel 2.1.). Pada pasien ini, keluhan pusing berputar timbul mendadak dan hilang timbul serta mengganggu aktivitas pasien. Pasien juga mengeluhkan adanya telinga berdenging. Gejalagejala tersebut merupakan karakteristik dari vertigo perifer. Selain itu, pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya defisit neurologis pada pasien tersebut. Tabel 2.1. Karakteristik Vertigo Perifer dan Sentral3 Perifer
Sentral
Vertigo
Hilang timbul, berintensitas tinggi
Konstan, berintensitas sedang
Nistagmus
Unidireksional, horizontal
Uni/bidireksional, vertikal
Gangguan Pendengaran/tinitus
Sering terjadi
Jarang terjadi
Defisit neurologis
Tidak ada
Umumnya ada
Gambar 2.1. Sistem Vestibuler Perifer
Vertigo perifer dapat disebabkan oleh beberapa penyakit. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan gangguan vertigo perifer paling umum dimana rasa pusing berputar biasanya diperparah oleh perubahan posisi kepala. Patofisiologi BPPV masih kurang jelas, namun terdapat beberapa teori seperti teori kupulolitiasis dan kanalitiasis. Gejala BPPV meliputi rasa pusing berputar pada saat aktivitas tertentu seperti perubahan posisi kepala dan bangun tidur. BPPV biasanya berlangsung hanya dalam semenit.2,4 Meniere’s disease merupakan gangguan pada telinga akibat tekanan cairan endolimfe yang berlebihan dengan gejala vertigo episodik, tuli sensorineural, tinnitus, dan rasa penuh dalam telinga.5 Vestibular neuritis merupakan penyebab tersering kedua vertigo vestibuler perifer. Pada vestibular neuritis terjadi infeksi pada nervus vestibularis yang menyebabkan terjadinya degenerasi saraf dan dapat terjadi secara bilateral. Penyebab tersering vestibular neuritis adalah virus. Gejala vestibular neuritis meliputi rasa pusing berputar yang mendadak selama beberapa hari tanpa disertai dengan gangguan pendengaran.2 Labirintitis merupakan penyakit inflamasi pada labirin telinga. Labirintitis dapat muncul secara unilateral ataupun bilateral, dan sering terjadi setelah infeksi saluran pernafasan atas. Etiologi labirintitis meliputi virus, bakteri, ataupun penyakit sistemik. Vertigo pada labirintitis dirasakan mendadak dan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan tinnitus.2
Diagnosa vestibular neuritis dapat disingkirkan karena pasien memiliki keluhan rasa pusing berputar yang hilang timbul. Diagnosa labirintitis dapat disingkirkan karena pasien mengeluhkan rasa pusing berputar yang hilang timbul dan tidak ditemukannya gangguan pendengaran pada pemeriksaan fisik. Diagnosa Meniere’s disease dapat disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan adanya tuli sensorineural pada pemeriksaan fisik. Rasa pusing berputar yang dikeluhkan pasien dipengaruhi oleh pergerakan tertentu dan hilang timbul lebih mengarahkan pasien menderita BPPV. Diagnosa BPPV dapat dibantu dengan pemeriksaan fisik lain seperti manuver Dix-Hallpike untuk BPPV kanalis semisirkularis posterior dan supine roll test untuk BPPV kanalis semisirkularis horizontal.6
Gambar 2.2. Dix-Hallpike Maneuver
Gambar 2.3. Supine Roll Test
Pengobatan untuk BPPV sendiri tergantung dari gejala yang dirasakan. Obat vestibulosuppresant dapat digunakan untuk beberapa hari sampai gejala yang dirasakan reda. Selain itu terdapat obat-obatan seperti benzodiazepines (diazepam, lorazepam) dan antiemetics.7 Beberapa maneuver dapat dilakukan untuk mengatasi BPPV, yaitu Epley maneuver, Semont maneuver, dan senam Brandt-Daroff.
A.
Epley Manuever
Epley maneuver berfungsi sebagai tata laksana BPPV pada kanalis semisirkularis posterior. Pasien diminta duduk tegak dengan kepala pasien menoleh sebesar 45º ke arah telinga yang terganggu, dilanjutkan dengan menjatuhkan pasien pada posisi berbaring supinasi dengan kepala menggantung selama 1-2 menit. Kemudian, kepala pasien dimiringkan 90º ke arah berlawanan dengan posisi wajah ke bawah selama 1-2 menit, dan kemudian duduk kembali.6,8
Gambar 2.4. Epley Maneuver
B.
Semont Maneuver
Semont maneuver berfungsi sebagai tata laksana BPPV pada kanalis semisirkularis posterior. Pasien diminta untuk duduk tegak dan memutar kepala 45º ke arah tanpa keluhan. Kemudian, pasien diposisikan berbaring ke sisi keluhan dengan cepat. Setiap posisi ditahan selama 1-2 menit atau sampai nistagmus atau rasa vertigo hilang.6,8
Gambar 2.5. Semont Maneuver
C.
Brandt-Daroff Pada senam Brandt-Daroff, pasien diminta untuk duduk tegak di sisi tempat tidur dengan
kepala diputar sebesar 45º ke arah yang berlawanan dari sisi yang menyebabkan vertigo, diikuti dengan posisi berbaring dengan satu sisi tubuh secepat mungkin. Posisi berbaring tersebut dipertahankan selama 30 detik, dan pasien diminta kembali ke posisi duduk dan mengulangi senam tersebut untuk sisi lainnya. Senam Brandt-Daroff dilakukan 5-10 kali per hari hingga vertigo hilang atau selama 2 minggu.6
Gambar 2.6. Senam Brandt-Daroff .
BAB III DAFTAR PUSTAKA 1. Muncie HL, Sirmans SM, James E. Dizziness: Approach to Evaluation and Management. Am Fam Physician. 2017;95(3):154-162. 2. Thompson TL, Amedee R. Vertigo: A Review of Common Peripheral and Central Vestibular Disorders. Ochsner J. 2009;9(1):20-26. 3. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology. 4. Gaur S, Kumar SA, Kumar SSB, et al. Efficacy of Epley's Maneuver in Treating BPPV Patients: A Prospective Observational Study. Int J Otolaryngol. 2015. 5. Oberman BS, Patel VA, Cureoglu S, Isildak H. The aetiopathologies of Ménière's disease: a contemporary review. Acta Otorhinolaryngol Ital. 2017;37(4):250–263. 6. Lee SH, Kim JS. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. J Clin Neurol. 2010;6:51-63. 7. Cavaliere M, Mottola G, Iemma M. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: a study of two manoeuvres with and without betahistine. Acta Otorhinolaryngol Ita. 2005;25:107-112. 8. Vazquez PP, Gutierrez VF. Treatment of benign paroxysmal positional vertigo. A clinical review. J Laryngol Otol. 2017;12:165-173