endidikan Seks Buat Remaja, Perlukah? Diposting oleh dr. iwan setiawan di 2:25 PM Sebuah fenomena baru telah membuka mata kita, bahwa ternyata remaja sekarang telah begitu paham dengan yang namanya pacaran, lepas itu pacaran sehat maupun pacaran yang tergolong heboh (pahe). Bagaimana remaja saat ini yang katanya remaja millenium nan gaul telah terlampau jauh perilaku pacarannya, itu kalo kita membandingkan dengan model – model pacaran masa lalu. Bagaimana mungkin melakukan hubungan seksual, orang pacarannya aja mesti ditunggu’in salah seorang anggota keluarga, atau bahkan orang tuanya juga ikutan nimbrung.
Memang kalo kita berbicara masalah remaja, selalu menjadi topik pembicaraan yang cukup menarik, dilihat dari sisi manapun, baik dari aktifitasnya, ciri fisik maupun dari perkembangan pubertasnya, termasuk fungsi – fungsi seksualitasnya. Kalo kita menilik beberapa ucapan beberapa orang pakar dibidang kesehatan, katanya usia remaja memang usia-usia rawan, dimana pada saat itu kondisi fisik dan hormonalnya sedang mengalami perubahan – perubahan dan hal ini disadari atau tidak sering menimbulkan kekhawatiran pada diri seorang remaja. Pada saat inilah seorang remaja mulai mengenal, menyukai bahkan mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan pada saat itu segala sesuatunya bisa terjadi. Hal ini rasanya cukup wajar, karena seorang (berusia) remaja cenderung ingin tahu, serba ingin mencoba bahkan suka bereksperimen dengan hal – hal yang berbahaya, seks misalnya. Nah, berbicara tentang seks, apalagi seks di usia remaja memang cukup mengasikkan karena hal yang dulu sempat dianggap tabu saat ini menjadi bahan perbincangan di setiap tempat, di sekolah, bahkan di masjid pun cukup hangat ketika membahas tentang pacaran dan kaitannya dengan fungsi seksual seseorang. Tidak salah kalo kita sudah mulai ancang – ancang untuk membekali remaja dengan pengetahuan – pengetahuan tentang reproduksi sehat, termasuk didalamnya pengenalan organ – organ reproduksi sehat, termasuk di dalamnya pengenalan organ – organ reproduksi manusia. Karena di dalam kerangka materi reproduksi sehat (dan yang tidak sehat) sering juga disinggung beberapa risiko yang bisa dialami oleh seseorang (remaja)
apabila menggunakan secara salah atau bahkan menyalahgunakan fungsi fisiologis (normal) dari organ – organ reproduksi mereka. Bahkan kalo boleh dicatat, kasus – kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) saat ini sudah semakin banyak saja sehingga bekal ilmu tentang reproduksi sehat atau Pendidikan Kesehatan Reproduksi sejak sekarang sudah harus segera dimulai! Terakhir, mudah – mudahan beberapa tulisan yang diangkat oleh blog ini cukup memberikan gambaran atau bahkan cukup membuka wawasan kita terutama remaja untuk lebih memahami kondisi yang ada saat ini. Motto jadilah remaja yang bertanggung jawab sudah harus merasuk di dalam hati sanubari kita semua. (dr. iwan) http://dokteriwanmenjawab.blogspot.com/2007/08/pendidikan-seks-buat-remajaperlukah.html
Pendidikan Seks Tunda Hasrat Remaja
Pendidikan Seks Tunda Hasrat Remaja Pendidikan seks dianggap berhasil karena mendorong remaja menunda keinginan berhubungan badan. Setidaknya mereka menunggu berhubungan seks untuk pertama kalinya pada usia yang lebih matang. Dari sebuah jajak pendapat yang dilakukan pusat penyakit menular di Amerika Serikat, para remaja yang mendapat pendidikan seks mengatakan tidak mencoba berhubungan seks sebelum melewati usia 15. Di negara maju, sekitar 93% sekolah menengah, memasukan pendidikan seks dalam kurikulum pelajaran sekolah, dan jajak pendapat ini dilakukan untuk mengetahui efektifitasnya. Survei dipimpin oleh Dr Trisha Mueller, pakar penyakit menular dari pusat penelitian di Atlanta. Sebanyak 2.019 remaja berusia 15-19 menjadi responden. Kepada mereka ditanyakan, apakah menerima pendidikan seks secara formal di sekolah, gereja atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Ditanyakan pula, apakah mereka diberitahu bagaimana cara menolak ajakan berhubungan seks dan pengetahuan mengenai alat kontrasepsi. Para remaja itu ditanya pada usia berapa mereka mendapat pendidikan seks dan bercinta untuk pertama kalinya. Para peneliti kemudian membandingkan usia pertama kali berhubungan seks pada remaja yang mendapat pendidikan seks dan tidak. Sebanyak 59% remaja putri yang mendapat pendidikan seks mengatakan, mereka tidak berhubungan seks sebelum berusia 15. Sedangkan remaja pria, 71% orang yang mendapat pendidikan seks mengatakan tidak berhubungan seks sebelum usia 15. Pada kelompok remaja berisiko tinggi seperti keturunan Afrika Amerika dan yang tinggal di daerah kota, pendidikan seks memberikan hasil lebih baik. Sekitar 88% mengatakan tidak berhubungan seks sama sekali sebelum usia 15. Remaja pria lulusan sekolah menengah dan mendapat pendidikan seks tercatat tiga kali lebih memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi dibanding mereka yang tidak mendapat pendidikan seks. inilah.com