BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Suatu perguruan tinggi khususnya pada tiap jurusan memiliki ruang pengelola masing -masing. Kegiatan yang dilakukan di ruang pengelola adalah kegiatan akademika pelayanan kepada semua civitas akademika di jurusan. Baik pada mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan (tenaga administrasi, tenaga teknisi, dan tenaga studio). Begitu juga dengan prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, salah satu kegiatan civitas akademika dilakukan di ruang studio. Pengelolaan ruangan studio yang ada pada prodi Arsitektur, lebih khususnya pada ruangan D.12, yang di gunakan sebagai studio oleh mahasiswa arsitektur, tahun angkatan 2017. Hal tersebut menuntut suasana belajar yang nyaman dan sistem pembelajaran yang teratur. Karena lingkungan belajar yang baik ikut berperan serta dalam peningkatan efektifitas belajar.Namun hal itu tidak terlihat pada ruang studio yang terdapat pada Prodi Arsitektur Fakultas Teknik. Melihat sedikit ke belakang, ruang studio yang pada mulanya di peruntukan sebagai ruang studio gambar dan kelas. Yang mana desain awal merupakan ruang yang sedikit sempit tanpa sekat. Karena alasan tersebut dan tidak adanya alternatif lain maka, menjadi kan ruang tersebut menjadi pengap.Padahal seharusnya tata ruang studio juga memperhatikan kenyamanan dari segi penggunanya. Penataan yang tepat akan memberikan kesan bahwa ruangan tersebut terlihat rapi dan pembelajaran terasa nyaman, efisien, dan lebih nyaman. Oleh karena itu penulis memilih ruang studio D.12 prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjung Pura sebagai acuan dari penelitian dengan judul “Pengaruh Penghawaan Dan Penataan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Terhadap Kenyamanan Mahasiswa/i Dalam Proses Pembelajaran”. Dalam menulis laporan penelitian ini kami disadarkan akan kepekaan kami terhadap apa yang kami rasakan tentang
1
kenyamanan ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura. Kondisi dan situasi yang ada di ruang studio D.12 program studi Arsitektur UniversitasTanjungpura dirasakan masih jauh dari kata “ nyaman “ baik itu dari segi kenyamanan penghawaan dan penataan ruangnya karena mahasiswa program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura memiliki aktivitas yang sangat dinamis yang memerlukan keluasan gerak dan ide selama pagi sampai sore hari. Kondisi ini memicu terjadinya menurunnya konsentrasi dan kenyamanan mahasiswa program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura dalam proses pembelajaran.
1.2
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana Sistem Penghawaan di Ruang studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura ? ,
2.
Bagaimana Kondisi Penataan Ruang Studio D.12
Program Studi
Arsitektur Universitas Tanjungpura? , 3.
Bagaimana Pengaruh Penghawaan dan Penataan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui sistem penghawaan di ruang studio D.12 program studi arsitektur Universitas Tanjungpura.
2.
Untuk Mengetahui Penataan Ruang Studio D.12
Program Studi
Arsitektur Universitas Tanjungpura.
3.
Untuk Mengetahui Pengaruh Penghawaan dan Penataan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura.
2
1.4
Manfaat Penulisan
1.
Bagi program studi Arsitektur Univeesitas Tanjungpura Penulisan laporan penelitian ini menjadi masukan program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura dalam menciptakan penghawaan dan penataan ruang studio yang baik.
2.
Bagi mahasiswa program studi Arsitektu Universitas Tanjungpura Penulisan laporan penelitian ini bermanfaat sebagai pemenuhan kenyamanan bagi setiap mahasiswa/i program studi Arsitektur Untan angkatan 2017 dalam proses pembelajaran studio.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Kenyamanan Termal
Dewasa ini, kegiatan manusia lebih banyak dihabiskan di dalam ruangan, Oleh sebab itu manusia membutuhkan sebuah kenyamanan di dalam bangunan terkhusus dalam ruangan untuk melakukan aktivitas kegiatan dengan baik, tenang dan nyaman. Redaksi di atas senada dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Attar dalam Lee dan Chang dalam Imam (2012), bahwa pada umumnya orang-orang menghabiskan waktunya (lebih dari 90%) di dalam ruangan, sehingga mereka membutuhkan udara yang nyaman dalam ruang tempat mereka beraktivitas, oleh karenanya kecepatan udara yang baik dalam ruangan sangat bermanfaat bagi mereka. Kenyamanan merupakan bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur . Definisi kenyamanan adalah interaksi dan reaksi manusia terhadap lingkungan yang bebas dari rasa negatif dan bersifat subjektif. Menurut (Mannan, 2007; Sugini, 2004) dalam Sahabuddin dkk (2014), selayaknya bangunan dapat memberi ruang beraktivitas yang nyaman (termasuk nyaman termal) kepada manusia sebagai penggunanya agar terlindung dari iklim luar yang tidak menguntungkan, sehingga aktivitas dalam bangunan dapat berjalan dengan optimal. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman,tenang, gembira, dan lain lain) yang terukur secara subyektif (kualitatif). Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif) yang meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal. Adapun istilah istilah kenyamanan termal yang paling bias sampai yang tidak bias menurut (Muhmmad Attar dalam Sugini (2004), adalah mulai dari gerah, nyaman, panas, segar dan dingin, sejuk pengap. Menurut Arlik Sarinda, dkk (2017) , kenyamanan termal yang berubah di luar kondisi normal dapat berpengaruh terhadap kondisi seseorang baik itu ketidaknyamanan fisik (berkeringat/evaporasi, cepat lelah, kurang oksigen
4
sehingga menjadi mudah mengantuk), maupun ketidaknyamanan mental seperti munculnya berbagai macam sugesti negatif bagi penghuni ruangan tersebut
Kenyamanan termal dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan dengan lingkungan termal (Eddy Imam Santoso dalam Nugroho, 2006). Definisi yang lain menyebutkan sebagai lingkungan indoor dan faktor pribadi yang akan menghasilkan kondisi lingkungan termal yang dapat diterima sampai 80% atau lebih dari penghuni dalam sebuah ruang, namun tidak pernah tepat didefinisikan oleh standar, secara umum disepakati dalam komunitas riset kenyamanan termal yang diterima adalah identik dengan “kepuasan” , dan kepuasan dikaitkan dengan sensasi panas “sedikit hangat” , “netral” , dan
“sedikit dingin” . Pemaknaan
berdasarkan pada pendekatan psikologis lebih banyak digunakan oleh para pakar pada bidang termal. ASHRAE (American Society of Heating Refrigating Air Conditioning Engineer) memberikan definisi kenyamanan termal sebagai kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya. Dengan pemaknaan kenyamanan termal sebagai kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya maka berarti kenyamanan termal akan melibatkan tiga aspek yang meliputi fisik, fisiologis dan psikologis, sehingga pemaknaan kenyamanan termal berdasarkan pendekatan psikologis adalah pemaknaan yang paling lengkap .
1.2
Penataan Ruang
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992, Tata adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang direncanakan maupun tidak. Ruang aktivitas dalam bangunan sebagai wujud dari produk desain arsitektur mempunyai beberapa fungsi. Pertama sebagai pelindung (shelter) , kedua sebagai wadah aktivitas dan ketiga mempunyai fungsi sosial ( Dr. Sugini dalam Markus & Moris, 1980 ) . Ruang secara konstan melingkupi keberadaan kita. Melalui volume ruang kita bergerak, melihat bentuk, mendengar suara, merasakan angin ( Francis D.K. Ching, 2007) . Ciri-ciri visual hubungan satu ruang dengan ruang yang lain, serta ukuran dan penempatan bukaan di dalam
5
pembatas-pembatasnya menentukan baik mutu ruang yang terbentuk maupun tingkat hubungan ruang tersebut dengan ruang-ruang disekilingnya (Francis D.K. Ching , 1996 ) . Mengacu pada teori di atas maka, ruang D.12 Prodi Arsitektur Universitas Tanjungpura termasuk dalam produk arsitektur yang mempunyai fungsi sebagai wadah dari aktivitas tertentu ( belajar mengajar). Tentu dalam proses pembelajaran, ruang akan menjadi lingkup atau area mahasiswa dalam bergerak, melihat bentuk, mendengar dan merasakan kepekaan. Oleh sebab itu ruang tersebut haruslah ditata agar mahasiswa mendapat kenyamanan dalam proses pembelajaran yang sudah disebutkan diatas. Dalam proses belajar, mahasiswa arsitektur memerlukan ruang yang disebut studio. Studio ini menjadi tempat mahasiswa arsitektur dalam aktivitasnya belajar di kampus. Pada dasarnya
ruangan
studio
diperuntukkan
dalam
menunjang
aktivitas
menggambar yang membutuhkan media meja gambar. Penataan meja gambar yang baik juga memiliki pengaruh dalam kenyamanan mahasiswa arsitektur dalam melaksanakan praktikum studio. Studio juga mirip dengan kelas, hanya saja penyebutan ruang studio lebih familiar oleh mahasiswa arsitektur. 2.2.1
Kriteria Ruang Studio yang Baik Ruang studio erat kaitannya dengan mahasiswa arsitektur. Dalam penataan ruang studio juga memperhatikan kriteria-kriteria untuk mencapai kenyamanan . Menurut Liliany dalam Rahmi Amin Ishak dkk. (2012), fisik ruang studio sebagai wadah pelatihan harus memperhatikan area untuk aktivitas mencetuskan gagasan secara verbal dan area untuk aktivitas mencetuskan gagasan ke wujud nyata (maket 3D). “Konsep berpindah-pindah” sebagai cara pelatihan dan pembinaan intensif dari pembimbing yang selalu berada di antara mahasiswanya, yakni: fleksibilitas. Kebutuhan mahasiswa akan informasi menuntut dibutuhkannya area untuk: “saling nguping”, “saling curi gagasan” yang juga berkarakter open plan. Setiap aktivitas yang diprogram secara ketat perlu diartikan sebagai program-program aktivitas yang disesuaikan dengan tahapan metodologi desain yang diterapkan untuk pelatihan dan
6
pengajaran desain di studio. Program aktivitas yang dioperasionalkan memerlukan area khusus seperti misalnya :
1. Area untuk aktivitas eksplorasi berupa perpustakaan mini di studio yang memungkinkan mahasiswa melakukan aktivitas konstruktif (hunting information), pada program ini mahasiswa dikondisikan proaktif mencari informasi sebanyak mungkin kemudian menyusun laporan kompilasi data, disebut dengan tahap persiapan dan usaha, melalui pelatihan ini diharapkan mahasiswa mampu berpikir konvergen. 2. Area untuk diskusi kelompok yang menerapkan teknik-teknik kreatif, termasuk misalnya : problem based learning, program mendatangkan dosen tamu, pakar praktisi (lunch bag lecture), calon pengguna, program sharing model kakak kelas yang berprestasi, lebih dituntut suasana yang agak santai tetapi tetap dapat berkonsentrasi tinggi, dapat duduk bersila lesehan di lantai. Aktivitas-aktivitas tersebut baik menurut Quayle dalam Liliany memang benar dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif atau disebut dengan Lingkungan Belajar yang Mengundang (LBM). 3. Area untuk inkubasi yang diperlukan untuk “melepaskan diri“ dari masalah untuk sementara (“mengeram”), lebih bersifat mandiri, disediakan individual space atau “keluar dari ruang studio, entah ke mana?
4. Area untuk bersibuk diri secara kreatif, dikondisikan suasana di mana sikap pembimbing agak fleksibel, artinya diperlukan tenggang rasa dalam menuntut ketenangan, bahwa setiap mahasiswa tidak harus “duduk diam menjadi anak manis”, terdengar suara-suara produktif yang terkait dengan pencetusan gagasan dalam wujud visual atau 3D.
5. Area untuk evaluasi hasil karya desain, diperlukan display box, aktivitas gelar karya atau pameran karya ini diupayakan dapat
7
dijadikan wadah untuk saling kritik, berkomunikasi secara verbal sekaligus visual. Feldhusen dan Treffinger dalam Utami Munandar ,menekankan perlunya menciptakan lingkungan kreatif di dalam studio yang dapat merangsang belajar kreatif.
2.2.2
Fasilitas Studio Fasilitas merupakan segala sesuatu yang menunjang dalam aktivitas sehari-hari. Fasilitas ruang kelas atau studio misalnya sangat menunjang proses pembelajaran di kelas atau studio.Fasilitas-fasilitas tersebut dapat berupa fasilitas-fasilitas primer dan sekunder. Fasilitas primer berarti fasilitas yang utama digunakan seperti contoh kursi , meja, papan tulis, proyektor . Kursi dan meja tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Papan tulis juga merupakan fasilitas yang wajib yang ada di riang kelas atau studio. Papan tulis menjadi tempat untuk menejlaskan sesuatu dengan menuliskannya di permukaan papan tulis . Sedangkan proyektor menjadi alat bantu dalam menyampaikan materi dari laptop. Kemudian fasilitas sekunder yang artinya fasilitas yang boleh ada atau tidak. Seperti AC dan kipas angina, karena keduanya tidak harus ada, bisa menggunakan penhhawaan alami melalui jendela dan ventilasi sehingga udara dapat masuk ke dalam ruangan. Seiring jalannya waktu setiap ruangan studio maupun kelas menggunakan kipas angin dan bahkan AC. Fasilitas studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura terdiri dari kursi dan meja gambar, papan tulis , proyektor, Kesemua fasilitas ini sangat menunjang dalam proses pembelajaran.
1.3
Kegiatan Belajar dan Mengajar
Dalam suatu lembaga atau institusi pendidikan tentu ada kegiatan yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang terlibat didalamnya. Dalam hal ini adalah kegiatan seorang mahasiswa dalam lembaga atau institusi pendidikan umumnya adalah belajar. Kegiatan belajar tentu harus di lakukan dengan
8
keadaan mahasiswa ataupun lingkungan yang baik dan mendukung kegiatan tersebeut agar berjalan secara efektif. Menurut Muh. Sain Hanafy (2014), pembelajaran pada pokoknya merupakan tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa dalam menyelenggarakan program pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok yang secara rinci memuat alokasi waktu, indicator pencapaian hasil belajar, dan,langkah-langkah kegiatan pembelajaran untuk setiap materi pokok mata pelajaran. Proses kegiatan belajar dan mengajar di studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura yakni dengan sistem mata kuliah studio dimana hanya satu mata kuliah yang dibagi dalam beberapa kajian dengan masing-masing dosen yang mengampunya. Pada pagi hari nya kegiatan belajar dan mengajar dimulai pukul 07.30 sampai pukul sekitas 11.30 , istirahat siang untuk kemudian sholat bagi yang beragama islam, selebihnya aktivitas makan siang. Kemudian lanjut pada pukul 13.00 kegiatan belajar mengajar studio dilanjutkan dengan kajian yang berbeda dandengan dosen yang berbeda. Pada sorenya ini proses belajar dan mengajar biasanya tidak menentu pulangnya pukul berapa. Hanya saja kalau dijadwal menunjukkan pukul 17.10 . Namun biasanya kami pulang lebih awal dari pukul 17.10 . Kegiatan belajar dan mengajar di studio berlangsung selama 2 hari dalam sepekan untuk angkatan 2017 khususnya di ruang D.12 . Pada semester pertama jadwal mata kuliah studio disebut dengan Dasar Perancagan Arsitektur ( DPA) , kemudian semester kedua disebut dengan Perancangan Arsitektur Bangunan I ( PAB I ) . Kedua nama mata kuliah tersebulah yang sudah dan sedang dijalani oleh angkatan 2017. Penulis saat ini tengah menjalani semester kedua.
9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penulisan Metode penelitian ini mengguanakan deskriptif yang didukung dengan studi literatur dan analisis secara rasional. Menurut Nazir (1988 : 63) dalam buku “Contoh Metode Penelitian” , metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaanTujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
3.2
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam laporan penelitian ini penulis mengumpulkan informasi yang diperlukan melalui kegiatan observasi langsung, kuisioner , dan dokumentasi . Dari kegiatan pengumpulan data tersebut, kemudian diolah menjadi data. Objek penelitian adalah ruang studio D.12 program studi Arsitektur Untan. 3.2.1
Observasi Kegiatan observasi adalah cara mengumpulkan data dengan cara meninjau langsung dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti. Data yang didapatkan melalui kegiatan observasi bersifat objektif sesuai dengan fakta dilapangan. Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kekuatan indera seperti pendengaran, penglihatan, perasa, sentuhan, dan cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empiris (Hasyim Hasanah, 2016).
10
3.2.2
Kuisioner Menurut Isti Pujihastuti (2010), kuesioner merupakan alat pengumpulan data primer dengan metode survei untuk memperoleh opini responden. Kuesioner dapat didistribusikan kepada responden dengan cara langsung oleh peneliti (mandiri), dikirim lewat pos (mailquestionair), dan dikirim lewat komputer misalnya surat elektronik (e-mail). Dalam laporan penelitian ini, penulis menditribusikan kuisioner secara mandiri dengan responden mahasiswa/i program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura di ruang studio D.12 . Jumlah mahasiswa/i angkatan 2017 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura adalah 49 orang . Jumlah mahasiswa/i yang mengambil mata kuliah studio di D.12 sebanyak 47 orang dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Dari 47 responden tersebut, yang mengisi kuisioner sebanyak 33 responden. Sisanya 14 responden sedang tidak berada di studio saat pengambilan data.
3.2.3. Dokumentasi Menurut Sugiyono (2005; 82) dalam Natalina Nilamsari, dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, dan karya. Bentuk tulisan, seperti; catatan harian, life histories, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, dan lainnya. Bentuk gambar, seperti; foto, gambar hidup, sketsa, dan lainnya. Bentuk karya, seperti; karya seni berupa gambar, patung, film, dan lainnya.
3.3
Analisis Sintesis Penulisan karya laporan penelitian ini dimulai dengan bab pertama yaitu pendahuluan. Bab pertama ini meliputi latar belakang , rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.Kemudian dilanjutkan dengan bab dua yaitu tinjauan pustaka yang meliputi kenyamanan termal, penataan ruang, dan kegiatan bejajar mengajar. Selanjutnya bab tiga yaitu metode penelitian yang meliputi metode penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis sintetis.
11
Bab empat yaitu hasil dan pembahasan , penulis membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat dalam laporan penelitian ini yang meliputi Sistem Penghawaan di Ruang studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura , Kondisi Penataan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura, dan Pengaruh Penghawaan dan Penataan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura. Selanjutnya bab lima, yaitu kesimpulan dan saran. Serta pada bagian akhir terdapat lembar pengesahan, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis mengumpulkan beberapa data yang sudah diperoleh. Adapun hasilnya berupa data sebagai berikut ; 4.1.1
Kondisi Penghawaan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura memiliki luas 8m x 10m dengan jumlah mahasiswa/i angakatan 2017 yang mendiaminya 47 orang. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data sebagai berikut ; 1. Temperatur Ruang D.12 Temperatur yang di dapatkan dari hasil pengamatan lapangan menggunakan sebuah aplikasi untuk mengetahui temperatur yaitu Room Temperature dengan rentang waktu yang berbeda. Berikut adalah tabel data temperatur di ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura. No
Waktu
Suhu
1
08.00 WIB
24 º C
2
10.00 WIB
31 º C
3
12.00 WIB
34 º C
4
14.00 WIB
30 º C
5
16.00 WIB
30 º C
Tabel 1.1 : Data temperatur ruang D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura. Pengukuran temperatur dilakukan pada hari Senin, 9 April 2018.
13
2.
Sirkulasi Udara dan Kenyamanan Penghuni Studio D.12 Program
Studi Arsitektur Universitas Tanjugpura Penulis mendapatkan data berupa pendapat tentang
sirkulasi udara dan kenyamanan penghuni di studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura dari hasil kuisioner yang sudah diisi oleh 33 responden yang terdiri atas mahasiswa dan mahasiswi. Dari pendapat responden diperoleh data sebagai berikut ; Jumlah responden : 33 orang Pertanyaan 1 : Apakah sirkulasi udara di ruang studio D.12 sudah baik? Responden menjawab “ YA“
= 5 orang
Responden menjawab “ TIDAK “
= 28 orang
Persentase ( % ) : Jawaban “ YA “
=
Jawaban “ TIDAK “
=
5 33 28 33
x 100 % = 15,15 % ~ 15 % x 100 % = 84, 84 % ~ 85 %
Diagram pendapat responden tentang sirkulasi udara di ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura
15%
85%
Baik
Tidak Baik
Pertanyaan 2 : Apakah Anda merasa kepanasan/pengap saat berada di ruang D.12 dalam rangka belajar mata kuliah studio dari pukul 08.00-17.00 WIB ?
14
Responden menjawab “ YA“
= 32 orang
Responden menjawab “ TIDAK “
=
1 orang
Persentase ( % ) : Jawaban “ YA “
=
Jawaban “ TIDAK “
=
32 33 1 33
x 100 % = 96,96 % ~ 97% x 100 % = 3,03 % ~ 3 %
Diagram pendapat responden yang merasa panas/pengap di ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura 3%
97%
Panas/pengap
Tidak panas/pengap
4.1.2 Fasilitas Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Fasilitas dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat
fisik
maupun
material,
yang
dapat
memudahkan
terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum
loboratorium
dan
segala
sesuatu
yang
menunjang
terlaksananya proses belajar mengajar (Arianto ,2008 dalam Beni Setyawan, Hery Sawiji, dan Patni Ninghardjanti) . Fasilitas yang tersedia di ruang studio program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura berdasarkan hasil observasi di lapangan adalah sebagai berikut ;
15
No
Nama Fasilitas
Jumlah
1
Meja Gambar
24
2
Kursi Model Lipat
11
3
Kursi Model Caffe
51
4
Papan Tulis
1
5
Proyektor
1
6
Kipas Angin
2
7
Air Conditioner ( AC )
2
Tabel 1.2 : Daftar fasilitas yang ada di ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura.
4.1.3 Bentuk Susunan Meja dan Kursi Ruang D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura . Susunan meja gambar dan kursi di ruang srudio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura saat ini berbentuk kelompokkelompok seperti susunan grid. Ada 6 kelompok meja gambar yang tersusun simetris.Setiap kelompok meja terdiri dari 4 buah meja gambar yang disatukan yang dikelilingi oleh kursi untuk duduk. Setiap kelompok meja dan kursi terdapat 8-10 orang yang mendudukinya dengan kondisi yang berdesakan.
Susunan Meja Gambar
0
Jendela
Papan Tulis
Kursi
16
Gambar 1.1 : Denah peletakan meja gambar studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura.
4.2
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, penulis kemudian menganalisis dari rumusan masalah yang ada. 4.2.1
Sistem Penghawaan di Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Setiap orang memerlukan ruang yang nyaman untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari. Kebanyakan manusia lebih sering beraktivitas di dalam ruangan, sehingga mereka sangat membutuhkan kenyamanan di dalam ruangan guna melakukan aktivitas kegiatan dengan baik, tenang dan nyaman ( Muhammad Attar, dkk , 2014) . Salah satu syarat ruang dikatakan nyaman adalah sistem penghawaannya. Penghawaan ini sangat lah penting karena penghawaan akan berpengaruh terhadap kenyamanan penghuni yang mendiami ruangan tersebut.Salah satunya adalah ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura yang digunakan untuk proses belajar mengajar. Dari hasil penelitian , kami mencoba menganalisis sistem penghawaan di ruang D.12 prodi Arsitektur Universitas Tanjungpura. Analisis nya sebagai berikut ; 1. Temperatur Ruang Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia (James Rilatupa , 2008 ). Dilihat dari tabel 1.1 , pukul 08.00 WIB temperatur ruangan menunjukkan 24º C, pukul 10.00 WIB menunjukkan 31º C, pukul 12.00 WIB menunjukkan 34º C, pukul 14.00 WIB memunjukkan 30º C, dan pukul 16.00 WIB menunjukkan 30º C. Temperatur tertinggi terjadi pada pukul 12.00 WIB, dan temperatur terendah terjadi pada pukul 08.00 . Perubahan temperatur ini dipengaruhi oleh cuaca dan pergerakan matahari. Menurut Lippsmeir (1994) dalam James
17
Rilatupa,
batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa
adalah pada kisaran suhu udara 22,5ºC - 29ºC dengan kelembaban udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara.Dari hasil pengukuran temperatur di ruang studio D.12 prodi Arsitektur Universitas Tanjungpura ada yang melebihi batas-batas kenyamanan yang berkisar sampai 34º C. Dengan kapasitas penghuni 47 orang dalam ruang studio berukuran 8m x 10m membuat ruangan menjadi panas. Banyak yang merasa tidak nyaman saat sedang berada di studio D.12 di temperatur yang mulai naik sampai 34º C. Akibatnya badan menjadi gerah, dan lemas.
2. Sirkulasi Udara dan Kenyamanan Penghuni Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjugpura
Sirkulasi udara menjadi faktor yang sangat penting dalam mendukung kenyamanan termal dalam sebuah ruang. Sirkulasi udara yang baik akan menjadikan udara dapat masuk dan keluar dengan baik sehingga udara kotor berganti menjadi udara yang bersih. Selain itu udara yang berhembus dengan lancar akan membawa suhu panas dari tubuh manusia keluar. Oleh karena itu penulis sudah membuat kuisioner berkenaan dengan sirkulasi udara dan kenyamanan Studio D.12 Program Studi Arsitektur. Pada Pertanyaan 1 sebanyak 15% dari 33 responden menganggap bahwa sirkulasi pada ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur sudah baik, sedangkan 85% sisanya menganggap tidak baik. Hasil ini menjadi acuan penulis bahwa ruang studio tersebut perlu adanya evaluasi dan beberapa perbaikan. Dalam Pertanyaan 2 sebanyak 97%
responden
menganggap
bahwa
dirinya
merasa
kepanasan/pengap saat berada pada ruang studio tersebut dari jam 08.00 sampai jam 17.00. Data pada pertanyaan 2 menguatkan asumsi penulis bahwa ruang studio tersebut belum nyaman dalam
18
beraktivitas dalam ruang studio. Ruang studio D.12 memiliki ventilasi menyilang namun ditutup menggunakan plastik bening karena dalam ruangan terdapat 2 buah AC dengan tujuan mengoptimalkan penghawaan dari AC. Namun, penghawaan yang dihasilkan AC kurang terasa dan ventilasi yang ditutup mengakibatkan sulitnya pertukaran udara di dalam ruangan.Oleh karena itu , penulis mencoba memberikan beberapa pilihan yaitu ; 1. Penghawaan Alami
Kenyamanan Termal dan Penghawaan Alami salah satunya dipengaruhi oleh Luas Bukaan Ventilasi pada Selubung Bangunan yang mengalirkan udara kedalam bangunan sehingga akan terjadi pertukaran udara dalam bangunan (Novan H. Toisi dan Kussoy Wailan John , 2011).Penghawaan alami bisa diterapkan di ruang studio D.12 dengan mengoptimalkan penggunaan ventilasi dan jendela dengan didukung oleh penggunaan kipas angin supaya memperlancar pertukaran udara panas dengan udara segar yang datangnya dari luar. Adanya ventilasi di dalam ruangan akan memudahkan pergerakan udara, dari luar ruang akan masuk ke dalam ruangan, sehingga ada pergantian udara (Moerdjoko, 2004) .
2. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan dapat dibuat dengan memanfaatkan AC . Ruang studio D.12 memiliki 2 buah AC, namun tingkat penghawaan yang dihasilkan tidak begitu terasa. Berdasarkan pendapat responden mengatakan masih terasa pengap, karena 2 AC tidak cukup untuk ruang yang padat . Setidaknya AC yang diperlukan 3 buah sehingga bisa dipasang bersebrangan untuk mengoptimalkan
penghawaan
tersebar
merata
di
ruangan.Namun ada kelemahan dalam penggunaan AC, menurut Made Ida Mulyati (2010) , pemakaian AC yang menggunakan
19
preyon
disamping merusak lapisan ozon juga pemborosan
energi yang sumbernya semakin tahun semakin menipis.
4.2.2 Fasilitas Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Pada sebuah ruangan tentu perlu adanya fasilitas penunjang dalam pelaksanaan kegiatan yang maksimal serta nyaman bagi penghuni ruang. Begitu pula dengan ruang studio tentunya harus ada fasilitas yang menunjang kegiatan ataupun kenyamanan di dalam studio, berdasarkan tabel 1.2 yang menjadi fasilitas penunjang kenyamanan termal ada 2 buah kipas angin dan 2 buah AC. Selain ituj juga terdapat kursi dan meja gambar, satu buah proyektor, dan papan tulis. Fasilitas yang tersedia cukup menunjang dalam kegiatan belajar dan mengajar. Beberapa fasilitas ada yang mengalami kerusakan seperti kursi lipat yang bantalan duduknya terkelupas dan meja mininya yang sudah tidak terpasang. Kursi untuk dosen tidak kokoh lagi. Ada beberapa meja gambar yang lacinya rusak . Selebihnya fasilitas yang lain masih layak digunakan.
4.2.3 Bentuk Susunan Meja dan Kursi Ruang D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Ruang-ruang kecil muncul sebagai konsekuensi ruang yang terbatas, yang mana sering diartikan sebagai ruang yang sempit. Ruang sempit ini sering juga dianggap sebagai ruang yang sulit diolah, sehingga membatasi aktivitas pengguna ruang (Ni Nyoman Sri Rahayu, 2015) yang mempengaruhi kenyamanan termal ruangan tersebut. Berdasarkan gambar 1.1 diketahui bahwa posisi meja gambar disusun menjadi 4 meja yang berhimpit kemudian penghuni ruang menyusun kursi mengelilingi meja yang sudah disusun tersebut. Susunan seperti ini
membuat
penghuni
yang
duduk
sangat
dekat
sehingga
mengakibatkan sulit bergerak sehingga tidak nyaman untuk kegiatan belajar .Dengan keadaan kursi yang berdekatan dan pergerakan yang terbatas membuat penghuni ruang studio merasa pengap ataupun panas. Penataan seperti ini menganggu konsentrasi belajar . Sebenarnya kelas
20
dibagi mejadi kelas A dan kelas B, namun tidak ada ruangan untuk menampung kelas B, sehingga kedua kelas ini menyatu dalam satu ruangan. Sehingga melebihi kapasitas ruangan yang disediakan. Kondisi seperti seperti dipaksakan, seharusnya dari program studi Arstektur menambah jumlah ruang studio untuk mengatasi kepadatan ruang. Jarak antara mahasiswa/i yang satu dengan yang lainnya sangat berdempetan, bahkan siku mereka bertemu. Jangankan duduk dengan nyaman, mau lewat saja sangat susah karena dihalangi oleh kepadatan kursi yang tersusun di dalam studio. Jika seseorang ingin lewat , dengan susah payah orang tersebut berjalan meminta teman untuk menggeser kursinya. Kejadian ini bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan satu pihak, melainkan kedua belah pihak.Selain itu penggunaan meja gambar juga tidak sesaui untuk standar studio seperti yang penulis amati dilapangan. Meja gambar yang ada digunakan seperti meja biasa pada umumnya. Seharunya meja gambar digunakan dengan mengangkat permukaan meja dengan sudut kemiringan tertentu, bukan didatarkan menyerupai meja belajar pada umumnya. Dari permasalahan itu, penulis mencoba untuk memberikan saran penataan meja gambar yang baik. Standar meja gambar yang digunakan pada studio program studi Arsitektur bentuknya bisa menyerupai huruh U atau disusun grid dengan memberikan ruang yang cukup untuk lewat. Berikut adalah contoh susunan meja gambar dan kursi yang sesuai dengan standar studio .
Gambar 1.2 : Penggunaan meja gambar yang benar
21
Gambar 1.3 : Contoh penataan kursi dan meja gambar sesuai standar studio
4.2.4 Pengaruh Penghawaan dan Penataan Ruang Studio D.12 Program Studi Arsitektur Universitas Tanjungpura Dari segala hal yang mempengaruhi kenyaman yang ada di ruang D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura, pengaruh yang sangat besar dirasa ada pada penghawaan. Pergantian keluar masuknya udara yang terus terjadi di ruangan, sirkulasi yang ada dirasa kurang baik dan tidak bekerja dengan baik, sehingga mempengaruhi terhadap kenyaman yang ada pada ruangan.Ada pun pada sistem penataan ruang yang kurang efektif terhadap kenyaman dalam ruangan, tata perletakan kursi dan meja gambar yang terlalu sempit, dan luas ruangan yang hanya dirancang untuk studio, sangat berpengaruh terhadap kenyaman penguna ruangan di Studio D.12
program studi Arsitektur Universitas
Tanjungpura. Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar, mahasiswa yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai bahan pelajaran (Rosyida Rahma Izzati, 2014). Demikian juga yang terjadi pada ruang studio D.12 yang kurang nyaman
22
dalam menunjang proses belajar dan mengajar. Dari pengaruh tersebut, dapat ditarik benang merahnya mengapa ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura tidak nyaman, yaitu disebabkan oleh kapasitas penghuni yang padat dengan ruang yang sempit serta penataan kursi dan meja gambar yang rapat.
23
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura memiliki sistem penghawaan yang kurang baik yang disebabkan oleh kapasitas penghuni yang padat dengan ruang yang sempit serta penataan kursi dan meja gambar yang rapat sehingga menganggu kenyamanan proses belajar dan mengajar di ruang studio tersebut.
`
5.2
Saran Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terdapat kekurangan , sehingga kritik dan saran dari pembaca kami harapkan dan apresiasi untuk perbaikan laporan penelitian penulis kedepannya. Apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dari penulis, mohon dimaafkan.Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.
24
LAMPIRAN :
Ruang studio D.12 program studi Arsitektur Universitas Tanjungpura
Air Conditioner (AC) di studio D.12
Kipas Angin di studio D.12
25
Suasana di ruang studio D.12
Suasana di ruang studio D.12
Jendela dan ventilasi di ruang D.12
26
DAFTAR PUSTAKA
Attar, Muhammad ; Baharuddin Hamzah ; M. Ramli Rahim . Tidak Ada Tahun. Kenyamanan Termal Ruang Kuliah Dengan Pengkonisian Buatan . Makassar : Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar .
Santoso, Eddy Imam . 2012 . Kenyamanan Termal Indor Pada Bangunan Di Daerah Beriklim Tropis Lembab. Surabaya : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Surabaya . Indonesian Green Technology Journal. Vol.1 , No 1, Hal : 11-19 .
Mirsa, Rinaldi .2011. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta : Graha Ilmu .
Ching, Francis D.K. 2007 . Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ching, Francis D.K. 1996 . Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua . Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ishak, Rahmi Amin ; Syarif Beddu ; Arief & Inri Indah Rahayu . 2012. Wujud Fisik Ruang Studio Gambar Arsitektur: Eksistensi Elemen Interior Terhadap Kreativitas Dan Kemandirian Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran. Makassar : Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin .
Siyoto, Sandu ; M. Ali Sodik . 2015 . Dasar Metodologi Penelitian . Yogyakarta : Literasi Media Publishing.
Hasanah, Hasyim. 2016 . Teknik-Teknik Observasi. Semarang : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Semarang. Jurnal at-Taqaddum .Vol.8, Nomor 1, Hal : 21-46 .
Nilamsari, Natalina . 2014 . Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Wacana Vol.XIII, No.2, Hal : 177 - 181 .
27
Pujihastut, Isti . 2010 . Prinsip Penulisan Kuesioner Penelitian . Tidak AdaPenerbit.
CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol. 2 ,No. 1 , Hal : 43-56.
Setyawan, Beni ; Hery Sawiji ; Patni Ninghardjanti. Tidak Ada Tahun . Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar . Solo : Prodi Ekonomi BKK Administrasi Perkantoran, FKIP Universitas Sebelas Maret.
Wismonowati, Dewi . 2012. Kajian Tingkat Kenyamanan Fisik Ruang Dalam Berdasarkan Persepsi Pengguna . Semarang : Universitas Negeri Semarang .
Toisi, Novan H ; Kussoy Wailan John . 2011. Pengaruh Luas Bukaan Ventilasi Terhadap Penghawaan Alami Dan Kenyamanan Thermal Pada Rumah Tinggal Hasil Modifikasi Dari Rumah Tradisional Minahasa. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Mulyati, Made Ida . 2010 . Hemat Energi Melalui Penghawaan & Pencahayaan Pada Teknik Bangunan dan Interior Ruang Dalam. Denpasar : Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia kerjasama dengan Sari Kahyangan Indonesia.
Sahabuddin; Baharuddin Hamzah; Ihsan . 2014. Pengaliran Udara Untuk Kenyamanan Termal Ruang Kelas Dengan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamics. Makassar : Jurnal Sinektika Vol.14 No.2, 2014.
Moerdjoko . 2004. Kaitan Sistem Ventilasi Bangunan Dengan Keberadaan Mikroorganisme Udara. Jakarta : Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jurnal DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 32, No. 1, Juli 2004: 89 – 94.
28
Rahayu, Ni Nyoman Sri . 2015. Menata Ruang Sempit Agar Terlihat Lebih Luas. Denpasar : Jurnal Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali Volume 2 Nomor 1 Juni 2015. Izzati, Rosyida Rahma . 2014. Pengaruh Waktu Perkuliahan Dan Lingkungan Kelas Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar Akuntansi Biaya 2 Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
Sarinda, Arlik ; Sudarti ; Subiki. 2017. Analisis Perubahan Suhu Ruangan Terhadap Kenyamanan Termal Di Gedung 3 Fkip Universitas Jember. Jember : Universitas Jember, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 307.
29